PENDAHULUAN. masyarakat menjadikan ayam lokal sebagai ternak kesayangan (fancy) untuk dinikmati

Transkripsi

1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam lokal di Indonesia memiliki potensi yang sangat baik, akan tetapi belum dikembangkan secara maksimal. Keunggulan dari ternak ayam lokal yaitu dapat beradaptasi baik dengan lingkungan sekitar dan memberikan keuntungan ekonomi yang cukup tinggi. Selain berpotensi sebagai penghasil telur dan daging, sebagian masyarakat menjadikan ayam lokal sebagai ternak kesayangan (fancy) untuk dinikmati keindahan warna bulu, bentuk tubuh dan kemerduan suaranya. Ayam Pelung merupakan ayam lokal yang berasal dari daerah Cianjur, Jawa Barat dengan ciri khas suara yang merdu dan panjang serta tubuh besar dan tegap. Ayam pelung jantan sangat cocok untuk dipelihara sebagai ayam hias, karena suara kokoknya berciri sendiri, tidak ada ayam jenis lain di dunia yang mampu menyamai. Suaranya berat, merdu mendayu-dayu dan panjang sekali. Jenis ayam ini berkokok sambil melengkungkan lehernya ke bawah, bahkan pada ujung suara untuk menghabiskan napas, Ayam Pelung yang bagus akan menempelkan paruhnya atau sisi kepalanya ke tanah. Ciri-ciri khas suara Ayam Pelung tersebut menyebabkan ayam ini banyak dipelihara oleh para penggemar ayam hias (fancy) di Indonesia khususnya di Jawa Barat. Pemerintah mencoba mempertahankan sumber genetik Ayam Pelung dengan mengadakan kontes. Kontes Ayam Pelung merupakan ajang untuk mendapatkan ayam dengan suara dan penampilan yang baik. Adanya kontes Ayam Pelung menyebabkan

2 bertambah banyak penggemar Ayam Pelung yang kemudian keberadaan Ayam Pelung menyebar ke berbagai daerah. Pada mulanya, lomba Ayam Pelung diselenggarakan antar-teman penggemar Ayam Pelung itu sendiri dan yang dinilai adalah suaranya. Oleh karena itu, lomba tersebut mulanya diberi nama Kongkur. Namun, lama-kelamaan lomba Ayam Pelung mulai mendapat perhatian di kalangan masyarakat, bahkan telah melembaga dan menjadi kebanggaan bagi masyarakat Cianjur dan Sukabumi. Kontes Ayam Pelung biasanya diselenggarakan di tanah lapang atau halaman yang luas dan asri sehabis musim panen, terutama pada musim kemarau. Dahulu, para peserta lomba diwajibkan membawa kandang ajeng atau sangkar sendiri-sendiri, tetapi dewasa ini penyelenggara kontes (panitia) telah menyediakan kandang ajeng. Kontes Ayam Pelung dilakukan mulai pagi hingga sore hari meliputi penilaian suara, penampilan, dan bobot badan. Ayam Pelung yang memiliki suara indah, merdu, panjang, serta berirama merupakan ayam yang akan memperoleh predikat juara. Pelaksanaan kontes Ayam Pelung yang dilaksanakan dari pagi hingga sore hari akan memberikan dampak pada Ayam Pelung. Ayam Pelung tidak akan mengeluarkan suara sama baiknya saat pagi hari, siang, dan sore hari. Perbedaan tersebut dipengaruhi beberapa faktor seperti suhu lingkungan dan intensitas cahaya. Terdapat banyak daerah di Jawa Barat yang menjadi sentra pembudidayaan Ayam Pelung seperti Kabupaten Cianjur, Sukabumi, Bandung, dan kabupaten Garut. Berdasarkan data beberapa kontes yang dilaksanakan sepanjang tahun 2017, Kabupaten Garut merupakan salah satu daerah dengan peserta kontes terbanyak dan menjadi juara, baik dari kategori suara, penampilan, maupun bobot badan. Hal tersebut

3 yang menjadi alasan mengapa dipilihnya Kabupaten Garut sebagai tempat penelitian terutama Kecamatan Bayongbong yang merupakan sentra pemeliharan Ayam Pelung di Kabupaten Garut. Berdasarkan latar belakang yang ada, penulis akan melakukan penelitian dengan judul Durasi Berkokok Ayam Pelung Jantan Pada Waktu Berbeda Di Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang, masalah yang dapat diidentifikasi adalah bagaimana durasi berkokok Ayam Pelung pada waktu yang berbeda (pagi, siang, sore). 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui durasi berkokok Ayam Pelung jantan pada berbagai periode waktu yang berbeda. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi peternak, penggemar, dan pelaksana kontes Ayam Pelung dalam penentuan waktu kontes sehingga Ayam Pelung dapat mengeluarkan potensi suara terbaiknya. Penelitian ini juga dapat menjadi acuan penelitian berikutnya.

4 1.5 Kerangka Pemikiran Terdapat 3 (tiga) kategori penilaian pada kontes Ayam Pelung yaitu kategori bobot badan, penampilan, dan suara sebagai kategori utama. Ayam Pelung yang diikutsertakan pada kontes yaitu Ayam Pelung jantan yang telah berkokok. Penilaian kategori suara merupakan suatu hal yang kompleks. Terdapat banyak indikator pendukung dalam penilaian pada kategori suara, diantaranya yaitu suara awal, suara tengah, suara akhir, panjang suara, irama, serta keserasian. Suara awal atau depan idealnya adalah bersih, panjang dan tidak tersendatsendat. Formulasi suara awal Ayam Pelung adalah Kukudur, Kukulir, Tetelur, dan Kurikil. Suara tengah Ayam Pelung dikatakan baik jika mengalun panjang, merdu dan tidak terputus-putus. Untuk suara akhir atau penutup yang baik yaitu bersih, panjang, dan tidak terputus-putus (ternakayampelung.com). Kontes Ayam Pelung rutin dilaksanakan secara bergiliran di berbagai daerah di Indonesia, paling banyak dilaksanakan di daerah Jawa Barat. Kontes dilaksanakan dari pagi hingga sore hari yang terdiri dari beberapa babak penilaian. Ayam pelung tidak mengeluarkan suara dengan panjang yang sama setiap saat, diduga terdapat waktu dan kondisi tertentu dimana Ayam Pelung mengeluarkan suara terpanjang. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi suara berkokok Ayam Pelung diantaranya yaitu kondisi kesehatan Ayam Pelung, cuaca atau lingkungan, kebutuhan gizi, serta kebersihan lingkungan (kandang). Menurut pendapat Olanrewaju, dkk., (2006), cahaya (light) mengandung energi proton yang dapat diubah menjadi rangsangan biologis yang diperlukan untuk berbagai proses fisiologis tubuh. Reseptor cahaya yang terdapat pada hipotalamus lebih banyak

5 digunakan untuk mengubah energi foton menjadi impuls syaraf, yang kemudian diteruskan oleh sistem endokrin untuk berbagai keperluan seperti perilaku reproduksi dan karakteristik sekunder kelamin. Cahaya merangsang pola sekresi beberapa hormon yang mengontrol pertumbuhan, pendewasaan, reproduksi, dan tingkah laku. Beberapa perbedaan tersebut diduga memberikan pengaruh terhadap panjang suara yang dikeluarkan oleh Ayam Pelung. Hasil penelitian Rusfrida (2004) menunjukkan durasi berkokok pada Ayam Balenggek lebih lama terjadi pada pagi hari (pukul ) WIB) diikuti sore hari (pukul ) dan siang hari (pukul ). Puncak aktivitas berkokok terjadi pada pagi hari (Rusfrida, 2004). 1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Agustus 2018 yang bertempat di Sentra Kelompok Peternak Ayam Pelung di kecamatan Bayongbong, kabupaten Garut.