VI. GAMBARAN UMUM DAN KERAGAAN USAHATANI TEBU DI DAERAH PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI. GAMBARAN UMUM DAN KERAGAAN USAHATANI TEBU DI DAERAH PENELITIAN"

Transkripsi

1 69 VI. GAMBARAN UMUM DAN KERAGAAN USAHATANI TEBU DI DAERAH PENELITIAN 6.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian Letak dan Topografi Kabupaten Lampung Utara berada di Propinsi Lampung dan termasuk salah satu wilayah potensial untuk pengembangan komoditas tebu rakyat. Wilayah Kabupaten Lampung Utara terletak pada sampai Bujur Timur dan sampai Lintang Selatan. Secara topografi, sebelah barat merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian m dari permukaan air laut dan bagian timur merupakan dataran rendah yang tertutup awan vulkanis. Wilayah Lampung Utara berbatasan dengan Kabupaten Way Kanan di sebelah utara, Kabupaten Lampung Tengah di sebelah selatan, Kabupaten Tulang Bawang di sebelah timur, dan Kabupaten Lampung Barat di sebelah barat. Berdasarkan Peraturan Daerah No. 08 Tahun 2006, wilayah Kabupaten Lampung Utara pada tahun 2006 dimekarkan menjadi 23 kecamatan dan 232 desa dan 15 kelurahan. Ibukota Kabupaten Lampung Utara berada di Kotabumi. Luas wilayah Kabupaten Lampung Utara adalah Hektar. Wilayah Kabupaten Lampung Utara merupakan daerah agraris dengan mata pencaharian pokok penduduknya di sektor pertanian (BPS Lampung Utara, 2010). Usaha perkebunan khususnya perkebunan tebu di Kabupaten Lampung Utara berada dalam pengawasan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lampung Utara. Lahan perkebunan tebu di Lampung Utara sebagian besar berada di kecamatan Bunga Mayang karena wilayah tersebut memiliki lahan yang sesuai dan dekat dengan lokasi pabrik gula yaitu PTPN VII Unit Usaha Bunga Mayang. Lahan yang diusahakan untuk perkebunan tebu seluas Ha Iklim Kabupaten Lampung Utara secara umum memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Curah hujan rata-rata 1851 mm per tahun dengan hari hujan sekitar 200 hari per tahun. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Mei- November yang memiliki curah hujan rendah dibawah 100 mm per bulan (Tabel 21).

2 70 Tabel 21. Rata-rata Curah Hujan di Kabupaten Lampung Utara Tahun Bulan Rata-rata Curah Hujan (mm) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Sumber: BPS Lampung Utara, Jumlah Penduduk dan Mata Pencaharian Jumlah penduduk Kabupaten Lampung Utara tahun 2009 sebanyak jiwa yang terdiri dari penduduk pria sebesar jiwa atau persen dan penduduk wanita sebesar jiwa atau persen. Jumlah rumah tangga sebanyak dengan kepadatan penduduk mencapai 216 jiwa per km 2. Tabel 22. Mata Pencaharian Penduduk Lampung Utara No Mata Pencaharian Jumlah Penduduk (Orang) 1 Pertanian, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan Industri Pengolahan Perdagangan Eceran, Rumah Makan, Hotel Jasa Kemasyarakatan Lainnya Tidak Bekerja Jumlah Sumber: BPS Lampung Utara, 2011 (data diolah) Penduduk yang tergolong angkatan kerja sebanyak jiwa atau sekitar 44 persen dari total penduduk Kabupaten lampung Utara. Data keragaan penduduk Kabupaten lampung Utara menurut mata pencaharian (Tabel 22) menunjukkan bahwa mayoritas penduduk di Kabupaten Lampung Utara bekerja di bidang pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan sebesar orang. Hal ini

3 71 memperlihatkan pula bahwa sektor ini merupakan sektor utama mata pencaharian penduduk Lampung Utara Perekonomian Kabupaten Lampung Utara Pada tahun 2009, perekonomian Kabupaten Lampung Utara mengalami pertumbuhan sebesar 5.85 persen. Beberapa sektor mengalami pertumbuhan yang sangat berarti seperti sektor angkutan dan komunikasi (9.31 persen), bangunan (6.76 persen) dan pertanian (5.97 persen). Perekonomian Lampung Utara didominasi oleh empat sektor kegiatan yaitu sektor pertanian (33.76 persen), sektor jasa (19.54 persen), sektor perdagangan, hotel dan restoran (13.69 persen) dan sektor industri pengolahan (11.77 persen). Adanya kontribusi sektor pertanian dan ketersediaan lahan yang luas merupakan potensi untuk meningkatkan perekonomian di Kabupaten Lampung Utara Keragaan Usahatani Tebu di Daerah Penelitian Karakteristik Petani Sampel Jumlah petani sampel dalam penelitian ini sebanyak 75 petani. Dari 75 petani responden, 45 petani merupakan anggota TRK yang terdiri dari 14 petani dengan pola non-keprasan (plane cane) dan 31 petani dengan pola keprasan (ratoon), serta 30 petani merupakan anggota TRB yang terdiri dari 11 petani dengan pola non-keprasan (plane cane) dan 19 petani dengan pola keprasan (ratoon). Jika berdasarkan pola tanamnya, maka 25 petani melakukan pola tanam non-keprasan dan 50 petani melakukan pola tanam keprasan. Hal ini karena biaya yang dikeluarkan pada pola tanam non-keprasan jauh lebih besar dibandingkan pada pola tanam keprasan. Penyebab perbedaan tersebut adalah adanya biaya pengolahan tanah, pembelian bibit dan biaya tanam pada pola non-keprasan. Adapun karakteristik petani sampel selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 23. Pada Tabel 23 dapat dilihat bahwa berdasarkan umur, petani yang tergabung baik dalam TRK maupun TRB berada pada usia produktif yaitu pada usia kurang dari 30 sampai dengan 60 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa secara umur para petani contoh masih dapat mengelola usahatani tebunya dengan baik. Berdasarkan pendidikan, baik petani contoh yang tergabung dalam TRK maupun TRB sebagian masih tergolong berpendidikan dasar SD dan SMP, yaitu 73.33

4 72 persen untuk petani TRK dan persen untuk petani TRB. Tingkat pendidikan ini tentu saja akan mempengaruhi teknik usahatani khususnya terkait dengan penggunaan teknologi maupun mekanisasi pertanian. Sedangkan jika ditinjau dari pengalaman, baik petani contoh anggota TRK maupun TRB sebagian besar sudah berpengalaman lebih dari 10 tahun (82.22 persen petani TRK dan persen petani TRB). Lamanya pengalaman yang dimiliki para petani tebu ini menunjukkan bahwa petani cukup terampil dalam mengusahakan budidaya tebu di daerahnya. Tabel 23. Sebaran Petani Sampel Menurut Umur, Pendidikan dan Pengalaman di Wilayah Kerja PTPN VII Unit Usaha Bungamayang Musim Tanam 2009/2010 No Karakteristik Responden TRK TRB Jumlah Persen Jumlah Persen 1 Berdasarkan Umur (tahun) a.<30 tahun b tahun c tahun d tahun e. >60 tahun Berdasarkan Pendidikan (tahun) a. Tidak Sekolah (0 tahun) b. SD (0-6 Tahun) c. SLTP (7-9 Tahun) d. SLTA (10-12 Tahun) e. Perguruan Tinggi (>12 Tahun) Berdasarkan Pengalaman a.<10 tahun b tahun c tahun d. > 30 tahun Sumber: Analisis Data Primer, 2012 Sebagian besar petani yang berada di daerah penelitian merupakan petani tebu dengan menggunakan pola keprasan. Dari 75 petani contoh, 25 petani melakukan pola non-keprasan dan 50 petani menggunakan pola keprasan. Kondisi ini hampir terjadi di seluruh perkebunan tebu rakyat di Indonesia. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa dominannya pola keprasan ini mengingat

5 73 pola keprasan membutuhkan biaya yang lebih kecil dibandingkan dengan pola non-keprasan karena pola non-keprasan tidak membutuhkan biaya pengolahan tanah, pembelian bibit dan biaya tanam. Akan tetapi, pola keprasan ini tidaklah terlalu buruk asalkan dilakukan sesuai dengan anjuran pemerintah. Pola keprasan yang dianjurkan oleh pemerintah sampai pada keprasan ketiga. Akan tetapi, di wilayah kerja PTPN VII Unit Usaha Bungamayang petani masih diperbolehkan sampai keprasan keempat. Setelah itu, petani tebu dianjurkan mengganti tanamannya dengan bibit baru kembali Kepemilikan Lahan Sistem kepemilikan lahan yang umum di daerah penelitian adalah lahan milik sendiri. Lahan sewa untuk usahatani tebu jarang ditemukan di daerah penelitian. Tetapi jika ada pihak yang akan melakukan sewa, harga sewa di daerah penelitian berkisar antara juta rupiah perhektar tergantung letak dan kondisi lahan. Berdasarkan hasil survei, rata-rata luas lahan yang digunakan petani dalam usahatani tebu adalah 1.98 hektar dengan luas lahan minimal 0.25 hektar dan luas lahan maksimal hektar. Rata-rata luas lahan petani TRK adalah 1.51 hektar dengan luas lahan minimal adalah 0.25 hektar dan luas lahan maksimal adalah 5 hektar. Sedangkan untuk petani TRB rata-rata luas lahannya adalah 2.68 hektar dengan luas minimal 0.50 hektar dan luas lahan maksimal hektar. Berdasarkan penjelasan ini diketahui bahwa petani TRB memiliki lahan yang relatif luas dibandingkan dengan petani TRK. Luas lahan berpengaruh terhadap usahatani tebu yang dilakukan karena terkait dengan modal usahatani. Petani yang memiliki luas lahan yang besar akan memperoleh penghasilan yang besar sehingga ketersediaan modal cukup untuk membeli dan menggunakan input secara proporsional Keragaan Usahatani Tebu di Daerah Penelitian Kegiatan usahatani di daerah penelitian pada tebu non-keprasan meliputi persiapan lahan (pengolahan tanah), penanaman, penyulaman, penimbunanan, perawatan, pemupukan, penyemprotan dan tebang angkut. Sedangkan pada kegiatan usahatani tebu keprasan, aktivitas yang dilakukan meliputi pembersihan

6 74 kebun, pengeprasan, penyulaman, pemupukan, perawatan, penyemprotan dan kegiatan tebang angkut. Kegiatan pengolahan tanah meliputi bajak 1, bajak 2, dan pembuatan jalur. Pada kegiatan tanam, penggunaan bibit disesuaikan dengan masa tanam. Jenis bibit yang digunakan terdiri dari dua jenis, yaitu BM 9604 untuk masa awal sedangkan untuk masa tanam bulan ke-4, ke-5 dan ke-6 digunakan bibit BM Sedangkan pada pola keprasan, petani tidak menggunakan bibit baru tetapi melakukan keprasan. Umur bibit yang tertanam rata-rata 6 sampai 7 bulan. Aktivitas penyulaman dilakukan untuk mengganti bibit yang mati atau tidak tumbuh dengan baik. Kegiatan perawatan atau klentek (mengelupas daun yang kering) dilakukan dua kali oleh petani yaitu untuk klentek ke-1 dilakukan pada bulan ke-5 sampai dengan bulan ke-6, sedangkan untuk klentek ke-2 dilakukan pada bulan ke-7, ke-8 dan ke-9. Sebagian besar petani melakukan aktivitas penyemprotan setelah klentek ini. Penyemprotan dilakukan dengan melihat ada tidaknya gulma setelah klentek. Jenis obat yang digunakan oleh petani bermacam-macam antara lain DMA, Gramason, Round Up, Gesapak, Karmex dan Andal. Pupuk yang dianjurkan oleh pabrik terdiri dari 3 jenis yaitu pupuk Urea, TSP dan KCL dengan dosis masing-masing 300 Kg per hektar. Pemupukan pertama dilakukan pada bulan ke-2 sampai dengan bulan ke-3 dengan dosis 300 Kg pupuk TSP dan 100 Kg pupuk Urea. Sedangkan untuk pemupukan kedua dilakukan pada bulan ke-5 sampai dengan bulan ke- 6 dengan dosis pupuk KCL 300 Kg dan pupuk Urea 200 Kg. Di daerah penelitian juga dijumpai pupuk lain yang digunakan oleh petani yaitu pupuk NPK, pupuk Phonska, pupuk Kujang, pupuk kandang serta kompos. Aktivitas terakhir dalam usahatani tebu adalah aktivitas tebang dan angkut. Pada bulan ke-3 dan ke-4 tebu mulai dianalisa kemasakannya dengan periode seminggu sekali. Kegiatan ini dilakukan oleh Litbang pabrik. Jika waktu tebang sudah tiba, Litbang mengeluarkan jadwal tebang yang diberikan pada kelompoktani petani tebu rakyat (TRK). Setelah itu, dikeluarkan surat perintah tebang setiap setengah bulan sekali untuk setiap kelompoktani. Kegiatan penebangan dilakukan oleh petani. Alat angkut yang biasanya digunakan adalah

7 75 truk. Setelah tebu ditebang, kemudian dibawa ke pabrik untuk ditimbang dan dilakukan penggiliangan oleh pabrik gula. Pada kelompok petani TRK, penentuan rendemen dilakukan dengan menggunakan rendemen sementara. Sedangkan untuk petani TRB, penentuan rendemen dilakukan dengan menggunakan rendemen tahun sebelumnya. Penjualan gula hasil giling dilakukan oleh para koordinator kelompok masingmasing, sedangkan untuk petani TRB penjualan gula dilakukan oleh pabrik karena mereka menjual tebunya. Baik gula yang dihasilkan oleh petani (TRK) maupun pabrik (tebu sendiri dan TRB) dijual dengan menggunakan sistem lelang. Penggunaan tenaga kerja pada usahatani tebu non-keprasan di daerah penelitian meliputi kegiatan kegiatan persiapan lahan, penanaman, penyulaman, pemupukan, klentek (melepaskan daun kering), penyemprotan dan tebang angkut. Sementara kegiatan pada tebu kepras antara lain pembersihan kebun, pengeprasan, penyulaman, pemupukan, klentek, penyemprotan dan tebang angkut. Kegiatan usahatani di daerah penelitian rata-rata menggunakan tenaga kerja pria, tenaga kerja wanita dan traktor. Tenaga kerja pria mendominasi dalam setiap kegiatan usahatani tebu. Sedangkan tenaga kerja wanita biasanya digunakan pada kegiatan pemupukan. Traktor digunakan dalam kegiatan persiapan lahan, yaitu untuk bajak 1, bajak 2 dan pembuatan jalur. Penggunaan tenaga kerja di daerah penelitian sebagian besar dilakukan dengan menggunakan sistem borongan. Tetapi ada beberapa petani yang menggunakan tenaga kerja harian, yaitu saat proses pemupukan dan penyemprotan. Menurut keterangan petani contoh, penggunaan tenaga borongan dapat menghemat penggunaan tenaga kerja. Upah borongan tenaga kerja pria pada setiap kegiatan dalam usahatani tebu antara Rp ribu per hektar. Sedangkan untuk upah borongan traktor berkisar antara Rp sampai Rp rupiah per hektar. Upah harian untuk tenaga kerja pria dan wanita berkisar antara 35 sampai dengan 50 ribu rupiah. Hitungan konversi tenaga kerja borongan baik tenaga kerja pria, tenaga kerja wanita dan tenaga kerja traktor adalah berdasarkan harga borongan per hektar dibagi dengan upah tenaga kerja pria atau wanita per hari yang berlaku di daerah penelitian.

8 Produktivitas Tebu, Pendapatan dan Biaya Usahatani Tebu Petani TRK dan Petani TRB Pada pola tanam non-keprasan, rata-rata produktivitas petani TRK sebesar ton per hektar dengan luasan lahan 1.29 hektar. Sedangkan rata-rata produktivitas petani TRB mencapai ton per hektar dengan luasan lahan ratarata 2.45 hektar. Pada pola tanam keprasan, rata-rata produktivitas tebu petani TRK sebesar ton per hektar dengan luasan lahan rata-rata 1.62 hektar dan untuk petani TRB, rata-rata produktivitasnya mencapai ton perhektar dengan luasan lahan rata-rata 2.82 hektar. Jumlah gula yang dihasilkan oleh petani TRK dan petani TRB pada pola tanam non-keprasan berturut-turut sebesar kg per hektar dan kg per hektar. Sedangkan jumlah gula yang dihasilkan oleh petani TRK dan petani TRB pada pola tanam keprasan berturut-turut sebesar kg dan kg. Meskipun jumlah gula petani TRB lebih besar dibandingkan dengan jumlah gula yang dihasilkan petani TRK, tetapi penerimaan petani TRK lebih besar dibandingkan dengan penerimaan petani TRB. Penerimaan petani TRK dengan pola tanam non-keprasan lebih besar dibandingkan dengan penerimaan petani TRB, yaitu berturut-turut Rp juta dan Rp juta. Begitu juga dengan hasil analisis usahatani pada pola tanam keprasan dimana penerimaan usaha tani petani TRK lebih besar dibandingkan dengan penerimaan petani TRB, berturut-turut Rp juta dan Rp juta. Hal ini terjadi karena perbedaan sumber penerimaan antara petani TRK dengan petani TRB. Penerimaan usahatani petani TRK bersumber dari nilai lelang gula, nilai lelang tetes dan nilai jual natura. Pada saat penelitian ini dilakukan, harga lelang rata-rata gula sebesar Rp per Kg, harga lelang tetes rata-rata sebesar Rp per Kg dan harga gula di pasar rata-rata Rp per Kg. Jumlah tetes tebu yang dihasilkan oleh petani TRK pada pola tanam nonkeprasan sebesar kg dan pada pola tanam keprasan sebesar kg. Jumlah natura yang didapatkan oleh petani TRK pada pola tanam non-keprasan sebesa 281 kg dan pada tanam keprasan sebesar 304 kg. Selain itu, petani TRK juga mendapatkan tambahan sisa rendemen, yaitu untuk petani TRK non-keprasan sebesar 334 Kg dan petani keprasan sebesar 361 Kg. Penerimaan usahatani petani TRB dihitung berdasarkan harga lelang gula yaitu Rp Petani TRB juga

9 77 tidak mendapatkan tetes, natura dan sisa rendemen sebagaimana petani TRK. Rata-rata penerimaan, biaya dan keuntungan tebu per hektar di daerah penelitian pada musim tanam 2009/2010 untuk pola tanam non-keprasan dan keprasan disajikan pada Tabel 24 dan Tabel 25 Tabel 24. Analisis Finansial Usahatani Tebu Non-Keprasan di Daerah Penelitian TRK TRB Uraian Nilai Rata- Rata(Rp/Ha) Persen (%) Nilai Rata- Rata(Rp/Ha) A Penerimaan B B1 B2 Biaya Biaya Diperhitungkan Persen (%) Bibit Pupuk Urea Pupuk TSP Pupuk KCL Pestisida Padat Pestisida Cair Tenaga Kerja Biaya Angkutan Tebu Total Biaya Diperhitungkan Biaya Tidak Diperhitungkan Bibit Tenaga Kerja Dalam Keluarga Penyusutan Bunga Modal PBB Total Biaya Tidak Diperhitungkan C Total Biaya Usahatani (B1+B2) D Pendapatan Atas Biaya Tunai (A-B1) E Pendapatan Tunai (A-C) F R/C atas Biaya Tunai (A/B1) G R/C atas Biaya Total (A/C) Sumber: Data Primer, 2012 Keuntungan petani TRK pada pola tanam non-keprasan maupun pola tanam keprasan lebih besar dibandingkan petani TRB sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 24 dan Tabel 25. Hasil ini senada dengan hasil penelitian Sriati et al (2008). Keuntungan petani TRK pada pola tanam non-keprasan sebesar Rp juta dan petani TRB sebesar Rp juta. Sedangkan keuntungan petani TRK

10 78 pada pola tanam keprasan sebesar Rp juta dan petani TRB sebesar Rp juta.. Tabel 25. Analisis Finansial Usahatani Tebu Keprasan di Daerah Penelitian TRK TRB Uraian Nilai Rata- Rata(Rp/Ha) Persen (%) Nilai Rata- Rata(Rp/Ha) A Penerimaan B B1 B2 Biaya Biaya Diperhitungkan Bibit Persen (%) Pupuk Urea Pupuk TSP Pupuk KCL Pestisida Padat Pestisida Cair Tenaga Kerja Biaya Angkutan Tebu Total Biaya Diperhitungkan Biaya Tidak Diperhitungkan Bibit Tenaga Kerja Dalam Keluarga Penyusutan Bunga Modal PBB Total Biaya Tidak Diperhitungkan C Total Biaya Usahatani (B1+B2) D Pendapatan Atas Biaya Tunai (A- B1) E Pendapatan Tunai (A-C) F R/C atas Biaya Tunai (A/B1) G R/C atas Biaya Total (A/C) Sumber: Data Primer, 2012 Berdasarkan Tabel 24 dan Tabel 25 juga diketahui bahwa usahatani tebu di daerah penelitian baik pola tanam non-keprasan maupun keprasan masih layak secara finansial untuk diusahakan karena memiliki nilai RC > 1. Hasil selengkapnya terkait dengan analisis usahatani baik pola non-keprasan dengan pola keprasan dapat dilihat pada Lampiran 1.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Utara 1. Kondisi Geografis Kabupaten Lampung Utara merupakan salah satu dari 14 kabupaten/kota yang ada di Propinsi Lampung. Kabupaten

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH 8.1. Penerimaan Usahatani Bawang Merah Penerimaan usahatani bawang merah terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Konsumsi Gula Tahun Periode

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Konsumsi Gula Tahun Periode 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gula termasuk salah satu komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia. Dengan luas areal rata-rata 400 ribu ha pada periode 2007-2009, industri gula berbasis tebu

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA Penelitian ini menganalisis perbandingan usahatani penangkaran benih padi pada petani yang melakukan

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR 8.1 Penerimaan Usahatani Ubi Jalar Penerimaan usahatani ubi jalar terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan penerimaan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG Usahatani ubi jalar di Desa Cikarawang menurut bentuk dan coraknya tergolong ke dalam usahatani perorangan dimana pengelolaannya dilakukan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Responden 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil komposisi umur kepala keluarga

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tebu merupakan tumbuhan sejenis rerumputan yang dikelompokkan

BAB I PENDAHULUAN. Tebu merupakan tumbuhan sejenis rerumputan yang dikelompokkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tebu merupakan tumbuhan sejenis rerumputan yang dikelompokkan dalam famili gramineae. Seperti halnya padi dan termasuk kategori tanaman semusim, tanaman tebu tumbuh

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 7.1. Penerimaan Usahatani Kedelai Edamame Analisis terhadap penerimaan usahatani kedelai edamame petani mitra PT Saung Mirwan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia. Sektor pertanian berperan sebagai penyedia pangan bagi

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 48

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Pringsewu 1. Geografis Kabupaten Pringsewu Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bekerja pada bidang pertanian. Menurut BPS tahun 2013, sekitar 39,96 juta orang

I. PENDAHULUAN. bekerja pada bidang pertanian. Menurut BPS tahun 2013, sekitar 39,96 juta orang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang sebagian besar penduduknya bekerja pada bidang pertanian. Menurut BPS tahun 2013, sekitar 39,96 juta orang bekerja

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1. Kabupaten Banyuasin Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Selatan.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Karakter Demografi Petani Kedelai. mencakup jenis kelamin, usia, dan tingkat pendidikan.

BAB IV GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Karakter Demografi Petani Kedelai. mencakup jenis kelamin, usia, dan tingkat pendidikan. BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Karakter Demografi Petani Kedelai Karakter demografi petani kedelai yang dibahas dalam penelitian ini mencakup jenis kelamin, usia, dan tingkat pendidikan. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Gambaran Umum Desa Ciaruten Ilir Desa Ciaruten Ilir merupakan bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa ini merupakan daerah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Wilayah Propinsi Lampung 1. Geografi Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau Sumatera dengan luas wilayah 35.288,35 Km 2. Propinsi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL 6.1 Sarana Usahatani Kembang Kol Sarana produksi merupakan faktor pengantar produksi usahatani. Saran produksi pada usahatani kembang kol terdiri dari bibit,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. perkebunan, khususnya pada sektor tanaman karet. Penduduk di Desa Negeri

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. perkebunan, khususnya pada sektor tanaman karet. Penduduk di Desa Negeri IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Negeri Baru yang merupakan salah satu desa berpotensial dalam bidang perkebunan, khususnya pada sektor tanaman karet. Penduduk di Desa Negeri

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 58 V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Usahatani Tebu di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus 1. Teknik Budidaya Tanaman Tebu a. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah pada budidaya tanaman tebu dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Aspek Teknis 6.1.1. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah merupakan proses awal budidaya tanaman tebu. Hal ini menjadi sangat penting mengingat tercapainya produksi yang tinggi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR REVITALISASI SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS GULA

LAPORAN AKHIR REVITALISASI SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS GULA LAPORAN AKHIR REVITALISASI SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS GULA Oleh: A. Husni Malian Erna Maria Lokollo Mewa Ariani Kurnia Suci Indraningsih Andi Askin Amar K. Zakaria Juni Hestina PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan menitikberatkan pada sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI 5.1. Gambaran Umum Kabupaten Pasuruan Kabupaten Pasuruan adalah salah satu daerah tingkat dua di Propinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Pasuruan. Letak geografi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Daerah Penelitian 1. Kondisi wilayah penelitian a. Letak dan batas wilayah Kabupaten Klaten adalah kabupaten yang berada di antara kota jogja dan kota solo. Kabupaten

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 18 TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman herbal atau tanaman obat sekarang ini sudah diterima masyarakat sebagai obat alternatif dan pemelihara kesehatan yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Secara astronomi, Kota Depok terletak pada koordinat 6 o sampai

V. GAMBARAN UMUM. Secara astronomi, Kota Depok terletak pada koordinat 6 o sampai V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Kota Depok 5.1.1 Letak dan Keadaan Geografi Secara astronomi, Kota Depok terletak pada koordinat 6 o 19 00 sampai 6 o 28 00 Lintang Selatan dan 106 o 43 00 sampai 106

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KONDISI PERGULAAN NASIONAL, LAMPUNG DAN LAMPUNG UTARA

V. GAMBARAN UMUM KONDISI PERGULAAN NASIONAL, LAMPUNG DAN LAMPUNG UTARA 59 V. GAMBARAN UMUM KONDISI PERGULAAN NASIONAL, LAMPUNG DAN LAMPUNG UTARA 5.1. Perkembangan Kondisi Pergulaan Nasional 5.1.1. Produksi Gula dan Tebu Produksi gula nasional pada tahun 2000 sebesar 1 690

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Menurut Dillon (2009), pertanian adalah sektor yang dapat memulihkan dan mengatasi krisis ekonomi di Indonesia. Peran terbesar sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis Usahatani Petani TRK dan Petani TRB Pola Tanam Non- Keprasan dan Keprasan

Lampiran 1. Analisis Usahatani Petani TRK dan Petani TRB Pola Tanam Non- Keprasan dan Keprasan LAMPIRAN 111 112 Lampiran 1. Analisis Usahatani Petani TRK dan Petani TRB Pola Tanam Non- Keprasan dan Keprasan a. Analisis Finansial Usahatani Petani TRK Pola Tanam Non-Keprasan A B B1 B2 Penerimaan Uraian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor yang mempunyai peranan strategis bagi perekonomian Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis sebagai penyedia

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas 29 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Barat dengan ibukota Liwa merupakan salah satu kabupaten/kota yang berada di wilayah

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN

VII ANALISIS PENDAPATAN VII ANALISIS PENDAPATAN Analisis pendapatan yang dibahas dalam penelitian ini meliputi penerimaan, biaya, dan pendapatan dari usahatani padi sawah pada decision making unit di Desa Kertawinangun pada musim

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara 30 sampai lebih dari 60 tahun. Umur petani berpengaruh langsung terhadap

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan 78 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan UU No.33 Tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 Agustus

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Petani 1) Umur Umur petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 5.1 Provinsi Jawa Timur Jawa Timur merupakan penghasil gula terbesar di Indonesia berdasarkan

V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 5.1 Provinsi Jawa Timur Jawa Timur merupakan penghasil gula terbesar di Indonesia berdasarkan 68 V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Provinsi Jawa Timur Jawa Timur merupakan penghasil gula terbesar di Indonesia berdasarkan tingkat produksi gula antar daerah. Selain itu Jawa Timur memiliki jumlah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.. Wilayah dan Topografi Secara geografis Kota Pagar Alam berada pada 4 0 Lintang Selatan (LS) dan 03.5 0 Bujur Timur (BT). Kota Pagar Alam terletak di Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Petir, sebelah Selatan berbatasan dengan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan 77 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada 104 552-105 102 BT dan 4 102-4 422 LS. Batas-batas wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat secara geografis

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Kawasan Agropolitan Cianjur Agropolitan (agro = pertanian; politan = kota) adalah suatu konsep kota pertanian yang diharapkan mampu memacu berkembangnya sistem dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Industri gula adalah salah satu industri bidang pertanian yang secara nyata memerlukan keterpaduan antara proses produksi tanaman di lapangan dengan industri pengolahan. Indonesia

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , , V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden 5.1.1 Umur petani responden Umur Petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada aktivitas di sektor pertanian. Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang 50 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan

Lebih terperinci

POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI

POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI 1 POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI (Studi Kasus H. Adul Desa Situ Daun, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Ach. Firman

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM 7.1 Penerimaan Usahatani Caisim Penerimaan usahatani merupakan nilai yang diperoleh petani dari jumlah produksi. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting perananya dalam Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal tersebut bisa kita lihat

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU. Umumnya petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan seluruh lahan

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU. Umumnya petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan seluruh lahan VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU 7.1. Analisis Penggunaan Sarana Produksi Budidaya ubi kayu tidak terlalu sulit. Ubi kayu tidak mengenal musim, kapan saja dapat ditanam. Karena itulah waktu

Lebih terperinci

VII. ANALISIS SITUASI USAHA PERKEBUNAN DAN AGROINDUSTRI NENAS DI KABUPATEN SUBANG DAN KARAWANG

VII. ANALISIS SITUASI USAHA PERKEBUNAN DAN AGROINDUSTRI NENAS DI KABUPATEN SUBANG DAN KARAWANG VII. ANALISIS SITUASI USAHA PERKEBUNAN DAN AGROINDUSTRI NENAS DI KABUPATEN SUBANG DAN KARAWANG 1. Lokasi Penelitian Lapang Penelitian lapang dilakukan di Kabupaten Subang, Jawa Barat, khususnya usaha perkebunan

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT VIII PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT 8.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Produktivitas rata-rata gabah padi sehat petani responden sebesar 6,2 ton/ha. Produktivitas rata-rata

Lebih terperinci

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO Purwanto 1) dan Dyah Panuntun Utami 2) 1)Alumnus Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian 2) Dosen Program

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan menitikberatkan pada sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN 4.. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten PPU secara geografis terletak pada posisi 6 o 9 3-6 o 56 35 Bujur Timur dan o 48 9 - o 36 37 Lintang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak dan Keadaan Geografis Kecamatan Telaga merupakan salah satu dari 18 kecamatan yang ada di Kabupatan Gorontalo. Sesuai dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. anorganik menjadi bahan organik dengan bantuan tumbuh-tumbuhan dan

I. PENDAHULUAN. anorganik menjadi bahan organik dengan bantuan tumbuh-tumbuhan dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu. 37 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang petani mengalokasikan sumberdaya yang ada, baik lahan, tenaga

Lebih terperinci

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI (Glycine max L.) VARIETAS ORBA (Suatu Kasus pada Kelompoktani Cikalong di Desa Langkapsari Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) Oleh: Apang Haris 1, Dini Rochdiani

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah

I. PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi andalan bagi perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah dilengkapi dengan iklim tropis

Lebih terperinci

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG Moh. Saeri dan Suwono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Sampang merupakan salah satu

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Usahatani adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang diusahakan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Belitung Timur adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Bangka Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak tanggal 25 Februari

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum 4.1.1. Letak Geografis Desa Beji Lor Desa Beji Lor merupakan salah satu desa di Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Desa ini terletak

Lebih terperinci

USAHA TANI PARIA MENUNJANG KEGIATAN VISITOR PLOT DI KEBUN PERCOBAAN MAUMERE. I. Gunarto, B. de Rosari dan Masniah BPTP NTT

USAHA TANI PARIA MENUNJANG KEGIATAN VISITOR PLOT DI KEBUN PERCOBAAN MAUMERE. I. Gunarto, B. de Rosari dan Masniah BPTP NTT USAHA TANI PARIA MENUNJANG KEGIATAN VISITOR PLOT DI KEBUN PERCOBAAN MAUMERE I. Gunarto, B. de Rosari dan Masniah BPTP NTT ABSTRAK Kebutuhan sayuran di Kabupaten Sikka khususnya untuk masyarakat Kota Maumere

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor andalan perekonomian di Propinsi Lampung adalah pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Lampung

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. zaman pendudukan Belanda. Pabrik-pabrik gula banyak dibangun di Pulau Jawa,

I. PENDAHULUAN. zaman pendudukan Belanda. Pabrik-pabrik gula banyak dibangun di Pulau Jawa, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia pernah mencapai kejayaan produksi gula pasir pada sekitar 1930 di zaman pendudukan Belanda. Pabrik-pabrik gula banyak dibangun di Pulau Jawa, yaitu mencapai 179

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) adalah salah satu komoditas perkebunan

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) adalah salah satu komoditas perkebunan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tebu (Saccharum officinarum L.) adalah salah satu komoditas perkebunan penting yang ditanam untuk bahan baku utama gula. Hingga saat ini, gula merupakan

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO Bentuk analisis pendapatan ini mengacu kepada konsep pendapatan biaya yang dikeluarkan, yaitu biaya tunai dan biaya

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis)

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis) ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Ciamis) Oleh : Didin Saadudin 1, Yus Rusman 2, Cecep Pardani 3 13 Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2 Fakultas

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49 29 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas Lahan Komoditi Perkebunan di Indonesia (Ribu Ha)

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas Lahan Komoditi Perkebunan di Indonesia (Ribu Ha) 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia memiliki potensi yang sangat besar di sektor pertanian khususnya di sektor perkebunan. Sektor perkebunan memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap produk

Lebih terperinci