BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Gorontalo Utara. Letak geografis Pulau Saronde 00 55' 32'' LU 122

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Gorontalo Utara. Letak geografis Pulau Saronde 00 55' 32'' LU 122"

Transkripsi

1 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi pulau saronde Pulau Saronde terletak di wilayah Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara. Letak geografis Pulau Saronde 00 55' 32'' LU ' 54'' BT. Untuk sampai ke Pulau Saronde, kita harus menuju ke Kabupaten Gorontalo Utara yang berjarak sekitar 65 km dari pusat kota Gorontalo, dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam menggunakan mobil pribadi. Pulau Saronde berjarak 12 mil dari dermaga Pelabuhan Kwandang. Setelah sampai di Pelabuhan Kwandang, perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan perahu yang biasa disebut katinting atau lebih dikenal dengan sebutan taxi saronde. Perjalanan menuju Pulau Saronde sekitar 45 menit. Pulau ini merupakan salah satu tujuan wisata, dengan topografi datar dan berbukit dengan lereng rata cembung (DKP, 2011). Di Pulau Saronde tidak terdapat pemukiman penduduk. Potensi sumberdaya alam yang dimiliki pulau ini berupa perikanan tangkap terutama ikan karang, dan potensi wisata bahari karena memiliki gugusan terumbu karang yang indah (DKP, 2011). Batas wilayah Pulau Saronde sebagai berikut : Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Timur Sebelah Barat : berbatasan dengan Pulau Bogisa; : berbatasan dengan perairan Desa Ponelo; : berbatasan dengan Pulau Mohinggito; dan : berbatasan dengan perairan Desa Dudepo.

2 2 Lokasi Pulau Saronde dapat dilihat pada Gambar 15 berikut : N Gambar 15. Pulau saronde. Sumber : Anonim, Keterangan gambar : = I = II = III B. Gambaran umum stasiun penelitian Lokasi penelitian terdiri dari 3 stasiun berdasarkan keberadaan padang lamun, yakni di Sebelah Utara ( I), Barat ( II), dan Timur ( III). Gambaran mengenai masing-masing stasiun penelitian sebagai berikut : 1. I (sebelah utara) pertama adalah bagian Utara Pulau Saronde. pertama memiliki pantai yang landai, substrat tumbuhnya lamun didominasi oleh pasir putih bertekstur halus, bercampur dengan kerikil halus, sedikit lumpur, patahan karang, dan pecahan cangkang moluska. Jarak antara garis tempat tumbuhnya

3 3 lamun hingga tidak ditemukannya lamun sekitar 150 meter. Tipe vegetasi pantai merupakan vegetasi campuran, yang ditumbuhi oleh jenis tumbuhan daratan, seperti pepohonan. Lokasi stasiun I (satu) untuk lebih jelas, dapat dilihat pada Gambar 16 berikut : Gambar 16. I penelitian (sebelah utara pulau saronde). Sumber : hasil penelitian. 2. II (sebelah barat) selanjutnya adalah stasiun kedua, yakni di sebelah Barat perairan Pulau Saronde. kedua juga memiliki pantai yang landai. Substrat tumbuhnya lamun didominasi oleh pasir putih bertekstur halus, bercampur kerikil halus, patahan karang, dan pecahan cangkang moluska. Jarak antara batas tempat tumbuhnya lamun hingga tidak ditemukannya lamun sekitar 100 meter. Tipe vegetasi pantai merupakan vegetasi campuran, yang ditumbuhi oleh berbagai pepohonan atau tanaman darat.

4 4 Lokasi stasiun II (dua) untuk lebih jelas, dapat dilihat pada Gambar 17 berikut : Gambar 17. II penelitian (sebelah barat pulau saronde). Sumber : hasil penelitian. 3. III (sebelah timur) Lokasi terakhir adalah stasiun ketiga yakni di sebelah Timur Pulau Saronde. Habitat atau substrat tumbuhnya lamun didominasi oleh pasir bertekstur halus yang bercampur dengan kerikil halus, patahan karang, dan pecahan cangkang moluska. Jarak antara batas tumbuhnya lamun hingga tidak ditemukannya lagi sekitar 120 meter. Tipe vegetasi pantai merupakan vegetasi campuran yang ditumbuhi oleh tanaman darat dan semak. Lokasi stasiun III (tiga) untuk lebih jelas, dapat dilihat pada Gambar 18 berikut :

5 5 Gambar 18. III penelitian (sebelah timur pulau saronde). Sumber : hasil penelitian. C. Jenis-jenis lamun yang ditemukan di lokasi penelitian Jenis-jenis lamun yang ditemukan di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 4 berikut : Tabel 4. Jenis-jenis lamun yang ditemukan di lokasi penelitian No. Jenis lamun 1 2 I. I Lokasi II III HYDROCHARITACEAE 1) 2) Enhalus acoroides Thalassia hemprichii 3) 4) Halophila minor Halophila ovalis II. POTAMOGETONACEAE 5) 6) 7) 8) 9) Syringodium isoetifolium Halodule uninervis Halodule pinifolia Cymodocea serrulata Cymodocea rotundata JUMLAH JENIS Keterangan : tanda () = ada, sedangkan tanda (-) = tidak ada. Analisis mengenai vegetasi padang lamun di perairan Pulau Saronde sebagai berikut :

6 6 D. Komposisi jenis lamun 1. I (sebelah utara) Komposisi jenis lamun yang ditemukan tumbuh di stasiun pertama, yakni Cymodocea serrulata, Enhalus acoroides, Halophila minor, Halophila ovalis, dan Thalassia hemprichii. Tipe vegetasi lamun merupakan vegetasi campuran (mix vegetation) yang disusun oleh 5 jenis lamun. Komposisi jenis lamun yang ditemukan pada masing-masing stasiun penelitian lebih didominasi oleh lamun jenis Thalassia hemprichii dengan persentase 68,26 %. Kemudian secara berturut-turut diikuti oleh jenis Cymodocea serrulata dengan persentase 15,78 %, dan jenis Enhalus acoroides dengan persentase 13,58 %. Hal ini dikarenakan lamun jenis Thalassia hemprichii dapat membentuk susunan yang rapat. Sebab, Thalassia hemprichii memiliki bentuk daun yang rimbun. 2. II (sebelah barat) Komposisi jenis lamun yang tumbuh di stasiun II sama dengan stasiun I, yakni Cymodocea serrulata, Enhalus acoroides, Halophila minor, Halophila ovalis, dan Thalassia hemprichii. Dengan padang lamun yang membentuk vegetasi campuran. Komposisi jenis lamun dengan tipe vegetasi campuran disebabkan oleh ketiadaan ekosistem mangrove di lokasi penelitian. Dimana pada daerah ekosistem mangrove ke arah laut, sering dijumpai padang lamun dari spesies tunggal yang berasosiasi tinggi (Kordi, 2011). Lamun jenis Thalassia hemprichii memiliki komposisi jenis senilai 55,21 %. Kemudian diikuti oleh lamun jenis Cymodocea serrulata dengan persentase 33,95 % dan jenis Enhalus acoroides dengan persentase 9,95 %.

7 7 3. III (sebelah timur) Komposisi jenis lamun yang ditemukan juga sama dengan stasiun I dan II, yakni jenis Cymodocea serrulata, Enhalus acoroides, Halophila minor, Halophila ovalis, dan Thalassia hemprichii. Dengan tipe vegetasi lamun yang terbentuk adalah tipe vegetasi padang lamun campuran (mix vegetation), yang disusun oleh 5 jenis lamun. Komposisi jenis tertinggi dimiliki jenis Thalassia hemprichii dengan nilai komposisi jenis 49,75 %. Kemudian diikuti oleh jenis Cymodocea serrulata dengan persentase 29,67 %, dan jenis Enhalus acoroides dengan persentase 18,36 %. Hasil perhitungan komposisi jenis lamun di seluruh stasiun penelitian dapat dilihat pada Tabel 5 berikut : Tabel 5. Komposisi jenis lamun di seluruh stasiun penelitian No. Jenis lamun 1 Cymodocea serrulata 15,778 33,946 29,674 2 Enhalus acoroides 13,582 9,954 18,355 3 Halophila minor 1,578 0,453 1,861 4 Halophila ovalis 0,801 0,435 0,356 5 Thalassia hemprichii 68,260 55,212 49,754 Total 100, , ,000 E. Frekuensi jenis lamun Frekuensi dipakai sebagai parameter vegetasi yang dapat menunjukkan distribusi atau sebaran jenis tumbuhan dalam ekositem atau memperlihatkan pola distribusi tumbuhan. Hasil perhitungan frekuensi jenis lamun di seluruh stasiun penelitian dapat dilihat pada Tabel 6 berikut :

8 8 Tabel 6. Frekuensi jenis lamun di seluruh stasiun penelitian No. Jenis lamun 1 Cymodocea serrulata 0,7520 0,8800 0, Enhalus acoroides 0,5680 0,4240 0, Halophila minor 0,1520 0,0400 0, Halophila ovalis 0,1600 0,0320 0, Thalassia hemprichii 1,6720 1,2160 1,0640 Total 3,3040 2,5920 2,5680 Sumber : Data hasil olahan, 2012 Berdasarkan Tabel 6, frekuensi jenis tertinggi ditemukan pada stasiun I dengan jumlah frekuensi jenis untuk seluruh spesies lamun yakni 3,30. Jenis lamun yang paling rendah ditemukan pada stasiun III dengan jumlah frekuensi jenis untuk seluruh spesies lamun yakni 2,57. Lamun jenis Thalassia hemprichii merupakan lamun dengan nilai frekuensi jenis tertinggi dari seluruh stasiun, sedangkan lamun jenis Halophila ovalis merupakan lamun dengan frekuensi jenis terendah dari seluruh stasiun penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa stasiun I memiliki sebaran lamun yang lebih luas, lebih merata, dan lebih padat dibandingkan stasiun II serta stasiun III, yang dipengaruhi oleh perbedaan nilai parameter fisik perairan di masing-masing stasiun penelitian. F. Frekuensi relatif lamun Frekuensi relatif merupakan perbandingan antara frekuensi jenis lamun ke-i dengan jumlah frekuensi untuk seluruh jenis lamun. Frekuensi relatif digunakan untuk mempersentasikan perbandingan nilai terendah maupun nilai

9 9 tertinggi yang dicapai oleh frekuensi dari masing-masing lamun yang diamati, terhadap jumlah frekuensi keseluruhan jenis lamun. Hasil perhitungan frekuensi relatif lamun di seluruh stasiun penelitian dapat dilihat pada Tabel 7 berikut : Tabel 7. Frekuensi relatif lamun di seluruh stasiun penelitian No. Jenis lamun 1 Cymodocea serrulata 0,3473 0,5716 0, Enhalus acoroides 0,2593 0,2507 0, Halophila minor 0,0649 0,0288 0, Halophila ovalis 0,0701 0,0230 0, Thalassia hemprichii 0,8583 0,7260 0,6803 Total 1,6000 1,6000 1,6000 G. Kerapatan jenis lamun Kerapatan jenis lamun (K ) adalah jumlah total individu jenis lamun dalam suatu unit area yang diukur. Kerapatan jenis lamun di stasiun I merupakan kerapatan jenis lamun yang paling tinggi di antara semua stasiun penelitian, dengan nilai kerapatan jenis untuk seluruh spesies lamun yang ditemukan sebesar 23,90 individu/m². Hasil perhitungan kerapatan jenis lamun untuk seluruh stasiun penelitian dapat dilihat pada Tabel 8 berikut : Tabel 8. Kerapatan jenis lamun di seluruh stasiun penelitian No. Jenis lamun 1 Cymodocea serrulata 4,308 6,772 3,616 2 Enhalus acoroides 3,324 1,744 1,908

10 10 Sambungan Tabel 8. 3 Halophila minor 0,424 0,080 0,212 4 Halophila ovalis 0,212 0,048 0,052 5 Thalassia hemprichii 15,632 8,472 5,804 Total 23,900 17,116 11,592 I merupakan stasiun yang memiliki nilai kerapatan jenis tertinggi dari seluruh stasiun penelitian yang ada, yakni 23,90 individu/m². Sedangkan stasiun III merupakan stasiun yang memiliki nilai kerapatan jenis paling rendah, dengan nilai kerapatan jenis untuk seluruh spesies lamun hanya 11,59 individu/m². Sebab, di stasiun III banyak terdapat bulu babi jenis Temnopleurus alexandrii dan Diadema setosum. Bulu babi ini juga bisa dijumpai di daerah pertumbuhan algae (ekosistem terumbu karang). Hal ini disebabkan karena di samping memakan daun lamun, bulu babi juga hidup dari aktivitas grazing atau memakan algae (Lawrence, 1975 dalam Aziz, 1994). H. Kerapatan relatif lamun Kerapatan relatif (KR) lamun merupakan perbandingan antara jumlah individu jenis lamun dengan jumlah total individu seluruh jenis lamun. Kerapatan relatif digunakan untuk mempersentasikan perbandingan nilai terendah maupun nilai tertinggi yang dicapai oleh kerapatan dari masing-masing lamun yang diamati, terhadap jumlah kerapatan keseluruhan jenis lamun. Hasil perhitungan kerapatan relatif lamun di seluruh stasiun penelitian dapat dilihat pada Tabel 9 berikut :

11 11 Tabel 9. Kerapatan relatif lamun di seluruh stasiun penelitian No. Jenis lamun 1 Cymodocea serrulata 18, , , Enhalus acoroides 13, , , Halophila minor 1,7741 0,4674 1, Halophila ovalis 0,8870 0,2804 0, Thalassia hemprichii 65, , ,0690 Total 100, , ,000 I. Penutupan jenis lamun Nilai penutupan jenis tertinggi untuk seluruh spesies lamun yang ditemukan yakni 1,65 m² terdapat pada stasiun I. Sedangkan nilai penutupan jenis yang paling rendah dari seluruh stasiun penelitian yang ada, dengan nilai penutupan jenis untuk seluruh spesies lamun yang ditemukan yakni 1,28 m² terdapat di stasiun III. Hal ini dipengaruhi oleh nilai masing-masing parameter analisis vegetasi lamun yakni faktor pembatas padang lamun, seperti kecepatan arus, kecerahan dan kedalaman perairan, salinitas, suhu, dan tipe substrat serta faktor-faktor lain seperti stasiun III merupakan jalur yang paling sering dilintasi oleh perahu nelayan maupun oleh perahu yang memuat para pengunjung. Hasil perhitungan penutupan jenis lamun di seluruh stasiun penelitian dapat dilihat pada Tabel 10 berikut :

12 12 Tabel 10. Penutupan jenis lamun di seluruh stasiun penelitian No. Jenis lamun 1 Cymodocea serrulata 0,3760 0,4400 0, Enhalus acoroides 0,2840 0,2120 0, Halophila minor 0,0760 0,0200 0, Halophila ovalis 0,0800 0,0160 0, Thalassia hemprichii 0,8360 0,6080 0,5320 Total 1,6520 1,2960 1,2840 B. Penutupan relatif lamun Penutupan relatif lamun (PR) adalah perbandingan antara penutupan individu lamun jenis ke-i dengan total penutupan seluruh jenis lamun. Penutupan relatif digunakan untuk mempersentasikan perbandingan nilai terendah maupun nilai tertinggi yang dicapai oleh penutupan dari masing-masing lamun yang diamati, terhadap jumlah penutupan keseluruhan jenis lamun. Hasil perhitungan penutupan relatif lamun di seluruh stasiun penelitian dapat dilihat pada Tabel 11 berikut : Tabel 11. Penutupan relatif lamun di seluruh stasiun penelitian No. Jenis lamun 1 Cymodocea serrulata 4,3416 7,1445 5, Enhalus acoroides 3,2418 3,1332 4, Halophila minor 0,8115 0,3597 0, Halophila ovalis 0,8768 0,2878 0, Thalassia hemprichii 10,7283 9,0749 8,5041 TOTAL 20, , ,0000

13 13 C. Dominansi jenis Dominansi jenis menggambarkan suatu jenis tumbuhan yang mampu mempengaruhi komunitasnya dengan cara banyaknya jumlah jenis maupun pertumbuhannya yang dominan. Hasil perhitungan dominansi jenis di seluruh stasiun penelitian dapat dilihat pada Tabel 12 berikut : Tabel 12. Dominansi jenis lamun di seluruh stasiun penelitian No. Jenis lamun 1 Cymodocea serrulata 0,1376 0,1147 0, Enhalus acoroides 0,1264 0,0785 0, Halophila minor 0,0157 0,0000 0, Halophila ovalis 0,0075 0,0000 0, Thalassia hemprichii 0,3384 0,3814 0,1950 Total 0,6256 0,5747 0,5224 Dominansi jenis lamun di stasiun I lebih tinggi dari stasiun II dan III dengan nilai 0,63. Sedangkan stasiun III nilai dominansi jenis lamun hanya 0,52. Dari tabel di atas menunjukkan bahwa lamun jenis Thalassia hemprichii mempunyai kontrol terhadap komunitas. Hal ini ditandai dengan banyaknya jumlah jenis dan pertumbuhannya yang dominan di stasiun I. D. Dominansi relatif Dominansi relatif merupakan perbandingan antara jumlah dominansi suatu jenis dengan jumlah dominansi seluruh jenis. Dominansi relatif digunakan untuk mempersentasikan perbandingan nilai terendah maupun nilai tertinggi yang

14 14 dicapai oleh dominansi dari masing-masing lamun yang diamati, terhadap jumlah dominansi keseluruhan jenis lamun. Hasil perhitungan nilai dominansi relatif untuk seluruh jenis lamun di stasiun penelitian dapat dilihat pada Tabel 13 berikut : Tabel 13. Dominansi relatif lamun di seluruh stasiun penelitian No. Jenis lamun 1 Cymodocea serrulata 18, , , Enhalus acoroides 13, , , Halophila minor 1,7741 0,4674 1, Halophila ovalis 0,8870 0,2804 0, Thalassia hemprichii 65, , ,0690 Total 100, , ,0000 E. Indeks keanekaragaman jenis (index of diversity) Indeks keanekaragaman jenis merupakan parameter vegetasi yang sangat berguna untuk membandingkan berbagai komunitas tumbuhan, terutama untuk mempelajari gangguan faktor-faktor lingkungan (abiotik) terhadap komunitas atau untuk mengetahui keadaan suksesi maupun stabilitas komunitas. Karena dalam suatu komunitas, pada umumnya terdapat berbagai jenis tumbuhan. Maka makin tua atau semakin stabil keadaan suatu komunitas, makin tinggi pula keanekaragaman jenis tumbuhannya (Fachrul, 2007). Hasil perhitungan indeks keanekaragaman di seluruh stasiun penelitian dapat dilihat pada Tabel 14 berikut :

15 15 Tabel 14. Indeks keanekaragaman jenis (H ) di seluruh stasiun penelitian No. Jenis lamun H' I II III 1 Cymodocea serrulata 0,0890 0,1146 0, Enhalus acoroides 0,0758 0,0295 0, Halophila minor 0,0169 0,0014 0, Halophila ovalis 0,0097 0,0008 0, Thalassia hemprichii 0,1566 0,1434 0,1283 Total 0,3479 0,2897 0,2562 Dari tabel 14 terlihat bahwa keanekaragaman jenis pada seluruh spesies lamun rendah atau sedikit (H < 1). Hal ini menandakan komunitas lamun di seluruh stasiun penelitian dalam keadaan tertekan. Hal ini disebabkan oleh adanya gangguan seperti aktivitas penambatan perahu yang kurang memperhatikan ekosistem padang lamun, dan kurangnya tata kelola wilayah Pulau Saronde. F. Indeks nilai penting Indeks nilai penting (INP) digunakan untuk menghitung dan menduga keseluruhan dari peranan jenis lamun di dalam satu komunitas. Semakin tinggi nilai INP suatu jenis lamun terhadap jenis lamun lainnya, maka semakin tinggi pula peranan jenis lamun tersebut pada komunitas yang ditempatinya. Hasil perhitungan nilai Indeks Nilai Penting (INP) untuk seluruh stasiun penelitian dapat dilihat pada Tabel 15 berikut :

16 16 Tabel 15. Indeks nilai penting lamun di seluruh stasiun penelitian No. Jenis lamun 1 Cymodocea serrulata 22, , , Enhalus acoroides 17, , , Halophila minor 2,6504 0,8559 2, Halophila ovalis 1,8340 0,5912 1, Thalassia hemprichii 76, , ,2535 Total 121, , ,6000 Tabel 15 menunjukkan bahwa lamun jenis Thalassia hemprichii merupakan jenis lamun yang memiliki nilai INP paling tinggi dari seluruh stasiun penelitian yang ada, dengan nilai INP untuk lamun Thalassia hemprichii yakni 76,99. Dengan demikian, lamun jenis Thalassia hemprichii memiliki peranan yang paling tinggi dari seluruh jenis lamun yang ada dalam menjaga kestabilan ekosistem pada setiap stasiun penelitian yang ada, dan aliran energi dalam komunitas padang lamun yang tumbuh di perairan Pulau Saronde. G. Parameter fisik perairan dan pengaruhnya terhadap lamun Hasil pengukuran beberapa parameter fisik perairan yang mempengaruhi distribusi dan pertumbuhan lamun, seperti kecepatan arus, kecerahan dan kedalaman, salinitas, suhu, dan tipe substrat di masing-masing stasiun penelitian dapat dilihat pada Tabel 16 berikut :

17 17 Tabel 16. Hasil pengukuran parameter fisik perairan di pulau saronde No. Parameter 1) Kecepatan arus 1,0 m/s 1,2 m/s 1,3 m/s 2) Kedalaman 1,2 meter 1,0 meter 1,0 meter 3) Kecerahan 100 % 100 % 100 % 4) Suhu 30,5º C 31º C 32º C 5) Salinitas ) Substrat Pasir bertekstur halus bercampur kerikil halus, sedikit lumpur, patahan karang, dan pecahan cangkang moluska. Pasir bertekstur halus bercampur kerikil halus, patahan karang, dan pecahan cangkang moluska. Pasir bertekstur halus bercampur kerikil halus, patahan karang, dan pecahan cangkang moluska. 1. Kecepatan arus Kecepatan arus dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kehidupan padang lamun. Karena terkait dengan suplai unsur hara, agar unsur-unsur hara yang dibutuhkan lamun dapat hanyut dan terbawa sampai ke padang lamun, dan dapat mengangkut sisa-sisa metabolisme lamun. Pada ekosistem padang lamun, arus menentukan tingginya produktivitas primer, melalui pencampuran dan penyebaran unsur hara, serta memindahkan limbah. Kecepatan arus di seluruh stasiun penelitian nilainya lebih tinggi dari nilai optimum kecepatan arus untuk padang lamun. Kecepatan arus di seluruh stasiun penelitian berkisar antara 1,0 m/s sampai 1,3 m/s. Menurut Tuwo (2011) lamun jenis Thalassia testudinum dapat optimal untuk tumbuh pada saat kecepatan arus sekitar 0,5 m/s. Kecepatan arus di masing-masing stasiun penelitian yang agak tinggi ini juga disebabkan pada saat

18 18 pengambilan data, sedang musim angin Barat dimana angin bertiup lebih kencang sehingga menimbulkan kecepatan arus yang agak tinggi. 2. Kecerahan dan Kedalaman Lokasi penelitian memiliki perairan yang jernih. Hal ini ditandai dengan seluruh stasiun penelitian memiliki kecerahan 100 %. Sehingga, pada kedalaman 1,0 sampai 1,2 meter padang lamun masih terlihat sangat jelas. Hal ini sangat mendukung pertumbuhan lamun. Karena menurut Tuwo (2011), kedalaman perairan dimana lamun dapat tumbuh sangat bergantung pada kecerahan, semakin jernih perairan, maka semakin dalam daerah yang dapat ditumbuhi oleh lamun. Tingkat kecerahan di suatu perairan dapat berkurang jika terjadi kekeruhan yang disebabkan oleh suspensi sedimen. Karena dapat menghambat penetrasi cahaya, dan secara otomatis kondisi ini akan mempengaruhi pertumbuhan dan kehidupan lamun. 3. Suhu Suhu di lokasi penelitian berkisar antara 30,5ºC sampai 32ºC. Kisaran suhu perairan di lokasi penelitian lebih tinggi dari kisaran suhu optimum untuk pertumbuhan lamun. Kisaran suhu di lokasi penelitian ini lebih tinggi daripada kisaran suhu optimum untuk pertumbuhan lamun yakni 28ºC sampai 30ºC. Suhu air yang terlampau tinggi akan membahayakan kehidupan lamun (Zieman, 1975 dalam Kordi, 2011). Demikian pula suhu yang terlampau rendah diketahui juga dapat mematikan lamun di daerah tropis (Phillips, 1960 dalam Kordi, 2011). Hal ini berkaitan dengan kemampuan proses fotosintesis lamun yang dapat menurun jika suhu berada di luar kisaran suhu optimal tersebut (Tuwo, 2011). Kisaran suhu

19 19 perairan di lokasi penelitian yang cukup tinggi dikarenakan letak Pulau Saronde yang berada di tengah perairan terbuka yang berhadapan dengan laut lepas. 4. Salinitas Seluruh stasiun penelitian memiliki nilai salinitas sebesar 29. Kadar salinitas di lokasi penelitian yang agak rendah ini di bawah dari nilai optimum untuk salinitas padang lamun. Nilai salinitas optimum untuk spesies lamun yakni 35 (Dahuri, 2003 dalam Kordi, 2011). Rendahnya nilai salinitas di seluruh stasiun penelitian dikarenakan perairan Pulau Saronde masih menerima pasokan air tawar dari Desa Ponelo dan Desa Malambe yang memiliki pemukiman penduduk dan lokasinya masih berdekatan dengan perairan Pulau Saronde. Salinitas berpengaruh terhadap produktivitas, dan kerapatan lamun (Tuwo, 2011). Akan tetapi, daya toleransi terhadap salinitas sangat bervariasi pada masing-masing jenis. Dimana jenis lamun yang mampu mentolerir kisaran salinitas yang besar (euryhaline) seperti jenis Halodule, Syringodium, Thalassia mempunyai penyebaran yang lebih luas dibandingkan dengan jenis lamun yang kurang mampu mentolerir kisaran perubahan kadar garam yang besar (stenohaline). Contoh lamun stenohaline yakni dari genus Halophila. 5. Substrat II dan III memiliki tipe substrat yang sama, yakni pasir bertekstur halus, bercampur kerikil halus, patahan karang, dan cangkang moluska. Sedangkan stasiun I memiliki tipe substrat yang hampir sama dengan kedua stasiun lainnya, hanya perbedaannya substrat di stasiun I bercampur dengan sedikit lumpur. Sehingga memungkinkan padang lamun dapat tumbuh

20 20 membentuk vegetasi lamun yang rapat. Karena, meskipun lamun dapat tumbuh pada berbagai macam tipe substrat, lamun dapat tumbuh dengan subur di daerah yang dasarnya berupa lumpur, pasir, kerikil, dan patahan karang mati (Kordi, 2011). Hal ini terkait dengan kedalaman substrat atau sedimen, dimana dasar perairan dengan substrat bercampur lumpur lebih stabil, dan dapat menjamin pasokan nutrien ke tumbuhan lamun (Tuwo, 2011). H. Perbandingan struktur vegetasi lamun di masing-masing stasiun Semua stasiun penelitian memiliki komposisi jenis lamun yang sama, yakni Cymodocea serrulata, Enhalus acoroides, Halophila minor, Halophila ovalis, dan Thalassia hemprichii. Dengan tipe vegetasi padang lamun yang membentuk vegetasi campuran. I memiliki bentuk susunan atau struktur vegetasi seperti kerapatan jenis, penutupan jenis, dominansi jenis, frekuensi jenis, dan indeks keanekaragaman jenis yang paling tinggi dari seluruh stasiun penelitian yang ada. Sebab, adanya dominansi jenis Thalassia hemprichii di stasiun I. Sedangkan stasiun II dan III memiliki bentuk susunan atau struktur vegetasi seperti kerapatan jenis, penutupan atau dominansi jenis, dan frekuensi jenis yang lebih rendah daripada stasiun I. Hasil perbandingan struktur vegetasi lamun di seluruh stasiun penelitian dapat dilihat pada Tabel 17 berikut :

21 21 Tabel 17. Perbandingan struktur vegetasi lamun di seluruh stasiun Analisis Nilai di masing-masing stasiun No. Jenis lamun struktur vegetasi yang diukur I II III 6 1 Komposisi jenis lamun 15, ,946 29,674 2 Frekuensi jenis lamun 0,7520 0,8800 0, Kerapatan jenis lamun 4,3080 6,7720 3, Cymodocea Penutupan jenis lamun 0, ,4400 0, serrulata Dominansi jenis lamun 0,1376 0,1147 0, Keanekaragaman jenis lamun 0,0890 0,1146 0, Indeks nilai penting (INP) 22, , , Komposisi jenis lamun 13,5823 9, , Frekuensi jenis lamun 0,5680 0,4240 0, Kerapatan jenis lamun 3,3240 1,7440 1,9080 Enhalus 11 Penutupan jenis lamun 0,2840 0,2120 0,3160 acoroides 12 Dominansi jenis lamun 0,1264 0,0785 0, Keanekaragaman jenis lamun 0,0758 0,0295 0, Indeks nilai penting (INP) 17, , , Komposisi jenis lamun 1,5784 0,4529 1, Frekuensi jenis lamun 0,1520 0,0400 0, Kerapatan jenis lamun 0,4240 0,0800 0,2120 Halophila 18 Penutupan jenis lamun 0,0760 0,0200 0,0440 minor 19 Dominansi jenis lamun 0,0157 0,0000 0, Keanekaragaman jenis lamun 0,0169 0,0014 0, Indeks nilai penting (INP) 2,6504 0,8559 2, Komposisi jenis lamun 0,8006 0,4347 0, Frekuensi jenis lamun 0,1600 0,0320 0, Kerapatan jenis lamun 0,2120 0,0480 0,0520 Halophila 25 Penutupan jenis lamun 0,0800 0,0160 0,0360 ovalis 26 Dominansi jenis lamun 0,0075 0,0000 0, Keanekaragaman jenis lamun 0,0097 0,0008 0, Indeks nilai penting (INP) 1,8340 0,5912 1, Komposisi jenis lamun 68, , , Frekuensi jenis lamun 1,6720 1,2160 1, Kerapatan jenis lamun 15,6320 8,4720 5,8040 Thalassia 32 Penutupan jenis lamun 0,8360 0,6080 0,5320 hemprichii 33 Dominansi jenis lamun 0,3384 0,3814 0, Keanekaragaman jenis lamun 0,1566 0,1434 0, Indeks nilai penting (INP) 76, , ,2535 Sumber : Data hasil olahan, 2012

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini letak batas dari Desa Ponelo: : Pulau Saronde, Mohinggito, dan Pulau Lampu

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini letak batas dari Desa Ponelo: : Pulau Saronde, Mohinggito, dan Pulau Lampu BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Ponelo merupakan Desa yang terletak di wilayah administrasi Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo.

Lebih terperinci

Struktur Vegetasi Lamun di Perairan Pulau Saronde, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara

Struktur Vegetasi Lamun di Perairan Pulau Saronde, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara Struktur Vegetasi Lamun di Perairan Pulau Saronde, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara 1.2 Siti Rahmi A.R. Nusi, 2 Abdul Hafidz Olii, dan 2 Syamsuddin 1 s.rahmi.nusi@gmail.com 2 Jurusan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bahasa Gorontalo yaitu Atiolo yang diartikan dalam bahasa Indonesia yakni

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bahasa Gorontalo yaitu Atiolo yang diartikan dalam bahasa Indonesia yakni BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Pengamatan Desa Otiola merupakan pemekaran dari Desa Ponelo dimana pemekaran tersebut terjadi pada Bulan Januari tahun 2010. Nama Desa Otiola diambil

Lebih terperinci

Kerapatan dan Keanekaragaman Jenis Lamun di Desa Ponelo, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara

Kerapatan dan Keanekaragaman Jenis Lamun di Desa Ponelo, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara Nikè: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 1, Nomor 2, September 2013 Kerapatan dan Keanekaragaman Jenis Lamun di Desa Ponelo, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara 1,2 Nurtin Y.

Lebih terperinci

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN 49 V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN 5.1 Distribusi Parameter Kualitas Perairan Karakteristik suatu perairan dan kualitasnya ditentukan oleh distribusi parameter fisik dan kimia perairan yang berlangsung

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kepulauan Seribu merupakan gugusan pulau datar yang melintang di barat daya Laut Jawa dan memiliki ekosistem terumbu karang, mangrove dan padang

Lebih terperinci

ASOSIASI GASTROPODA DI EKOSISTEM PADANG LAMUN PERAIRAN PULAU LEPAR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Oleh : Indra Ambalika Syari C

ASOSIASI GASTROPODA DI EKOSISTEM PADANG LAMUN PERAIRAN PULAU LEPAR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Oleh : Indra Ambalika Syari C ASOSIASI GASTROPODA DI EKOSISTEM PADANG LAMUN PERAIRAN PULAU LEPAR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Oleh : Indra Ambalika Syari C64101078 DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil pengamatan parameter fisik dan kimia di keempat lokasi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil pengamatan parameter fisik dan kimia di keempat lokasi 30 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Fisika Kimiawi Perairan Berdasarkan hasil pengamatan parameter fisik dan kimia di keempat lokasi pengambilan data (Lampiran 2), didapatkan hasil seperti tercantum

Lebih terperinci

Komposisi Jenis, Kerapatan Dan Tingkat Kemerataan Lamun Di Desa Otiola Kecamatan Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara

Komposisi Jenis, Kerapatan Dan Tingkat Kemerataan Lamun Di Desa Otiola Kecamatan Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara Nikè: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 1, Nomor 3, Desember 2013 Komposisi Jenis, Kerapatan Dan Tingkat Kemerataan Lamun Di Desa Otiola Kecamatan Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara

Lebih terperinci

Keanekaragaman Lamun di Perairan Sekitar Pulau Dudepo Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara

Keanekaragaman Lamun di Perairan Sekitar Pulau Dudepo Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara Nikè: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 1, mor 1, Juni 2013 Keanekaragaman Lamun di Perairan Sekitar Pulau Dudepo Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara 1.2 Meilan Yusuf, 2 Yuniarti Koniyo,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki sekitar 13.000 pulau yang menyebar dari Sabang hingga Merauke dengan panjang garis pantai sekitar 81.000 km yang dilalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKOLOGIS EKOSISTEM SUMBERDAYA LAMUN DAN BIOTA LAUT ASOSIASINYA DI PULAU PRAMUKA, TAMAN NASIONAL LAUT KEPULAUAN SERIBU (TNKpS)

KAJIAN EKOLOGIS EKOSISTEM SUMBERDAYA LAMUN DAN BIOTA LAUT ASOSIASINYA DI PULAU PRAMUKA, TAMAN NASIONAL LAUT KEPULAUAN SERIBU (TNKpS) KAJIAN EKOLOGIS EKOSISTEM SUMBERDAYA LAMUN DAN BIOTA LAUT ASOSIASINYA DI PULAU PRAMUKA, TAMAN NASIONAL LAUT KEPULAUAN SERIBU (TNKpS) Gautama Wisnubudi 1 dan Endang Wahyuningsih 1 1 Fakultas Biologi Universitas

Lebih terperinci

Lampiran 1. Lokasi pengambilan data

Lampiran 1. Lokasi pengambilan data 53 Lampiran 1. Lokasi pengambilan data Stasiun 1 (Selatan Pulau) di Desa Banassem Stasiun 2 (Barat Pulau) di Desa Soka Rammi Stasiun 3 (Utara Pulau) di Desa Sonok Stasiun 4 (Timur Pulau) di Desa Prambanan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pemetaan Sebaran Lamun Pemetaan sebaran lamun dihasilkan dari pengolahan data citra satelit menggunakan klasifikasi unsupervised dan klasifikasi Lyzenga. Klasifikasi tersebut

Lebih terperinci

KOMPARASI STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN DI BANTAYAN KOTA DUMAGUETE FILIPINA DAN DI TANJUNG MERAH KOTA BITUNG INDONESIA

KOMPARASI STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN DI BANTAYAN KOTA DUMAGUETE FILIPINA DAN DI TANJUNG MERAH KOTA BITUNG INDONESIA KOMPARASI STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN DI BANTAYAN KOTA DUMAGUETE FILIPINA DAN DI TANJUNG MERAH KOTA BITUNG INDONESIA (Comparison Of Community Structure Seagrasses In Bantayan, Dumaguete City Philippines And

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Pulau Bintan merupakan salah satu bagian dari gugusan pulau yang berada di wilayah Provinsi Kepulauan Riau.Wilayah administrasi gugus Pulau

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan IV Hasil dan Pembahasan A. Kondisi Lokasi Penelitian Pulau Misool merupakan salah satu pulau besar di antara empat pulau besar yang ada di Kabupaten Raja Ampat. Secara Umum luas wilayahnya adalah 2.034

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati membuat laut Indonesia dijuluki Marine Mega-

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati membuat laut Indonesia dijuluki Marine Mega- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan kekayaan alamnya yang melimpah. Tidak terkecuali dalam hal kelautan. Lautnya yang kaya akan keanekaragaman hayati membuat

Lebih terperinci

Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian

Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan waktu Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April 2013. Lokasi penelitian dilakukan di Perairan Nusa Lembongan, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki jumlah pulau yang sangat banyak dan dilintasi garis khatulistiwa. Wilayah Indonesia yang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem padang lamun (seagrass) merupakan suatu habitat yang sering dijumpai antara pantai berpasir atau daerah mangrove dan terumbu karang. Padang lamun berada di daerah

Lebih terperinci

REPORT MONITORING SEAGRASS PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL WAKATOBI KABUPATEN WAKATOBI

REPORT MONITORING SEAGRASS PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL WAKATOBI KABUPATEN WAKATOBI REPORT MONITORING SEAGRASS PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL WAKATOBI KABUPATEN WAKATOBI Kerjasama TNC-WWF Wakatobi Program dengan Balai Taman Nasional Wakatobi Wakatobi, Juni 2008 1 DAFTAR ISI LATAR BELAKANG...

Lebih terperinci

Kesesuaian Wisata Pantai Berpasir Pulau Saronde Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara

Kesesuaian Wisata Pantai Berpasir Pulau Saronde Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara 1 Kesesuaian Wisata Pantai Berpasir Pulau Saronde Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara Masita Hair Kamah 1), Femy M. Sahami 2), Sri Nuryatin Hamzah 3) Email : nishabandel@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Posisi Geografis dan Kondisi Perairan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu terdiri atas dua kecamatan, yaitu Kecamatan Kepulauan Seribu Utara dan Kecamatan Kepulauan

Lebih terperinci

STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN (Seagrass) DI PERAIRAN PANTAI KAMPUNG ISENEBUAI DAN YARIARI DISTRIK RUMBERPON KABUPATEN TELUK WONDAMA

STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN (Seagrass) DI PERAIRAN PANTAI KAMPUNG ISENEBUAI DAN YARIARI DISTRIK RUMBERPON KABUPATEN TELUK WONDAMA STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN (Seagrass) DI PERAIRAN PANTAI KAMPUNG ISENEBUAI DAN YARIARI DISTRIK RUMBERPON KABUPATEN TELUK WONDAMA YUSTIN DUWIRI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perairan Pulau Pramuka terletak di Kepulauan Seribu yang secara administratif termasuk wilayah Jakarta Utara. Di Pulau Pramuka terdapat tiga ekosistem yaitu, ekosistem

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisika dan Kimia Perairan Kondisi parameter fiskia-kimia perairan secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi segala bentuk kehidupan organisme perairan.

Lebih terperinci

STRUKTUR KOMUNITAS, KEPADATAN DAN POLA DISTRIBUSI POPULASI LAMUN (SEAGRASS) DI PANTAI PLENGKUNG TAMAN NASIONAL ALAS PURWO KABUPATEN BANYUWANGI.

STRUKTUR KOMUNITAS, KEPADATAN DAN POLA DISTRIBUSI POPULASI LAMUN (SEAGRASS) DI PANTAI PLENGKUNG TAMAN NASIONAL ALAS PURWO KABUPATEN BANYUWANGI. STRUKTUR KOMUNITAS, KEPADATAN DAN POLA DISTRIBUSI POPULASI LAMUN (SEAGRASS) DI PANTAI PLENGKUNG TAMAN NASIONAL ALAS PURWO KABUPATEN BANYUWANGI SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara ekologis ekosistem padang lamun di perairan pesisir dapat berperan sebagai daerah perlindungan ikan-ikan ekonomis penting seperti ikan baronang dan penyu, menyediakan

Lebih terperinci

JENIS DAN KANDUNGAN KIMIAWI LAMUN DAN POTENSI PEMANFAATANNYA DI INDONESIA. Rinta Kusumawati ABSTRAK

JENIS DAN KANDUNGAN KIMIAWI LAMUN DAN POTENSI PEMANFAATANNYA DI INDONESIA. Rinta Kusumawati ABSTRAK JENIS DAN KANDUNGAN KIMIAWI LAMUN DAN POTENSI PEMANFAATANNYA DI INDONESIA Rinta Kusumawati ABSTRAK Lamun merupakan tanaman laut berbentuk daun tegak memanjang dengan pola sebaran mengelompok pada substrat

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-1, September 2012 ISSN:

Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-1, September 2012 ISSN: STRUKTUR KOMUNITAS DAN BIOMASSA RUMPUT LAUT (SEAGRASS) DI PERAIRAN DESA TUMBAK KECAMATAN PUSOMAEN 1 Idris Baba 2, Ferdinand F Tilaar 3, Victor NR Watung 3 ABSTRACT Seagrass community structure is the basic

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri hidup terbenam di dalam laut. Menurut Den Hartog (1976) in Azkab (2006)

Lebih terperinci

PENYUSUN Marindah Yulia Iswari, Udhi Eko Hernawan, Nurul D. M. Sjafrie, Indarto H. Supriyadi, Suyarso, Kasih Anggraini, Rahmat

PENYUSUN Marindah Yulia Iswari, Udhi Eko Hernawan, Nurul D. M. Sjafrie, Indarto H. Supriyadi, Suyarso, Kasih Anggraini, Rahmat PENYUSUN Marindah Yulia Iswari, Udhi Eko Hernawan, Nurul D. M. Sjafrie, Indarto H. Supriyadi, Suyarso, Kasih Anggraini, Rahmat Album Peta Lamun 2017 Pusat Penelitian Oseanografi PENYUSUN Marindah Yulia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi dan Peranan Lamun 2.1.1 Biologi Lamun Lamun (seagrass) termasuk dalam sub kelas monocotyledonae dan merupakan tumbuhan berbunga (kelas Angiospermae) (Yulianda 2002).

Lebih terperinci

Gambar 11. Pembagian Zona UTM Wilayah Indonesia (Sumber: kampungminers.blogspot.com)

Gambar 11. Pembagian Zona UTM Wilayah Indonesia (Sumber: kampungminers.blogspot.com) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengolahan Data Citra 4.1.1 Koreksi Radiometrik dan Geometrik Penelitian ini menggunakan citra satelit ALOS AVNIR2 tahun 2007, 2009 dan 2010 di perairan Nusa Lembongan untuk

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Padang Lamun 2.2. Faktor Lingkungan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Padang Lamun 2.2. Faktor Lingkungan 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Padang Lamun Lamun merupakan tumbuhan tingkat tinggi yang mampu hidup terbenam dalam air di lingkungan perairan dekat pantai. Secara taksonomi, lamun termasuk ke dalam kelompok

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Kegiatan Pariwisata Kegiatan pariwisata di Pulau Karimunjawa sangat tinggi. Bisa dilihat dari kunjungan wisatawan yang mengunjungi Pulau Karimunjawa dari setiap

Lebih terperinci

ADI FEBRIADI. Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji

ADI FEBRIADI. Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji Struktur Komunitas Padang Lamun di Perairan Kelurahan Penyengat Kota Tanjungpinang Adi Febriadi 1), Arief Pratomo, ST, M.Si 2) and Falmi Yandri, S.Pi, M.Si 2) ADI FEBRIADI Program Studi Ilmu Kelautan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pulau Dudepo merupakan salah satu pulau kecil berpenduduk yang berada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pulau Dudepo merupakan salah satu pulau kecil berpenduduk yang berada 27 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Pulau Dudepo merupakan salah satu pulau kecil berpenduduk yang berada di Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo yang terletak pada

Lebih terperinci

TELAAH EKOLOGI KOMUNITAS LAMUN (SEAGRASS) PERAIRAN PULAU OSI TELUK KOTANIA KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT

TELAAH EKOLOGI KOMUNITAS LAMUN (SEAGRASS) PERAIRAN PULAU OSI TELUK KOTANIA KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT TELAAH EKOLOGI KOMUNITAS LAMUN (SEAGRASS) PERAIRAN PULAU OSI TELUK KOTANIA KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT Husain Latuconsina*, La Dawar** *Staf Pengajar Faperta UNIDAR-Ambon, e-mail: husainlatuconsina@ymail.com

Lebih terperinci

Struktur Vegetasi Mangrove di Desa Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara

Struktur Vegetasi Mangrove di Desa Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara Struktur Vegetasi Mangrove di Desa Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara 1.2 Amna dajafar, 2 Abd Hafidz Olii, 2 Femmy Sahami 1 amanjadjafar@yahoo.co.id 2 Jurusan Teknologi Perikanan,

Lebih terperinci

KERAPATAN DAN DISTRIBUSI LAMUN (SEAGRASS) BERDASARKAN ZONA KEGIATAN YANG BERBEDA DI PERAIRAN PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU

KERAPATAN DAN DISTRIBUSI LAMUN (SEAGRASS) BERDASARKAN ZONA KEGIATAN YANG BERBEDA DI PERAIRAN PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU KERAPATAN DAN DISTRIBUSI LAMUN (SEAGRASS) BERDASARKAN ZONA KEGIATAN YANG BERBEDA DI PERAIRAN PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU Fiki Feryatun, Boedi Hendrarto, Niniek Widyorini Jurusan Perikanan, Fakultas

Lebih terperinci

Identifikasi Jenis dan Kerapatan Padang Lamun di Pulau Samatellu Pedda Kecamatan Liukang Tupabbiring Kabupaten Pangkep

Identifikasi Jenis dan Kerapatan Padang Lamun di Pulau Samatellu Pedda Kecamatan Liukang Tupabbiring Kabupaten Pangkep Identifikasi Jenis dan Kerapatan Padang Lamun di Pulau Samatellu Pedda Kecamatan Liukang Tupabbiring Kabupaten Pangkep M. FADJRIN ADIM 1, HASYIMUDDIN 1, ERNAWATI KASENG 1 Jurusan Biologi, Fak. Sains dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Lamun (seagrass) adalah tumbuhan air berbunga (anthophyta) yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Lamun (seagrass) adalah tumbuhan air berbunga (anthophyta) yang 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi padang lamun Untuk menghindari kesalahpahaman antara lamun dan rumput laut, berikut ini disajikan istilah tentang lamun, padang lamun, dan ekosistem lamun (Azkab,

Lebih terperinci

KONDISI PADANG LAMUN PULAU SERANGAN BALI Tyas Ismi Trialfhianty 09/286337/PN/11826

KONDISI PADANG LAMUN PULAU SERANGAN BALI Tyas Ismi Trialfhianty 09/286337/PN/11826 KONDISI PADANG LAMUN PULAU SERANGAN BALI Tyas Ismi Trialfhianty 09/286337/PN/11826 INTISARI Lamun merupakan ekosistem pesisir pantai yang berperan penting untuk menunjang ekosistem lainnya seperti terumbu

Lebih terperinci

SEBARAN DAN BIOMASSA LAMUN DI PERAIRAN DESA MALANG RAPAT DAN TELUK BAKAU KABUPATEN BINTAN KEPULAUAN RIAU RUTH DIAN LASTRY ULI SIMAMORA

SEBARAN DAN BIOMASSA LAMUN DI PERAIRAN DESA MALANG RAPAT DAN TELUK BAKAU KABUPATEN BINTAN KEPULAUAN RIAU RUTH DIAN LASTRY ULI SIMAMORA 1 SEBARAN DAN BIOMASSA LAMUN DI PERAIRAN DESA MALANG RAPAT DAN TELUK BAKAU KABUPATEN BINTAN KEPULAUAN RIAU RUTH DIAN LASTRY ULI SIMAMORA ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga Juni

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lamun (seagrasses) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae), yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lamun (seagrasses) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae), yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik dan Mofologi Lamun Lamun (seagrasses) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae), yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri hidup terbenam di dalam laut. Tumbuhan ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. vegetatif. Rimpangnya merupakan batang yang beruas-ruas yang tumbuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. vegetatif. Rimpangnya merupakan batang yang beruas-ruas yang tumbuh BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Umum Tumbuhan Lamun Menurut Azkab (2006), lamun (seagrass) adalah tumbuhan air berbunga (anthophyta) yang hidup dan tumbuh terbenam di lingkungan laut, berpembuluh,

Lebih terperinci

BIOMASSA LAMUN DI PERAIRAN DESA BERAKIT KECAMATAN TELUK SEBONG KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BIOMASSA LAMUN DI PERAIRAN DESA BERAKIT KECAMATAN TELUK SEBONG KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU 1 BIOMASSA LAMUN DI PERAIRAN DESA BERAKIT KECAMATAN TELUK SEBONG KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU Rudini, rudini1990@gmail.com Mahasiswa Jurusan Ilmu Kelautan FIKP-UMRAH Arief Pratomo, ST, M.Si

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 200 TAHUN 2004 TENTANG KRITERIA BAKU KERUSAKAN DAN PEDOMAN PENENTUAN STATUS PADANG LAMUN

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 200 TAHUN 2004 TENTANG KRITERIA BAKU KERUSAKAN DAN PEDOMAN PENENTUAN STATUS PADANG LAMUN SALINAN KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 200 TAHUN 2004 TENTANG KRITERIA BAKU KERUSAKAN DAN PEDOMAN PENENTUAN STATUS PADANG LAMUN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

4. HASIL PEMBAHASAN. Sta Latitude Longitude Spesies Keterangan

4. HASIL PEMBAHASAN. Sta Latitude Longitude Spesies Keterangan 4. HASIL PEMBAHASAN 4.1 Data Lapangan Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan dengan melakukan penyelaman di lokasi transek lamun, ditemukan 3 jenis spesies lamun yakni Enhalus acoroides, Cymodocea

Lebih terperinci

Kondisi Komunitas Padang Lamun Di Perairan Kampung Bugis, Bintan Utara.

Kondisi Komunitas Padang Lamun Di Perairan Kampung Bugis, Bintan Utara. Kondisi Komunitas Padang Lamun Di Perairan Kampung Bugis, Bintan Utara Suhandoko 1, Winny Retna Melani 2, Dedy Kurniawan 3 suhandoko.2001@gmail.com Program studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Estradivari et al. 2009).

BAB I PENDAHULUAN. (Estradivari et al. 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Seribu merupakan salah satu kawasan pesisir terletak di wilayah bagian utara Jakarta yang saat ini telah diberikan perhatian khusus dalam hal kebijakan maupun

Lebih terperinci

ANALISIS SUMBERDAYA BIVALVIA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN DAN PEMANFAATANNYA DI DESA PENGUDANG KABUPATEN BINTAN

ANALISIS SUMBERDAYA BIVALVIA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN DAN PEMANFAATANNYA DI DESA PENGUDANG KABUPATEN BINTAN ANALISIS SUMBERDAYA BIVALVIA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN DAN PEMANFAATANNYA DI DESA PENGUDANG KABUPATEN BINTAN Devi Triana 1, Dr. Febrianti Lestari, S.Si 2, M.Si, Susiana, S.Pi, M.Si 3 Mahasiswa 1, Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki peranan penting sebagai wilayah tropik perairan Iaut pesisir, karena kawasan ini memiliki nilai strategis berupa potensi sumberdaya alam dan sumberdaya

Lebih terperinci

KOMPOSISI DAN KERAPATAN JENIS SERTA POLA PENYEBARAN LAMUN DI PERAIRAN TELUK TOMINI DESA WONGGARASI TIMUR KECAMATAN WANGGARASI KABUPATEN POHUWATO

KOMPOSISI DAN KERAPATAN JENIS SERTA POLA PENYEBARAN LAMUN DI PERAIRAN TELUK TOMINI DESA WONGGARASI TIMUR KECAMATAN WANGGARASI KABUPATEN POHUWATO KOMPOSISI DAN KERAPATAN JENIS SERTA POLA PENYEBARAN LAMUN DI PERAIRAN TELUK TOMINI DESA WONGGARASI TIMUR KECAMATAN WANGGARASI KABUPATEN POHUWATO ARTIKEL JURNAL Oleh ANNY MULYANINGSIH NIM : 633 409 046

Lebih terperinci

SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA

SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA Oleh: Yuri Hertanto C64101046 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekosistem lamun, ekosistem mangrove, serta ekosistem terumbu karang. Diantara

BAB I PENDAHULUAN. ekosistem lamun, ekosistem mangrove, serta ekosistem terumbu karang. Diantara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya merupakan perairan dan terletak di daerah beriklim tropis. Laut tropis memiliki

Lebih terperinci

Korelasi Kelimpahan Ikan Baronang (Siganus Spp) Dengan Ekosistem Padang Lamun Di Perairan Pulau Pramuka Taman Nasional Kepulauan Seribu

Korelasi Kelimpahan Ikan Baronang (Siganus Spp) Dengan Ekosistem Padang Lamun Di Perairan Pulau Pramuka Taman Nasional Kepulauan Seribu Jurnal Perikanan Kelautan Vol. VII No. /Juni 06 (6-7) Korelasi Kelimpahan Ikan Baronang (Siganus Spp) Dengan Ekosistem Padang Lamun Di Perairan Pulau Pramuka Taman Nasional Kepulauan Seribu Saiyaf Fakhri

Lebih terperinci

Keragaman Lamun (Seagrass) di Pesisir Desa Lihunu Pulau Bangka Kecamatan Likupang Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara

Keragaman Lamun (Seagrass) di Pesisir Desa Lihunu Pulau Bangka Kecamatan Likupang Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE 5 (1) 20-24 dapat diakses melalui http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmuo Keragaman Lamun (Seagrass) di Pesisir Desa Lihunu Pulau Bangka Kecamatan Likupang Kabupaten Minahasa

Lebih terperinci

II. Tinjuan Pustaka. A. Bulu Babi Tripneustes gratilla. 1. Klasifikasi dan ciri-ciri

II. Tinjuan Pustaka. A. Bulu Babi Tripneustes gratilla. 1. Klasifikasi dan ciri-ciri II. Tinjuan Pustaka A. Bulu Babi Tripneustes gratilla 1. Klasifikasi dan ciri-ciri Bulu babi Tripneustes gratilla termasuk dalam filum echinodermata dengan klasifikasi sebagai berikut (Anon 2011 ) : Kingdom

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN DI PULAU RAMBUT. Universitas Pakuan Bogor

KEANEKARAGAMAN GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN DI PULAU RAMBUT. Universitas Pakuan Bogor KEANEKARAGAMAN GASTROPODA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN DI PULAU RAMBUT Anggi Permatasari 1), Moerfiah 1), dan Srie Rahayu 1) 1) Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Pulau Barrang Lompo adalah salah satu pulau di kawasan Kepulauan Spermonde, yang berada pada posisi 119 o 19 48 BT dan 05 o 02 48 LS dan merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Seribu adalah kawasan pelestarian alam bahari di Indonesia yang terletak kurang lebih 150 km dari pantai Jakarta Utara. Kepulauan Seribu terletak pada 106

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Pulau Bone Batang memiliki bentuk rataan terumbu yang unik. Sisi barat pulau terdiri dari rataan terumbu yang luas, landai dan dangkal. Rataan terumbu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Pulau Nusa Lembongan Nusa Lembongan merupakan salah satu dari tiga pulau di Kecamatan Nusa Penida dan pulau terbesar kedua setelah Pulau Nusa Penida. Letak Nusa

Lebih terperinci

Diterima 16 Januari 2012, diterima untuk dipublikasikan 2 Februari 2012

Diterima 16 Januari 2012, diterima untuk dipublikasikan 2 Februari 2012 Keanekaragaman Lamun di Pesisir Pantai Molas, Kecamatan Bunaken Kota Manado (Biodiversity of Seagrass on Molas Seashore in Bunaken Subdistrict, Manado) Pience Veralyn Maabuat 1)*, Julius Sampekalo 2),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Lamun 2.1.1 Ekosistem Padang Lamun Lamun (seagrass) merupakan satu-satunya tumbuhan berbunga (angiospermae) yang memiliki rhizoma, daun, dan akar sejati yang hidup

Lebih terperinci

Fluktuasi Biomassa Lamun di Pulau Barranglompo Makassar

Fluktuasi Biomassa Lamun di Pulau Barranglompo Makassar Fluktuasi Biomassa Lamun di Pulau Barranglompo Makassar Supriadi Mashoreng Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Tamalanrea Makassar E-mail : supriadi112@yahoo.com

Lebih terperinci

STRUKTUR KOMUNITAS PADANG LAMUN DI PERAIRAN PULAU DUYUNG KABUPATEN LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

STRUKTUR KOMUNITAS PADANG LAMUN DI PERAIRAN PULAU DUYUNG KABUPATEN LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU STRUKTUR KOMUNITAS PADANG LAMUN DI PERAIRAN PULAU DUYUNG KABUPATEN LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU COMMUNITY STRUCTURE OF SEAGRASS IN WATERS DUYUNG ISLAND DISTRICT LINGGA PROVINCE OF RIAU Suhandana Pahlawan

Lebih terperinci

Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang. seluruh siklus hidupnya terendam di dalam air dan mampu beradaptasi dengan

Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang. seluruh siklus hidupnya terendam di dalam air dan mampu beradaptasi dengan 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Vegetasi Lamun Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang seluruh siklus hidupnya terendam di dalam air dan mampu beradaptasi dengan salinitas cukup tinggi.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Fisik dan Kimia Perairan Secara umum kondisi perairan di Pulau Sawah dan Lintea memiliki karakteristik yang mirip dari 8 stasiun yang diukur saat melakukan pengamatan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BIOMASSA DAUN Thalassia hemprichii PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN DI PERAIRAN DESA SEBONG PEREH, BINTAN

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BIOMASSA DAUN Thalassia hemprichii PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN DI PERAIRAN DESA SEBONG PEREH, BINTAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BIOMASSA DAUN Thalassia hemprichii PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN DI PERAIRAN DESA SEBONG PEREH, BINTAN Nella Dwi Amiyati,nelladwi@gmail.com Mahasiswa Jurusan Manajemen Sumberdaya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Pulau Biawak merupakan suatu daerah yang memiliki ciri topografi berupa daerah dataran yang luas yang sekitar perairannya di kelilingi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang secara geografis terletak di antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik mempunyai keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan di daerah tropika yang terdiri dari 17.504 buah pulau (28 pulau besar dan 17.476 pulau kecil) dengan panjang garis pantai sekitar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Lamun Lamun (seagrass) merupakan bentangan tumbuhan berbiji tunggal (monokotil) dari klass angiospermae, tumbuhan air berbunga yang telah menyesuaikan diri hidup terbenam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan kegiatan penelitian ini berlangsung selama 2 bulan dihitung

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan kegiatan penelitian ini berlangsung selama 2 bulan dihitung A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan BAB III METODE PENELITIAN Pelaksanaan kegiatan penelitian ini berlangsung selama 2 bulan dihitung mulai Oktober 2012 sampai dengan Desember 2012 bertempat di Desa Ponelo

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Perairan Pulau Panggang Kepulauan Seribu DKI Jakarta pada bulan Maret 2013. Identifikasi makrozoobentos dan pengukuran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terumbu adalah serangkaian struktur kapur yang keras dan padat yang berada di dalam atau dekat permukaan air. Sedangkan karang adalah salah satu organisme laut yang tidak

Lebih terperinci

2.2. Struktur Komunitas

2.2. Struktur Komunitas 5 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makrozoobentos Hewan bentos dibagi dalam tiga kelompok ukuran, yaitu makrobentos (ukuran lebih dari 1,0 mm), meiobentos (ukuran antara 0,1-1 mm) dan mikrobentos (ukuran kurang

Lebih terperinci

Jurnal Aquarine Vol. 1, No. 2, September Tahun 2010 ISSN : SUMBERDAYA TERIPANG DI PERAIRAN DESA MELAHING BONTANG KUALA KALIMANTAN TIMUR

Jurnal Aquarine Vol. 1, No. 2, September Tahun 2010 ISSN : SUMBERDAYA TERIPANG DI PERAIRAN DESA MELAHING BONTANG KUALA KALIMANTAN TIMUR SUMBERDAYA TERIPANG DI PERAIRAN DESA MELAHING BONTANG KUALA KALIMANTAN TIMUR IRWAN RAMADHAN RITONGA Staf Pengajar Jurusan MSP FPIK UNMUL Alamat : Jl. Gunung Tabur Kampus Gn. Kelua Samarinda Telp. (0541-749482)

Lebih terperinci

STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN PERAIRAN PULAU LOS KOTA TANJUNGPINANG

STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN PERAIRAN PULAU LOS KOTA TANJUNGPINANG STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN PERAIRAN PULAU LOS KOTA TANJUNGPINANG Samsuar (1), Muzahar (2 ), Andi zulfikar (3) Jurusan Ilmu Kelautan. Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan, Universitas Maritime Raja Ali Haji,

Lebih terperinci

Depik Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan p-issn: , e-issn:

Depik Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan p-issn: , e-issn: RESEARCH ARTICLE DOI: 10.13170/depik.6.2.6227 Keragaman, kerapatan dan penutupan lamun di perairan Pulau Biak, Papua The diversity, density, and covering area of seagrass in Biak Island waters, Papua Citra

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang tinggi dan memiliki ekosistem terumbu karang beserta hewan-hewan laut

I. PENDAHULUAN. yang tinggi dan memiliki ekosistem terumbu karang beserta hewan-hewan laut I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perairan laut Indonesia memiliki keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi dan memiliki ekosistem terumbu karang beserta hewan-hewan laut yang hidup di sekitarnya. Ekosistem

Lebih terperinci

AKUATIK. Volume 6. Nomor. 1. Tahun PENANGGUNG JAWAB Eddy Nurtjahya. REDAKTUR Eva Utami

AKUATIK. Volume 6. Nomor. 1. Tahun PENANGGUNG JAWAB Eddy Nurtjahya. REDAKTUR Eva Utami AKUATIK-Jurnal Sumberdaya Perairan Volume 6. Nomor. 1. Tahun 2012 22 ISSN 1978-1652 AKUATIK Volume 6. Nomor. 1. Tahun 2012 PENANGGUNG JAWAB Eddy Nurtjahya REDAKTUR Eva Utami DEWAN EDITOR Andri Kurniawan,

Lebih terperinci

ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM

ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM 69 4. DESKRIPSI SISTEM SOSIAL EKOLOGI KAWASAN PENELITIAN 4.1 Kondisi Ekologi Lokasi studi dilakukan pada pesisir Ratatotok terletak di pantai selatan Sulawesi Utara yang termasuk dalam wilayah administrasi

Lebih terperinci

JURNAL MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

JURNAL MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN JURNAL MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN Volume 5, Nomor 2, Oktober 2009 PENGAMATAN JENIS CACING LAOR (ANNELIDA, POLYCHAETA) DI PERAIRAN DESA LATUHALAT PULAU AMBON, DAN ASPEK REPRODUKSINYA STUDI EKOLOGI KOMUNITAS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Tutupan Karang di Pulau Semak Daun Pulau Semak Daun dikelilingi oleh paparan pulau yang cukup luas (island shelf) hingga 20 kali lebih luas dari pulau yang bersangkutan

Lebih terperinci

JurnalIlmiahPlatax Vol. 6:(1), Januari 2018 ISSN:

JurnalIlmiahPlatax Vol. 6:(1), Januari 2018 ISSN: Komunitas Lamun Di Perairan Kampung Ambong Kecamatan Likupang Timur, KABUPATEN MINAHASA UTARA (Seagrass Community At Kampung Ambong s Water East Likupang Subdistrict, North Minahasa Regency) Astevi Surabi

Lebih terperinci

SURVAI EKOLOGI KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH KABUPATEN ALOR EKOSISTEM PADANG LAMUN. Pendahuluan

SURVAI EKOLOGI KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH KABUPATEN ALOR EKOSISTEM PADANG LAMUN. Pendahuluan SURVAI EKOLOGI KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH KABUPATEN ALOR EKOSISTEM PADANG LAMUN Pendahuluan Lamun atau seagrass merupakan tumbuhan berbunga dan berbuah yang tumbuh di dasar perairan pantai yang memiliki

Lebih terperinci

KEPADATAN DAN BIOMASSA LAMUN Thalassia hemprichii PADA BERBAGAI RASIO C:N:P SEDIMEN DI PERAIRAN PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU

KEPADATAN DAN BIOMASSA LAMUN Thalassia hemprichii PADA BERBAGAI RASIO C:N:P SEDIMEN DI PERAIRAN PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU KEPADATAN DAN BIOMASSA LAMUN Thalassia hemprichii PADA BERBAGAI RASIO C:N:P SEDIMEN DI PERAIRAN PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU SEMINAR KOMPREHENSIF Dibawah Bimbingan : -Dr. Sunarto, S.Pi., M.Si (Ketua Pembimbing)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Seribu merupakan kabupaten administratif yang terletak di sebelah utara Provinsi DKI Jakarta, memiliki luas daratan mencapai 897,71 Ha dan luas perairan mencapai

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepadatan bulu babi di 3 paling tinggi (30,6 individu/m 2 ), sedangkan yang paling rendah di temukan pada 4 ( 3,7 individu/m

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kecamatan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo. Peta lokasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kecamatan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo. Peta lokasi 18 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan di kawasan pesisir Pulau Dudepo, Kecamatan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo. Peta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2013. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2013. Lokasi penelitian dilaksanakan di Desa Otiola Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Perairan Wilayah Pulau Pramuka Perairan wilayah Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, terdiri dari rataan terumbu yang mengelilingi pulau dengan ukuran yang bervariasi

Lebih terperinci

Jenis dan Biomassa Lamun (Seagrass) Di Perairan Pulau Belakang Padang Kecamatan Belakang Padang Kota Batam Kepulauan Riau.

Jenis dan Biomassa Lamun (Seagrass) Di Perairan Pulau Belakang Padang Kecamatan Belakang Padang Kota Batam Kepulauan Riau. Jenis dan Biomassa Lamun (Seagrass) Di Perairan Pulau Belakang Padang Kecamatan Belakang Padang Kota Batam Kepulauan Riau By : Muhammad Yahya 1), Syafril Nurdin 2), Yuliati 3) Abstract A Study of density

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS BIOMASSA VEGETASI LAMUN DIPERAIRAN DESA PENGUDANG KECAMATAN TELUK SEBONG KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPELAUAN RIAU

PRODUKTIVITAS BIOMASSA VEGETASI LAMUN DIPERAIRAN DESA PENGUDANG KECAMATAN TELUK SEBONG KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPELAUAN RIAU PRODUKTIVITAS BIOMASSA VEGETASI LAMUN DIPERAIRAN DESA PENGUDANG KECAMATAN TELUK SEBONG KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPELAUAN RIAU Hardiyansah Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, hardiyansyah1515@gmail.com

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Lokasi Penelitian. Kawasan Perairan Pantai Desa Ponelo secara administratif termasuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Lokasi Penelitian. Kawasan Perairan Pantai Desa Ponelo secara administratif termasuk 25 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Kawasan Perairan Pantai Desa Ponelo secara administratif termasuk wilayah di Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi

Lebih terperinci