BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten Gorontalo berdasarkan Undang-

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Boalemo terletak disebelah barat Provinsi Gorontalo yang merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten Gorontalo berdasarkan Undang- Undang Nomor 50 Tahun 1999 dan resmi berdiri pada tanggal 12 Oktober Kabupaten Boalemo dengan bentangan garis pantai sekitar ± 72 km, memiliki 12 (dua belas) pulau yang teridentifikasi, dan menyediakan sumberdaya perikanan dan kelautan yang cukup potensial, diantaranya hidup beraneka ragam jenis ikan mulai dari jenis-jenis ikan tuna, cakalang, layang, karang dan ikan teri terdapat dalam perairan ini. Secara umum letak geografis Kabupaten Boalemo terletak antara 00 24'04" '30" Lintang Utara dan '04" '09" Bujur Timur, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : Utara : Kecamatan Sumalata Kabupaten Gorontalo utara dan Kabupaten Buol Toli-Toli Provinsi Sulteng Timur Selatan Barat : Kecamatan Boliyohuto Kabupaten Gorontalo : Teluk Tomini : Kecamatan Paguat Kabupaten Pohuwato Berdasarkan wawancara dengan nelayan setempat daerah penangkapan terdekat ikan cakalang dapat ditempuh sekitar 6-8 jam dan daerah penangkapan terjauh dapat ditempuh sekitar ±13 jam.

2 B. Kelompok Umur Hasil analisis dari kelompok umur dilakukan dengan menggunakan interval kelas panjang 1,6 cm dan didapatkan 11 kelas ukuran panjang yakni mulai dari ukuran 33,00 cm 51,90 cm. Berikut tabel frekuensi dan interval panjang total ikan cakalang yang tertangkap di perairan Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo yang ditunjukkan oleh Tabel 4 dibawah ini. Tabel 4. Frekuensi dan Interval Kelas Panjang Total Ikan Cakalang yang tertangkap di Perairan Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo No Ukuran Kelas Frekuensi (cm) (ekor) Presentase (%) 1 33,00 34, , ,61 36, , ,22 37, , ,83 39, , ,44 41, , ,05 42, , ,66 44, , ,27 45, , ,88 47, , ,49 49, , ,10 51, ,9139 Jumlah ,0000 Pendugaan ukuran pertama kali ikan tertangkap digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan. Hal ini, diasumsikan bahwa apabila ikan tertangkap pada umur belum sempat matang gonad atau dengan kata lain belum sempat melakukan recruitmen, maka sumberdaya ikan itu akan cenderung punah (Balai Riset Perikanan Laut, 2005 dalam Nugraha, 2008).

3 Log F (Y) Log F (Y) Berdasarkan hasil analisis Bhattacharya (1967) dalam Sparre dan Venema (2011) dengan menggunakan selisih logaritma frekuensi teoritis terhadap nilai tengah kelas diperoleh tiga kelompok umur relatif ikan. Berikut grafik yang menunjukkan distribusi ukuran kelas, tengah kelas, frekuensi, logaritma frekuensi dan selisih logaritma frekuensi ikan cakalang yang tertangkap pada umur relatif satu, dua dan tiga tahun di Perairan Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo L 1 = 35, Tengah Kelas (X) y = x R² = 1 Gambar 4. Grafik Pemetaan Selisih Logaritma Panjang Total Terhadap Nilai Tengah Kelas Ikan Cakalang Pada Umur Relatif Satu Tahun Di Perairan Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo L 2 = 40, Tengah Kelas (X) y = x R² = Gambar 5. Grafik Pemetaan Selisih Logaritma Panjang Total Terhadap Nilai Tengah Kelas Ikan Cakalang Pada Umur Relatif Dua Tahun Di Perairan Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo.

4 Log F (Y) , y = x R² = Tengah Kelas (X) Gambar 6. Grafik Pemetaan Selisih Logaritma Panjang Total Terhadap Nilai Tengah Kelas Ikan Cakalang Pada Umur Relatif Tiga Tahun Di Perairan Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, di perairan Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo memiliki kesamaan dengan hasil penelitian Anggaraini (1991) dan Samad (2002), dimana dalam penelitian yang dilakukan diperoleh hasil pengukuran panjang total dari ikan cakalang dengan ukuran terkecil yakni 33,00 cm dan ukuran terbesar 51,90 cm. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan komposisi ukuran ikan cakalang yang tertangkap oleh Pole and Line (huhate) yang paling dominan adalah ukuran 34,61 36,21 cm (13,89%) yang kemudian disusul oleh ukuran 39,44 41,04 (12,03%), dan 45,88 47,48 (11,83%) (Tabel 4). Hasil penelitian Anggaraini (1991) dalam Mallawa (2011) menunjukkan bahwa ikan cakalang yang tertangkap dengan Pole and line di perairan Kepulauan Bacan berukuran panjang total antara cm. Samad, (2002) dalam Mallawa (2011) menemukan ikan cakalang di perairan Laut Flores berukuran panjang total antara 35 cm 56 cm. Menurut Marr (1987) dalam Syamsuddin (2008) di

5 Produksi (Ton) Perairan Kepulauan Marshall ikan cakalang jantan dan betina matang gonad masing-masing pada panjang 39,1 cm dan 40,7 cm. C. Produksi Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) Hasil perikanan tangkap di Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo menunjukkan bahwa produksi ikan cakalang selama lima tahun terakhir ( ) cenderung mengalami perubahan secara fluktuatif. Untuk analisis jumlah produksi dan nilai produksi ikan cakalang di perairan Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo digunakan data laporan Dinas Kelautan Dan Perikanan Kabupaten Boalemo dari tahun 2007 sampai tahun Tahun Gambar 7. Produksi Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) di Tahun 2007 sampai 2011 Dari grafik produksi yang ditunjukan oleh Gambar 7 diatas, jumlah produksi cakalang mengalami fluktuasi dimana dari tahun 2007 sampai tahun 2009 jumlah produksi cakalang meningkat mulai dari 537 naik hingga ton/tahun, kemudian pada tahun 2011 jumlah produksi cakalang mengalami

6 Upaya Penangkapan (Trip) penurunan kembali menjadi ton/tahun. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Boalemo, meningkatnya jumlah produksi cakalang dari tahun ke tahun dipengaruhi oleh penambahan jumlah unit penangkapan, dan penambahan rumpon. Selain itu, terjadinya fluktuasi produksi cakalang ini disebabkan oleh musim, dimana pada musim puncak nelayan bisa memperoleh cakalang dalam jumlah yang banyak, dan pada musim paceklik nelayan hanya memperoleh tangkapan cakalang lebih sedikit. Berdasarkan wawancara dengan para nelayan setempat musim puncak terjadi pada bulan September November, dan musim paceklik terjadi pada bulan Desember Januari. D. Upaya Penangkapan Upaya penangkapan (trip) di perairan Kabupaten Boalemo dapat dilihat pada Gambar 8 dibawah ini Tahun Gambar 8. Upaya Penangkapan (Trip) dari Tahun 2007 sampai Tahun 2011 Gambar 8 menunjukkan bahwa terjadi fluktuasi upaya penangkapan, dimana dari tahun 2007 upaya penangkapan sekitar trip/tahun, kemudian

7 CPUE (ton/trip) mengalami peningkatan sampai pada tahun 2010 yakni trip/tahun. Namun, di tahun 2011 terjadi penurunan upaya penangkapan secara drastis dimana upaya pengkapan turun menjadi 827 trip/tahun. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Boalemo terjadinya penurunan upaya penangkapan ini disebabkan oleh nelayan berpindah lokasi dalam melakukan penangkapan ikan cakalang, kondisi alat tangkap, penurunan usia kapal, dan faktor lingkungan seperti keadaan cuaca yang kurang mendukung untuk kegiatan penangkapan misalnya terjadinya angin laut yang menyebabkan perairan berombak tetapi nelayan tetap saja melakukan kegiatan pengkapan sehingga berpengaruh terhadap upaya penangkapan itu sendiri. E. Hasil Tangkapan Per Upaya Penangkapan Perubahan hasil tangkapan per unit upaya atau catch per unit effort (CPUE) merupakan hal yang sangat penting dan perlu menjadi perhatian dalam pengawasan dan pengendalian penangkapan sumberdaya perikanan. Hasil tangkapan per unit upaya di perairan Kabupaten Boalemo Provinsi Gorotalo dari tahun 2007 sampai tahun 2011 dapat dilihat pada Gambar , , , , , Tahun Gambar 9. Hasil Tangkapan Per Unit Upaya dari Tahun 2007 sampai Tahun 2011

8 Grafik yang ditunjukkan oleh Gambar 9, terjadi fluktuasi hasil tangkapan per unit upaya dari tahun 2007 sampai tahun Hasil tangkapan per unit upaya tertinggi terjadi pada tahun 2011 yakni sekitar 2,15730 ton/trip, sedangkan hasil tangkapan per unit upaya terendah terjadi di tahun 2007 yakni sekitar 0,28341 ton/trip. Secara umum fluktuasi hasil tangkapan per upaya penangkapan yang terjadi setiap tahun disebabkan oleh berkurangnya hasil tangkapan dan besarnya beban biaya produksi bila dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh, sehingga mempengaruhi CPUE itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ali (2005) dalam Murniati (2011) yakni dalam setiap penambahan upaya penangkapan selalu diikuti oleh penurunan CPUE atau setiap penambahan upaya penangkapan tidak dapat lagi meningkatakan CPUE itu sendiri. Jika penambahan upaya penangkapan terus berlanjut tanpa adanya pengaturan dan pengendalian dari penangkapan itu, maka akan menyebabkan terjadinya penurunan populasi ikan cakalang. Untuk itu, perlu dilakukan pengaturan penangkapan yang baik sesuai dengan standar upaya optimum guna menjaga keseimbangan biologis cakalang sesuai dengan Undang-Undang Perikanan No. 31 Tahun 2004 Pasal 1 tentang pengelolaan perikanan. F. Tingkat Potensi Lestari (Maximum Sustainable Yield) Hasil tingkat potensi lestari atau MSY adalah besarnya jumlah stok ikan tertinggi yang dapat ditangkap secara terus menerus dari suatu potensi yang ada tanpa mempengaruhi kelestarian stok ikan tersebut. Bila diketahui jumlah MSY maka diharapkan tingkat pemanfaatan suatu sumberdaya ikan itu sendiri tidak

9 melebihi MSY-nya agar kelestarian sumberdaya ikan tetap terjaga kelestarianya. Usaha penangkapan ikan haruslah diketahui jumlah hasil tangkapan yang optimal untuk menjaga sumberdaya ikan agar tetap terjaga dan tidak merugikan kelestarian sumberdaya tersebut. Berikut analisis data hasil tangkapan optimum (MSY) dan upaya penangkapan optimum ( f opt) yang disajikan pada tabel 5 dibawah ini. Tabel 5. Produksi Ikan Cakalang Di Perairan Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo Pada Tahun 2007 sampai Tahun 2011 No Tahun Produksi Upaya Penangkapan CPUE (Ton) (Trip) (Ton/Trip) , , , ,403 0, , ,605 0, , ,632 0, , ,072 2,15730 Jumlah , ,712 4,61073 Rata-rata 2.213, ,3424 0,92215 Sumber : Laporan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Boalemo, 2012 Berdasarkan hasil analisis data, hasil tingkat potensi lestari (MSY) cakalang di perairan Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo sebesar 3.121,785 ton/tahun dan upaya penangkapan optimum ( f opt) diperoleh nilai 4.353,734 trip/tahun (Lampiran 1). Nilai yang ditunjukkan oleh MSY merupakan nilai maksimum yang harus dimanfaatkan untuk sumberdaya ikan cakalang, dengan kata lain hasil tangkapan cakalang tidak boleh melebihi nilai MSY-nya, sedangkan nilai upaya optimum ( f opt) artinya batas maksimal upaya penangkapan yang dilakukan terhadap sumberdaya cakalang.

10 Produksi (Ton) Hubungan antara hasil tangkapan dengan upaya penangkapan di perairan Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo disajikan pada Gambar MSY Upaya Penangkapan (Trip) Gambar 10. Kurva Hubungan Antara Hasil Tangkapan dengan Upaya Penangkapan Di Perairan Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo. Gambar 10 terlihat bahwa pada tahun 2007, 2008 dan 2011 hasil tangkapan masih berada dibawah MSY dan hasil tangkapan masih berada pada batas maksimum, tetapi di tahun 2009 dan 2010 effort telah melebihi batas sehingga dikatakan pada tahun 2009 dan 2010 telah terjadi overfishing. Untuk menjaga keseimbangan sumberdaya ikan cakalang, maka perlu dilakukan pengurangan aktivitas penangkapan.