BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya"

Transkripsi

1 Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya Melindungi Generasi Sekarang dan yang akan Datang dari Kemiskinan Pesan Pokok Indonesia telah membuat kemajuan dalam mengentaskan kemiskinan dan sedang mengembangkan berbagai program perlindungan sosial. Pertumbuhan ekonomi, perluasan akses ke pelayanan kesehatan dan pendidikan, serta peningkatan infrastruktur telah membantu mengentaskan kemiskinan. Bantuan langsung (block grants) kepada masyarakat telah berhasil mempercepat pengentasan kemiskinan di daerah-daerah pedesaan. Sejumlah program perlindungan sosial (bantuan ekonomi dan asuransi) juga mulai dilaksanakan untuk melindungi rumah tangga dari berbagai risiko dan guncangan. Dibutuhkan upaya lebih lanjut untuk melindungi generasi sekarang dan mendatang yang masih rentan terhadap ancaman kemiskinan. Penduduk Indonesia yang masih hidup di bawah garis kemiskinan mencapai 32,5 juta jiwa dan setengah dari jumlah penduduknya masih sangat rentan terhadap kemiskinan. Program-program bantuan sosial terlalu terfragmentasi untuk dapat memberikan perlindungan yang memadai kepada keluargakeluarga dari berbagai guncangan atau membantu mereka mengatasi risiko secara efektif. Untuk menghadapi tantangan-tantangan tersebut dan mempertahankan laju pengentasan kemiskinan maka program dan sumber daya perlu dikonsentrasikan di daerah-daerah yang lebih miskin. Tindakan Utama Pemerintahan yang baru berada pada posisi yang kuat untuk mempercepat pengentasan kemiskinan dan mengembangkan program-program perlindungan sosial tahap berikutnya. Dengan pertumbuhan yang berlanjut dan pergerakan fiskal yang lebih luas, Indonesia dapat melakukan investasi lebih lanjut dalam program-program yang mampu mengentaskan kemiskinan. Program-program bantuan dan asuransi sosial yang ada saat ini dapat menjadi landasan dalam pembentukan kerangka perlindungan sosial yang komprehensif. Dengan mengingat hal ini maka prioritas kebijakan dan program yang utama untuk lima tahun berikutnya adalah: 1. Mempertahankan program-program nasional bantuan masyarakat yang berfokus pada penyaluran sumber daya ke daerah-daerah termiskin. Memperluas cakupan bantuan investasi masyarakat PNPM-Mandiri (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat - Mandiri) untuk kecamatan termiskin. Mendukung inovasi PNPM agar lebih efektif dalam mencapai masyarakat miskin yang hidup di kawasan tidak miskin pedesaan maupun perkotaan. 2. Mempersiapkan jaring pengaman darurat untuk membantu menstabilkan penghasilan keluarga-keluarga yang rentan terhadap guncangan (guncangan ekonomi dan kesehatan, bencana alam dan perubahan kebijakan). Mengembangkan mekanisme yang memantau guncangan dan memicu diterapkannya jaring pengaman darurat seperti bantuan langsung tunai (BLT) dan/atau program-program padat karya. 3. Menciptakan kerangka terpadu untuk program-program bantuan sosial guna memutuskan mata rantai kemiskinan antar generasi. Menerapkan program bantuan kesehatan, beasiswa bagi keluarga miskin dan bantuan tunai bersyarat (CCT). Membentuk sistem manajemen satu atap yang terkoordinasi dan menyusun database terpadu, yang memuat daftar nama penerima program. Memperkuat kapasitas lembaga pelaksana untuk menargetkan dan melaksanakan program bantuan sosial secara tepat. 4. Mengembangkan program-program asuransi sosial generasi kedua yang dapat dipertanggungjawabkan melalui sistem fiskal. Mengkaji implikasi dari cakupan program yang lebih luas dan menjelaskan reformasi kelembagaan yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan program-program asuransi sosial. Selanjutnya, melaksanakan reformasi secara bertahap dengan memastikan sistem yang dipergunakan jelas, layak dan terjangkau.

2 2 BANGKITNYA INDONESIA Posisi Indonesia Saat Ini Indonesia telah membuat kemajuan dalam pengentasan kemiskinan tetapi masih banyak penduduk yang miskin dan rentan. Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan telah membantu lebih banyak penduduk Indonesia untuk keluar dari kemiskinan dengan menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan dan meningkatkan belanja publik di bidang kesehatan, pendidikan dan infrastruktur. Sejak pemilu tahun 2004, angka kemiskinan berkurang dari 16,7 persen menjadi 14,15 persen (2009). Walaupun terdapat kemajuan, 32,5 juta rakyat Indonesia saat ini masih hidup di bawah garis kemiskinan dan sekitar setengah dari seluruh rumah tangga masih berada di sekitar garis kemiskinan nasional (penghasilan Rp /bulan). Kesenjangan antara yang miskin dan tidak miskin juga melebar. Rasio Gini, ukuran ketidakseimbangan konsumsi, telah meningkat dari 31,7 persen pada tahun 1999 menjadi sekitar 35 persen pada tahun Disparitas regional juga masih belum berubah; kawasan Indonesia timur masih tertinggal dibandingkan kawasan Indonesia lainnya, terutama Pulau Jawa. Program nasional bantuan masyarakat telah mengurangi angka kemiskinan dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat miskin untuk mandiri. Pemerintah telah memperluas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM-Mandiri) antara tahun 2007 sampai 2009 dengan memberikan bantuan langsung (block grants) kepada kecamatan-kecamatan di daerah pedesaan dan perkotaan yang mendukung proyek-proyek pembanguan di tingkat masyarakat. Pendekatan tersebut berhasil meningkatkan pengetahuan masyarakat setempat untuk mengidentifikasi rintangan-rintangan pembangunan di daerah seraya meningkatkan kapasitas untuk melaksanakan tindakan yang terkoordinasi. PNPM-Mandiri telah berhasil mempercepat laju pengentasan kemiskinan secara efektif, khususnya di daerah-daerah pedesaan terpencil yang membutuhkan infrastruktur padat karya yang produktif seperti sarana jalan yang menghubungkan warga desa dengan pasar dan jasa-jasa layanan. Kini PNPM memiliki cakupan nasional, tetapi sumber daya perlu difokuskan pada daerah-daerah yang lebih miskin untuk mempertahankan laju pengentasan kemiskinan. Program PNPM-Mandiri kini telah menjangkau kecamatan di seluruh negeri tetapi tidak berfokus pada masyarakat termiskin. Jumlah bantuan langsung untuk daerah-daerah tersebut masih terlalu kecil dan belum sesuai dengan laju inflasi. Pada saat yang sama, banyak orang miskin hidup di kecamatan-kecamatan yang tidak tergolong miskin. Program-program bantuan perlu lebih disesuaikan untuk mencapai masyarakat miskin yang tinggal di daerah-daerah pedesaan dan perkotaan yang tidak tergolong miskin tersebut. Dengan meningkatnya urbanisasi, banyak hal perlu diketahui tentang sifat dan penyebab kemiskinan perkotaan maupun jenis-jenis program terbaik yang dapat membantu penduduk kota agar keluar dari kemiskinan. Pemerintah telah meluncurkan program-program bantuan sosial untuk melindungi rumah tangga yang rentan dari guncangan dan keberlarutan kemiskinan dari generasi ke generasi. Pada tahun 2005, pemerintah mulai mengubah sumber daya dari subsidi regresif menjadi program bantuan sosial yang menargetkan rumah tangga miskin dan hampir-miskin. Bantuan Langsung Tunai (BLT), suatu jaring pengaman bantuan tunai tanpa syarat, telah membantu lebih dari 19 juta rumah tangga (sepertiga dari total penduduk) untuk menghadapi guncangan inflasi akibat dihapuskannya subsidi BBM. Pemerintah juga sedang mengujicoba berbagai jenis program bantuan sosial lain untuk mencegah keluargakeluarga menempuh jalan keluar yang negatif, seperti memangkas pengeluaran kebutuhan dasar pangan - dan kesehatan, atau mengeluarkan anak-anak mereka dari sekolah untuk bekerja. Termasuk dalam program ini adalah Program Keluarga Harapan (PKH) dan PNPM-Generasi sebagai program percontohan yang memberikan dana bantuan kepada rumah tangga dan masyarakat berdasarkan kehadiran siswa di sekolah dan penggunaan fasilitas kesehatan masyarakat. Jaring pengaman juga mulai dilaksanakan, tetapi tidak ada sistem menyeluruh yang dapat dengan cepat diterapkan untuk melindungi keluarga-keluarga dari berbagai guncangan. Dampak dari kejadiankejadian yang tidak diharapkan terhadap rumah tangga seperti munculnya krisis kesehatan, bencana alam atau kemerosotan keuangan dunia, dan guncangan yang diperkirakan akan terjadi akibat reformasi kebijakan, dapat menghambat kemajuan Indonesia dalam pengentasan kemiskinan. Padat Karya, suatu program jangka pendek untuk membantu pengangguran yang diluncurkan dalam menghadapi krisis keuangan tahun 1997, telah gagal melindungi masyarakat miskin karena tidak tepat sasaran dan strukturnya yang terfragmentasi. Program berikutnya, BLT, lebih berhasil dalam penetapan sasaran sehingga lebih efektif dalam menyangga rumah tangga setelah subsidi BBM dikurangi. Namun karena tidak adanya jaring pengaman yang terkoordinasi atau mekanisme pengelolaan risiko secara formal, maka rumah tangga rentan sering bergantung pada tabungan informal antar rumah tangga sebagai perlindungan diri. Program-program bantuan sosial melindungi keluargakeluarga dari risiko tetapi harus dikoordinasi dan

3 Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya 3 dilaksanakan dengan lebih baik untuk memutuskan mata rantai kemiskinan generasi ke generasi. Program-program percontohan bantuan tunai bersyarat memperlihatkan hasil yang menjanjikan untuk menjamin bahwa keluarga-keluarga mampu mengelola risiko seraya tetap melakukan investasi dalam pelayanan kesehatan dan pendidikan. Namun, untuk memperluas jangkauan program tersebut, perlu diatasi beberapa masalah pelaksanaan dan perlu dipastikan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan dan pendidikan siap melayani lebih banyak pengguna jasa dari keluarga miskin dan hampir miskin (menyelesaikan masalah sisi penawaran). Program-program bantuan sosial lain seperti pelayanan kesehatan gratis juga menghadapi tantangan pelaksanaan dan belum berjalan optimal. Sistem bantuan sosial yang kini terfragmentasi tidak selalu menargetkan, atau secara memadai mencakup, keluarga-keluarga yang paling rentan. Dengan semakin banyaknya penduduk Indonesia yang keluar dari kemiskinan, maka dibutuhkan programprogram asuransi sosial tahap berikutnya. Landasan sistem asuransi sosial telah tersedia, termasuk Askes, suatu program asuransi kesehatan dan Jamsostek, sebuah program pensiun untuk pekerja di sektor formal. Walaupun Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) (No. 40/2004) menyatakan aspirasi nasional untuk memberikan perlindungan universal atau cakupan semesta, tidak ada rencana yang jelas tentang bagaimana mengembangkan sistem nasional yang berpautan dan layak. Masalah-masalah yang dihadapi mencakup kekuatan dan efektivitas program, besaran manfaat yang diberikan, lingkup cakupan program, keterjangkauan dan keberlanjutan secara fiskal. Tanpa persiapan yang memadai, Indonesia mungkin berada pada posisi yang sama dengan negara-negara berpenghasilan menengah lainnya yang memberikan manfaat asuransi sosial yang murah namun harus berjuang menghadapi tanggungan finansial besar yang ditimbulkannya. Untuk memperluas lingkup program perlindungan sosial, dibutuhkan pengaturan kelembagaan yang jelas untuk memastikan pelaksanaan program berjalan secara efektif. Tanggung jawab untuk mengembangkan strategi perlindungan sosial yang terdiri dari program bantuan sosial dan asuransi sosial masih terfragmentasi. Walaupun BAPPENAS memainkan peranan utama dalam mengembangkan strategi perlindungan sosial, BAPPENAS tidak memiliki mekanisme yang diperlukan untuk melakukan koordinasi lintas program dan memastikan akuntabilitas antar lembaga. Departemen Keuangan (Depkeu) terlibat dalam pengalokasian sumber daya tetapi tidak memiliki peranan dalam penyelenggaraan atau pengelolaan program. Departemen Sosial (Depsos) bertanggung jawab melaksanakan program-program bantuan, sedangkan Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) menyiapkan rancangan sistem asuransi sosial. Administrasi yang lemah dan kapasitas pengelolaan yang terbatas di lingkungan instansi pemerintah juga menghambat pelaksanaan program-program perlindungan sosial, seperti PKH, secara efektif. Posisi yang Diinginkan Indonesia Untuk mengatasi masalah kemiskinan dan mengurangi tingkat kerentanan, dibutuhkan upaya komprehensif dan terkoordinasi. Mempertahankan tingkat pertumbuhan ekonomi, melaksanakan reformasi ketenagakerjaan untuk menciptakan lapangan kerja yang lebih luas dan tenaga kerja yang lebih terlatih, meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan dan pendidikan, dan memperluas infrastruktur adalah komponen-komponen penting dalam pengentasan kemiskinan. Namun, dalam bagian ini memfokuskan pada bagaimana program-program pengentasan kemiskinan nasional dan sistem perlindungan sosial dapat mempercepat laju pengentasan kemiskinan dan melindungi keluarga-keluarga dengan lebih baik dari risiko-risiko yang mereka hadapi. Meningkatkan program-program pengentasan kemiskinan nasional yang ada Mendanai program PNPM-Mandiri yang telah ditingkatkan dan mengkonsentrasikan sumber daya di kecamatan termiskin. Jaringan PNPM nasional menawarkan mekanisme teruji sehingga pemerintah dapat menciptakan lapangan pekerjaan secara efektif bagi warga miskin dan menyalurkan sumber daya kepada masyarakat. Peningkatan alokasi dana bantuan langsung (block grants) dan pemberian sumber daya tambahan kepada 2000 kecamatan termiskin akan mendatangkan manfaat bagi sekitar 16 sampai 18 juta keluarga. Namun, PNPM perlu terus berinovasi dengan pendekatan-pendekatan baru untuk mencapai keluarga-keluarga miskin yang tinggal di daerah-daerah perkotaan maupun pedesaan yang tidak miskin. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk lebih memahami masalah-masalah kemiskinan perkotaan dan menyesuaikan program-program PNPM secara lebih efektif untuk membantu warga miskin perkotaan keluar dari kemiskinan. Mengembangkan jaring pengaman darurat untuk mengurangi dampak guncangan

4 4 BANGKITNYA INDONESIA Mengembangkan mekanisme untuk memantau guncangan dan memicu diterapkannya jaring pengaman darurat. Sistem pemantauan triwulan yang sedang dikembangkan untuk memahami dampak krisis keuangan global saat ini perlu dilembagakan untuk mendeteksi dan memantau guncangan-guncangan yang akan datang. Teknik-teknik untuk meneliti kelompok-kelompok yang lebih kecil secara teratur perlu digunakan untuk dapat meningkatkan efektivitas biaya dari sistem pemantauan tanpa mengurangi kualitas data. Dengan sistem seperti itu, pengumpulan data dapat dilakukan lebih sering, sehingga akan lebih mudah dan cepat menemukan daerah-daerah dan rumah tangga yang terkena dampak. Data yang dianalisa melalui sistem pemantauan triwulan akan meningkatkan proses pengambilan keputusan yang memicu program-program jaring pengaman darurat, baik jangka waktu maupun lingkup kegiatannya. Menciptakan sejumlah program jaring pengaman darurat pelengkap untuk memberikan bantuan yang tepat waktu kepada mereka yang paling terpengaruh oleh guncangan-guncangan. Dibutuhkan suatu sistem jaring pengaman darurat terpadu yang dapat dengan cepat diterapkan untuk melindungi keluarga-keluarga yang terkena dampak. Program-program tersebut dapat digunakan secara sendiri-sendiri ataupun secara paralel, berdasarkan strategi tanggap darurat yang ditetapkan untuk intervensi tertentu. BLT dapat digunakan untuk memberikan bantuan tunai secara cepat kepada keluarga-keluarga miskin dan hampir miskin. Pengalaman menunjukkan perlunya dilakukan sosialisasi yang lebih baik sebelum dan selama pelaksanaan program untuk memaksimalkan dukungan masyarakat dan dukungan politik. Penting juga tersedianya daftar penerima bantuan terbaru sehingga program dapat diterapkan dengan cepat dan tepat sasaran. Suatu program padat karya nasional yang dapat diluncurkan dengan cepat untuk memberikan kesempatan kepada warga miskin dalam memperoleh penghasilan jangka pendek perlu dikembangkan di bawah sebuah instansi administratif tunggal. Yang perlu diperhatikan adalah memastikan bahwa upah yang dibayarkan oleh program tersebut kepada tenaga kerja tidak terampil di bawah harga pasar, untuk menghindari ketertarikan mereka yang sudah bekerja. Melalui metode swa-penargetan seperti ini, program padat karya dapat digunakan untuk menjangkau masyarakat miskin baru yang namanya tidak tercantum dalam daftar penerima bantuan. Program-program seperti PNPM dapat digunakan sebagai mekanisme untuk mendaftarkan peserta dan menyalurkan dana kepada proyek-proyek padat karya, termasuk tugastugas yang menarik partisipasi wanita. Menciptakan kerangka terpadu untuk program-program bantuan sosial guna memutuskan mata rantai kemiskinan antar generasi Mengembangkan kerangka program bantuan sosial secara terpadu yang dikelola secara strategis oleh sebuah lembaga pusat tunggal. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas biaya program-program bantuan sosial individual dengan memadukannya dalam sebuah kerangka kerja yang terkoordinasi. Pengelolaan strategis satu atap akan membantu memastikan bahwa program-program yang dilaksanakan oleh berbagai lembaga akan berjalan serasi untuk memberikan perlindungan yang efektif kepada keluarga-keluarga miskin. Subsidi untuk pelayanan kesehatan dan beasiswa bagi keluarga miskin dapat disalurkan melalui koordinasi dengan PKH. Tantangan pelaksanaan yang dihadapi program PKH harus diselesaikan, dan pengawasan teknis dan pengelolaan harus ditingkatkan sebelum program tersebut diperluas secara nasional. Dengan meningkatnya cakupan, pemerintah hendaknya menghapuskan program-program yang tidak menyalurkan bantuan kepada warga miskin secara efisien. Koordinasi antar lembaga diperlukan untuk memastikan bahwa pelayanan kesehatan dan pendidikan telah dipersiapkan untuk memenuhi peningkatan permintaan: sinergi yang lebih besar dapat dihasilkan melalui pelaksanaan pelayanan secara terpadu dengan PNPM- Generasi untuk lebih meningkatkan penyelenggaraan pelayanan lokal. Selanjutnya, memadukan program-program tersebut dengan mengembangkan database terpadu tentang keluarga miskin dan hampir-miskin. Mengembangkan suatu database konsolidasi nasional yang dapat digunakan sebagai daftar penerima bantuan dari setiap program bantuan sosial (termasuk BLT). Hal ini akan membantu mencegah duplikasi dalam penyerahan bantuan dan memungkinkan dilakukan penelusuran penerima bantuan. Secara berkala pemuktahiran dan merevisi database untuk mencegah kecurangan, menemukan keluarga penerima bantuan dengan jumlah yang terlalu banyak dan menghapus penerima bantuan fiktif. Penargetan yang transparan dan akurat akan memperkuat dukungan publik dan membangun dukungan politik pada program-program bantuan sosial yang ditargetkan. Mempertajam keterampilan dan meningkatkan

5 Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya 5 kinerja lembaga yang bertanggung jawab untuk menyelenggarakan program-program bantuan sosial. Meningkatkan keterampilan rancangan dan manajemen program, serta memantau dan mengevaluasi secara seksama kinerja lembaga pelaksana. Memberikan pelatihan tentang cara menggunakan database terpadu dan menggunakan metode penargetan yang tepat dan efektif-biaya untuk mencapai masyarakat yang paling membutuhkan. Memperkuat penyelenggaraan program utama dengan meningkatkan kapasitas penyedia jasa lokal dan mengujicoba insentif-insentif baru untuk peningkatan layanan. Meletakkan landasan untuk programprogram tahap kedua Mengembangkan program-program asuransi sosial tahap kedua yang dapat dipertanggungjawabkan secara fiskal. Banyak hal yang masih perlu dipersiapkan sebelum Indonesia siap memadukan dan memperluas kerangka perlindungan sosial yang komprehensif berdasarkan UU SJSN. Pertama, meninjau efektivitas, cakupan, jangkauan dan keberlanjutan fiskal dari program-program saat ini, termasuk Askes dan Jamsostek. Kedua, mengkaji opsi-opsi reformasi untuk memperluas kerangka perlindungan sosial termasuk besaran manfaat, tarif premi dan mekanisme pengumpulan premi, serta jaringan penyedia jasa. Ketiga, mengembangkan roadmap reformasi untuk secara bertahap menyertakan program-program asuransi sosial tahap kedua. Terakhir, memperjelas pengaturan dan reformasi kelembagaan yang diperlukan untuk melaksanakan program-program yang diusulkan. Meningkatkan pelaksanaan reformasi secara bertahap untuk mendapatkan dukungan dan memastikan bahwa program-program tersebut layak, terjangkau dan berkelanjutan. Bagaimana Bank Dunia Dapat Membantu Dukungan Yang Sedang Berjalan Saat ini Bank Dunia memberikan dukungan kepada Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan programprogram pengentasan kemiskinan yang ada dan mengembangkan intervensi bantuan sosial dengan: Menyediakan dukungan pendanaan dan teknis bagi PNPM-Mandiri dan beberapa program-program PNPM seperti PNPM-Pedesaan, PNPM-Perkotaan, SPADA dan PNPM-Generasi. Bank Dunia bertindak sebagai Pengelola Dana Perwalian untuk Fasilitas Dukungan multi-donor PNPM. Bank Dunia bermitra dengan BAPPENAS dalam merancang dan mengujicoba Program Keluarga Harapan (PKH). Sistem pemantauan dan evaluasi akan menilai pelaksanaan dan dampak program untuk membantu mengambil keputusan tentang apakah program perlu dimodifikasi dan/atau diperluas. BAPPENAS, BPS dan Bank Dunia bermitra dalam mengembangkan sistem pemantauan krisis. Data baru yang dihasilkan dari sistem ini dilengkapi dengan data yang sudah ada sebelumnya, digunakan untuk memantau dampak guncangan. Sistem ini akan digunakan untuk mendukung pengembangan mekanisme tanggap darurat di masa depan. Bersama-sama dengan BPS, Bank Dunia sedang mengkaji kebutuhan untuk menyempurnakan ukuranukuran kemiskinan. Bank Dunia juga sedang menyusun laporan penelitian tentang caranya meningkatkan metodologi penargetan yang digunakan oleh programprogram pengentasan kemiskinan dan perlindungan sosial di Indonesia. Bank Dunia mengadakan penelitian awal terhadap topik-topik kemiskinan tertentu untuk mendukung dialog kebijakan tentang masalah-masalah utama kemiskinan. Hasil penelitian mencakup Penilaian Kemiskinan tahun 2006 dan Laporan tentang Lapangan Pekerjaan di Indonesia yang akan segera diterbitkan. Dukungan Masa Depan Dukungan di masa depan akan dibangun berdasarkan kerja sama yang sudah terjalin dan bertujuan untuk membantu pemerintah mengembangkan lembaga dan sistem yang diperlukan untuk melaksanakan agenda perlindungan sosial. Dengan menggunakan hasil sistem pemantauan krisis, Bank Dunia dapat membantu pemerintah dalam memodifikasi desain dari program-program yang ada agar lebih tepat sasaran untuk daerah-daerah atau kelompok-kelompok yang rentan terhadap dampak krisis atau guncangan-guncangan eksternal lainnya. Bank Dunia juga dapat membantu mengembangkan program pekerjaan umum berdasarkan pelajaran yang diperoleh dari program Padat Karya yang terakhir dilaksanakan di Indonesia dan dari pengalaman internasional. Bantuan teknis akan diberikan untuk mengembangkan kerangka bantuan sosial yang terpadu, efisien dan efektif biaya. Bank Dunia menawarkan pengetahuan teknis berdasarkan pengalaman di Indonesia dan

6 6 BANGKITNYA INDONESIA program-program serupa di luar negeri yang dapat mendukung lembaga-lembaga yang bertanggung jawab atas pelaksanaan program-program utama seperti bantuan tunai bersyarat. Bantuan juga ditawarkan dalam menyempurnakan metode penargetan dan menyusun database terpadu. Bank Dunia sedang menjajaki opsi-opsi untuk mendukung lembaga-lembaga pemerintah yang bertanggung jawab atas rancangan dan pelaksanaan sistem asuransi sosial. Langkah awal mencakup pelaksanaan diagnosa awal, seperti tinjauan belanja publik untuk perlindungan sosial. Langkah selanjutnya dapat dikembangkan menjadi studi teknis yang mengkaji opsi-opsi reformasi berdasarkan pengalaman dalam menyelenggarakan program perlindungan sosial di negara-negara berpenghasilan menengah lain, untuk memberikan masukan kepada perumus kebijakan yang bertanggung jawab untuk merancang kerangka sistem Jaminan Sosial Nasional di masa depan. Kantor Bank Dunia Jakarta Gedung Bursa Efek Indonesia Menara 2, lantai 12 Jl. Jenderal Sudirman Kav , Jakarta 12190, Indonesia ph fax untuk informasi, silakan hubungi: Ms. Vivi Alatas Senior Economist valatas@worldbank.org Mendukung Institusi Indonesia yang Inklusif untuk Pembangunan yang Berkelanjutan

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya Menyelesaikan Desentralisasi Pesan Pokok Pemerintah daerah (Pemda) di Indonesia kurang memiliki pengalaman teknis untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya Menuju Sektor

Lebih terperinci

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya Pelayanan Kesehatan Berkualitas untuk Semua Pesan Pokok 1. Pelayanan kesehatan di Indonesia telah membaik walaupun beberapa hal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sebagai suatu proses berencana dari kondisi tertentu kepada kondisi yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan tersebut bertujuan

Lebih terperinci

BERALIH DARI SUBSIDI UMUM MENJADI SUBSIDI TERARAH: PENGALAMAN INDONESIA DALAM BIDANG SUBSIDI BBM DAN REFORMASI PERLINDUNGAN SOSIAL

BERALIH DARI SUBSIDI UMUM MENJADI SUBSIDI TERARAH: PENGALAMAN INDONESIA DALAM BIDANG SUBSIDI BBM DAN REFORMASI PERLINDUNGAN SOSIAL KANTOR WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA BERALIH DARI SUBSIDI UMUM MENJADI SUBSIDI TERARAH: PENGALAMAN INDONESIA DALAM BIDANG SUBSIDI BBM DAN REFORMASI PERLINDUNGAN SOSIAL Dr. Bambang Widianto Deputi Bidang

Lebih terperinci

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya Jalan Menuju Peningkatan dan Pengembangan Pesan Pokok 1. Pengembangan Jalan Bebas Hambatan Trans-Jawa dan penanganan tertundanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan. Kemiskinan telah ada sejak lama pada hampir semua peradaban manusia. Pada setiap belahan dunia dapat

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 A. KONDISI KEMISKINAN 1. Asia telah mencapai kemajuan pesat dalam pengurangan kemiskinan dan kelaparan pada dua dekade yang lalu, namun

Lebih terperinci

MENINGKATKAN DAYA SAING DAN PRODUKTIVITAS MELALUI PEKERJAAN YANG LAYAK. Oleh : 9 Juli 2015 DPN APINDO

MENINGKATKAN DAYA SAING DAN PRODUKTIVITAS MELALUI PEKERJAAN YANG LAYAK. Oleh : 9 Juli 2015 DPN APINDO MENINGKATKAN DAYA SAING DAN PRODUKTIVITAS MELALUI PEKERJAAN YANG LAYAK 9 Juli 2015 Oleh : DPN APINDO Intervensi khusus diperlukan untuk mengatasi masalah tingginya insiden pekerjaan berupah rendah, termasuk

Lebih terperinci

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs): Refleksi dan Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs): Refleksi dan Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs): Refleksi dan Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia Wahyuningsih Darajati Direktur Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Air Kementerian PPN/Bappenas

Lebih terperinci

MENGEJAR KETERTINGGALAN: AKSI MASYARAKAT DAN PERLINDUNGAN SOSIAL DI INDONESIA

MENGEJAR KETERTINGGALAN: AKSI MASYARAKAT DAN PERLINDUNGAN SOSIAL DI INDONESIA 1 MENGEJAR KETERTINGGALAN: AKSI MASYARAKAT DAN PERLINDUNGAN SOSIAL DI INDONESIA Forum Kebijakan Publik Asia Robert Wrobel, Fasilitas Pendukung PNPM Indonesia 2 Pertanyaan Pembatas Apa yang menjadi tantangan

Lebih terperinci

Profil Pekerjaan yang Layak INDONESIA

Profil Pekerjaan yang Layak INDONESIA Profil Pekerjaan yang Layak INDONESIA Ringkasan Selama 15 tahun terakhir, Indonesia mengalami perubahan sosial dan politik luar biasa yang telah membentuk latar belakang bagi pekerjaan layak di negeri

Lebih terperinci

- 2 - sistem keuangan dan sukses bisnis dalam jangka panjang dengan tetap berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Tujuan pemba

- 2 - sistem keuangan dan sukses bisnis dalam jangka panjang dengan tetap berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Tujuan pemba PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 51 /POJK.03/2017 TENTANG PENERAPAN KEUANGAN BERKELANJUTAN BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN, EMITEN, DAN PERUSAHAAN PUBLIK I. UMUM Untuk mewujudkan perekonomian

Lebih terperinci

BAB II VISI, MISI DAN LANDASAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA

BAB II VISI, MISI DAN LANDASAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA BAB II Rencana Aksi Daerah (RAD) VISI, MISI DAN LANDASAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA 2.1 Visi Berdasarkan tugas pokok dan fungsi Badan Penanggulangan Bencana Derah Kabupaten Pidie Jaya, menetapkan Visinya

Lebih terperinci

BAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN

BAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN BAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN Meningkatnya tingkat pengangguran terbuka yang mencapai 9,5 persen berpotensi menimbulkan berbagai permasalahan sosial. Kerja merupakan fitrah manusia yang asasi.

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL I. UMUM Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diamanatkan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL 1 PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL I. UMUM Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diamanatkan

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap barang dan jasa, kesehatan, geografis, gender, dan kondisi lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap barang dan jasa, kesehatan, geografis, gender, dan kondisi lingkungan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah global yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, satu sama lain seperti: tingkat pendapatan, pendidikan, akses

Lebih terperinci

Lapangan Kerja bagi Kaum Muda

Lapangan Kerja bagi Kaum Muda Organisasi Perburuhan Internasional Lapangan Kerja bagi Kaum Muda SEBUAH TUJUAN NASIONAL SEKILAS tentang Lapangan Kerja Bagi Kaum Muda di Indonesia: Sekitar 57 persen dari angkatan kerja muda Indonesia

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK

PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK The New Climate Economy Report RINGKASAN EKSEKUTIF Komisi Global untuk Ekonomi dan Iklim didirikan untuk menguji kemungkinan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah kemiskinan masih tetap menjadi masalah fenomenal yang masih belum dapat terselesaikan hingga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh setiap pemerintahan terutama ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan distribusi pendapatan, membuka kesempatan kerja,

Lebih terperinci

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya Aliran Dana, Aliran Air Pesan Pokok Diperlukan investasi yang signifikan pada bidang air bersih dan sanitasi. Ketidakcukupan pelayanan

Lebih terperinci

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA Siaran Pers No. 16/104 International Monetary Fund UNTUK SEGERA 700 19 th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C. 20431 USA Dewan Eksekutif IMF Menyimpulkan Konsultasi Pasal IV 2015 dengan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsa-bangsa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif. Ringkasan Eksekutif. Akhiri KEMISKINAN pada Generasi Saat Ini

Ringkasan Eksekutif. Ringkasan Eksekutif. Akhiri KEMISKINAN pada Generasi Saat Ini Ringkasan Eksekutif Akhiri KEMISKINAN pada Generasi Saat Ini Visi Save the Children untuk Kerangka Kerja Pasca 2015 Mengatasi kemiskinan bukanlah tugas sosial, melainkan tindakan keadilan. Sebagaimana

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2013-2015 Penyelenggaraan penanggulangan bencana bertujuan untuk menjamin terselenggaranya pelaksanaan penanggulangan bencana

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG PAKET KEBIJAKAN EKONOMI MENJELANG DAN SESUDAH BERAKHIRNYA PROGRAM KERJASAMA DENGAN INTERNATIONAL MONETARY FUND PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

Kajian Aktuaria reformasi BPJS Ketenagakerjaan

Kajian Aktuaria reformasi BPJS Ketenagakerjaan Kajian Aktuaria reformasi BPJS Ketenagakerjaan Kajian aktuaria ini dilakukan bedasarkan permintaan permintaan pemerintah sindonesia dalam merencanakan dan melaksanakan program pensiun baru di Indonesia

Lebih terperinci

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 MATRIK 2.3 TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN KEMENTERIAN/ LEMBAGA : KEMENTERIAN KOORDINATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT I. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

PENCAPAIAN TARGET PEMBANGUNAN: KEMISKINAN, GINI RASIO, PENGANGGURAN DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

PENCAPAIAN TARGET PEMBANGUNAN: KEMISKINAN, GINI RASIO, PENGANGGURAN DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PENCAPAIAN TARGET PEMBANGUNAN: KEMISKINAN, GINI RASIO, PENGANGGURAN DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA CAPAIAN DAN TARGET ANGKA KEMISKINAN PENCAPAIAN TARGET PEMBANGUNAN KEMISKINAN, GINI RASIO, PENGANGGURAN

Lebih terperinci

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, Menimbang

Lebih terperinci

Perluasan Lapangan Kerja

Perluasan Lapangan Kerja VII Perluasan Lapangan Kerja Perluasan lapangan kerja untuk menciptakan lapangan kerja dalam jumlah dan mutu yang makin meningkat, merupakan sebuah keniscayaan untuk menyerap angkatan kerja baru yang terus

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk

Lebih terperinci

PROYEK PENINGKATAN KAPASITAS & KEBERLANJUTAN PINJAMAN DANA BERGULIR

PROYEK PENINGKATAN KAPASITAS & KEBERLANJUTAN PINJAMAN DANA BERGULIR PROYEK PENINGKATAN KAPASITAS & KEBERLANJUTAN PINJAMAN DANA BERGULIR World Bank PNPM Support Facility (PSF) Gedung Bursa Efek Indonesia Tower 1, lantai 9 Jl. Jenderal Sudirman Kav. 52-53, Jakarta 12190

Lebih terperinci

OPSI ALTERNATIF: PERCEPATAN CAKUPAN SEMESTA ASURANSI KESEHATAN SOSIAL DI INDONESIA*

OPSI ALTERNATIF: PERCEPATAN CAKUPAN SEMESTA ASURANSI KESEHATAN SOSIAL DI INDONESIA* OPSI ALTERNATIF: PERCEPATAN CAKUPAN SEMESTA ASURANSI KESEHATAN SOSIAL DI INDONESIA* Soewarta Kosen, Tati Suryati dan Muh. Karyana PusLitBang Sistem dan Kebijakan Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

INDONESIA NEW URBAN ACTION

INDONESIA NEW URBAN ACTION KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH KEMITRAAN HABITAT Partnership for Sustainable Urban Development Aksi Bersama Mewujudkan Pembangunan Wilayah dan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 2010: PEMELIHARAAN KESEJAHTERAAN RAKYAT

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 2010: PEMELIHARAAN KESEJAHTERAAN RAKYAT KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 2010: PEMELIHARAAN KESEJAHTERAAN RAKYAT DEPUTI BIDANG KEMISKINAN, KETENAGAKERJAAN, DAN UKM BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BAPPENAS Rapat Koordinasi Pembangunan

Lebih terperinci

Kerangka Analisis untuk Mengintegrasikan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dengan Kewajiban Pemenuhan Hak-hak Asasi Manusia untuk di Indonesia

Kerangka Analisis untuk Mengintegrasikan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dengan Kewajiban Pemenuhan Hak-hak Asasi Manusia untuk di Indonesia Tujuan 8: Mempromosikan keberlajutan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, kesempatan yang produktif dan menyeluruh, serta perkerja layak bagi semua Hak untuk Bekerja sebagai Hak Asasi Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan dalam bidang ketenagakerjaan merupakan bagian dari usaha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan dalam bidang ketenagakerjaan merupakan bagian dari usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan dalam bidang ketenagakerjaan merupakan bagian dari usaha sumber daya manusia yang diarahkan pada tujuan meningkatkan harkat, martabat dan kemampuan manusia.

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM BANTUAN KEUANGAN DESA

EVALUASI PROGRAM BANTUAN KEUANGAN DESA EVALUASI PROGRAM BANTUAN KEUANGAN DESA (BANTUAN KEUANGAN PEUMAKMU GAMPONG, BKPG) DI PROVINSI ACEH Latar Belakang dan Dasar Pemikiran Provinsi Aceh telah mencatat kemajuan yang mengesankan menuju pemulihan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025 PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perumusan masalah menjelaskan mengenai butir-butir permasalahan yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Perumusan masalah menjelaskan mengenai butir-butir permasalahan yang akan BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini diuraikan perihal mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Latar belakang

Lebih terperinci

PERAN DAN FUNGSI LEGISLATIF DALAM MENDORONG PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN ABAD MILENIUN/MDGs. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

PERAN DAN FUNGSI LEGISLATIF DALAM MENDORONG PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN ABAD MILENIUN/MDGs. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI PERAN DAN FUNGSI LEGISLATIF DALAM MENDORONG PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN ABAD MILENIUN/MDGs Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI Disampaikan dalam Seminar Pembangunan Abad Milenium/Millenium Development Goals

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan Prospek pertumbuhan global masih tetap lemah dan pasar keuangan tetap bergejolak Akan tetapi, kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi perekonomian Kota Ambon sepanjang Tahun 2012, turut dipengaruhi oleh kondisi perekenomian

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI

Lebih terperinci

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA Abstrak yang berkualitas adalah pertumbuhan yang menciptakan pemerataan pendapatan,pengentasan kemiskinan dan membuka kesempatan kerja yang luas. Di

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a. bahwa sistem

Lebih terperinci

Asesmen Perlindungan Sosial Berbasis Dialog Nasional di Indonesia

Asesmen Perlindungan Sosial Berbasis Dialog Nasional di Indonesia INTRO Asesmen Perlindungan Sosial Berbasis Dialog Nasional di Indonesia Sosial Protection Floor (SPF) atau Landasan Perlindungan Sosial (LPS) adalah serangkaian hak dasar dan bantuan langsung yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2017 TENTANG PENYALURAN BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2017 TENTANG PENYALURAN BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2017 TENTANG PENYALURAN BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa penyaluran

Lebih terperinci

MENGUKUR PENDAPATAN DAN KEMISKINAN MULTI-DIMENSI: IMPLIKASI TERHADAP KEBIJAKAN

MENGUKUR PENDAPATAN DAN KEMISKINAN MULTI-DIMENSI: IMPLIKASI TERHADAP KEBIJAKAN MENGUKUR PENDAPATAN DAN KEMISKINAN MULTI-DIMENSI: IMPLIKASI TERHADAP KEBIJAKAN Sudarno Sumarto Policy Advisor - National Team for the Acceleration of Poverty Reduction Senior Research Fellow SMERU Research

Lebih terperinci

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR A. KONDISI UMUM Sebagai motor penggerak (prime mover) pertumbuhan ekonomi, sektor industri khususnya

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto F.1306618 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global Fokus Negara IMF Orang-orang berjalan kaki dan mengendarai sepeda selama hari bebas kendaraan bermotor, diadakan hari Minggu pagi di kawasan bisnis Jakarta di Indonesia. Populasi kaum muda negara berkembang

Lebih terperinci

KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA. Abstrak

KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA. Abstrak KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA Abstrak Upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia telah menjadi prioritas di setiap era pemerintahan dengan berbagai program yang digulirkan. Pengalokasian anggaran

Lebih terperinci

Laporan Perekonomian Indonesia

Laporan Perekonomian Indonesia 1 Key Messages Ketahanan ekonomi Indonesia cukup kuat Ketahanan ekonomi Indonesia cukup kuat dalam menghadapi spillover dan gejolak pasar keuangan global. Stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan relatif

Lebih terperinci

Problem dan Tantangan dalam Implementasi Skema Pensiun Publik Indonesia di masa datang yang berdasarkan pada UU No 40/2004 tentang SJSN

Problem dan Tantangan dalam Implementasi Skema Pensiun Publik Indonesia di masa datang yang berdasarkan pada UU No 40/2004 tentang SJSN 1 Problem dan Tantangan dalam Implementasi Skema Pensiun Publik Indonesia di masa datang yang berdasarkan pada UU No 40/2004 tentang SJSN H. Bambang Purwoko Anggota DJSN dan Guru Besar Fakultas Ekonomika

Lebih terperinci

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR A. KONDISI UMUM Sebagai motor penggerak (prime mover) pertumbuhan ekonomi, sektor industri khususnya industri pengolahan nonmigas (manufaktur) menempati

Lebih terperinci

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan: 1. Bantuan Sosial adalah bantuan berupa uang, barang,

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan: 1. Bantuan Sosial adalah bantuan berupa uang, barang, No.156, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESRA. Non Tunai. Bantuan Sosial. Penyaluran. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2017 TENTANG PENYALURAN BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan serangkaian proses multidimensial yang berlangsung secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu terciptanya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

Anggaran yang Menyejahterakan

Anggaran yang Menyejahterakan Anggaran yang Menyejahterakan Terciptanya kesejahteraan rakyat merupakan salah satu tujuan utama pendirian suatu negara. Sejahtera dapat diartikan sebagai keadaan sentosa dan makmur, yang dapat diwujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik dibutuhkan sarana kesehatan yang baik pula. keinginan yang bersumber dari kebutuhan hidup. Tentunya demand untuk menjadi

BAB I PENDAHULUAN. baik dibutuhkan sarana kesehatan yang baik pula. keinginan yang bersumber dari kebutuhan hidup. Tentunya demand untuk menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum kesehatan merupakan salah satu aspek yang menentukan tinggi rendahnya standar hidup seseorang (Todaro,2000). Oleh karena itu, status kesehatan yang relatif

Lebih terperinci

BUPATI TABANAN PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TABANAN PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI TABANAN PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN, PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDI DAYA IKAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Kebijakan Pemerintah Daerah VII-2

Kebijakan Pemerintah Daerah VII-2 Penyampaian LKPJ Walikota Bandung Tahun 2012, merupakan wujud akuntabilitas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sesuai dengan ketentuan pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

Lebih terperinci

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.03/2017 TENTANG PENERAPAN KEUANGAN BERKELANJUTAN BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN, EMITEN, DAN PERUSAHAAN PUBLIK BATANG TUBUH RANCANGAN PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

Program Pengembangan BOSDA Meningkatkan Keadilan dan Kinerja Melalui Bantuan Operasional Sekolah Daerah

Program Pengembangan BOSDA Meningkatkan Keadilan dan Kinerja Melalui Bantuan Operasional Sekolah Daerah KEMENTERIAN Program Pengembangan BOSDA Meningkatkan Keadilan dan Kinerja Melalui Bantuan Operasional Sekolah Daerah Mei 2012 Dari BOS ke BOSDA: Dari Peningkatan Akses ke Alokasi yang Berkeadilan Program

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berbagai upaya telah dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk menanggulangi kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode tahun 1974-1988,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural,

Lebih terperinci

BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah sesuai dengan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

Keynote Speech STRATEGI INDONESIA MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN, INKLUSIF, DAN BERKEADILAN

Keynote Speech STRATEGI INDONESIA MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN, INKLUSIF, DAN BERKEADILAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Keynote Speech STRATEGI INDONESIA MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN, INKLUSIF, DAN BERKEADILAN Oleh: Menteri PPN/Kepala

Lebih terperinci

Kebijakan dan Strategi Nasional untuk Pengembangan Keuangan Mikro

Kebijakan dan Strategi Nasional untuk Pengembangan Keuangan Mikro Kebijakan dan Strategi Nasional untuk Pengembangan Keuangan Mikro I Pendahuluan Keuangan mikro merupakan alat yang cukup penting untuk mewujudkan pembangunan oleh Pemerintah Indonesia dalam tiga hal sekaligus,

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan. Jumlah penganggur

BAB I PENDAHULUAN. saat ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan. Jumlah penganggur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang cukup serius dihadapi Indonesia dewasa ini adalah masalah pengangguran. Pengangguran merupakan masalah ketenagakerjaan yang saat ini

Lebih terperinci

Menilai Pekerjaan Layak di Indonesia

Menilai Pekerjaan Layak di Indonesia Menilai Pekerjaan Layak di Indonesia Sekilas tentang Profil Nasional untuk Pekerjaan Layak Apa itu Pekerjaan Layak? Agenda Pekerjaan Layak, yang dikembangkan Organisasi (ILO) semakin luas diakui sebagai

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu No.89, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Pelaksanaan KLHS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.69/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2017 TENTANG PENYALURAN BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2017 TENTANG PENYALURAN BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2017 TENTANG PENYALURAN BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyaluran

Lebih terperinci

Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia 2015: Versi Rangkuman

Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia 2015: Versi Rangkuman Fighting Hunger Worldwide Fighting Hunger Worldwide Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia 2015: Versi Rangkuman Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia 2015 Copyright @ 2015 Dewan Ketahanan

Lebih terperinci

Presented by: M Anang Firmansyah IMF. system Perserikatan Bangsa-bangsa yang didirikan berdasarkan perjanjian

Presented by: M Anang Firmansyah IMF. system Perserikatan Bangsa-bangsa yang didirikan berdasarkan perjanjian Presented by: M Anang Firmansyah IMF Dana Moneter Internasional adalah Salah satu badan khusus dalam system Perserikatan Bangsa-bangsa yang didirikan berdasarkan perjanjian internasional pada tahun 1945

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 Â Krisis keuangan global yang melanda dunia sejak 2008 lalu telah memberikan dampak yang signifikan di berbagai sektor perekonomian, misalnya

Lebih terperinci

KOORDINASI PEMBANGUNAN PERKOTAAN DALAM USDRP

KOORDINASI PEMBANGUNAN PERKOTAAN DALAM USDRP Republik Indonesia Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS KOORDINASI PEMBANGUNAN PERKOTAAN DALAM USDRP DISAMPAIKAN OLEH: DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL DAN OTONOMI DAERAH BAPPENAS PADA:

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG 2010 NO: 27 SERI: E PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 27 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK DI KABUPATEN KARAWANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam kekurangan uang dan tingkat pendapatan rendah, tetapi juga banyak hal lain seperti tingkat kesehatan,

Lebih terperinci