HUBUNGAN KONDISI SUHU, KELEMBABAN, DAN KEPADATAN VEKTOR (MBR) DENGAN KEJADIAN MALARIA DI DESA TAMBELANG KECAMATAN TOULUAAN SELATAN KAB

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN KONDISI SUHU, KELEMBABAN, DAN KEPADATAN VEKTOR (MBR) DENGAN KEJADIAN MALARIA DI DESA TAMBELANG KECAMATAN TOULUAAN SELATAN KAB"

Transkripsi

1 HUBUNGAN KONDISI SUHU, KELEMBABAN, DAN KEPADATAN VEKTOR (MBR) DENGAN KEJADIAN MALARIA DI DESA TAMBELANG KECAMATAN TOULUAAN SELATAN KAB. MINAHASA TENGGARA Steven Silalahi (1), Joy V.I Sambuaga (2), Jose. A Sjarkawi (3) Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa Tenggara Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Manado Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Manado Abstrak. Malaria adalah penyakit utama di dunia yang menginfeksi sekitar juta orang dengan angka kematian sekitar 1 juta orang pertahun di dunia. Kematian 1 3 juta pertahun karena di sebabkan oleh malaria berat. Angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi ini banyak terjadi di benua Afrika dan dan juga Asia Tenggara termasuk di Indonesia. Provinsi Sulawesi Utara jumlah penderita malaria klinis tidak mempunyai pola yang tetap namun jumlah kasus malaria klinis pertahun berkisar pada angka kasus dengan AMI (Annual Malaria Indeks). Sedangkan API (Annual Parasit Indeks) di Sulawesi Utara 6,4 %, angka kasus baru malaria konfirmasi tahun 2010 di Sulawesi Utara 21,4%. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor faktor risiko kususnya faktor lingkungan fisik yaitu suhu, kelembaban kepadatan vektor (MBR) mempengaruhi kejadian malaria diwilayah kerja Puskesmas Tambelang khususnya di Desa Tambelang. Cara pengambilan sampel menggunakan metode Purposive sampling dimana sampel dipilih dengan pertimbangan oleh peneliti. Cara pengumpulan data dengan melakukan pengukuran suhu, kelembaban dan kepadatan vektor (MBR) di 32 sampel rumah selama dua kali yaitu pengukuran pertama pukul dan pengukuran kedua pukul Hasil penelitian dari uji statistik menunjukan bahwa dari 32 sampel yang dilakukan pengukuran tidak ada hubungan antara suhu dengan kepadatan vektor (MBR) dan kelembaban dengan kepadatan vektor (MBR) juga tidak ada hubungan, tetapi dengan suhu rata rata 24,7 C dan kelembaban 85,6% sangat mendukung pertumbuhan parasit didalam tubuh nyamuk Anopheles spp dan mendukung aktivitas nyamuk Anopheles spp dalam mencari pakan darah. Kata Kunci : Anopheles spp, malaria, suhu, kelembaban dan kepadatan vektor (MBR) 1

2 Malaria adalah penyakit utama di dunia yang menginfeksi sekitar juta orang dengan angka kematian sekitar 1 juta orang per tahun di seluruh dunia.sebagian besar kematian terjadi pada anak anak dan orang dewasa non imun di daerah endemis di Afrika dan Asia. Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di lebih dari 100 negara, yang di huni oleh sekitar 2,4 milyar penduduk dunia (Harijanto dkk,2008). Plasmodium falciparum, salah satu penyebab malaria, merupakan jenis yang paling berbahaya di bandingkan dengan jenis plasmodium yang lainmenginfeksi manusia yaitu P.vivax, P,malariae, P, ovale. Saat ini P. falciparum merupakan salah satu spesises penyebab malaria yang paling banyak di teliti.kematian 1-3 juta per tahun. karena malaria disebabkan oleh malaria berat.angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi ini banyak terjadi di benua Afrika dan juga Asia Tenggara dan sebagian lagi di Amerika Selatan.(Harijanto dkk,2008) Prevalensi penyakit ini di dunia di perkirakan sekitar juta kasus klinis tiap tahun (WHO,2005). Munculnya kembali malaria dalam beberapa tahun di pengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya konflik antar penduduk, migrasi besar besaran sistem pelayanan kesehatan yang kurang baik, perubahan iklim dan lingkungan (Harijanto dkk,2008). Penyakit malaria masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang penyebarannya cukup luas di Indonesia bagian Timur. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya penularan penykit malaria, antara lain pertumbuhan dan pengembangan wilayah sejalan dengan peningkatan pertumbuhan penduduk, kepadatan penduduk dan kecendrungan migrasi penduduk dari daerah non endemis kedaerahendemis malariauntuk mencari pekerjaan yang lebih layak.(harijanto dkk,2008) Keadaan lingkungan berpengaruh besar terhadap ada tidaknya malaria disuatu daerah misalnya iklim tropis, tempat yang mempunyai kelembaban cukup tinggi,dan mempunyai kepadatan yang tinggi didukung oleh lokasi yang mempunyai danau, persawahan, kolam ikan. Interaksi Hostdan lingkungan misalnya udara dingin, hujan dapat membuat suhu dan kelembaban tidak normal, Interaksi Agent penyakit dan lingkungan misalnya banyaknya kolam tempat breeding places.(candra, 2005) Faktor penyebab penularan malaria diantaranya adalah cuaca, iklim, penggalian pasir, tambak tidak terurus. Keadaan lingkungan yang saling berinteraksi akan dapat berpengaruh besar ada tidaknya malaria disuatu daerah. Suhu dankelembaban secara langsung tidak berhubungan dengan kejadian malaria akan tetapi sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perkembangan nyamuk Anopheles spp. Lokasi endemis malaria pada umumnya adalah desa desa terpencil dengan kondisi lingkungan yang tidak baik, sarana transportasi dan komunikasi yang sulit, akses pelayanaan kesehatan kurang, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi masyarakat yang rendah, serta perilaku hidup yang kurang bersih dan sehat(kemenkes, 2010). Desa Tambelang adalah desa kedua terbesar di Kecamatan Touluaan Selatan setelah Desa Kalait, jumlah penduduk Desa Tambelang adalah 835 jiwa dengan kejadian malaria yang cukup tinggi, dengan jumlah kasus untuk tahun 2011 ada 242 kasus malaria konfirmasi dan 28,9% penduduk di Desa Tambelang terserang penyakit malaria, melihat servey awal yang di lakukan peneliti ada sekitar 5-6 kasus malaria konfirmasi perminggu, dan di Puskesmas Tambelang penyakit malaria (P falciparum, P vivax, dan P mix) berada diurutan kedua di sepuluh penyakit menonjol setelah ISPA dan Puskesmas Tambelang berada diurutan nomor 2

3 dua tertinggi setelah Puskesmas Touluaan untuk kejadian penyakit malaria di Kabupaten Minahasa Tenggara. (Profil Puskesmas, 2011) A. MALARIA Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa dari genus Plasmodium.Malaria pada manusia dapat disebabkan oleh P.malariae, P.vivax, P. falciparum dan P. ovale. Penularan malaria dilakukan oleh nyamuk betina dari Anopheles spp. Dari sekitar 400 spesies nyamuk Anopheles spp telah ditemukan 67 spesies yang dapat menularkan malaria dan 24 diantaranya ditemukan di Indonesia. Selain oleh gigitan nyamuk, malaria dapat ditularkan secara langsung melalui transfusi darahatau jarum suntik yang tercemar darah serta dari ibu hamil kepada bayinya (Harijanto dkk,2008). Epidemiologi malaria adalah ilmu yang mempelajari faktor-faktoryang menentukan distribusi malaria pada masyarakat dan memanfaatkan pengetahuan tersebut untuk menanggulangi penyakit tersebut. Setelah ditemukannya insektisida DDT dalam tahun maka pada tahun diintensifkan Bahan racun DDT sangat rersisten (tahan lama, berpuluhpuluh tahun, bahkan mungkin sampai 100 tahun atau lebih), bertahan dalam lingkungan hidup sambil meracuni ekosistem tanpa dapat didegradasi secara fisik maupun biologis, sehingga kini dan dimasa mendatang kita masih terus mewaspadai akibat-akibat buruk yang diduga dapat ditimbulkan oleh keracunan DDT. Untuk mencegah terjadinya resistensi terhadap insektisida diperlukan kebijakan penggunaan insektisida sesuai dengan standar oprasional yang ditetapkan, perlu adanya rotasi penggunaan insektisida (Majid, 2010). Namun usaha tersebut hanya berhasil disebagian dunia. Terbatasnya pengetahuan mengetahui biologi parasit, ekologi manusia dan lingkungan menjadi hambatan untuk menanggulangi malaria. B. HUBUNGAN HOST, AGENT, DAN ENVIRONMENT Penyebaran penyakit malaria ditentukan oleh faktor yang disebut Host, Agent dan Environment. Penyebaran malaria terjadi apabila ketiga komponen tersebut di atas saling mendukung. 1. Host (Penjamu) a. Manusia (Host Intermediate) Pada dasarnya setiap orang biasa terinfeksi oleh agent atau penyebab penyakit dan merupakan tempat berkembang biaknya atau perbanyakan agent (parasit plasmodium). Bagi pejamu ada beberapa faktor intristik yang dapat mempengaruhi kerentanan pejamu terhadap Agent. Faktor-faktor tersebut mencakup usia, jenis kelamin, ras, sosial ekonomi, status perkawinan, riwayat penyakit sebelumnya, cara hidup, hereditas (keturunan), dan status gizi. Faktor faktor di atas penting untuk di ketahui karena mempengaruhi resiko terpapar penyakit malaria secara rinci dapat di jelaskan sebagai berikut : 1) Usia Anak-anak lebih rentan terhadap infeksi parasit malaria. 2) Jenis kelamin Infeksi malaria tidak membedakan jenis kelamin akan tetapi apabila menginfeksi ibu yang sedang hamil akan menyebabkan anemia yang lebih berat. 3) Ras Beberapa ras manusia atau kelompok penduduk mempunyai kekebalan alamiah terhadap malaria. Penduduk yang terdapat hemoglobin S (HbS) ternyata lebih tahan terhadap akibat dari infeksi p. falciparum. Hb S terdapat pada penderita dengan kelainan darah yang merupakan 3

4 penyakit turunan / herediter yang disebut sikcle cell anemia, yaitu suatu kelainan di mana sel darah merah penderita berubah bentuknya mirip arit apabila terjadi penurunan tekanan oksigen udara. 4) Riwayat malaria sebelumnya Orang yang pernah terinfeksi malaria sebelumnya biasanya akan terbentuk imunitas sehingga akan lebih tahan terhadap infeksi malaria. Contohnya penduduk asli daerah endemik akan lebih tahan dibandingkan dengan ransmigran yang datang dari daerah non endemis. 5) Cara hidupcara hidup sangat berpengaruh terhadap penularan malaria. Misalnya : tidur tidak memakai kelambu dan senang berada di luar rumah pada malam hari. 6) Sosial ekonomi :Keadaan sosial ekonomi masyarakat yang bertempat tinggal di daerah endemis malaria erat hubungannya dengan infeksi malaria. 7) Status gizi :Masyarakat yang gizinya kurang baik dan tinggaldi daerah endemis lebih rentan terhadap infeksi malaria. 8) Immunitas/imunitas: Masyarakat yang tinggal di daerah endemis malaria biasanya mempunyai immunita salami sehingga mempunyai pertahanan alam dari infeksi malaria (Harijanto dkk,2008). b. Nyamuk Anopheles spp (Host definitife) Atau manausia akan di sebut sebagai Host definitife bergantung pada apakah dalam tubuh atau manusia tersebut terjadi perkembangan siklus seksual atau siklus aseksual agent penyakit. Apabila yang berlangsung adalah siklus seksual, atau manusia itu di sebut sebagai host definitife. (Chandra, 2005) Hanya nyamuk Anopheles sppbetina yang menghisap darah, darah diperlakukan untuk pertumbuhan atau pemasakan telurnya. Gambar 1. NyamukAnopheles spp (Sjarkawi. 2011) 2. Agent (Parasit atau Plasmodium) hidup di dalam tubuh manusia dandalam tubuh nyamuk. Manusia disebut host intermedia (pejamu sementara) dan nyamuk disebut host definitif (pejamu tetap). Parasit/plasmodium hidup dalam tubuh nyamuk dalam tahap daur seksual (pembiakan melalui kawin) dan dalam tubuh manusia pada daura seksual (pembiakan tidak kawin, melalui pembelahan diri). Agent atau penyebab penyakit adalah semua unsur atau elemen hidupataupun tidak hidup dimana dalam kehadirannya, bila diikuti dengankontak yang efektif dengan manusia yang rentan akan mejadi stimulasi untuk memudahkan terjadinya suatu proses penyakit. Agent penyebab penyakit malaria termasuk agent biologis yaitu protozoa. Di Indonesia terdapat 4 spesies Plasmodium, yaitu: a. Plasmodium Vivax, memiliki distribusi geografis terluas, termasuk wilayah beriklim dingin, subtropik. 4

5 Demam terjadi setiap 48 jam atau setiap hari ketiga, pada waktu siang atau sore. Masa inkubasinya antara hari dan salah satu gejala adalah pembengkakan limpa atau splenomegali. b. Plasmodium falciparum, merupakan penyebab malaria tropika, secara klinik berat dan dapat menimbulkan komplikasi berupa malaria cerebral dan fatal. Masa inkubasi malaria tropika ini sekitar 12 hari, dengan gejala nyeri kepala, pegal linu, demam tidak begitu nyata, serta kadang dapat menimbulkan gagal ginjal. c. Plasmodium ovale. Masa inkubasi hari, dengan gejalademam setiap 48 jam, relatif ringan dan sembuh sendiri. d. Plasmodium malariae, merupakan penyebab malaria quartanayang memberikan gejala demam setiap 72 jam. Malaria jenis iniumumnya terdapat pada daerah gunung, dataran rendah padadaerah tropik. Biasanya berlangsung tanpa gejala, dan ditemukansecara tidak sengaja. Namun malaria jenis ini sering kambuh. 3. Environment (Lingkungan) Lingkungan dimana manusia dannyamuk berada. Nyamuk berkembang biak dengan baik bila lingkungannya sesuai dengan keadaan yang dibutuhkan oleh nyamuk untuk berkembang biak. Faktor lingkungan dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yaitu: a. Lingkungan fisik. 1). Suhu udara Suhu udara sangat mempengaruhi panjang pendeknya siklus sporogoni atau masa inkubasi ekstrinsik. Makin tinggi suhu (sampai batas tertentu) makin pendek masa inkubasi ekstrinsik, dan sebaliknya makin rendah suhu makin panjang masa inkubasi ekstrinsik. Pada suhu 26, 7 ºC, masa inkubasi ekstrinsik untuk tiap spesies adalah sebagai berikut : a) P. falciparum : hari. b) P. vivax : 8 11 hari. c) P. malariae : 14 hari. d) P. ovale : 15 hari. 2). Kelembaban udara (relative humidity) yang rendah memperpendek umur nyamuk. Tingkat 63% misalnya, merupakan angka paling rendah untuk memungkinkan adanya penularan di Punjad India. 3). Hujan Terdapat hubungan langsung antara hujan danperkembangan larva nyamuk menjadi bentuk dewasa. Besarkecilnya pengaruh tergantung pada jenis hujan, derasnya hujan,jumlah hari hujan, jenis dan jenis tempat perindukan(breeding places). Hujan yang diselingi oleh panas akanmemperbesar kemungkinan berkembang biaknya Anopheles spp. 4). Angin Kecepatan angin pada saat matahari terbit dan terbenamyang merupakan saat terbangnya nyamuk kedalam atau keluarrumah, adalah salah satu faktor yang ikut menentukan jumlahkontak antara manusia dan nyamuk.jarak terbang nyamuk (flight range) dapat diperpendek atau diperpanjang tergantung kepada arah angin. 5

6 5). Sinar matahari Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larvan yamuk berbeda-beda.an. sundaicus lebih suka tempat teduh, sebaliknya An. hyrcanus spp lebih menyukai tempat yang terbuka.an. barbirostris dapat hidup baik di tempat yang teduh maupun di tempat yang terang. 6). Arus air Anopheles.barbirostris menyukai tempat perindukan yang airnya mengalir sedikit. An. minimus menyukai tempat perindukan yang aliran airnya cukup deras dan An. letifer di tempat yang airnya tenang. 7). Ketinggian Secara umum malaria berkurang pada ketinggian yang semakin bertambah. Hal ini berkaitan dengan menurunnya suhu ratarata. Pada ketinggian di atas 2000 m jarang adatransmisi malaria. Hal ini biasa berubah bila terjadi pemanasan bumi dan pengaruh dari El-nino. Di pegunungan Irian Jaya yang dulu jarang ditemukan malaria kini lebih sering ditemukan malaria. Ketinggian paling tinggi masih memungkinkan transmisi malaria ialah 2500 m di atas permukaan laut (Rumbiak, 2006). b. Lingkungan kimia. Dari lingkungan ini yang baru diketahui pengaruhnya adalah kadar garam dari tempat perindukan. Sebagai contoh An. Sundaicus tumbuh optimal pada air payau yang kadar garamnya berkisar antara 12 18o/oo dan tidak dapat berkembang baik pada kadar garam 40o/oo ke atas, meskipun di beberapa tempat di Sumatera Utara An. sundaicus ditemukan pula dalam air tawar. An. Letifer dapat hidup di tempat yang asam/ ph rendah. c. Lingkungan biologik (flora dan fauna) Tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan lain dapat mempengaruhi kehidupan larva nyamuk karena dapat menghalangi sinar matahari yang masuk ketempat perindukan serta melindungi jentik nyamuk dari serangan mahluk hidup lain. Adanya berbagai jenis ikan pemangsa larvaseperti ikan kepala timah (panchax), gambusia, nila, mujair dan lain-lain dapat mempengaruhi populasi nyamuk di suatu daerah. Selain itu adanya ternak besar seperti sapi dan kerbau yang kandangnya diletakkan tidak jauh dari rumah dapat mengurangi jumlah gigitan nyamuk pada manusia (Cattle Barrier). d. Lingkungan sosial budaya Faktor ini kadang-kadang besar sekali pengaruhnyadibandingkan dengan faktor lingkungan lainnya.prinsipnya ialahmenciptakan keadaan lingkungan yang menguntungkan baginyamuk dimana adanya kebiasaan hidup yang membuat tempatperindukan nyamuk seperti membiarkan tergenangnya air dipekarangan dan jarang membersihkan tempat tinggal. Kebiasaan untuk berada diluar rumah sampai larut malam dimana lebih bersifat eksofilik dan eksofagik akan memperbesar jumlah gigitan nyamuk. Penggunaan kelambu, kawat kasa pada rumah dan penggunaan zat penolak nyamuk/repellent yang intensitasnya berbeda sesuai dengan perbedaan status sosial masyarakat, akan mempengaruhi angka kesakitan 6

7 METODE malaria. Faktor yang cukup penting pula adalah pandangan/persepsi masyarakat disuatu daerah terhadap penyakit malaria. Apabila malaria dianggap sebagai suatu kebutuhan (demand) untuk diatasi upaya untuk menyehatkan lingkungan akan dilaksanakan oleh masyarakat secara spontan. Akibat dari derap pembangunan yang kian cepat adalah kemungkinan timbulnya tempat perindukan buatan manusia sendiri (man made breeding places). Pembangunan bendungan, penambangan timah dan pembukaan tempat pemukiman baru adalah beberapa contoh kegiatan pembangunan yang sering menimbulkan perubahan lingkungan yang menguntungkan bagi nyamuk malaria (man-mademalaria). Perpindahan penduduk dapat menjadi faktor penting untuk meningkatkan malaria. Meningkatnya parawisata dan perjalanan dari daerah endemic mengakibatkan meningkatnya kasus malaria yang di-impor. Pengetahuan tentang host, agent dan environment penting bagiseorang yang menangani atau bertanggung jawab dalam mengendalikan dan memberantas malaria (Rumbiak, 2006). Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei analitik cross sectional peneliti mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena, baik antara faktor resiko lingkungan (suhu, kelembaban, kepadatanvektor (MBR) dengan faktor efek (penyakit malaria) yang dilakukan di Desa Tambelang Kecamatan Touluaan Selatan. (Notoatmodjo, 2005) Definisi Oprasional 1. Penyakit malaria adalah penyakit infeksi, di sebabkan oleh parasit (plasmodium) ditularkan oleh nyamuk malaria (Anopheles spp)yang dapat menyerang siapa saja baik laki-laki ataupun perempuan, dari bayi sampai orang dewasa. 2. Suhu adalah pernyataan tentang perbandingan (derajat) panas suatu zat. Dapat pula dikatakan sebagai ukuran panas / dinginnya suatu benda. Suhu ratarata optimum untuk pertumbuhan nyamuk 25ºC 27ºC. Toleransi suhu tergantung pada spesies nyamuknya. 3. Kelembaban adalah banyaknya kandungan uap air dalam udara yang biasanya dinyatakan dalam persen (%), kelembaban yang rendah memperpendek umur nyamuk, meskipun tidak berpengaruh pada parasit. Tingkat Kelembaban 60 % merupakan batas paling rendah untuk memungkinkan hidupnya nyamuk, juga berpengaruh terhadap kemampuan terbang nyamuk (Saputra, 2011). 4. Kepadatan vektor adalah jumlah populasi nyamuk yang ada di dalam atau di luar rumah baik siang atau malam yang juga di pengaruhi oleh musim hujan. Kepadatan dapat di ukur dengan menggunakan rumus : a. Kepadatan nyamuk didefinisikan sebagai jumlah nyamuk yang mengigit /orang /jam (Man Beating Rate) : Jumlah setiap spesies nyamuk anopheles MBR = Jumlah jam penangkapan X Jumlah penangkap 7

8 Penangkap juga berlaku sebagai pengumpan. Nyamuk yang hinggap menggigit ditangkap dengan aspirator/selang dan dimasukan ketempat nyamuk. Nyamuk yang ditangkap dipisahkan tiap 1 jam Penangkapan dilakukan dan tiap jam aktif menangkap selama 40 menit. Hasil Pada umumnya lokasi endemik malaria adalah desa-desa terpencil dengan kondisi lingkungan yang tidak baik, sarana transportasi dan komunikasi yang sulit, akses pelayanan kesehatan kurang, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi masyarakat yang rendah serta perilaku masyarakat terhadap kebiasaan hidup sehat yang kurang. Wilayah Desa Tambelang berbatasan dengan 4 Desa lainnya, yaitu: - Sebelah Timur : Wilayah Desa Bunag - Sebelah Barat : Wilayah Desa Kalait - Sebelah Utara : Wilayah Desa Ranoako - Sebelah Selatan : Wilayah Desa Lowatag Luas wilayah Desa Tambelang adalah 1010 km 2, kemudian luas wilayah pemukiman Desa Tambelang adalah 12 km 2 yang terdiri dari 4 jaga/lingkungan jarak antara Desa Tambelang dengan Kecamatan adalah 4 km sedangkan jarak anatara Desa Tambelang dengan Ibu Kota Kabupaten Ratahan adalah 34 km. Jumlah penduduk Desa Tambelang adalah 835 jiwa terdiri dari laki-laki sekitar 415 jiwa dan perempuan 420 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 221 kk, pada umumnya pekerjaan masyarakat Desa Tambelang mayoritas petani dengan jumlah pekerjaan petani 418 jiwa, buruh tani 100 jiwa, dan Pegawai Negri Sipil 11 jiwa. Secara geografis Desa Tambelang terletak di daerah perbukitan dan mempunyai ketinggian 650 meter dari permukaan laut (Kemenkes, 2011). Gambar 2. Fluktuasi kepadatan vektor Anopheles spp per orang per jam MBR pada pengukuran pertama pukul Kepadatan vektor / MBR pada sore hari tertinggi pada hari ke 25 dengan jumlah kepadatan vektor / MBR 2,0 dan terendah pada hari ke5, 7, 13, 16, 20, 22, 24, 26, 28, 31,dan 34 dengan jumlah terendah 0,5.Keterangan lebih lanjut lihat gambar nomor 2. 8

9 Hari Penelitian Gambar 3 Fluktuasi kepadatan vektor Anopheles spp per orang per jam MBR pada pengukuran kedua pukul Kepadatan vektor / MBR pada malam hari tertinggi pada hari ke 15, 21, 33 dengan jumlah kepadatan vektor / MBR 1,5 dan terendah pada hari ke 3, 4, 5, 8, 12, 18, 19, 26, 27, 33, dan 37 dengan jumlah terendah 0,5. Keterangan lebih lanjut lihat gambar nomor 3. Suhu C Hari Penelitian Gambar 4. Fluktuasi hubungan kepadatan vektor dengan suhu pengukuran ke 1 Kepadatan vektor (MBR) Anopheles spp tertinggi pada suhu 23,9 ºC dengan jumlah kepadatan vektor (MBR) Anopheles spp/ MBR2,0 dan terendah pada suhu 23,8 ºC 26,1ºC dengan kepadatan vektor Anopheles spp / MBR 0,5. Keterangan lebih lanjut lihat gambar nomor 4. 9

10 Suhu C Hari Penelitian Gamabar 5.Fluktuasi hubungan kepadatan vektor dengan suhu pengukuran ke 2 Kepadatan vektor (MBR) Anopheles spp tertinggi pada suhu 25,9ºC 24,2ºC dengan jumlah kepadatan vektor Anopheles spp / MBR1,5 dan terendah pada suhu 23,7ºC 25,1ºC dengan kepadatan vektor Anopheles spp / MBR 0,5. Keterangan lebih jelas lihat gambar no 5. Hari Penelitian Gambar 6. Fluktuasi hubungan kepadatan vektor dengan kelembaban pada pengukuran ke 1 Kepadatan vektor (MBR) Anopheles spp tertinggi pada pada kelembaban 91,4 % dengan jumlah kepadatan vektor Anopheles spp / MBR2,0 dan terendah pada kelembaban 78,3 % - 93,3 % dengan kepadatan vektor Anopheles spp / MBR 0,5. Keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada gambar nomor 6. Kepadatan vektor (MBR) Anopheles spp tertinggi pada kelembaban 79,6% - 89,9% dengan jumlah kepadatan vektor Anopheles spp/ MBR1,5 dan terendah pada kelembaban 80,2 % - 89,3 % dengan kepadatan vektor Anopheles spp / MBR 0,5. Keterangan lebih lanjut dapat di lihat pada gambar 7. 10

11 Kelembaban % Hari Penelitian Gambar 7. Fluktuasi hubungan kepadatan vektor dengan kelembaban pada pengukuran ke 2. Tabel 1. Hubungan kepadatan vektor dengan suhu dan kelembaban Kepadatan Vektor / MBR Person correlation Sig. (2-tailed) Suhu 0,040 0,738 Kelembaban 0,010 0,931 Berdasarkan tabel 1 di atas hubungan antara kepadatan vektor dengan suhulewat uji statistikperson correlationdidapat hasilanalisa (nilai korelasi) r = 0,040dengan menggunakan α = 0,05 dengan nilai (P value) p = 0,738 (p> 0,05) artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara kepadatan vektor dengan suhu. Hubungan antara kepadatan vektor dengan kelembaban lewt uji statistik Person correlation didapat hasil analisa (nilai korelasi) r = 0,010 dengan menggunakan α = 0,05 dan nilai (P value ) p = 0,931 (p>0,05), artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara kepadatan vektor dengan kelembaban. Tabel 2. Suhu dan Kelembaban di Desa Tambelang NO 1 2 Iklim Suhu Kelembaban DesaTambelang Minimum Maksimum Median 23,4 ºC 26,1 ºC 24,7 ºC 77,1 % 94,2 % 85,6 % 11

12 Pembahasan Keberadaan nyamuk disuatu daerah tidak lepas dari pengaruh faktor lingkungan fisik dan biologis. Faktor lingkungan biologis di Desa Tambelang berupa rawah, genangan air, dan sumber mata air yang berada ditengah tengah Desa yang merupakan tempat potensial untuk nyamuk berkembang biak, dan lingkungan fisik yaitu suhu, kelembaban yang ideal bagi perkembangan umur nyamuk serta aktifitas nyamuk mencari makan atau darah manusia dan hewan. Suhu dan kelembaban secara langsung tidak berhubungan dengan penyakit malaria tetapi sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perkembangbiakan nyamuk Anopheles spp. Waktu penelitian dilaksanakan cuaca di desa Tambelang sangat dingin dengan fluktuasi suhu 23,4ºC 26,1ºC dengan kelembaban 77,1% - 94,2% keadaan lingkungan fisik ini sangat mendukung pertumbuhan nyamuk Anopheles spp dimana suhu optimum untuk pertumbuhan nyamuk 25ºC - 26ºC. Suhu dengan angka ini sangat mendukung dan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan parasit malaria didalam tubuh nyamuk Anopheles spp. Sekali gigitan nyamuk Anopheles spp saja dapat menularkan penyakit malaria pada korban yang digigitnya. Selain suhu, faktor kelembaban juga sangat penting untuk pertumbuhan nyamuk Anopheles spp kelembaban optimum mencapai 75% - 85%.Pada kelembaban kurang dari 60% umur nyamuk relatife pendek sehingga tidak cukup untuk siklus pertumbuhan parasit didalam tubuh nyamuk Anopheles spp. Menurut (Boesri. H dkk, 2004) kisaran suhu yang mendukung serangga untuk aktif mencari makan adalah pada suhu 20ºC - 47ºC diatas atau kurang dari suhu tersebut serangga tidak mencari makan. Dalam penelitian ini suhu udara tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan kepadatan nyamuk Anopheles spp yang menggigit / orang / jam (man bitting rate = MBR) hal ini dibuktikan berdasarkan uji statisticperson correlation tidak ada hubungan yang bermakna antara kepadatan vektor dengan suhu, hal ini dimungkinkan karena data yang ada masih kurang, dalam pengukuran ini peneliti masih terbatas dengan waktu dan data yang ada seharusnya dalam melakukan pengukuran harus secara continue dan memakan waktu yang cukup lama dalam melakukan observasi pada vektor. Walaupun kepadatan menggigit nyamuk Anopheles sppsangat rendah 0,5 jumlah nyamuk yang menggigit / orang / jam (man bitting rate = MBR) yang merupakan suatu syarat minimal suatu nyamuk Anopheles sppdapat menularkan penyakit malaria hal ini didukung dengan suhu yang ideal yaitu 23,4ºC 26,1ºC dimana pada suhu ini sanagt berpengaruh terhadap pertumbuhan parasit didalam tubuh nyamuk Anopheles sppatau suhu udara sangat berpengaruh terhadap panjang pendeknya siklus sporogani atau masa inkubasi ektrinsik. Pada kelembaban 77,1% - 94,2% sangat mendukung terjadinya penularan penyakit malaria, Dalam penelitian ini kelembaban udara tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan kepadatan nyamuk Anopheles spp yang menggigit / orang / jam (man bitting rate = MBR) hal ini dibuktikan berdasarkan uji satistik Person correlation tidak ada hubungan yang bermakna antara kepadatan vektor dengan kelembaban, hal ini dimungkinkan karena data yang ada masih kurang, dalam pengukuran ini peneliti masih terbatas dengan waktu dan data yang ada seharusnya dalam melakukan pengukuran harus secara continue dan memakan waktu yang cukup 12

13 lama dalam melakukan observasi pada vector. Tetapi kelembaban dengan angka tersebut nyamuk Anopheles spp sangat aktif dalam mencari makan atau mencari darah manusia, dan menurut (Rumbiak, 2006) pada kelembaban dibawah 63% misalnya, merupakan angka paling rendah untuk memungkinkan adanya penularan penyakit malaria karena berpengaruh terhadap kemampuan terbang nyamuk. Menurut Suwito, dkk (2010) kepadatan nyamuk Anopheles spp perorang permalam (MBR) menunjukan Anopheles spp menghisap darah sepanjang bulan tertinggi pada Desember, dengan rata rata 108 gigitan perorang permalam pada bulan Desember. Suhu udara berkisar antara 25,60 ºC 27, 30 ºC, rata rata suhu udara terendah pada bulan Desember. Kepadatan Anopheles spp meningkat pada kisaran suhu 25,00 ºC 26,50 ºC, mencapai puncaknya pada suhu 26,10 ºC. Pada suhu udara di atas 27,00 ºC grafik kepadatan Anopheles spp berkurang. Sedangkan pada kelembaban udara berfluktuasi dengan rata rata pada bulan Desember 76,06 % - 84,30 % Kelembaban udara mempunyai hubungan yang bermakna dengan kepadatan vektor dimana kelembaban dengan angka ini sangat mendukung aktivitas nyamuk Anopheles spp. Menurut Suloeman (2004), menyatakan ada korelasi antara peningkatan suhu dengan intensitas menghisap darah An. Barbirostris di Desa Bolalapu Sulawesi Tengah, nyamuk ini cenderung meningkat padat populasinya setiap bulan dan aktif pada suhu udara 27,50 C 27,80 C. Juliawaty (2008), melaporkan An. letifer yang tertangkap di Kecamatan Bukit Batu Palangkaraya pada bulan Januari Maret 2008 dengan kondisi suhu udara rata rata di lokasi penelitan berkisar antara 23,00 C 26,00 C. Adapun Yahya (2009) menyatakan puncak puncak aktivitas menggigit Mansonia uniformis di Desa Jambu Ilir Kabupaten Ogan Komering Ilir selama bulan Agustus - Desember 2008 terjadi pada saat suhu udara 26,00 C 29,00 C. (Institut Pertanian Bogor, 2010). Kelembaban mempengaruhi kelangsungan hidup nyamuk, kelembaban yang rendah akan memeperpendek umur nyamuk. Sistem pernapasan nyamuk menggunakan trakea dan spirakel yang terbuka sehingga pada waktu kelembaban rendah akan terjadi penguapan air dalam tubuh nyamuk mengakibatkan keringnya cairan tubuh nyamuk (WHO 1975). Kelembaban 60% merupakan batas yang paling rendah untuk memungkinkan perkembang biakan nyamuk. Pada kelembaban yang lebih tinggi nyamuk menjadi aktif dan lebih sering menggigit sehingga meningkatkan penularan penyakit malaria (Harijanto 2000). Menurut Juliawaty (2008). Menyatakan An. letifer tertangkap di Kecamatan Bukit Batu Palangkaraya pada bulan Januari maret 2008 dengan kondisi kelembaban udara di lokasi penelitian berkisar antara 80% 87%. Yahya (2009) menyatakan puncak menggigit Mansonia uniformis di Desa Jambu Ilir Kabupaten Ogan Komering Ilir selama bulan Agustus Desember 2008 terjadi saat kelembaban udara rata rata sebesar 79,3%. Munif (2007) melaporkan An barbirostis, An aconitus, dan An. maculatus yang tertangkap di Desa Langkap Jaya Kecamatan Lengkong Sukabumi pada saat kondisi kelembaban udara berkisar antara 80% - 90% (Institut Pertanian Bogor 2010). Penyakit malaria adalah penyakit menular dan sangat berbahaya, di Indonesia penyakit ini masih menjadi permasalahan diseluruh wilayah yang ada, untuk itu diperlukan pemberantasan bukan hanya tenaga kesehatan tetapi lintas sektor baik 13

14 pemerintah lokal terkait dan instansi instansi pendukung lainnya. Kesimpulan Dan Saran Kesimpulan 1. Hubungan suhu dengan kepadatan nyamuk Anopheles spp terhadap penyakit malaria menunjukan korelasi yang negatif, dimana kejadian ini menunjukan bahwa tidakada hubungan yang signifikan antara suhu dan kepadatan vektor 2. Hubungan kelembaban dengan kepadatan nyamuk Anopheles spp terhadap penyakit malaria menunjukan korelasi negatif, dimana hal ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kelembaban dengan kepadatan vektor. 3. Walaupun kepadatan menggigit nyamuk Anopheles sppdi Desa Tambelang sangat rendah 0,5 MBR tetapi merupakan satu syarat minimal suatu nyamuk Anopheles sppdapat menularkan penyakit malaria, hal ini didukung oleh keadaan lingkungan fisik yaitu suhu dan kelembaban. Saran 1. Disarankan kepada masyarakat Desa Tambelang dalam meminimalisirkan penyakit malaria agar dapat berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), terutama pada lingkungan fisik misalnya membersikan halaman rumah, tidak menggantung pakaian bekas didalam rumah, menggali dan menutup benda yang dapat menjadi genangan air disekitar lingkungan rumah. 2. Dianjurkan kepada masyarakat Desa Tambelang agar dapat menggunakan kelambu waktu beristirahat pada malam hari, dan bagi keluarga yang telah mendapatkan kelambu berinsektisida dianjurkan harus menggunakan kelambu untuk pencegahan penyakit malaria dan menggunakan obat anti nyamuk bakar berupa baygon pada setiap malam hari, dan selalu menggunakan pakaian tangan panjang dan celana panjang di waktu keluar rumah pada malam hari. 3. Dianjurkan kepada masyarakat Desa Tambelang yang merasakan panas menggigil agar dapat memeriksakan dirinya di Puskesmas. 4. Petugas Puskesmas Tambelang agar dapat membina dan mengawasi serta melakukan penyuluhan tentang bahayanya penyakit malaria bagi kesehatan serta pencegahan penyakit malaria. DAFTAR PUSTAKA. Chandra. B, (2005).Pengantar Kesehatan Lingkungan. Penerbit buku Kedokteran Harijanto P.N, Nugroho. A, Gunawan C.A. (2008). Malaria Dari Molekuler ke Klinis. Penerbit Buku Kedokteran Hikmawati., I (2011). Buku Ajar Epidemiologi. Nuha Medika, Jakarta 5/nyamuk-anopheles.jpg Institut Pertanian Bogor.(2010).Penelitian Malaria. Kemenkes, (2010), Bersama Kita Berantas Malaria, Pusat Promosi Kesehatan Kemenkes, (2011).Profil Puskesmas Tambelang. Notoatmodjo, (2005), Metodologi Penelitian Kesehatan.Rineke Cipta, Jakarta Rumbiak.H, (2006).Analisis Mangement Lingkungan Terhadap Kejadian 14

15 Malaria di Kecamatan Biak Timur Kabupaten Biak Numfor Papua.Program Pasca Sarjana Universtas Diponegoro Semarang 2006 Saputra.E, (2011).Pengaruh Lingkungan Terhadap Nyamuk Anopheles spp Pada Proses Transmisi Malaria.Jurnal Urip Santoso. Sjarkawi. J. A. (2011). Anatomi dan Identifikasi larva Anopheles spp. Politeknik Kesehatan Lingkungan Kemenkes Manado. 15

Project Status Report. Presenter Name Presentation Date

Project Status Report. Presenter Name Presentation Date Project Status Report Presenter Name Presentation Date EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MALARIA Oleh : Nurul Wandasari S Program Studi Kesehatan Masyarakat Univ Esa Unggul 2012/2013 Epidemiologi Malaria Pengertian:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan

I. PENDAHULUAN. dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria merupakan penyakit yang penyebarannya sangat luas di dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan derajat dan berat infeksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nyamuk Anopheles sp. betina yang sudah terinfeksi Plasmodium (Depkes RI, 2009)

I. PENDAHULUAN. nyamuk Anopheles sp. betina yang sudah terinfeksi Plasmodium (Depkes RI, 2009) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat ini menjadi masalah bagi kesehatan di Indonesia karena dapat menyebabkan kematian terutama pada bayi, balita,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian Kabupaten Intan Jaya, adalah kabupaten yang baru berdiri pada tahun 2009, dan merupakan kabupaten pemekaran dari kabupaten sebelumnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi tingginya angka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit penyebab masalah kesehatan masyarakat terutama di negara tropis dan sub tropis yang sedang berkembang. Pertumbuhan penduduk yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit infeksi yang mengancam jiwa dan banyak menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta penduduk di dunia terinfeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta semakin luas penyebarannya. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. serta semakin luas penyebarannya. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria sampai saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah klien serta semakin luas penyebarannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi memiliki resiko terkena malaria. WHO

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi memiliki resiko terkena malaria. WHO BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit menular yang dominan di daerah tropis dan sub tropis dan dapat mematikan. Setidaknya 270 penduduk dunia menderita malaria dan lebih dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria masih merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia, terutama di negara-negara tropis dan subtropis. Kurang lebih satu miliar penduduk dunia pada 104 negara (40%

Lebih terperinci

Latar Belakang Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa

Latar Belakang Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa Latar Belakang Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan golongan Plasmodium, dimana proses penularannya melalui gigitan nyamuk Anopheles. Protozoa parasit

Lebih terperinci

DEFINISI KASUS MALARIA

DEFINISI KASUS MALARIA DEFINISI KASUS MALARIA Definisi kasus adalah seperangkat criteria untuk menentukan apakah seseorang harus dapat diklasifikasikan sakit atau tidak. Kriteria klinis dibatasi oleh waktu, tempat, dan orang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan golongan plasmodium. Parasit ini hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles sp. betina (Depkes R.I.,

1. PENDAHULUAN. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles sp. betina (Depkes R.I., 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Malaria merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini banyak ditemukan dengan derajat dan infeksi yang bervariasi. Malaria

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. endemik malaria, 31 negara merupakan malaria-high burden countries,

BAB 1 PENDAHULUAN. endemik malaria, 31 negara merupakan malaria-high burden countries, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit malaria masih mendominasi masalah kesehatan di masyarakat dunia, menurut laporan WHO tahun 2009 ada 109 negara endemik malaria, 31 negara merupakan malaria-high

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan dan berinteraksi, ketiga nya adalah host, agent dan lingkungan. Ketiga komponen ini dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan dalam bidang kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium yang hidup dan berkembangbiak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini ditularkan

Lebih terperinci

Summery ABSTRAK. Kata kunci : Malaria, Lingkungan Fisik Kepustakaan 16 ( )

Summery ABSTRAK. Kata kunci : Malaria, Lingkungan Fisik Kepustakaan 16 ( ) Summery ABSTRAK Nianastiti Modeong. 2012. Deskripsi Lingkungan Fisik Daerah Endemik Malaria di Desa Kotabunan Kecamatan Kotabunan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur. Skripsi, Jurusan Kesehatan Masyarakat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit genus plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan gigitan nyamuk Anopheles

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue yang menempati posisi penting dalam deretan penyakit infeksi yang masih

Lebih terperinci

ARTIKEL SISTEM KEWASPADAAN DIM KLB MALARIA BERDASARKAN CURAH HUJAN, KEPADATAN VEKTOR DAN KESAKITAN MALARIA DIKABUPATEN SUKABUMI

ARTIKEL SISTEM KEWASPADAAN DIM KLB MALARIA BERDASARKAN CURAH HUJAN, KEPADATAN VEKTOR DAN KESAKITAN MALARIA DIKABUPATEN SUKABUMI ARTIKEL SISTEM KEWASPADAAN DIM KLB MALARIA BERDASARKAN CURAH HUJAN, KEPADATAN VEKTOR DAN KESAKITAN MALARIA DIKABUPATEN SUKABUMI Lukman Hakim, Mara Ipa* Abstrak Malaria merupakan penyakit yang muncul sesuai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN MALARIA Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa dari genus plasmodium yang ditularkan kepada manusia oleh nyamuk Anopheles dengan gejala demam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Penyakit Malaria merupakan infeksi parasit yang disebabkan oleh Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies Plasmodium penyebab malaria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Plasmodium merupakan penyebab infeksi malaria yang ditemukan oleh Alphonse Laveran dan perantara malaria yaitu nyamuk Anopheles yang ditemukan oleh Ross (Widoyono, 2008).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit plasmodium yaitu makhluk hidup bersel satu yang termasuk ke dalam kelompok protozoa. Malaria ditularkan

Lebih terperinci

Proses Penularan Penyakit

Proses Penularan Penyakit Bab II Filariasis Filariasis atau Penyakit Kaki Gajah (Elephantiasis) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Filariasis disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Nyamuk anopheles hidup di daerah tropis dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok resiko tinggi, diperkirakan pada 2009 dari 225

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO,

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Filariasis merupakan salah satu penyakit tertua dan paling melemahkan yang dikenal dunia. Filariasis limfatik diidentifikasikan sebagai penyebab kecacatan menetap dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit tropik yang disebabkan oleh infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit tropik yang disebabkan oleh infeksi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit tropik yang disebabkan oleh infeksi parasit yaitu Plasmodium yang menyerang eritrosit.malaria dapat berlangsung akut maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Parasit Genus Plasmodium terdiri dari 4 spesies yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Malaria merupakan penyakit yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada manusia oleh gigitan nyamuk Anopheles

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bagi BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bagi masyarakat dunia yang dapat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakteristik Iklim dan Cuaca Pesisir Selatan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakteristik Iklim dan Cuaca Pesisir Selatan 6 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Iklim dan Cuaca Pesisir Selatan Pantai Batu Kalang terletak di pinggir pantai selatan Sumatera Barat tepatnya di Kabupaten Pesisir Selatan. Daerah Sumatera

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengetahuan mengenai faktor yang mempengaruhi persebaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengetahuan mengenai faktor yang mempengaruhi persebaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan mengenai faktor yang mempengaruhi persebaran penyakit malaria sangat diperlukan bagi penduduk maupun daerah yang masuk pada wilayah endemis malaria, dengan

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Salah satu penyakitnya yaitu Demam Berdarah Dengue (DBD) yang masih menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium. Vivax. Di Indonesia Timur yang terbanyak adalah Plasmodium

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium. Vivax. Di Indonesia Timur yang terbanyak adalah Plasmodium BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria di Indonesia tersebar di seluruh pulau dengan derajat endemisitas yang berbeda. Spesies yang terbanyak dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering disebut sebagai vektor borne diseases. Vektor adalah Arthropoda atau

BAB I PENDAHULUAN. sering disebut sebagai vektor borne diseases. Vektor adalah Arthropoda atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penularan penyakit pada manusia melalui vektor penyakit berupa serangga sering disebut sebagai vektor borne diseases. Vektor adalah Arthropoda atau invertebrata lain

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Kayubulan Kecamatan Limboto terbentuk/lahir sejak tahun 1928 yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Kayubulan Kecamatan Limboto terbentuk/lahir sejak tahun 1928 yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Kelurahan Kayubulan Kelurahan Kayubulan Kecamatan Limboto terbentuk/lahir sejak tahun 1928 yang pada saat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi. Gejala umumnya muncul 10 hingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. A. latar belakang. Di indonesia yang memiliki iklim tropis. memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik

BAB I. Pendahuluan. A. latar belakang. Di indonesia yang memiliki iklim tropis. memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik BAB I Pendahuluan A. latar belakang Di indonesia yang memiliki iklim tropis memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik dan dapat berfungsi sebagai vektor penyebar penyakitpenyakit seperti malaria,

Lebih terperinci

ANALISIS MANAJEMEN LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN BIAK TIMUR KABUPATEN BIAK - NUMFOR PAPUA. Tesis

ANALISIS MANAJEMEN LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN BIAK TIMUR KABUPATEN BIAK - NUMFOR PAPUA. Tesis ANALISIS MANAJEMEN LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN BIAK TIMUR KABUPATEN BIAK - NUMFOR PAPUA Tesis untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-2 Magister Kesehatan Lingkungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever (DHF) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai perantara (vektor) beberapa jenis penyakit terutama Malaria

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai perantara (vektor) beberapa jenis penyakit terutama Malaria BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyamuk adalah Serangga yang termasuk dalam Phylum Arthropoda, yaitu hewan yang tubuhnya bersegmen-segmen, mempunyai rangka luar dan anggota garak yang berbuku-buku.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tropis antara lain adalah malaria dan filariasis merupakan masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tropis antara lain adalah malaria dan filariasis merupakan masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO (2013) penyakit infeksi oleh parasit yang terdapat di daerah tropis antara lain adalah malaria dan filariasis merupakan masalah kesehatan masyarakat di

Lebih terperinci

KAJIAN DESKRIPTIF KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ROWOKELE KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2011 APRIL Catur Pangesti Nawangsasi

KAJIAN DESKRIPTIF KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ROWOKELE KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2011 APRIL Catur Pangesti Nawangsasi KAJIAN DESKRIPTIF KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ROWOKELE KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2011 APRIL 2012 * ) Alumnus FKM UNDIP, ** ) Dosen Bagian Kesehatan Lingkungan FKM UNDIP, ***) Dosen Bagian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak Geografi Wilayah kerja Puskesmas Tombulilato berada di wilayah kecamatan Bone Raya, yang wilayahnya terdiri atas 9 desa, yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. miliar atau 42% penduduk bumi memiliki risiko terkena malaria. WHO mencatat setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. miliar atau 42% penduduk bumi memiliki risiko terkena malaria. WHO mencatat setiap tahunnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit menular yang sangat dominan di daerah tropis dan sub-tropis serta dapat mematikan. Setidaknya 270 juta penduduk dunia menderita malaria dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan bagi negara tropis/

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan bagi negara tropis/ BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan bagi negara tropis/ sub-tropis, negara berkembang maupun negara maju. Pada tahun 2012, diperkirakan ada 207 juta kasus

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Thimotius Tarra Behy NIM

SKRIPSI. Oleh Thimotius Tarra Behy NIM GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PENYAKIT MALARIA SERTA PEMERIKSAAN SAMPEL DARAH MASYARAKAT PERUMAHAN ADAT DI KECAMATAN KOTA WAIKABUBAK KABUPATEN SUMBA BARAT - NTT SKRIPSI Oleh Thimotius

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama, karena mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu. melahirkan, serta menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB).

BAB I PENDAHULUAN. utama, karena mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu. melahirkan, serta menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama, karena mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu melahirkan, serta menimbulkan Kejadian

Lebih terperinci

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Gambar 3.2 Waktu Penelitian 3.3 Metode Penelitian

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Gambar 3.2 Waktu Penelitian 3.3 Metode Penelitian 17 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng yaitu Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Kota Palangka Raya (Gambar 1).

Lebih terperinci

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Penyakit DBD banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit akibat virus yang ditularkan oleh vektor nyamuk dan menyebar dengan cepat. Data menunjukkan peningkatan 30 kali lipat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN.  1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Filariasis merupakan penyakit menular yang terdapat di dunia. Sekitar 115 juta penduduk terinfeksi W. Bancrofti dan sekitar 13 juta penduduk teridentifikasi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi demam akut yang disebabkan oleh empat serotipe virus dengue dari genus Flavivirus ditularkan melalui gigitan nyamuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia, terutama negara-negara tropis dan subtropis termasuk Indonesia. Penyakit

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi nyamuk Anopheles sp. adalah sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi nyamuk Anopheles sp. adalah sebagai berikut: 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Anopheles sp. a. Klasifikasi nyamuk Anopheles sp. Klasifikasi nyamuk Anopheles sp. adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthopoda

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA PADA KELUARGA

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA PADA KELUARGA Volume 1, Nomor 1, Juli 2016 FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA PADA KELUARGA Fera Meliyanti Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Al- Ma arif Baturaja Jl. Dr. Moh. Hatta

Lebih terperinci

3 BAHAN DAN METODE. Sarmi. Kota. Waropen. Jayapura. Senta. Ars. Jayapura. Keerom. Puncak Jaya. Tolikara. Pegunungan. Yahukimo.

3 BAHAN DAN METODE. Sarmi. Kota. Waropen. Jayapura. Senta. Ars. Jayapura. Keerom. Puncak Jaya. Tolikara. Pegunungan. Yahukimo. 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Dulanpokpok Kecamatan Fakfak Kabupaten Fakfak Provinsi Papua Barat. Desa Dulanpokpok merupakan daerah pantai, yang dikelilingi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh 4 spesies plasmodium, yaitu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh 4 spesies plasmodium, yaitu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1 Malaria 1.1 Pengertian Malaria Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh 4 spesies plasmodium, yaitu p. falciparum, p. ovale, p. malariae dan p. vivax yang di tularkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Filariasis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria (Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, Brugia timori). Penyakit ini ditularkan melalui nyamuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih me rupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih me rupakan salah satu masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih me rupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. Malaria masih menjadi masalah kesehatan utama di 106 negara dan diperkirakan

BAB l PENDAHULUAN. Malaria masih menjadi masalah kesehatan utama di 106 negara dan diperkirakan BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria masih menjadi masalah kesehatan utama di 106 negara dan diperkirakan menyerang 216 juta orang serta menyebabkan kematian 655.000 jiwa setiap tahunnya Penyakit

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Malaria Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang disebabkan oleh parasit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. 3 Malaria

Lebih terperinci

C030 PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI KABUPATEN MIMIKA

C030 PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI KABUPATEN MIMIKA C030 PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI KABUPATEN MIMIKA Nurhadi 1,2, Soenarto Notosoedarmo 1, Martanto Martosupono 1 1 Program Pascasarjana Magister Biologi Universitas Kristen Satya Wacana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit yang masih mengancam kesehatan masyarakat dunia. Penyakit ini menjadi masalah kesehatan lama yang muncul kembali (re-emerging).

Lebih terperinci

Amelia Febriana Rohi Riwu Ririn Arminsih Wulandari Fakultas Kesehatan Masyarakat Peminatan Kebidanan Komunitas Universitas Indonesia ABSTRAK

Amelia Febriana Rohi Riwu Ririn Arminsih Wulandari Fakultas Kesehatan Masyarakat Peminatan Kebidanan Komunitas Universitas Indonesia ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEBA KECAMATAN SABU BARAT KABUPATEN SABU RAIJUA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2012 ABSTRAK Amelia Febriana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles,

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles, Culex, Armigeres.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Filariasis atau elephantiasis dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai penyakit kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang disebabkan infeksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, sering muncul sebagai

Lebih terperinci

LAMPIRAN I DOKUMENTASI PENELITIAN

LAMPIRAN I DOKUMENTASI PENELITIAN 93 LAMPIRAN I DOKUMENTASI PENELITIAN Gambar 1. Keadaan Rumah Responden Gambar 2. Keaadaan Rumah Responden Dekat Daerah Pantai 94 Gambar 3. Parit/selokan Rumah Responden Gambar 4. Keadaan Rawa-rawa Sekitar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Harijanto, 2014). Menurut World Malaria Report 2015, terdapat 212 juta kasus

BAB 1 PENDAHULUAN. (Harijanto, 2014). Menurut World Malaria Report 2015, terdapat 212 juta kasus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik dunia maupun Indonesia (Kemenkes RI, 2011). Penyakit malaria adalah penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani deklarasi Millenium

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani deklarasi Millenium 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani deklarasi Millenium Development Goals (MDGs), Indonesia mempunyai komitmen untuk melaksanakannya serta menjadikannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan menjadi perhatian global. Malaria termasuk dalam 3 penyebab kematian tertinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya terdapat sekitar 15 juta penderita malaria klinis yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya terdapat sekitar 15 juta penderita malaria klinis yang mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Malaria adalah salah satu penyakit yang mempunyai penyebaran luas, sampai saat ini malaria menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Berdasarkan Survei

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kalimantan Barat merupakan salah satu propinsi di Indonesia, memiliki 10 Kabupaten dengan status malaria dikategorikan endemis tinggi (>50 kasus per 1000 penduduk),

Lebih terperinci

3 BAHAN DAN METODE. Kecamatan Batulayar

3 BAHAN DAN METODE. Kecamatan Batulayar 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi penelitian dan waktu penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Lembah Sari Kecamatan Batu Layar Kabupaten Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat (Gambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah. satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah. satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara tropis, termasuk Indonesia. Jumlah penderita DBD cenderung meningkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak lama tetapi kemudian merebak kembali (re-emerging disease). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak lama tetapi kemudian merebak kembali (re-emerging disease). Menurut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Chikungunya merupakan suatu penyakit dimana keberadaannya sudah ada sejak lama tetapi kemudian merebak kembali (re-emerging disease). Menurut sejarah, diduga penyakit

Lebih terperinci

MANAJEMEN PENANGGULANGAN MALARIA DI KABUPATEN SUMBA TIMUR TAHUN 2011

MANAJEMEN PENANGGULANGAN MALARIA DI KABUPATEN SUMBA TIMUR TAHUN 2011 MANAJEMEN PENANGGULANGAN MALARIA DI KABUPATEN SUMBA TIMUR TAHUN 2011 Felix Kasim,H. Edwin Setiabudhi, Immanuel Indra Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK Maranatha Bandung Forum

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Ukuran Stadium Larva Telur nyamuk Ae. aegyti menetas akan menjadi larva. Stadium larva nyamuk mengalami empat kali moulting menjadi instar 1, 2, 3 dan 4, selanjutnya menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULl1AN Latar Belakang

BAB I PENDAHULl1AN Latar Belakang BAB I PENDAHULl1AN 1.1. Latar Belakang Penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dlll1ia, terutama di negara-negara tropis dan subtropis termasuk di Indonesia. Penyakit

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 3 2.1. Kota Pangkalpinang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Kota Pangkalpinang merupakan daerah otonomi yang letaknya di bagian timur Pulau Bangka. Secara astronomi, daerah ini berada pada garis 106 4 sampai dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan golongan plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan ibu melahirkan serta dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja (Dinkes

I. PENDAHULUAN. dan ibu melahirkan serta dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja (Dinkes I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan mempengaruhi angka kesakitan bayi, anak balita dan ibu melahirkan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan sebagai vektor penyakit seperti demam berdarah dengue (DBD),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim merupakan perubahan variabel iklim, khususnya suhu udara dan curah hujan yang terjadi secara berangsur-angsur dalam jangka waktu yang panjang antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), juta orang di seluruh dunia terinfeksi

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), juta orang di seluruh dunia terinfeksi 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang angka kejadiannya masih tinggi di Indonesia bahkan di seluruh dunia. Pada tahun 2011, menurut World Health Organization

Lebih terperinci

Promotif, Vol.3 No.2, April 2014 Hal

Promotif, Vol.3 No.2, April 2014 Hal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DATARAN BULAN KECAMATAN AMPANA TETE KABUPATEN TOJO UNA UNA 1) Rizal Sidiki, 2) Indro Subagyo, 3) Muhammad Jufri 1,3) Fakultas

Lebih terperinci

Malaria disebabkan parasit jenis Plasmodium. Parasit ini ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi.

Malaria disebabkan parasit jenis Plasmodium. Parasit ini ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Malaria Key facts Malaria adalah penyakit yang mengancam keselamatan jiwa yang disebabkan oleh parasit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Setiap 30 detik seorang anak meninggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Demam berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah tropis dan sub tropis, dan menjangkit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Diantara kota di Indonesia, Kota Bandar Lampung merupakan salah satu daerah

I. PENDAHULUAN. Diantara kota di Indonesia, Kota Bandar Lampung merupakan salah satu daerah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dangue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypty. Diantara kota di

Lebih terperinci

NYAMUK SI PEMBAWA PENYAKIT Selasa,

NYAMUK SI PEMBAWA PENYAKIT Selasa, PLEASE READ!!!! Sumber: http://bhell.multiply.com/reviews/item/13 Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes Albopictus yang mengandung virus dengue dapat menyebabkan demam berdarah dengue (DBD) yang ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis di sebagian kabupaten/kota di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis terbesar di dunia. Iklim tropis menyebabkan timbulnya berbagai penyakit tropis yang disebabkan oleh nyamuk dan sering

Lebih terperinci