Gap Antara Rencana Tata Ruang Wilayah dan Potensi Sumber Daya Air
|
|
- Farida Sumadi
- 4 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Forum Diskusi SUMBER DAYA AIR INDONESIA Dalam rangka HUT HATHI ke 38 Gap Antara Rencana Tata Ruang Wilayah dan Potensi Sumber Daya Air Yogyakarta, 19 Januari 2019 Tri Budi Utama
2 RENCANA TATA RUANG WILAYAH Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Adalah rencana tata ruang yang bersifat umum dari wilayah, yang merupakan penjabaran dari RTRW nasional, dan yang berisi tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah, rencana struktur ruang wilayah, rencana pola ruang wilayah, penetapan kawasan strategis, arahan pemanfaatan ruang wilayah, dan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah. Tujuan penataan ruang wilayah Adalah tujuan yang ditetapkan pemerintah daerah yang merupakan arahan perwujudan visi dan misi pembangunan jangka panjang pada aspek keruangan, yang pada dasarnya mendukung terwujudnya ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional. Rencana pola ruang wilayah Adalah rencana distribusi peruntukan ruang wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan budi daya yang dituju sampai dengan akhir masa berlakunya RTRW yang memberikan gambaran pemanfaatan ruang wilayah hingga 20 (dua puluh) tahun mendatang.
3 RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) Produk Kebijakan Wilayah (Perda) Wajib didukung seluruh stakeholder Sumber Daya Air (SDA) merupakan sarpras dasar, mutlak diperlukan utk mendukung kebijakan wilayah tsb Seringkali terdapat ketidaksesuaian (gap/ miscommunications) antara potensi SDA dengan RTRW Contoh kasus suplly-demand air RKI Kota Batam
4 Permasalahan Pengelolaan SDA WS Kepri (Kota Batam) Aspek PSDA Permasalahan/ Isu Strategis Global Climate Change Konservasi Alih fungsi lahan dan peningkatan sebaran lahan kritis Pencemaran Air Hunian di Bantaran Sungai dan sumber air lainnya Pemenuhan Target SDGs Pendayagunaan Dukungan utk Nawacita Ketahanan air Ketahanan pangan Ketahanan energi Dukungan penyediaan air RKI utk Free Trade Zone Pengendalian DRA Pengamanan Pulau Terluar Genangan di Perkotaan (Batam, Tanjungpinang, Karimun, Lingga) Abrasi Pantai Kurangnya Sta Hidrologi dan Hidrometri Sistem Informasi Kurangnya Pemantauan kualitas air Akses Data tdk mudah Kualitas Data kurang baik Kurangnya sinkronisasi antar pengelola SDA Pemberdayaan stakeholder Kualitas Pengelola SDA perlu ditingkatkan Belum terbentuknya wadah koordinasi PSDA tingkat Kab/kota, provinsi, dan tingkat WS Kurangnya Pelibatan masyarakat dalam PSDA
5 PERENCANAAN SUPLAI AIR MENDUKUNG PROGRAM PEMBANGUNAN WILAYAH Untuk mengantisipasi kebutuhan masa depan Kebutuhan sesuai skenario kondisi wilayah Suplai Tepat : waktu, ruang, jumlah, mutu
6 MENENTUKAN SUPLAI AIR RKI FAKTOR PENENTU 1. Demografi Jumlah dan pertumbuhan penduduk Distribusi sebaran kepadatan penduduk Pola migrasi 2. Pertumbuhan Ekonomi Kontribusi dan pertumbuhan masing-masing sektor dlm PDRB primer sekunder tersier 3. Rencana Tata Ruang Wilayah Pola Ruang Struktur Ruang Kawasan strategis
7 Proyeksi Jumlah Penduduk No Kecamatan KOTA BATAM Belakang Padang Bulang Galang Sei Beduk Sagulung Nongsa Batam Kota Sekupang Batu Aji Lubuk Baja Batu Ampar Bengkong KOTA TANJUNG PINANG Bukit Bestari Tanjungpinang Timur Tanjungpinang Kota Tanjungpinang Barat KABUPATEN BINTAN Teluk Bintan Bintan Utara Teluk Sebong Seri Kuala Lobam Bintan Timur Gunung Kijang Mantang Bintan Pesisir Toapaya Tambelan Diolah dari data BPS Kota Batam, Kota Tanjung Pinang, Kab 6.573Bintan (2015) Kebutuhan air RKI dihitung dari proyeksi jumlah penduduk, berdasar trend pertumbuhan lima tahun terakhir pada setiap kabupaten/ kota Sumber : Diolah dari data BPS Kota Batam, Kab Bintan, Kota Tanjung Pinang (2015)
8 Konstruksi 36% Tambang 76% Keuangan & Jasa 25% Keuangan & Jasa 19% Industri 56% Tambang 68% Industri 37%
9 Pertumbuhan Penduduk dan PDRB No Kabupaten/ Kota Penduduk Jumlah (2015) Pertum buhan (%) Kontribusi (%) SEKTOR PRIMER : PERTANIAN, PERTAMBANGAN, KEHUTANAN, PERIKANAN SEKTOR SEKUNDER : INDUSTRI PENGOLAHAN, PENGADAAN, PENGELOLAAN, DAN KONSTRUKSI SEKTOR TERSIER : JASA, PERDAGANGAN, TRANSPORTASI, AKOMODASI, KEUANGAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Primer Sekunder Tersier Pertumbuhan (%) Kontribusi (%) Pertumbuhan (%) Kontribusi (%) Pertumbuhan (%) 1 Karimun ,1% 29% 5,3% 29,4% 8,8% 41,6% 7,1% 2 Bintan ,4% 15,8% 5,4% 56,2% 6,4% 28% 6,2% 3 Natuna ,4% 60,6% 5% 10,2% 11,4% 29,2% 8,3% 4 Lingga ,5% 33,9% 3,7% 21,7% 8,7% 44,4% 8,1% 5 Anambas ,4% 88,6% 2,1% 2% 11% 9,4% 7,1% 6 Batam ,6% 1,2% 3,8% 76,1% 7,8% 22,7% 6,8% 7 Tanjungpinang ,4% 1,2% 6,6% 43,9% 12,8% 54,9% 15,4% Total : 1,973,043 Sumber : Kabupaten/ Kota dalam angka, 2015 Pertumbuhan dan jumlah penduduk digunakan untuk menghitung kebutuhan air RKI, Pertumbuhan dan komposisi PDRB digunakan utk menentukan prioritas dan pertumbuhan alokasi air
10 RENCANA POLA RUANG KEBIJAKAN SUPLAI AIR MENGIKUTI ARAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH, KHUSUSNYA ARAHAN SEBAGAIMANA TERTUANG PADA RENCANA POLA RUANG MASING MASING KABUPATEN/ KOTA, DENGAN ASUMSI PERTUMBUHAN PENGEMBANGAN WILAYAH UNTUK MENCAPAI KONDISI POLA RUANG TERSEBUT SESUAI KURVA NORMAL
11 RENCANA POLA RUANG KABUPATEN KARIMUN KABUPATEN LINGGA KABUPATEN KEP ANAMBAS KABUPATEN NATUNA
12 Standar Kebutuhan Air RKI
13 Kebutuhan Air (m3/dt) 11 8,25 5,5 2,75 Kebutuhan Air RKI Kota Batam (m3/dt) 10,33 8,71 8,04 7,23 6,58 6,27 5,62 5,22 4,90 4,68 4,12 4,33 3,54 3,55 3,71 Asumsi Utk 3 Skenario Perhitungan Kebutuhan Air SKENARIO ASUMSI DASAR PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR 1 (target utk skenario rendah) 2 (target utk skenario sedang) 3 (target utk skenario tinggi) R (rumah tangga) = sesuai jml penduduk, proyeksi sesuai pertumbuhan penduduk K (Kota) = % dari keb air R, proyeksi sesuai pertumbuhan penduduk I (industri) = % dari keb air R, proyeksi sesuai pertumbuhan penduduk R (rumah tangga) = sesuai jml penduduk, proyeksi sesuai pertumbuhan penduduk K (Kota) = % dari keb air R, proyeksi sesuai pertumbuhan PDRB sektor tersier I (industri) = % dari keb air R, proyeksi sesuai pertumbuhan PDRB sektor sekunder R (rumah tangga) = sesuai jml penduduk, proyeksi sesuai pertumbuhan penduduk K (Kota) = % dari keb air R, proyeksi sesuai pertumbuhan PDRB sektor tersier I (industri) = % dari keb air R, proyeksi sesuai pertumbuhan PDRB sektor sekunder + kebutuhan air khusus utk kawasan industri dan kawasan wisata (Sesuai Pola Ruang dlm RTRW), proyeksi mengikuti kurva normal sampai tercapai target 100% pada akhir periode perencanaan/ periode berakhirnya RTRW
14 Skenario Kebutuhan Air RKI Kota Batam (m3/dt) Dasar perhitungan = Penduduk 3,541 4,115 4,677 5,624 7,232 2 = 1+ PDRB 3,545 4,334 5,220 6,584 8,713 3 = 2 + Pola Ruang 3,706 4,900 6,272 8,041 10,332 Kebutuhan Air RKI 11 BERDASAR PENDUDUK + PDRB + POLA RUANG 10,33 KEBUTUHAN AIR (M3/DT) 8,25 5,5 2,75 3,54 3,55 3,71 4,12 4,33 4,90 4,68 5,22 6,27 5,62 6,58 8,04 7,23 8, Kebutuhan air Rumah tangga Kota/ Komersial dan Industri (RKI) dihitung berdasarkan standar Cipta Karya
15 SUPLAI DEMAND AIR RKI SESUAI KOTA BATAM POLA RUANG RTRW. (SKENARIO TINGGI) 12 Rumahtangga Perkotaan Industri (dan Wisata) 10,332 m3/det ,706 0,43 0,644 2,633 3,686 4,900 0,956 0,885 3,059 Potensi = 9,155 8,041 7,300 6,272 2,28 5,746 4,613 1,618 1,58 1,176 Kapasitas suplai saat ini = 3,086 3,477 4,181 2,815 2,141 5,375 9, Tahun Perencanaan Catatan : kebutuhan air belum memperhitungkan migration akibat magnet ekonomi yg berupa kawasan industri dan wisata
16 Rencana Suplai Air RKI UPAYA KAP UPAYA KAP UPAYA KAP UPAYA KAP UPAYA KAP Kapasitas Aktual 3,086 E. Air Raja 0,010 E. Pulau Kasu 0,010 E. Sei Tatas 0,030 W. Rempang 2 0,750 W. Tembesi 0,600 E. Pulau Pecung 0,005 W. Duriangkang (Peningkatan) E. Sei Galang Timur 0,239 W. Sei Galang 0,250 E. Pulau Lumba 0,020 0,200 E. Sei Cia 0,500 E. Pulau Karas 0,005 W. Rempang Utara W. Rempang 0,232 E. Sei Raya E. Sei Galang 0,044 Utara W. Duriangkang 0,170 (Peningkatan) B. Sei Gong 0,470 Embung Sembulang 0,025 E. Sei Curus E. Pulau 0,007 Pemping E. Pulau Bulang Embung E. Pulau 0,010 Lintang 0,010 E. Sei Batas 0,007 Lapangan dan Setokok (Peningkatan) PAH E. Sei Temiang 0,025 E. Galang Baru 0,530 Embung E. Pulau Terung 0,005 Lapangan dan 0,555 PAH Embung Lapangan dan PAH TOTAL PER PERIODE 3,686 0,927 1,133 1,554 1,855 KOMULATIF 3,686 4,613 5,746 7,300 9,155 0,275 0,260 0,300 0,025 0,500
17
18 Pemenuhan Kebutuhan Air Kota Batam 2038 E. Kebun Raya Res. Pemping Res. P. Kasu Res. Bulang Lintang Res. Belakang Padang ,1 KEC. BELAKANGPADANG , W. Nongsa 0.77 KEC. BENGKONG W. Sei Ladi W. Harapan Res. P. Lumba KEC. SEKUPANG KEC. BATUAMPAR KEC. LUBUKBAJA 0,82 0,77 0,91 1,62 KEC. KOTA BATAM W. Mukakuning ,97 KEC. NONGSA 5.03 W. Duriangkang ,67 1,38 0,93 KEC. BATUAJI KEC. SAGULUNG KEC. SEI BEDUK W. Tembesi Busung Estuary Dam E. Sei Cia E. Sei Raya ,1 KEC. BULANG ,14 KEC. GALANG Rempang 2 Estuary Dam 0.35 : 2018 (eksisting) 0.05 : : E. Sei Batas : : : Keb. Air terpehuni E. Sei Galang Utara : Keb. Air defisit W. Sei Gong W. Sei Rempang E. Sei Tatas E. Sei Curus W. Sei Galang 1.00 Batulicin/ Galang Baru Estuary Dam
19 Kedudukan RPSDA terhadap RTRW Permen PUPR 10/2015
20 Tindakan yang dilakukan Untuk menyesuaikan dengan potensi SDA Kebutuhan air untuk Rumah tangga dan Kota dipertahankan tetap Penyesuaian luasan rencana kawasan wisata dari semula Ha, menjadi Ha Penyesuaian luasan rencana kawasan industri dari semula Ha, menjadi Ha Alternatif pemenuhan air industri dan pariwisata dengan suplesi dari Pulau Bintan
21 SUPLAI DEMAND AIR RKI PENYESUAIAN DG POTENSI SDA. (SKENARIO TINGGI) 12 Rumahtangga Perkotaan Industri (dan Wisata) m3/det Industri : Ha > Ha Wisata : Ha > Ha PENYESUAIAN 3,589 0,312 0,644 2,633 3,686 4,488 0,544 0,885 3,059 4,613 5,506 0,852 1,176 3,477 Potensi = 9,155 5,746 6,976 1,219 1,58 Kapasitas suplai saat ini = 3,086 4,176 7,300 9,153 1,637 2,141 5,375 9, Tahun Perencanaan Catatan : kebutuhan air belum memperhitungkan migration akibat magnet ekonomi yg berupa kawasan industri dan wisata
22 Contoh lain Pulau Bintan
23 SUPLAI DEMAND AIR RKI PULAU BINTAN SESUAI POLA RUANG RTRW (SKENARIO TINGGI) 10 Rumahtangga Perkotaan Industri (dan Wisata) Potensi = 8,642 m3/det Luas Rencana Industri : Ha Luas Rencana Wisata : Ha TIDAK MASALAH, KRN ADA POTENSI 2,171 2,810 3,489 2,894 4,050 4,563 3,75 5,235 5,355 4,173 5, ,832 0,385 0,935 1,69 0,422 0,053 0,096 0,182 0,351 0,691 Kapasitas suplai saat ini = 0,385 0,357 0,385 0,413 0,461 0, Tahun Perencanaan Catatan : kebutuhan air belum memperhitungkan migration akibat magnet ekonomi yg berupa kawasan industri dan wisata
24 Contoh lain Wilayah Sungai Bengawan Solo
25 Rencana Pola Ruang RTRW Bojonegoro KEBIJAKAN SUPLAI AIR MENGIKUTI ARAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH, KHUSUSNYA ARAHAN SEBAGAIMANA TERTUANG PADA RENCANA POLA RUANG MASING MASING KABUPATEN/ KOTA, DENGAN ASUMSI PERTUMBUHAN PENGEMBANGAN WILAYAH UNTUK MENCAPAI KONDISI POLA RUANG TERSEBUT SESUAI KURVA NORMAL Blora Gresik Sumber : Perda RTRW Kab/Kota
26 Rencana Pola Ruang RTRW Wonogiri Sukoharjo Klaten Sumber : Perda RTRW Kab/Kota Surakarta
27 Kebutuhan Air RKI Per Kab./Kota WS Bengawan Solo di Wilayah Jateng Kebutuhan Air RKI Per Kab./Kota WS Bengawan Solo di Wilayah Jatim Debit (m3/detik) Debit (m3/detik) Kab. Wonogiri Kab. Sukoharjo Kota Surakarta Kab. Karanganyar Kab. Sragen Kab. Klaten Kab. Boyolali Kab. Blora Kab. Rembang Kab. Ngawi Kab. Magetan Kab. Madiun Kota Madiun Kab. Bojonegoro Kab. Lamongan Kab. Gresik Kab. Tuban Kota Surabaya Kab. Pacitan Kab. Ponorogo
28
29 Water Balance. per periode, per water district Kondisi imbangan air bukan hanya persoalan jumlah, tetapi lebih detail lagi yaitu terkait kapan dan dimana
30 Water Balance RKI Kota Batam
31 Water Balance RKI Pulau Bintan
32 Tanpa Upaya Dengan Upaya
33 Water Balance RKI WS Bengawan Solo
34 Kondisi DEFISIT Air RKI di WS POS (Tanpa Upaya) Kondisi Suplai Tahun % suplai
35 Kondisi DEFISIT Air RKI di WS POS (Dengan Upaya)
36 What s next? SINKRONISASI TATA RUANG WILAYAH DG POTENSI SUMBER DAYA AIR >Tools : Peta Informasi water balance sumber daya air per water district per periode (spasial ruang dan waktu) berdasar rencana sarpras Peta zona pemanfaatan sumber daya air existing dan rencana > Penyesuaian RTRW terhadap peta tsb
37 Mohon Saran & Masukan terimakasih
Lampiran I.21 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014
Lampiran I. 0/Kpts/KPU/TAHUN 0 9 MARET 0 ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 04 No DAERAH PEMILIHAN JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KURSI DP Meliputi Kab/Kota 5. KOTA TANJUNG
Lebih terperinciLampiran I.21 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014
Lampiran I. 0/Kpts/KPU/TAHUN 0 9 MARET 0 ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 04 No DAERAH PEMILIHAN JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KURSI DP Meliputi Kab/Kota 5. KOTA TANJUNG
Lebih terperinciWALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 02 TAHUN 2005 TENTANG
WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 02 TAHUN 2005 TENTANG PEMEKARAN, PERUBAHAN DAN PEMBENTUKAN KECAMATAN DAN KELURAHAN DALAM DAERAH KOTA BATAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATAM,
Lebih terperinciDAFTAR LOKASI DAN ALOKASI PNPM MANDIRI PERKOTAAN T,A,2013 PROVINSI KEPULAUAN RIAU
Lampiran Surat Direktur Penataan Bangunan dan lingkungan No... Perihal : Daftar Rincian Lokasi dan Alokasi Dana Bantuan Langsung Masyarakat PNPM Mandiri Perkotaan TA 2013 DAFTAR LOKASI DAN ALOKASI PNPM
Lebih terperinciWALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 4 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 4 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATAM, Menimbang : a. bahwa sehubungan dengan perkembangan
Lebih terperinciSTUDI POTENSI BEBAN PENCEMARAN KUALITAS AIR DI DAS BENGAWAN SOLO. Oleh : Rhenny Ratnawati *)
STUDI POTENSI BEBAN PENCEMARAN KUALITAS AIR DI DAS BENGAWAN SOLO Oleh : Rhenny Ratnawati *) Abstrak Sumber air pada DAS Bengawan Solo ini berpotensi bagi usaha-usaha pengelolaan dan pengembangan sumber
Lebih terperinciWALIKOTA BATAM PROPINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN
WALIKOTA BATAM PROPINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATAM, Menimbang
Lebih terperinciK A B U P A T E N B I N T A N MUSRENBANG PROVINSI KEPULAUAN RIAU 2015 Rabu, 1 APRIL 2015
K A B U P A T E N B I N T A N MUSRENBANG PROVINSI KEPULAUAN RIAU 2015 Rabu, 1 APRIL 2015 R E N C A N A S T R A T E G I S K O N D I S I T E R K I N I U S U L A N 2 0 1 6 R E N C A N A S T R A T E G I S
Lebih terperinciTATA CARA PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR
LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 10/PRT/M/2015 TANGGAL : 6 APRIL 2015 TATA CARA PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR BAB I TATA CARA PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN
Lebih terperinciBAB V RENCANA PROGRAM DAN PRIORITAS DAERAH
BAB V RENCANA PROGRAM DAN PRIORITAS DAERAH 5.1. Prioritasdan Arah Kebijakan RKPD Tahun 2013 5.1.1. Prioritas dan Arah Kebijakan Spasial Arah kebijakan spasial akan berintegrasi dengan kebijakan sektoral
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH KONDISI GEOGRAFIS Kota Batam secara geografis mempunyai letak yang sangat strategis, yaitu terletak di jalur pelayaran dunia internasional. Kota Batam berdasarkan Perda Nomor
Lebih terperinciMAKALAH PELAYANAN PUBLIK
MAKALAH PELAYANAN PUBLIK INTERKONEKSI JARINGAN PIPA AIR BERSIH BAWAH LAUT ANTAR PULAU SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PELAYANAN AIR BERSIH/AIR MINUM DI WILAYAH HINTERLAND KOTA BATAM BAB I MASALAH, PENDEKATAN,
Lebih terperinciDengan berlakukunya Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999, maka Kotamadya Administratif Batam berubah menjadi daerah otonom Kota Batam dengan membawahi 8
Terbentuknya Pemerintah Kota Batam sebagai institusi Eksekutif yang melaksanakan roda pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan, menjadi harapan untuk dapat menjawab setiap permasalahan maupun tantangan
Lebih terperinciLAKIP. Laporan Akuntabilias Kinerja Instansi Pemerintah. Pemerintah Kota Batam
LAKIP Laporan Akuntabilias Kinerja Instansi Pemerintah Pemerintah Kota Batam [BAB I PENDAHULUAN] [Type the abstract of the document here. The abstract is typically a short summary of the contents of the
Lebih terperinciThe change status / level of Batam district into Batam Administration Municipality, it divided into 3 Districts. Administrations
Administrations Terbentuknya Pemerintah Kota Batam sebagai institusi Eksekutif yang melaksanakan roda pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan, menjadi harapan untuk dapat menjawab setiap permasalahan
Lebih terperinci5.2 Pengendalian Penggunaan Lahan dan Pengelolaan Lingkungan Langkah-langkah Pengendalian Penggunaan Lahan untuk Perlindungan Lingkungan
Bab 5 5.2 Pengendalian Penggunaan Lahan dan Pengelolaan Lingkungan 5.2.1 Langkah-langkah Pengendalian Penggunaan Lahan untuk Perlindungan Lingkungan Perhatian harus diberikan kepada kendala pengembangan,
Lebih terperinciRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga Naskah Akademis untuk kegiatan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan dapat terselesaikan dengan baik
Lebih terperinciPenanganan Das Bengawan Solo di Masa Datang Oleh : Ir. Iman Soedradjat,MPM
Penanganan Das Bengawan Solo di Masa Datang Oleh : Ir. Iman Soedradjat,MPM DAS Bengawan Solo merupakan salah satu DAS yang memiliki posisi penting di Pulau Jawa serta sumber daya alam bagi kegiatan sosial-ekonomi
Lebih terperinciJUMLAH PUSKESMAS MENURUT KABUPATEN/KOTA (KEADAAN 31 DESEMBER 2013)
JUMLAH MENURUT KABUPATEN/KOTA (KEADAAN 31 DESEMBER 2013) PROVINSI KEPULAUAN RIAU KAB/KOTA RAWAT INAP NON RAWAT INAP JUMLAH 2101 KARIMUN 3 6 9 2102 BINTAN 5 7 12 2103 NATUNA 8 5 13 2104 LINGGA 2 5 7 2105
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika pembangunan yang berjalan pesat memberikan dampak tersendiri bagi kelestarian lingkungan hidup Indonesia, khususnya keanekaragaman hayati, luasan hutan dan
Lebih terperinciDATA DASAR PUSKESMAS PROVINSI KEPULAUAN RIAU
DATA DASAR PUSKESMAS PROVINSI KEPULAUAN RIAU KONDISI DESEMBER 2015 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA JAKARTA, 2016 JUMLAH PUSKESMAS MENURUT KABUPATEN/KOTA KEADAAN 31 DESEMBER 2015 PROVINSI KEPULAUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk di suatu wilayah mengalami peningkatan setiap tahunnya yang dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari kelahiran-kematian, migrasi dan urbanisasi.
Lebih terperinciDATA DASAR PUSKESMAS PROVINSI KEPULAUAN RIAU
DATA DASAR PROVINSI KEPULAUAN RIAU KONDISI DESEMBER 2014 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA JAKARTA, 2015 JUMLAH MENURUT KABUPATEN/KOTA (KEADAAN 31 DESEMBER 2014) PROVINSI KEPULAUAN RIAU KAB/KOTA
Lebih terperinciBAB 1
BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Kota Batam terletak antara 0 25' 29'' Lintang Utara - 1 15' 00'' Lintang Utara, 103 34' 35'' Bujur Timur - 104 26' 04'' Bujur Timur. Luas wilayah Kota Batam seluas
Lebih terperinciBadan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Riau STUDI KASUS PENGELOLAAN WILAYAH PERBATASAN PADA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Riau STUDI KASUS PENGELOLAAN WILAYAH PERBATASAN PADA PROVINSI KEPULAUAN RIAU GAMBARAN UMUM WILAYAH - Provinsi Kepulauan Riau dibentuk berdasarkan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Kabupaten yang berada di wilayah Jawa dan Bali. Proses pembentukan klaster dari
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini mengembangkan model pengklasteran Pemerintah Daerah di Indonesia dengan mengambil sampel pada 30 Pemerintah Kota dan 91 Pemerintah Kabupaten
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PRT/M/2015 TENTANG RENCANA DAN RENCANA TEKNIS TATA PENGATURAN AIR
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PRT/M/2015 TENTANG RENCANA DAN RENCANA TEKNIS TATA PENGATURAN AIR DAN TATA PENGAIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB III DESKRIPSI WILAYAH. sebagai salah satu destinasi utama bisnis dan perdagangan. pembangunan infrastruktur dan properti di Kota Batam.
BAB III DESKRIPSI WILAYAH A. Gambaran Umum Kota Batam Kota Batam yang berada di Provinsi Kepulauan Riau merupakan salah satu kota dengan potensi pertumbuhan terpesat di Indonesia. Letaknya yang sangat
Lebih terperinciPemetaan Perubahan Garis Pantai Menggunakan Citra Penginderaan Jauh di Pulau Batam
Pemetaan Perubahan Garis Pantai Menggunakan Citra Penginderaan Jauh di Pulau Batam Arif Roziqin 1 dan Oktavianto Gustin 2 Program Studi Teknik Geomatika, Politeknik Negeri Batam, Batam 29461 E-mail : arifroziqin@polibatam.ac.id
Lebih terperinciRINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN
Lampiran IIa Peraturan Daerah Nomor : 6 Tahun 2015 Tanggal : 21 Desember 2015 PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN TAHUN ANGGARAN 2016 KODE TIDAK LANGSUNG
Lebih terperinciTATA CARA PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR
LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 10/PRT/M/2015 TANGGAL : 6 APRIL 2015 TATA CARA PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR BAB I TATA CARA PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN
Lebih terperinciBab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....
DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Gambar Daftar Grafik i ii vii viii Bab I Pendahuluan. 1.1. Dasar Hukum..... 1.2. Profil Wilayah Kabupaten Sijunjung... 1.2.1 Kondisi Fisik
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS
KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten
Lebih terperinciSummary Report of TLAS Trainings in Community Forest on Java Year of Implementation :
Summary Report of TLAS Trainings in Community Forest on Java Year of Implementation : 2011-2012 No. Provinces and Groups of Participants Training Dates and Places Number and Origins of Participants Remarks
Lebih terperinci1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun
1.1. UMUM 1.1.1. DASAR Balai Pemantapan Kawasan Hutan adalah Unit Pelaksana Teknis Badan Planologi Kehutanan yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 6188/Kpts-II/2002, Tanggal 10
Lebih terperinciDr. EDWARD Saleh FORUM DAS SUMATERA SELATAN 2013
Disampaikan pada Seminar Nasional dan Kongres VIII MKTI Di Palembang 5-7 November 2013 Dr. EDWARD Saleh FORUM DAS SUMATERA SELATAN 2013 Permasalahan Pengelolaan SDA Sampah Pencemaran Banjir Kependudukan
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD 3.1.1 Permasalahan Infrastruktur Jalan dan Sumber Daya Air Beberapa permasalahan
Lebih terperinciBadan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Riau ARAH PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2016
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Riau ARAH PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2016 Jumlah pulau : 2.408 pulau Berpenghuni : 366 buah (15 %) Belum berpenghuni : 2.042buah
Lebih terperinciWALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BATAM TAHUN
WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BATAM TAHUN 2 0 0 4-2 0 1 4 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATAM, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN BATAM, BINTAN, DAN KARIMUN
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN BATAM, BINTAN, DAN KARIMUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali
Lebih terperinciUTARA Vietnam & Kamboja
UTARA Vietnam & Kamboja BARAT Singapura & Malaysia, Prov. Riau TIMUR Malaysia dan Kalimantan Barat SELATAN Bangka Belitung & Jambi 2 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH Provinsi Kepulauan Riau dibentuk berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai merupakan tempat atau habitat suatu ekosistem keairan terbuka yang berupa alur jaringan pengaliran dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai merupakan tempat atau habitat suatu ekosistem keairan terbuka yang berupa alur jaringan pengaliran dan sempadannya mulai dari awal mata air sampai di muara dengan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN
KATA PENGANTAR Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengamanatkan bahwa RTRW Kabupaten harus menyesuaikan dengan Undang-undang tersebut paling lambat 3 tahun setelah diberlakukan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan pembangunan di daerah sangat tergantung dari pendapatan asli daerah serta pengelolaan daerah itu sendiri. Hadirnya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006
KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN 2011-2030 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan pendekatan regional dalam menganalisis karakteristik daerah yang berbeda-beda. Hal tersebut dikarenakan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan suatu lingkungan binaan yang selalu berubah dan berkembang sebagai wadah lingkungan fisik yang menampung segala kegiatan fungsional dan sosial masyarakat,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran paradigma dan sistem pemerintahan yang bercorak monolitik sentralistik di pemerintahan pusat kearah
Lebih terperinciKODE DAN DATA WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU
KODE DAN DATA ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU K O D E UPATEN / (Km) KEPULAUAN RIAU.0. BINTAN 0.,. Perubahan Nama Kab. Kepri, PP No. /00. Singkep Menjadi Wil. Kab. Lingga, UU. No. /00
Lebih terperinciBAB III PROYEKSI PENDUDUK PROVINSI KEPULAUAN RIAU
BAB III PROYEKSI PENDUDUK PROVINSI KEPULAUAN RIAU Penduduk yang besar dan berkualitas akan menjadi aset yang sangat bermanfaat bagi pembangunan, namun sebaliknya penduduk yang besar tapi rendah kualitasnya
Lebih terperinciRencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA BANJARMASIN 2013-2032 APA ITU RTRW...? Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan Pola Ruang Wilayah Kota DEFINISI : Ruang : wadah yg meliputi
Lebih terperinciRENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) KOTA BALIKPAPAN
RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) KOTA BALIKPAPAN 2016-2035 DI SAMPAIKAN PADA: KONSULTASI PUBLIK AIR LAUT SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER AIR BAKU KOTA BALIKPAPAN BALIKPAPAN, 30 MARET 2017 1
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK A. Gambaran Umum Objek/Subjek Penelitian 1. Batas Administrasi. Gambar 4.1: Peta Wilayah Jawa Tengah Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit oleh dua
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso
KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan Dan Sasaran C. Lingkup Kajian/Studi
KETERANGAN HAL BAB I PENDAHULUAN... 1-1 A. Latar Belakang... 1-1 B. Tujuan Dan Sasaran... 1-3 C. Lingkup Kajian/Studi... 1-4 D. Lokasi Studi/Kajian... 1-5 E. Keluaran Yang Dihasilkan... 1-5 F. Metodelogi...
Lebih terperinciPenyelamatan Ekosistem Sumatera Dalam RTR Pulau Sumatera
Penyelamatan Ekosistem Sumatera Dalam RTR Pulau Sumatera 1 2 3 Pendahuluan (Sistem Perencanaan Tata Ruang - Kebijakan Nasional Penyelamatan Ekosistem Pulau Sumatera) Penyelamatan Ekosistem Sumatera dengan
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Tanjungpinang merupakan Ibukota Provinsi Kepulauan Riau. Sesuai
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Geografis Kota Tanjungpinang merupakan Ibukota Provinsi Kepulauan Riau. Sesuai dengan SK Menteri Dalam Negeri Nomor 5 tanggal 21 Juni 2001, Kota Tanjungpinang membawahi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Profil Provinsi Jawa Timur Jawa Timur sudah dikenal sebagai salah satu Provinsi di Indonesia yang memiliki posisi strategis, baik dari
Lebih terperinci2. 1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai
BAB 2 TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG 2. 1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Serdang Bedagai pada prinsipnya merupakan sarana/alat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang memiliki pertumbuhan ekonomi cukup tinggi. Selain Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur menempati posisi tertinggi
Lebih terperinciARAH KEBIJAKAN PROVINSI DALAM PEMETAAN DAN PEMANFAATAN POTENSI SDA KAWASAN PEDESAAN
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Riau ARAH KEBIJAKAN PROVINSI DALAM PEMETAAN DAN PEMANFAATAN POTENSI SDA KAWASAN PEDESAAN Disampaikan Oleh: Drs. H. NAHARUDDIN, M.TP Kepala Bappeda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan penduduk
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan penduduk menyebabkan meningkatnya tuntutan manusia terhadap sarana transportasi. Untuk menunjang kelancaran pergerakan
Lebih terperinciBAB 5 PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS
BAB 5 PENETAPAN Berdasarkan Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, kawasan strategis kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya di prioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang
IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang Hasil inventarisasi peraturan perundangan yang paling berkaitan dengan tata ruang ditemukan tiga undang-undang, lima peraturan pemerintah, dan empat keputusan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Konsep pengembangan wilayah mengandung prinsip pelaksanaan kebijakan desentralisasi dalam rangka peningkatan pelaksanaan pembangunan untuk mencapai sasaran
Lebih terperincitahun ke tahun. Demand bidang perdagangan dan perekonomian kota Sragen dalam kurun waktu mencapai peningkatan 60%. Namun perkembangan yang
1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada suatu daerah disertai pertambahan penduduk dengan pergerakan yang tinggi mempengaruhi peningkatan mobilitas antar Propinsi, Kabupaten, Kecamatan,
Lebih terperinciJumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota
Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota TAHUN LAKI-LAKI KOMPOSISI PENDUDUK PEREMPUAN JML TOTAL JIWA % 1 2005 17,639,401
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu menunjukkan ketidak berhasilan dan adanya disparitas maupun terjadinya kesenjangan pendapatan
Lebih terperinciImplementasi dan Koordinasi Antar Lembaga Kegiatan RHL Dalam Rangka Penggulangan Banjir dan Tanah Longsor di Sub DAS Solo Bagian Hulu
Implementasi dan Koordinasi Antar Lembaga Kegiatan RHL Dalam Rangka Penggulangan Banjir dan Tanah Longsor di Sub DAS Solo Bagian Hulu Oleh : Dr. Nana Mulyana Arif Jaya, MS (IPB) Idung Risdiyanto, MSc (IPB)
Lebih terperinciLAPORAN STUDI BANDING KARYASISWA BAPPENAS MPP-UNAND PADANG ANGKATAN IX KE PEMERINTAH PROVINSI KEPRI 27 S.D 29 MARET 2013
LAPORAN STUDI BANDING KARYASISWA BAPPENAS MPP-UNAND PADANG ANGKATAN IX KE PEMERINTAH PROVINSI KEPRI 27 S.D 29 MARET 2013 Disusun oleh: Tim Studi Banding MPP-UNAND ANGKATAN IX MAGISTER PERENCANA PEMBANGUNAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota menurut Alan S. Burger The City yang diterjemahkan oleh (Dyayadi, 2008) dalam bukunya Tata Kota menurut Islam adalah suatu permukiman yang menetap (permanen) dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk dalam suatu daerah karena hal tersebut merupakan kejadian
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENATAAN RUANG DI PERAIRAN LAUT
KEBIJAKAN PENATAAN RUANG DI PERAIRAN LAUT Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 oleh Eko Budi Kurniawan Kasubdit Pengembangan Perkotaan Direktorat Perkotaan Direktorat Jenderal Penataan Ruang disampaikan dalam
Lebih terperinciBAB 3 GAMBARAN UMUM KOTA BATAM
BAB 3 GAMBARAN UMUM KOTA BATAM Bab ini berisikan gambaran fisik wilayah, gambaran sosial ekonomi, struktur industri yang terbentuk pada wilayah studi, serta gambaran sarana dan prasarana yang terdapat
Lebih terperinciPERMASALAHAN DAN SOLUSI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI KOTA BATAM
PERMASALAHAN DAN SOLUSI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI KOTA BATAM Lani Puspita Selama tahun 2015 2016 Kota Batam (khususnya Pulau Batam) mengalami permasalahan sumber daya air, yaitu berupa kekeringan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang desentralisasi membuka peluang bagi daerah untuk dapat secara lebih baik dan bijaksana memanfaatkan potensi yang ada bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas
Lebih terperinciPengembangan Kawasan Industri Dalam Perspektif Rencana Tata Ruang Wilayah KABUPATEN GROBOGAN
Workshop Penyusunan Master Plan Pengembangan Kawasan Industri Pengembangan Kawasan Industri Dalam Perspektif Rencana Tata Ruang Wilayah KABUPATEN GROBOGAN Purwodadi, November 2014 PEMERINTAH KABUPATEN
Lebih terperinciLOKASI PELABUHAN LAUT
LOKASI PELABUHAN LAUT NO KOTA PELABUHAN 1 BATAM BATAM/BATU AMPAR PU PU PU PU 2 BATAM PULAU SAMBU PP PP PP PP 3 BATAM TELUK SENIMBA PR PR PP PP 4 BINTAN LOBAM PP PP PP PP 5 BINTAN SEI KOLAK KIJANG PP PP
Lebih terperinciBab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional
Bab II Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG 2.1.1 Tinjauan Penataan Ruang Nasional Tujuan Umum Penataan Ruang; sesuai dengan amanah UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 tujuan penataan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keadilan sejahtera, mandiri maju dan kokoh kekuatan moral dan etikanya.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat yang dilaksanakan secara berkelanjutan berdasarkan pada kemampuan nasional, dengan
Lebih terperinci- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH
- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH I. UMUM Bahwa bumi air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan
Lebih terperinciRAPAT KERJA TEKNIS TKPK TAHUN 2015
RAPAT KERJA TEKNIS TKPK TAHUN 2015 MENGUATKAN PERAN PEMDA DALAM PERBAIKAN KINERJA PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN BERBASIS KELUARGA MELALUI KETERSEDIAAN DATA DAN INFORMASI SERTA SISTEM PENGADUAN Oleh
Lebih terperinciDOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KOTA BATAM TAHUN ANGGARAN 2016
Halaman : DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KOTA BATAM TAHUN ANGGARAN 06 Formulir DPASKPD. URUSAN PEMERINTAHAN ORANISASI :.05. PENATAAN RUANG :.05.56. DINAS TATA KOTA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk memperbaiki kondisi sanitasi di Indonesia dengan mengarusutamakan
Lebih terperinciGambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah
36 BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TENGAH 4.1 Kondisi Geografis Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di tengah Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi Jawa Tengah terletak
Lebih terperinciOUTLINE RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG RENCANA ZONASI KAWASAN STRATEGIS NASIONAL BATAM, BINTAN DAN KARIMUN (BBK)
OUTLINE RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG RENCANA ZONASI KAWASAN STRATEGIS NASIONAL BATAM, BINTAN DAN KARIMUN (BBK) BAB I KETENTUAN UMUM BAB II RUANG LINGKUP, ASAS DAN TUJUAN Bagian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kawasan perkotaan dari segi geografis kota diartikan sebagai suatu sistim jaringan kehidupan yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai Bengawan Solo adalah sungai terpanjang di Pulau Jawa, Indonesia dengan panjang sekitar 548,53 km. Wilayah Sungai Bengawan Solo terletak di Propinsi Jawa Tengah
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS A. Permasalahan Pembangunan Dari kondisi umum daerah sebagaimana diuraikan pada Bab II, dapat diidentifikasi permasalahan daerah sebagai berikut : 1. Masih tingginya angka
Lebih terperinciKEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA
31 KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA Administrasi Secara administratif pemerintahan Kabupaten Katingan dibagi ke dalam 11 kecamatan dengan ibukota kabupaten terletak di Kecamatan
Lebih terperinciISU STRATEGIS, PERMASALAHAN, DAN ARAH PEMBANGUNAN RPJMD
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Riau ISU STRATEGIS, PERMASALAHAN, DAN ARAH PEMBANGUNAN RPJMD 2010-2015 Disampaikan Oleh Kepala Bappeda Provinsi Kepulauan Riau GAMBARAN UMUM DAERAH
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan
BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara
Lebih terperinciBADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANGKA
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANGKA GEOGRAFIS KABUPATEN BANGKA PKL Sungailiat PKW PKNp PKWp PKW PKW Struktur Perekonomian Kabupaten Bangka tanpa Timah Tahun 2009-2013 Sektor 2009 (%)
Lebih terperinciSIMULASI MODEL ALOKASI KEBUTUHAN RUANG KOTA/ WILAYAH BERDASARKAN KEBERLANJUTAN FUNGSI KONSERVASI AIR DAN PENCEGAH BANJIR
SIMULASI MODEL ALOKASI KEBUTUHAN RUANG KOTA/ WILAYAH BERDASARKAN KEBERLANJUTAN FUNGSI KONSERVASI AIR DAN PENCEGAH BANJIR Nawa Suwedi, Mukaryanti, Alinda Medrial Zein, Diar Shiddiq Abstract Regional Spatial
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI No. 220/12/21/Th. V, 1 Desember 20 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN AGUSTUS 20 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI SEMAKIN TURUN Jumlah angkatan
Lebih terperinci2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum d
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.663, 2016 KEMENPU-PR. Pengelola Sumber Daya Air Wilayah Sungai. UPT. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12/PRT/M/2016 TENTANG
Lebih terperinci