Pengembangan Keterampilan untuk Pertumbuhan Ekonomi dan Kehidupan yang Berkelanjutan.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengembangan Keterampilan untuk Pertumbuhan Ekonomi dan Kehidupan yang Berkelanjutan."

Transkripsi

1

2 Dalam mempersiapkan masukan ILO kepada Komite Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia, 12 seri paparan teknis singkat (Technical Briefing Notes-TBNs) telah disusun untuk memenuhi dua tujuan. Pertama, sebagai dokumen latar belakang tentang persoalan dan pilihan-pilihan kebijakan kunci yang sangat penting bagi pengentasan kemiskinan. Dan kedua, sebagai pondasi dalam penyusunan laporan komprehensif: "Terbebas dari Kemiskinan: Masukan ILO atas PRSP Indonesia". Paparan teknis ini membahas: Pengembangan Keterampilan untuk Pertumbuhan Ekonomi dan Kehidupan yang Berkelanjutan. Tema-tema lain dalam seri paparan teknis singkat meliputi: Dimensi Ketenagakerjaan dalam Kebijakan Makro dan Sektoral Desentralisasi dan Pekerjaan yang Layak: Mengaitkannya dengan MDGs; Penciptaan Pekerjaan dan Pengembangan Usaha (Usaha Kecil, Menengah dan Ekonomi Lokal); Lapangan Kerja bagi Kaum Muda: Jalan Setapak dari Sekolah menuju Pekerjaan; Pembangunan Pedesaan: Akses, Ketenagakerjaan dan Peluang Meraih Pendapatan; Mempromosikan Deklarasi ILO mengenai Prinsipprinsip dan Hak-hak Dasar di Tempat Kerja; Menghapuskan Bentuk-bentuk Terburuk Pekerja Anak; Perlidungan Sosial bagi Semua; Meningkatkan Tata Pemerintahan yang Baik di Pasar Kerja dengan memperkuat Tripartisme dan Dialog Sosial; Migrasi: Peluang dan Tantangan bagi Pengentasan Kemiskinan. Jender dan Kemiskinan

3 Hak Cipta Kantor Perburuhan Internasional 2004 Pertama terbit tahun 2004 Publikasi Kantor Perburuhan Internasional dilindungi oleh Protokol 2 dari Konvensi Hak Cipta Dunia (Universal Copyright Convention). Walaupun begitu, kutipan singkat yang diambil dari publikasi tersebut dapat diperbanyak tanpa otorisasi dengan syarat agar menyebutkan sumbernya. Untuk mendapatkan hak perbanyakan dan penerjemahan, surat lamaran harus dialamatkan kepada Publications Bureau (Rights and Permissions), International Labour Office, CH 1211 Geneva 22, Switzerland. Kantor Perburuhan Internasional akan menyambut baik lamaran tersebut. ILO Seri Rekomendasi Kebijakan: Kerja Layak dan Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia, 2004 ISBN Sesuai dengan tata cara Perserikatan Bangsa Bangsa, pencantuman informasi dalam publikasi publikasi ILO beserta sajian bahan tulisan yang terdapat di dalamnya sama sekali tidak mencerminkan opini apapun dari Kantor Perburuhan Internasional (International Labour Office) mengenai informasi yang berkenaan dengan status hukum suatu negara, daerah atau wilayah atau kekuasaan negara tersebut, atau status hukum pihak pihak yang berwenang dari negara tersebut, atau yang berkenaan dengan penentuan batas batas negara tersebut. Dalam publikasi publikasi ILO sebut, setiap opini yang berupa artikel, kajian dan bentuk kontribusi tertulis lainnya, yang telah diakui dan ditandatangani oleh masing masing penulisnya, sepenuhnya menjadi tanggung jawab masing masing penulis tersebut. Pemuatan atau publikasi opini tersebut tidak kemudian dapat ditafsirkan bahwa Kantor Perburuhan Internasional menyetujui atau menyarankan opini tersebut. Penyebutan nama perusahaan, produk dan proses yang bersifat komersil juga tidak berarti bahwa Kantor Perburuhan Internasional mengiklankan atau mendukung perusahaan, produk atau proses tersebut. Sebaliknya, tidak disebutnya suatu perusahaan, produk atau proses tertentu yang bersifat komersil juga tidak dapat dianggap sebagai tanda tidak adanya dukungan atau persetujuan dari Kantor Perburuhan Internasional. Publikasi publikasi ILO dapat diperoleh melalui penyalur penyalur buku utama atau melalui kantor kantor perwakilan ILO di berbagai negara atau langsung melalui Kantor Pusat ILO dengan alamat ILO Publications, International Labour Office, CH 1211 Geneva 22, Switzerland atau melalui Kantor ILO di Jakarta dengan alamat Menara Thamrin, Lantai 22, Jl. M.H. Thamrin Kav. 3, Jakarta Katalog atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma cuma pada alamat tersebut, atau melalui e mail:pubvente@ilo.org ; jakarta@ilo.org. Kunjungi website kami: ; Dicetak di Jakarta, Indonesia

4 PENGEMBANGAN KETERAMPILAN UNTUK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KEHIDUPAN YANG BERKELANJUTAN Pendidikan di Indonesia telah berjalan cukup baik sebagaimana terlihat dalam kenaikan angka melek-huruf dan jumlah pendaftaran masuk sekolah di semua tingkat. Namun krisis ekonomi tahun 1997 agak mengganggu proses investasi sumber daya manusia. Krisis ekonomi itu tidak hanya mempengaruhi kemampuan masyarakat memperoleh penghasilan di masa sekarang namun juga ke depan, terutama kaum miskin karena hambatan dalam pendidikan. Tingkat melek-huruf di Indonesia tercatat 87 persen pada tahun 2000, yang menempatkan Indonesia dalam kelompok menengah dalam Indeks Pengembangan Manusia (human development index). 1 Hampir 59 persen tenaga kerja Indonesia tidak pernah sekolah atau tidak menyelesaikan sekolah dasar, atau sudah menyelesaikan sekolah dasar pada tahun Tenaga kerja yang memiliki diploma atau ijasah universitas hanya lima persen. Perlindungan sumber daya manusia 1 Dampak buruk yang signifikan dari krisis adalah banyak keluarga miskin cenderung menarik anakanaknya dari sekolah karena problem pendapatan, sehingga mereka tidak mampu lagi membayar uang sekolah atau biaya sekolah lain. Anak-anak yang berada pada kelompok usia kerja dihadapkan pada pilihan sulit: tetap melanjutkan sekolah atau segera keluar untuk bekerja dan menghasilkan uang. Tercatat banyak sekali anak-anak yang berhenti sekolah bahkan sebelum mereka menyelesaikan pendidikan sesuai dengan program wajib belajar (9 tahun). Mereka ini hampir pasti menjadi pekerja 1 Human Development Report 2002, Oxford University Press., Inc.

5 Pengembangan Keterampilan untuk Pertumbuhan Ekonomi dan Kehidupan yang Berkelanjutan yang tidak memiliki keterampilan dan kemampuan (unqualified) dan mereka inilah yang akan menentukan seberapa tinggi produktifitas yang bisa dicapai dalam beberapa dekade ke depan. Menyadari betapa pentingnya mempertahankan investasi, setidaknya pada level pendidikan dasar, pemerintah Indonesia telah menyediakan program penanggulangan krisis. Selama krisis ekonomi, Pemerintah Indonesia telah meningkatkan anggaran pendidikan dasar terutama untuk program-program penanggulangan krisis dengan menyediakan beasiswa dan dana alokasi khusus untuk sekolah. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan investasi jangka panjang dalam sumber daya manusia. Biaya publik untuk pendidikan di Indonesia selalu rendah (lihat Tabel 1). Pemerintah, dengan bantuan Bank Dunia mencanangkan program nasional lima tahunan dengan menyediakan beasiswa bagi anak-anak miskin di sekolah lanjutan tingkat pertama, memberikan dana alokasi khusus kepada sekolahsekolah yang melayani masyarakat miskin, serta menggalang partisipasi masyarakat untuk mendukung pendidikan anak-anak mereka. Program ini masih berjalan dan diharapkan pada tahun depan pemerintah akan melanjutkan program dengan ini dengan dana dari APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara). 2 Untuk mereka yang sudah tersisih dari pekerjaan, pemerintah menyediakan program untuk pekerja terampil dan pekerja tidak terampil. Pekerjaan padat karya biasa digunakan untuk memberikan kesempatan kerja kepada pekerja tidak terampil. Bagi pekerja terampil, telah dilaksanakan beberapa program pelatihan-kembali untuk mengarahkan mereka bekerja sendiri atau membuka usaha dengan mendasarkan diri pada sumber daya setempat. Sejauh ini, program tersebut masih berlanjut.

6 Tabel 1: Belanja Publik untuk Pendidikan (% dari PDB) Peringkat dalam Indeks Negara Pembangunan % % Manusia tahun 2003 Indonesia (1990) 1.43 (1998) Malaysia (1990) 4.62 (1997) Thailand (1990) 4.70 (1998) Kamboja (1998) Singapur (1995) Sumber: Indikator Pembangunan Dunia 2002 dan Laporan Pembangunan Manusia 2003 Salah satu indikasi kegagalan pasar dalam sistem pendidikan dan pelatihan terlihat dari fakta bahwa permintaan di pasar kerja tidak bisa dipenuhi oleh sisi penawarannya sendiri. Dengan kata lain, pasar kerja memerlukan jenis-jenis pekerja yang tidak disediakan oleh sistem pendidikan dan pelatihan. Untuk menjawab kenyataan ini, pemerintah, terutama Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi memperkenalkan kebijakan link and match dan demand driven training. Kedua kebijakan ini bertujuan memadukan sistem pendidikan dan pelatihan dengan pasar kerja, meningkatkan kesempatan memperoleh pekerjaan kepada para lulusan sekolah serta memenuhi kebutuhan para pemberi kerja. Pengembangan sumber daya manusia 3 Kebijakan sumber daya manusia di Indonesia selama ini mempunyai cakupan yang luas. Pemerintah selama ini memusatkan perhatian pada perluasan pendidikan dasar yang sekarang sudah menjadi kebutuhan universal. Perluasan sekolah lanjutan tingkat pertama lebih banyak menunjang kelanjutan pendidikan ke sekolah menengah atas, dan bukan untuk bisa segera dapat bekerja. Ini sebagian disebabkan oleh keinginan memperoleh penghasilan lebih besar sesuai tingkat pendidikan. Data menunjukkan bahwa pekerja yang tidak pernah sekolah dan mereka yang tidak menyelesaikan sekolah dasar memperoleh penghasilan bulanan di bawah garis kemiskinan,

7 Pengembangan Keterampilan untuk Pertumbuhan Ekonomi dan Kehidupan yang Berkelanjutan yaitu masing-masing 28 dolar AS (Rp ) dan 37 dolar AS (Rp ) setiap bulan pada tahun Gambaran ini sangat kontras dengan penghasilan bulanan rata-rata pekerja yang menyandang gelar dari perguruan tinggi yang mencapai 154 dolar AS (Rp ). 2 Hubungan antara tingkat upah dan pencapaian pendidikan digambarkan dalam Bagan 1. Grafik: Tingkat Upah Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Indonesia Keterangan NS =Tidak pernah sekolah <PS =Tidak tamat SD PS = Tamat SD Gen JSS =SLTP Umum Voc JSS =SLTP Kejuruan Gen SSS =SLTA Umum Voc SSS =SLTA Kejuruan 4 Pendidikan lanjutan tingkat atas dan universitas tumbuh menjamur karena semakin tingginya permintaan masyarakat atas pendidikan, dan pasar kerja pada satu tahap terus menyerap lulusan pendidikan yang semakin tinggi. Kehadiran banyak lembaga pendidikan belakangan ini yang sebagian disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang tidak lagi membatasi ekspansi sekolah swasta, telah memberikan jawaban atas permintaan masyarakat akan pendidikan yang semakin meningkat. Sistem pendidikan di Indonesia terdiri dari tingkat pra-sekolah dan pendidikan dasar, sekolah lanjutan tingkat pertama, sekolah lanjutan tingkat atas, dan sekolah tinggi (politeknik, diploma, akademi dan universitas), serta pendidikan luar sekolah. Pendidikan kejuruan juga mulai disediakan untuk tingkat lanjutan pertama dan lanjutan atas. 2 Situasi Tenaga Kerja di Indonesia 2002, Badan Pusat Statistik Indonesia

8 Pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) ditujukan kepada mereka tidak dapat mengikuti pendidikan formal karena berbagai alasan yang berbeda-beda. Pendidikan informal ini diselenggarakan dalam bentuk Paket A (setara sekolah dasar), Paket B (setara sekolah lanjutan tingkat pertama), Paket C (setara sekolah lanjutan tingkat atas) serta sejumlah paket pelatihan keterampilan termasuk pelatihan kewiraswastaan. Yang disebut terakhir disesuaikan dengan sumber daya lokal dan kebutuhan masyarakat setempat. Pendidikan luar sekolah umumnya diselenggarakan di pusat-pusat belajar masyarakat yang terdapat di seluruh Indonesia. Pemerintah (Depdiknas) sejalan dengan proses desentralisasi telah melaksanakan beberapa reformasi dalam pendidikan sebagaimana dibahas di bawah ini. Badan ini menggantikan BP3 (Bantuan Pembangunan dan Penyelenggaraan Pendidikan). Dewan Sekolah didirikan di tingkat kabupaten/ kotamadya dan komite sekolah tingkat sekolah. Perbedaan antara badan sebelumnya (BP3) dan badan ini (komite sekolah) adalah dalam soal keanggotaan. Keanggotaan komite sekolah, selain guru dan orang tua, terdiri juga dari unsur-unsur masyarakat (industri, LSM, akademisi, dll.) Ini menjadi salah satu mekanisme untuk memperoleh masukan bagi sistem pendidikan link and match. Dewan atau komite sekolah Ini menggambarkan bahwa sekolah mempunyai hak otonomi untuk mengurus masalahnya sendiri. Manajemen berbasis-sekolah 5 Ujian akhir nasional yang sebelumnya diselenggarakan oleh pemerintah pusat sekarang diselenggarakan oleh sekolah dengan bimbingan dari pemerintah pusat. Ini berlaku juga dalam pengembangan kurikulum, namun standar kompetensi tetap menjadi wewenang pemerintah pusat. Ujian akhir nasional

9 Pengembangan Keterampilan untuk Pertumbuhan Ekonomi dan Kehidupan yang Berkelanjutan Pendidikan dan pelatihan kejuruan Pendidikan kejuruan Keterampilan dapat diperoleh melalui pendidikan kejuruan atau pelatihan kejuruan. Pendidikan kejuruan di Indonesia diselenggarakan oleh negara, swasta dan pusat pelatihan perusahaan. Pendidikan kejuruan di Indonesia lebih banyak mencakup bidang ekonomi dan manajemen (administrasi, akuntansi, pemasaran, manajemen, dan sebagainya). Pendidikan kejuruan teknik meliputi menggambar, survai dan pemetaan, konstruksi bangunan, bangunan air, instalasi listrik, penggunaan listrik, permesinan, elektronik komunikasi, permesinan mobil, montir umum dan pemeliharaan kapal. Pendidikan kejuruan dapat memberi manfaat namun biayanya relatif tinggi. Oleh karena itu pengembangannya perlu ditetapkan dalam kerangka pembangunan sumber daya manusia secara keseluruhan. Hasil survei tahun 2000 menunjukkan bahwa jumlah sekolah kejuruan pemerintah mencapai sekolah dan jumlah siswanya orang. Sementara itu, jumlah sekolah umum pemerintah tercatat buah dengan murid sebanyaknya siswa. 3 Seperti dikemukakan sebelumnya, sekolah kejuruan terutama terdiri dari sekolah ekonomi dan manajemen (SMEA) dan sekolah teknik (STM). Kedua bidang kejuruan ini mencakup 89 persen jumlah siswa sekolah menengah kejuruan, sebagian besar dari mereka menjadi siswa sekolah swasta. Pendidikan kejuruan dianggap lebih mahal daripada pendidikan umum. Namun demikian, belanja negara untuk pendidikan kejuruan selama ini relatif lebih rendah dibanding pendidikan menengah umum. 6 Pemberian keterampilan tingkat pendidikan menengah atas lebih banyak dilakukan oleh lembaga swasta: jumlah lulusan sekolah menengah umum dari sekolah swasta hampir sama besar dengan jumlah lulusan sekolah pemerintah, dan bahkan lebih besar lagi bila sekolah agama tidak dimasukkan. Jumlah lulusan lembaga pendidikan pasca-sekolah menengah dan universitas swasta dua kali lebih banyak dibandingkan lulusan lembaga pemerintah. Untuk menindak-lanjuti kebijakan link 3 Buku Statistik Tahunan Indonesia 2002, Badan Pusat Statistik Indonesia

10 and match, Departemen Pendidikan Nasional telah memperkenalkan sistim pendidikan ganda sejak Dengan pola ini, siswa akan menjalani proses pemagangan dan ini menyebabkan masa sekolah di sekolah kejuruan tingkat atas berubah dari tiga tahun menjadi empat tahun. Pola ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja dalam perusahaan yang sesungguhnya. Program ini diselenggarakan melalui kemitraan dengan perusahaan swasta. Namun, keberhasilan sistem ini masih perlu dievaluasi. Dalam hal pelatihan, penyelenggaraannya dapat dilakukan oleh pemerintah, pusat pelatihan swasta atau perusahaan. Pelatihan oleh pemerintah hanya sebagian kecil dari apa yang dilakukan swasta. Lembaga pelatihan swasta harus terdaftar di Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi atau di Departemen Pendidikan Nasional, yang keduanya mengutamakan para pencari kerja. Pelatihan di perusahaan juga banyak dilakukan tetapi diutamakan untuk tenaga kerja mereka sendiri. Pelatihan kejuruan 7 Pelatihan keterampilan oleh pemerintah diselenggarakan oleh Departemen-departemen seperti Departemen Tenaga Kerja, Pertanian, Perindustrian dan Perdagangan, dan beberapa Departemen lain. Kegiatan beberapa lembaga yang terlibat dalam penyelenggaraan pelatihan adalah sesuai dengan Keputusan Presiden No. 34/1972 yang menetapkan bahwa (a) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bertanggung jawab dalam pengelolaan pendidikan umum dan pendidikan kejuruan; (b) Menteri Tenaga Kerja menangani pelatihan kejuruan bagi sektor non-pemerintah; dan (c) Lembaga Administrasi Negara menangani pendidikan dan pelatihan pegawai negeri. Dengan berlakunya Undang-Undang No. 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, beberapa fungsi ini dialihkan kepada daerah. Pemerintah pusat hanya bertanggung jawab menetapkan standar dan petunjuk pelaksanaan, tetapi sebagian besar pelaksanaannya diserahkan kepada daerah. Ini berlaku dalam pendidikan dan pelatihan. Dalam hal pelatihan, misalnya, Balai Latihan Kerja (BLK) yang sebelumnya berada di bawah Depnakertrans sekarang menjadi milik pemerintah daerah; kecuali enam BLK yang tetap dipegang oleh Depnakertrans

11 Pengembangan Keterampilan untuk Pertumbuhan Ekonomi dan Kehidupan yang Berkelanjutan dan dirancang menjadi pusat percontohan. 4 Namun demikian, BLK ini dianggap tidak bisa memenuhi kebutuhan perusahaan. Lebih dari itu, lulusannya juga tidak bisa mendapatkan manfaat dari pelatihan tersebut (pendapatan, lamanya mencari pekerjaan dan pengangguran), dan lulusannya pada kenyataannya tidak dibedakan dengan pencari kerja lainnya. Unit Pelatihan Bergerak sudah digunakan untuk memberikan pelatihan pengetahuan dan keterampilan dasar di tempat-tempat terpencil dan ini diselenggarakan dengan dukungan balai-balai latihan kerja kecil milik Depnakertrans. Program pelatihan di bawah Depnakertrans meliputi sejumlah besar kelompok dan bidang. Dalam prakteknya, program diutamakan kepada para pencari kerja (mereka yang putus sekolah tetapi kemudian banyak diminati oleh lulusan sekolah menengah) yang mendapatkan pelatihan di BLK dan mereka yang bekerja sendiri dalam usaha kecil atau pertanian yang mendapatkan pelatihan baik dari Dinas Tenaga Kerja maupun melalui Dinas Tenaga Kerja atau unit pelatihan bergerak yang diperbantukan pada balai latihan kerja. Direktorat Produktifitas Nasional, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi bertanggung jawab atas pengembangan, pengelolaan dan pemberian pelatihan keterampilan manajemen dan jasa konsultasi kepada sejumlah besar perusahaan swasta. 8 Pelatihan lainnya Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi mengembangkan tiga program lagi untuk mengembangkan peluang kerja bersifat padatkarya, menggunakan teknologi tepat-guna, dan diaplikasikan pada tenaga kerja terdidik dan tenaga kerja di sektor informal. Ketiga program itu adalah Program Relawan Terdidik, Pelatihan dalam Teknologi Tepat-Guna, dan Pelatihan untuk Usaha 4 Terdapat 153 Balai Latihan Kerja/Kursus Latihan Kerja di 50 kota dan sisanya ada di pedesaan. Pada awalnya, orientasi lembaga tersebut adalah menyediakan pelatihan yang sepenuhnya disubsidi di dunia kerja (permesinan, pertanian, pengelasan, dll) berbeda dengan pusat pelatihan swasta dan perusahaan dalam tanggung jawab memenuhi permintaan di dunia kerja. Meskipun demikian, karena hambatan pendanaan, pelatihan untuk keterampilan yang membutuhkan biaya besar (seperti komputer, menjahit, turisme, dan mengemudi) lebih banyak diselenggarakan swasta. Ukuran pembiayaan mulai diperkenalkan.

12 Mandiri dan Sektor Informal. Selain itu, Depnakertrans juga menyelenggarakan pelatihan melalui pemagangan. Sementara itu, departemen Perindustrian dan Perdagangan menyelenggarakan program untuk Pengusaha Ekonomi Lemah. Program Relawan Terdidik memberikan pelatihan dan menciptakan peluang kerja kepada tenaga terdidik yang belum bekerja dan merangsang lulusan perguruan tinggi untuk menjadi relawan dalam reformasi pembangunan. Bagian pelatihan dari program ini dimaksudkan untuk mengajarkan keterampilan yang sesuai untuk mendirikan usaha kecil dan bagian yang menangani kesempatan kerja menugaskan lulusan perguruan tinggi ke pedesaan untuk melaksanakan kegiatan sukarela. Kelompok sasarannya adalah para lulusan pendidikan politeknik dan universitas yang belum bekerja. Walaupun program ini dikelola oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, para pesertanya berasal juga dari departemen-departemen lain. Di masa lalu, relawan lulusan perguruan tingi dapat menjadi pegawai negeri dengan memperoleh pelatihan tambahan untuk dapat bekerja di sektor publik. Pelatihan Teknologi Tepat-Guna bertujuan menciptakan peluang kerja kepada mereka yang kurang terdidik di daerah pedesaan miskin dengan memanfaatkan sumber daya setempat. Program ini diselenggarakan oleh Dinas Tenaga Kerja di semua propinsi. Tenaga-tenaga yang berkemampuan diambil dari instansi pemerintah, bank, dan LSM dan diberikan pelatihan selama enam minggu dalam teknologi yang sesuai bagi masyarakat. Alih keterampilan dan pengetahuan ini diharapkan akan meningkatkan kemampuan perorangan dan kelompok untuk membuat barang-barang dari sumber daya setempat untuk dijual. 9 Kemungkinan besar tidak banyak evaluasi yang diadakan untuk program pelatihan ini. Walaupun biayanya tinggi, insentif untuk para fasilitator umumnya dianggap rendah. Lingkup pelatihan kepada fasilitator terbatas, dan tidak ada tindaklanjut yang dapat dilakukan oleh fasilitator. Program Pelatihan Kewirausahaan dan Usaha Mandiri Lainnya. Sejak krisis, banyak perhatian dicurahkan pada usaha mikro dan kecil

13 Pengembangan Keterampilan untuk Pertumbuhan Ekonomi dan Kehidupan yang Berkelanjutan menengah (UKM). Banyak kebijakan pemerintah telah dicanangkan untuk mengembangkan sektor ini. Program pengembangan usaha mikro dan UKM terdapat di berbagai departemen, antara lain di Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Departemen Koperasi dan UKM, Departemen Dalam Negeri dan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Bantuan untuk pengembangan usaha mikro dan UKM diberikan juga oleh banyak LSM, Organisasi Masyarakat Madani, dan lembagalembaga donor seperti Canadian International Development Agency (CIDA), International Labour Organization (ILO), Asian Development Bank (ADB), dan Bank Dunia. Pengembangan UKM juga menjadi salah satu perhatian khusus dari kelompok kerja APEC. Program kewirausahaan seringkali dilaksanakan antar-departemen (modalnya dilaksanakan bersama antara Depnakertrans dan Departemen Perindustrian dan Perdagangan). Beberapa program memberikan pelatihan selama dua bulan dan menawarkan pelatihan dalam keterampilan dasar yang diperlukan untuk menjalankan usaha kecil; tenaga pelatih tambahan seringkali dikontrak dari lembaga-lembaga swasta dan dilaksanakan di lokasi kecil yang disewa sementara untuk kegiatan ini. Pelatihan manajemen juga ditawarkan untuk lulusan sekolah menengah dan sebagian juga kepada lulusan perguruan tinggi untuk mendirikan usaha kecil. Ada juga program khusus untuk tamatan sekolah dasar dan mereka yang putus sekolah di sekolah lanjutan pertama, tentang keterampilan dasar yang dapat digunakan untuk menjalankan usaha mandiri. Dalam beberapa program, para peserta diberikan bantuan uang. 10 Pelatihan Pemagangan. Dengan bantuan dana luar negeri (Pinjaman dari Bank Dunia 2705-IND) pada akhir tahun 1980-an, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi mengembangkan program pemagangan yang dilaksanakan dengan menggabungkan pelatihan di dan di luar tempat kerja dan berjangka waktu satu atau dua tahun. Namun demikian, program khusus ini tidak pernah dilaksanakan tapi pola pemagangan lain diperkenalkan pada tahun Sertifikasi keterampilan Belakangan ini diajukan usulan untuk membentuk Badan Sertifikasi Nasional Profesi (BSNP). Persetujuannya masih dalam proses.

14 Direncanakan, badan ini akan bekerjasama dengan para asosiasi profesi karena mereka dianggap sebagai yang paling tepat menentukan standar dan sertifikasi profesional. Diyakini bahwa penentuan standar bukanlah peran pemerintah, melainkan harus diserahkan kepada asosiasi terkait. Lulusan sekolah yang masih muda yang kebanyakan kurang berpengalaman memerlukan informasi dan jasa konsultasi tentang dunia kerja dan berbagai aspek yang terkait. Sekolah dan universitas memberikan bimbingan dan jasa konsultasi agar para lulusan sekolah dapat menyesuaikan diri dalam perspektif kerja. Walaupun program ini (berlaku bagi lembaga publik dan swasta) sudah diberlakukan selama beberapa tahun, tampaknya belum semua sekolah dan universitas telah ikut-serta dalam kegiatan ini. Dari sisi permintaan, pemerintah (Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi) melaksanakan pendaftaran para pencari kerja dengan menerbitkan kartu kuning untuk mencari pekerjaan. 5 Namun demikian, keberhasilan penempatan tenaga dengan menggunakan kartu kuning ini dipertanyakan. Proyek percontohan untuk layanan kesempatan kerja di seluruh daerah Jakarta Raya sudah dilaksanakan beberapa tahun lalu, dan tampaknya kekurangan dana menjadi alasan tidak langgengnya proyek ini. Baru-baru ini, Depnakertrans meluncurkan pasar kerja on-line melalui situs web departemen. Bagaimana menyiapkan lulusan sekolah memasuki pasar kerja 11 Sehubungan dengan ini, pemerintah (Depnakertrans) mewajibkan pihak swasta (perusahaan swasta) melaporkan lowongan kerja di perusahaan mereka sesuai dengan Undang- Undang No. 7 tahun 1981 tentang Lowongan Kerja. Lagi-lagi tingkat kepatuhan perusahaan relatif rendah. Belakangan ini diselenggarakan beberapa bazar lowongan kerja atas prakarsa pemerintah (Depnakertrans) dan kalangan perguruan tinggi. Beberapa perusahaan ikut-serta dalam bazar kerja ini dimana minat para pencari kerja sangat besar, 5 Kartu kuning merupakan pertanda bahwa seseorang sudah terdaftar. Surat lamaran kerja ke instansi pemerintah harus disertai kartu kuning. Namun demikian, prosedur kartu kuning ini sebetulnya tidak ada gunanya.

15 Pengembangan Keterampilan untuk Pertumbuhan Ekonomi dan Kehidupan yang Berkelanjutan yang menggambarkan betapa tingginya tingkat pengangguran kaum muda dan tingginya keinginan untuk mendapatkan pekerjaan. Rekomendasi kebijakan Banyak program pelatihan publik yang tidak dirancang sedemikian rupa agar dapat mengatasi kegagalan pengembangan keterampilan. Sebagian program dicanangkan dan ada lagi program lain yang dikembangkan tanpa ada koordinasi dengan bantuan donor. Secara keseluruhan, biaya satuannya tinggi dan cukup banyak menyerap dana pemerintah. Pelatihan bergerak biasanya memakan biaya tinggi dan dilaksanakan di bawah kapasitas yang ada. Agar program seperti itu beroperasi penuh dengan mutu yang sesuai, diperlukan alokasi dana pemerintah yang lebih besar. Peningkatan mutu memerlukan dana tambahan. Karena pelatihan bergerak diselenggarakan terutama di daerah pedesaan, manfaatnya perlu dibandingkan dengan biaya investasi alternatif atas sumber daya manusia (seperti pendidikan dan kesehatan) atau prasarana. Koordinasi antara Departemen-Departemen yang terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan pelatihan perlu juga ditingkatkan: diperlukan adanya satu mekanisme tunggal untuk mengembangkan pelatihan oleh swasta dalam pemberian bimbingan nasional dan mendorong pelaksanaannya dalam pola desentralisasi. 12 Perlu adanya re-evaluasi atas keberlangsungan program-program yang ada terutama yang dilaksanakan dalam skala besar, misalnya, sistem pendidikan ganda atau program pemagangan. Berdasarkan pemikiran ini, sangat diperlukan adanya mekanisme yang efektif untuk pemantauan keberhasilan program pendidikan/ pelatihan dari segi keterkaitannya dengan pasar tenaga kerja (efektifitas biaya, penempatan kerja dan indikator keberhasilan lainnya). Kajian atas kegunaan kartu kuning perlu dilakukan agar segera bisa diputuskan apakah cara ini perlu diteruskan atau diganti dengan cara lain. Sebaliknya, gagasan baru seperti pasar kerja online perlu ditingkatkan dan dibina melalui pemantauan dan evaluasi reguler.

Pembangunan Pedesaan:: Akses, Ketenagakerjaan dan Peluang Meraih Pendapatan.

Pembangunan Pedesaan:: Akses, Ketenagakerjaan dan Peluang Meraih Pendapatan. Dalam mempersiapkan masukan ILO kepada Komite Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia, 12 seri paparan teknis singkat (Technical Briefing Notes-TBNs) telah disusun untuk memenuhi dua tujuan. Pertama, sebagai

Lebih terperinci

Paparan teknis ini membahas: Jender dan Kemiskinan. Tematema lain dalam seri paparan teknis singkat meliputi:

Paparan teknis ini membahas: Jender dan Kemiskinan. Tematema lain dalam seri paparan teknis singkat meliputi: Dalam mempersiapkan masukan ILO kepada Komite Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia, 12 seri paparan teknis singkat (Technical Briefing Notes-TBNs) telah disusun untuk memenuhi dua tujuan. Pertama, sebagai

Lebih terperinci

Lapangan Kerja bagi Kaum Muda: Jalan Setapak dari Sekolah menuju Pekerjaan

Lapangan Kerja bagi Kaum Muda: Jalan Setapak dari Sekolah menuju Pekerjaan Dalam mempersiapkan masukan ILO kepada Komite Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia, 12 seri paparan teknis singkat (Technical Briefing Notes-TBNs) telah disusun untuk memenuhi dua tujuan. Pertama, sebagai

Lebih terperinci

Paparan teknis ini membahas: Jender dan Kemiskinan. Tematema lain dalam seri paparan teknis singkat meliputi:

Paparan teknis ini membahas: Jender dan Kemiskinan. Tematema lain dalam seri paparan teknis singkat meliputi: Dalam mempersiapkan masukan ILO kepada Komite Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia, 12 seri paparan teknis singkat (Technical Briefing Notes-TBNs) telah disusun untuk memenuhi dua kegunaan. Pertama,

Lebih terperinci

1. Dimensi Ketenagakerjaan Dalam Kebijakan Makro Dan Sektoral;

1. Dimensi Ketenagakerjaan Dalam Kebijakan Makro Dan Sektoral; Dalam mempersiapkan masukan ILO kepada Komite Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia, 12 seri paparan teknis singkat (Technical Briefing Notes-TBNs) telah disusun untuk memenuhi dua kegunaan. Pertama,

Lebih terperinci

1. Dimensi Ketenagakerjaan Dalam Kebijakan Makro Dan Sektoral;

1. Dimensi Ketenagakerjaan Dalam Kebijakan Makro Dan Sektoral; Dalam mempersiapkan masukan ILO kepada Komite Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia, 12 seri paparan teknis singkat (Technical Briefing Notes-TBNs) telah disusun untuk memenuhi dua kegunaan. Pertama,

Lebih terperinci

Paparan teknis ini membahas: Perlidungan Sosial bagi Semua. Tema-tema lain dalam seri paparan teknis singkat meliputi:

Paparan teknis ini membahas: Perlidungan Sosial bagi Semua. Tema-tema lain dalam seri paparan teknis singkat meliputi: Dalam mempersiapkan masukan ILO kepada Komite Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia, 12 seri paparan teknis singkat (Technical Briefing Notes-TBNs) telah disusun untuk memenuhi dua tujuan. Pertama, sebagai

Lebih terperinci

Meningkatkan Tata Pemerintahan yang Baik di Pasar Kerja dengan memperkuat Tripartisme dan Dialog Sosial

Meningkatkan Tata Pemerintahan yang Baik di Pasar Kerja dengan memperkuat Tripartisme dan Dialog Sosial Dalam mempersiapkan masukan ILO kepada Komite Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia, 12 seri paparan teknis singkat (Technical Briefing Notes-TBNs) telah disusun untuk memenuhi dua tujuan. Pertama, sebagai

Lebih terperinci

Pengembangan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia

Pengembangan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Sidang ke-92 2004 Laporan IV (1) Konperensi Perburuhan Internasional Pengembangan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia pokok ke 4 dalam agenda Kantor Perburuhan Internasional Hak Cipta Kantor Perburuhan Internasional

Lebih terperinci

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015 KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015 Topik #10 Wajib Belajar 12 Tahun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Menjawab Daya Saing Nasional Latar Belakang Program Indonesia

Lebih terperinci

Penciptaan Pekerjaan dan Pengembangan Usaha (Usaha Kecil, Menengah dan Ekonomi Lokal)

Penciptaan Pekerjaan dan Pengembangan Usaha (Usaha Kecil, Menengah dan Ekonomi Lokal) Dalam mempersiapkan masukan ILO kepada Komite Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia, 12 seri paparan teknis singkat (Technical Briefing Notes-TBNs) telah disusun untuk memenuhi dua tujuan. Pertama, sebagai

Lebih terperinci

Hak Cipta Kantor Kantor Perburuhan Internasional 2003 Pertama terbit tahun 2003

Hak Cipta Kantor Kantor Perburuhan Internasional 2003 Pertama terbit tahun 2003 Hak Cipta Kantor Kantor Perburuhan Internasional 2003 Pertama terbit tahun 2003 Publikasi Kantor Perburuhan Internasional dilindungi oleh Protokol 2 dari Konvensi Hak Cipta Dunia (Universal Copyright Converntion).

Lebih terperinci

Lapangan Kerja bagi Kaum Muda

Lapangan Kerja bagi Kaum Muda Organisasi Perburuhan Internasional Lapangan Kerja bagi Kaum Muda SEBUAH TUJUAN NASIONAL SEKILAS tentang Lapangan Kerja Bagi Kaum Muda di Indonesia: Sekitar 57 persen dari angkatan kerja muda Indonesia

Lebih terperinci

K102. Konvensi ILO No. 102 Tahun 1952 mengenai (Standar Minimal) Jaminan Sosial

K102. Konvensi ILO No. 102 Tahun 1952 mengenai (Standar Minimal) Jaminan Sosial K102 Konvensi ILO No. 102 Tahun 1952 mengenai (Standar Minimal) Jaminan Sosial 1 Konvensi ILO No. 102 Tahun 1952 mengenai (Standar Minimal) Jaminan Sosial Copyright Organisasi Perburuhan Internasional

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta merupakan kota yang memiliki multifungsi, yaitu selain sebagai ibukota negara dan pusat pemerintahan nasional, Jakarta juga berfungsi sebagai kota industri,

Lebih terperinci

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM 48 6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 6.1. Kebijakan di dalam pengembangan UKM Hasil analisis SWOT dan AHP di dalam penelitian ini menunjukan bahwa Pemerintah Daerah mempunyai peranan yang paling utama

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 5 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENEMPATAN TENAGA KERJA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWAKARTA, Menimbang : a. bahwa pemberdayaan

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENEMPATAN TENAGA KERJA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS, Menimbang : a.

Lebih terperinci

KERANGKA AKSI NASIONAL PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA

KERANGKA AKSI NASIONAL PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KERANGKA AKSI NASIONAL PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA DISAMPAIKAN OLEH : DEPUTI SESWAPRES BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN/ SEKRETARIS

Lebih terperinci

Working Improvement In Small and Medium Construction (WISCON) by PAOT (Participatory Action Oriented Training)

Working Improvement In Small and Medium Construction (WISCON) by PAOT (Participatory Action Oriented Training) Daftar Periksa Pembinaan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi Kecil dan Menengah dengan Metode Pelatihan Partisipasi Aktif Working Improvement In Small and Medium

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, SERTA PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

(Kompilasi) KONSULTASI OLEH PEMUDA UNTUK PEMUDA, SURABAYA, UNIVERSITAS SURABAYA Oktober, 2003

(Kompilasi) KONSULTASI OLEH PEMUDA UNTUK PEMUDA, SURABAYA, UNIVERSITAS SURABAYA Oktober, 2003 Konsultasi Oleh Pemuda Untuk Pemuda (Kompilasi) KONSULTASI OLEH PEMUDA UNTUK PEMUDA, SURABAYA, UNIVERSITAS SURABAYA 13-14 Oktober, 2003 KONSULTASI OLEH PEMUDA UNTUK PEMUDA YOGYAKARTA DAN PROVINSI JAWA

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

K187. Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

K187. Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja K187 Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1 K187 - Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ISBN 978-92-2-xxxxxx-x Cetakan Pertama, 2010

Lebih terperinci

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168)

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) K168 Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) K168 - Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) 2 K168 Konvensi

Lebih terperinci

Daftar Periksa Pembinaan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Usaha Kecil dan Menengah dengan Metoda Pelatihan Partisipasi Aktif

Daftar Periksa Pembinaan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Usaha Kecil dan Menengah dengan Metoda Pelatihan Partisipasi Aktif Daftar Periksa Pembinaan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Usaha Kecil dan Menengah dengan Metoda Pelatihan Partisipasi Aktif Working Improvement in Small Medium Enterprise (WISE) by PAOT

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL Dalam bab ini, akan dijelaskan mengenai temuan studi, kesimpulan serta rekomendasi pengembangan usaha tape

Lebih terperinci

Indonesia: Tren Sosial dan Ketenagakerjaan (terbaru) November Tren tahun 2015 memperlihatkan penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi...

Indonesia: Tren Sosial dan Ketenagakerjaan (terbaru) November Tren tahun 2015 memperlihatkan penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi... ASIA-PACIFIC DECENT WORK DECADE 2006 Indonesia: Tren Sosial dan Ketenagakerjaan (terbaru) November International Labour Organization Tren tahun memperlihatkan penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi... saing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lapangan kerja yang mampu menyerapnya. Masalah pengangguran

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lapangan kerja yang mampu menyerapnya. Masalah pengangguran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengangguran adalah kondisi saat seseorang tidak bekerja dalam usia produktif antara 15 hingga 65 tahun. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja

Lebih terperinci

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2017 PEMBANGUNAN. Konstruksi. Jasa. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6018) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA MEMPEROLEH INFORMASI KETENAGAKERJAAN DAN PENYUSUNAN SERTA PELAKSANAAN PERENCANAAN TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI 4.1 Umum Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai peran yang signifikan dalam pembangunan ekonomi nasional. Dalam Analisis Kebutuhan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, SERTA PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Siaran Pers Dukungan Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi terhadap proyek-proyek ILO di Jawa Timur

Siaran Pers Dukungan Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi terhadap proyek-proyek ILO di Jawa Timur Organisasi Perburuhan Internasional - Jakarta International Labour Organization Jakarta Senin, 29 Juli 2013 UNTUK DIBERITAKAN SEGERA Siaran Pers Dukungan Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN

Lebih terperinci

Boks 1. Strategi Pendidikan Berorientasi Pasar di Provinsi Jambi

Boks 1. Strategi Pendidikan Berorientasi Pasar di Provinsi Jambi Boks 1. Strategi Pendidikan Berorientasi Pasar di Provinsi Jambi Program pendidikan merupakan suatu proses peningkatan kualitas sumber daya manusia yang dilakukan secara bertahap, sistimatis dan sesuai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tenaga kerja sebagai sumber daya manusianya. Standar dan kualitas tenaga. di pasar nasional, regional, maupun internasional.

I. PENDAHULUAN. tenaga kerja sebagai sumber daya manusianya. Standar dan kualitas tenaga. di pasar nasional, regional, maupun internasional. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi dan perdagangan, telah memacu perubahan struktur ekonomi dan industri yang tentunya akan mempengaruhi jumlah kebutuhan tenaga kerja sebagai

Lebih terperinci

Menanggulangi Permasalahan Pekerja Anak Melalui Pendidikan

Menanggulangi Permasalahan Pekerja Anak Melalui Pendidikan International Labour Organization Menanggulangi Permasalahan Pekerja Anak Melalui Pendidikan Laporan Rapat Bersama Para Mitra yang Diselenggarakan di ILO Jakarta 23 Januari 2013 DECENT WORK A better world

Lebih terperinci

Menilai Pekerjaan Layak di Indonesia

Menilai Pekerjaan Layak di Indonesia Menilai Pekerjaan Layak di Indonesia Sekilas tentang Profil Nasional untuk Pekerjaan Layak Apa itu Pekerjaan Layak? Agenda Pekerjaan Layak, yang dikembangkan Organisasi (ILO) semakin luas diakui sebagai

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG Nomor 14 Tahun 2001 Seri E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PELAYANAN KETENAGAKERJAAN BIDANG PENEMPATAN DAN PELATIHAN TENAGA KERJA DENGAN

Lebih terperinci

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PENANGANAN PENGANGGURAN

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PENANGANAN PENGANGGURAN GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PENANGANAN PENGANGGURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat GUBERNUR GORONTALO, : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Ketenagaker

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Ketenagaker BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1990, 2016 KEMENAKER. Penempatan Tenaga Kerja. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG PENEMPATAN TENAGA KERJA DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, Menimbang : a. bahwa Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERLUASAN KESEMPATAN KERJA DI KABUPATEN KARAWANG

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERLUASAN KESEMPATAN KERJA DI KABUPATEN KARAWANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERLUASAN KESEMPATAN KERJA DI KABUPATEN KARAWANG Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, bahwa kebijakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.4, 2014 EKONOMI. Pembangunan. Perindustrian. Perencanaan. Penyelenggaraan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5492) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PERLUASAN KESEMPATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PERLUASAN KESEMPATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PERLUASAN KESEMPATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah. Indikator yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. daerah. Indikator yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan salah satunya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan adalah tujuan utama dari pembangunan sebuah negara atau daerah. Indikator yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan salah satunya dengan melihat pada

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, SERTA PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, SERTA PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

& KELEBIHAN KOPERASI dalam Melindungi Petani & Usahawan Kecil Pedesaan

& KELEBIHAN KOPERASI dalam Melindungi Petani & Usahawan Kecil Pedesaan PENGENTASAN KEMISKINAN & KELEBIHAN KOPERASI dalam Melindungi Petani & Usahawan Kecil Pedesaan Pengantar oleh: Rajiv I.D. Mehta Director Pengembangan ICA Asia Pacific 1 Latar Belakang Perekonomian dunia

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN MODAL LEMBAGA KEUANGAN MIKRO MASYARAKAT DAN KOPERASI PEDESAAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS Menimbang BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, : a. bahwa

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG 2010 NO: 27 SERI: E PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 27 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK DI KABUPATEN KARAWANG

Lebih terperinci

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 1 K-143 Konvensi Pekerja Migran (Ketentuan Tambahan), 1975 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang

Lebih terperinci

BAB III OBJEK LAPORAN KKL. Balai besar pengembangan latihan kerja dalam negeri (BBPLKDN)

BAB III OBJEK LAPORAN KKL. Balai besar pengembangan latihan kerja dalam negeri (BBPLKDN) BAB III OBJEK LAPORAN KKL 3.1 Gambaran Umum BBPLKDN Bandung 3.1.1 Sejarah BBPLKDN Bandung Balai besar pengembangan latihan kerja dalam negeri (BBPLKDN) bandung adalah lembaga pelatihan pemerintah yang

Lebih terperinci

Paparan teknis ini membahas: Dimensi Ketenagakerjaan Dalam Kebijakan Makro Dan Sektoral. Tema-tema lain dalam seri paparan teknis singkat meliputi:

Paparan teknis ini membahas: Dimensi Ketenagakerjaan Dalam Kebijakan Makro Dan Sektoral. Tema-tema lain dalam seri paparan teknis singkat meliputi: Dalam mempersiapkan masukan ILO kepada Komite Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia, 12 seri paparan teknis singkat (Technical Briefing Notes-TBNs) telah disusun untuk memenuhi dua kegunaan. Pertama,

Lebih terperinci

Studi kasus untuk merancang intervensi tingkat perusahaan untuk mempromosikan produktivitas dan kondisi kerja di UKM SCORE

Studi kasus untuk merancang intervensi tingkat perusahaan untuk mempromosikan produktivitas dan kondisi kerja di UKM SCORE Studi kasus untuk merancang intervensi tingkat perusahaan untuk mempromosikan produktivitas dan kondisi kerja di UKM SCORE 1. Persoalan apa yang akan diselesaikan? Pertumbuhan produktivitas di negara-negara

Lebih terperinci

PROYEK PENINGKATAN KAPASITAS & KEBERLANJUTAN PINJAMAN DANA BERGULIR

PROYEK PENINGKATAN KAPASITAS & KEBERLANJUTAN PINJAMAN DANA BERGULIR PROYEK PENINGKATAN KAPASITAS & KEBERLANJUTAN PINJAMAN DANA BERGULIR World Bank PNPM Support Facility (PSF) Gedung Bursa Efek Indonesia Tower 1, lantai 9 Jl. Jenderal Sudirman Kav. 52-53, Jakarta 12190

Lebih terperinci

PROGRAM PEMAGANGAN DI INDONESIA

PROGRAM PEMAGANGAN DI INDONESIA PROGRAM PEMAGANGAN DI INDONESIA Meyiapkan Kaum Muda sebagai Tenaga kerja PROGRAM PEMAGANGAN DI INDONESIA Meyiapkan Kaum Muda sebagai Tenaga kerja Copyright Organisasi Perburuhan Internasional 2015 Cetakan

Lebih terperinci

Profil Pekerjaan yang Layak INDONESIA

Profil Pekerjaan yang Layak INDONESIA Profil Pekerjaan yang Layak INDONESIA Ringkasan Selama 15 tahun terakhir, Indonesia mengalami perubahan sosial dan politik luar biasa yang telah membentuk latar belakang bagi pekerjaan layak di negeri

Lebih terperinci

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya Menyelesaikan Desentralisasi Pesan Pokok Pemerintah daerah (Pemda) di Indonesia kurang memiliki pengalaman teknis untuk meningkatkan

Lebih terperinci

R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997

R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997 R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997 2 R-188 Rekomendasi Agen Penempatan kerja Swasta, 1997 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas

Lebih terperinci

WALI KOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR... TAHUN... T E N T A N G

WALI KOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR... TAHUN... T E N T A N G PEMBAHASAN TANGGAL 16 OKTOBER 2015 WALI KOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR... TAHUN... T E N T A N G ZONA BEBAS PEKERJA ANAK DI KOTA SAMARINDA DENGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 46 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 46 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 46 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN, KOPERASI, USAHA

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah b

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah b LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.146, 2015 Sumber Daya Industri. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5708). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 Tahun 2015

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 35 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 35 TAHUN 2001 TENTANG PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 35 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS TENAGA KERJA PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN

Lebih terperinci

Gambar Perkembangan Kemiskinan di Indonesia,

Gambar Perkembangan Kemiskinan di Indonesia, Kemiskinan Termasuk bagian penting dari aspek analisis ketenagakerjaan adalah melihat kondisi taraf kehidupan penduduk, yang diyakini merupakan dampak langsung dari dinamika ketenagakerjaan. Kemiskinan

Lebih terperinci

Menghindari jebakan penghasilan menengah di Indonesia melalui pasar tenaga kerja yang lebih inklusif dan integrasi ASEAN yang lebih dalam

Menghindari jebakan penghasilan menengah di Indonesia melalui pasar tenaga kerja yang lebih inklusif dan integrasi ASEAN yang lebih dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015: Mengelola integrasi untuk pekerjaan yang lebih baik dan kesejahteraan bersama International Labour Organization Menghindari jebakan penghasilan menengah di Indonesia melalui

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA MEMPEROLEH INFORMASI KETENAGAKERJAAN DAN PENYUSUNAN SERTA PELAKSANAAN PERENCANAAN TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Perantara. program. kesadaran upah memproduksi. Survei terhadap. di Indonesia, rumahan. dan. perusahaan, perantara yang. diketahui tentang.

Perantara. program. kesadaran upah memproduksi. Survei terhadap. di Indonesia, rumahan. dan. perusahaan, perantara yang. diketahui tentang. Indonesia: Pekerja Rumahan dan Perantara Temuan Survei Pekerja rumahan dan perantara Sangat sedikit informasi tentang hubungan antara pekerja rumahan, perantara dan perusahaan di dalam rantai nilai. Dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 36 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN SAMPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa Usaha Mikro,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap

Lebih terperinci

BAB II. Organisasi Buruh Internasional. publik. Dimana masih sering terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam

BAB II. Organisasi Buruh Internasional. publik. Dimana masih sering terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam BAB II Organisasi Buruh Internasional Kesejahteraan buruh saat ini masih menjadi pembicaraan di khalayak publik. Dimana masih sering terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan hukum ketenagakerjaan.

Lebih terperinci

TUGAS DAN FUNGSI POKOK DINAS TENAGA KERJA Kepala Dinas Tenaga Kerja

TUGAS DAN FUNGSI POKOK DINAS TENAGA KERJA Kepala Dinas Tenaga Kerja TUGAS DAN FUNGSI POKOK DINAS TENAGA KERJA Kepala Dinas Tenaga Kerja (1) Kepala Dinas Tenaga Kerja mempunyai tugas memimpin, mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan otonomi daerah di bidang Tenaga Kerja

Lebih terperinci

Sejarah AusAID di Indonesia

Sejarah AusAID di Indonesia Apakah AusAID Program bantuan pembangunan luar negeri Pemerintah Australia merupakan program yang dibiayai Pemerintah Federal untuk mengurangi tingkat kemiskinan di negaranegara berkembang. Program ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berbagai upaya telah dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk menanggulangi kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode tahun 1974-1988,

Lebih terperinci

Mengharmonisasikan Tenaga Kerja dan Pendidikan di Indonesia Kamis, 14 Januari 2010

Mengharmonisasikan Tenaga Kerja dan Pendidikan di Indonesia Kamis, 14 Januari 2010 Mengharmonisasikan Tenaga Kerja dan Pendidikan di Indonesia Kamis, 14 Januari 2010 Masalah ketenagakerjaan merupakan salah satu masalah serius yang erat kaitannya dengan kemajuan dan kemakmuran suatu Negara.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN KUDUS

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN KUDUS PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN KUDUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN TENAGA KERJA KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN TENAGA KERJA KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN TENAGA KERJA KABUPATEN KARAWANG Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, bahwa perencanaan

Lebih terperinci

KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA. Abstrak

KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA. Abstrak KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA Abstrak Upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia telah menjadi prioritas di setiap era pemerintahan dengan berbagai program yang digulirkan. Pengalokasian anggaran

Lebih terperinci

DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI GORONTALO TAHUN 2009 DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI GORONTALO TAHUN 2009

DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI GORONTALO TAHUN 2009 DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI GORONTALO TAHUN 2009 DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI GORONTALO TAHUN 2009 DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI GORONTALO TAHUN 2009 KONDISI KETENAGAKERJAAAN DI PROVINSI GORONTALO A. PEMBANGUNAN LAPANGAN

Lebih terperinci

REPUBLIK DEMOKRASI RAKYAT LAOS JADWAL KOMITMEN SPESIFIK

REPUBLIK DEMOKRASI RAKYAT LAOS JADWAL KOMITMEN SPESIFIK I. KOMITMEN HORISONTAL SEMUA SEKTOR YANG DICAKUP DALAM JADWAL INI 3) Kehadiran komersial pemasok jasa asing dapat berbentuk sebagai berikut : - Suatu usaha patungan dengan satu atau lebih penanam modal

Lebih terperinci

Pedoman ILO tentang PENGELOLAAN PENYANDANG DISABILITAS DI TEMPAT KERJA

Pedoman ILO tentang PENGELOLAAN PENYANDANG DISABILITAS DI TEMPAT KERJA Pedoman ILO tentang PENGELOLAAN PENYANDANG DISABILITAS DI TEMPAT KERJA 1 2 PEDOMAN ILO TENTANG PENGELOLAAN PENYANDANG DISABILITAS DI TEMPAT KERJA Copyright International Labour Organization 2006, 2013

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PENDIDIKAN GRATIS DAN MEKANISME PENGGALIAN SUMBANGAN SUKARELA DARI MASYARAKAT KATEGORI MAMPU DALAM IKUT MEMBANTU PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, Menimbang : a. bahwa usaha mikro, kecil dan

Lebih terperinci

Bansos Peningkatan Kapasitas Lembaga Sertifikasi Kompetensi

Bansos Peningkatan Kapasitas Lembaga Sertifikasi Kompetensi Bansos Peningkatan Kapasitas Lembaga Sertifikasi Kompetensi 1 Bansos Peningkatan Kapasitas Lembaga Sertifikasi Kompetensi i ii Bansos Peningkatan Kapasitas Lembaga Setifikasi Kompetensi SAMBUTAN Direktur

Lebih terperinci

Paparan teknis ini membahas: Menghapuskan Bentuk-bentuk Terburuk Pekerja Anak. Tema-tema lain dalam seri paparan teknis singkat meliputi:

Paparan teknis ini membahas: Menghapuskan Bentuk-bentuk Terburuk Pekerja Anak. Tema-tema lain dalam seri paparan teknis singkat meliputi: Dalam mempersiapkan masukan ILO kepada Komite Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia, 12 seri paparan teknis singkat (Technical Briefing Notes-TBNs) telah disusun untuk memenuhi dua tujuan. Pertama, sebagai

Lebih terperinci

DIALOG NASIONAL: UPAYA PENCAPAIAN MDG DI INDONESIA Jakarta, 5 Agustus 2004

DIALOG NASIONAL: UPAYA PENCAPAIAN MDG DI INDONESIA Jakarta, 5 Agustus 2004 SAMBUTAN MENTERI NEGARA PPN/KEPALA BAPPENAS PADA DIALOG NASIONAL: UPAYA PENCAPAIAN MDG DI INDONESIA Jakarta, 5 Agustus 2004 Yang saya hormati, Bapak Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Yang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA MEMPEROLEH INFORMASI KETENAGAKERJAAN DAN PENYUSUNAN SERTA PELAKSANAAN PERENCANAAN TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

2. Meningkatnya Hubungan Industrial yang Harmonis; 3. Menurunnya Persentase Penduduk Miskin.

2. Meningkatnya Hubungan Industrial yang Harmonis; 3. Menurunnya Persentase Penduduk Miskin. BAB IV TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Tujuan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Timur Tujuan dan sasaran adalah tahap perumusan sasaran strategis yang menunjukkan tingkat prioritas

Lebih terperinci

Proyek TPSA Terus Memberikan Pelatihan Bisnis Internasional untuk Memperkuat Pelayanan Ekspor Pemerintah Indonesia

Proyek TPSA Terus Memberikan Pelatihan Bisnis Internasional untuk Memperkuat Pelayanan Ekspor Pemerintah Indonesia RI N G K ASA N KEG IATA N AGUSTUS SEPTEMBER 2016, JAKARTA TPSA CANADA INDONESIA TRADE AND PRIVATE SECTOR ASSISTANCE PROJECT Proyek TPSA Terus Memberikan Pelatihan Bisnis Internasional untuk Memperkuat

Lebih terperinci