MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK PROYEKSI

dokumen-dokumen yang mirip
UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 10 PONTIANAK

UPAYA MENINGKATKAN ORIENTASI KARIER MELALUI LAYANAN INFORMASI PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

Kata Kunci: Keterampilan komunikasi interpersonal, bimbingan kelompok, psikodrama

MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK LATIHAN BERTANGGUNGJAWAB

LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING DALAM MENINGKATKAN KONSEP DIRI SISWA KELAS VII B DI SMP NEGERI 4 PACITAN TAHUN PELAJARAN

MENINGKATKAN PERCAYA DIRI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI KELOMPOK. Novi Wahyu Hidayati dan Hassana Nofari

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK. Kustanti Prasetyaningtyas SMP Negeri 1 Wongsorejo Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur

BAB III METODE PENELITIAN

UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU PRO-SOSIAL MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE SOSIODRAMA. Arni Murnita SMK Negeri 1 Batang, Jawa Tengah

UPAYA MENINGKATKAN KEMATANGAN KARIR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA SMK NEGERI 1 KEDAWUNG SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2015/2016

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI KELOMPOK. Rantiyan SMP 1 Wonokerto Kabupaten Pekalongan

PENINGKATAN MINAT SISWA MENGIKUTI LAYANAN BK DENGAN METODE ORIENTASI FORMAT KLASIKAL. Herna Mikawati SMP 4 Kajen Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah

Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Melalui Bimbingan Kelompok Pada Siswa

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Abdul Aziz SMP Negeri 2 Kota Tegal, Jawa Tengah

Melin Pratikasari. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jambi ABSTRAK

PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah

EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN HUBUNGAN PERTEMANAN SISWA KELAS VIII C DI SMP NEGERI 4 PACITAN TAHUN PELAJARAN 2014 / 2015

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK HOME WORK ASSIGMENT

BAB III METODE PENELITIAN

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

Trisnawati Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI MELALUI STRATEGI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK. Sri Mulwati

BAB III METODE PENELITIAN

UPAYA MENINGKATKAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI MELALUI BIMBINGAN SOSIAL DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL. Richah Sofiyanti dan Heri Saptadi Ismanto

UPAYA MENINGKATAN KEDISIPLINAN MASUK SEKOLAH MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA. Nelly Chandrawati Manalu

DAFTAR ISI Hana Khairesti Fejri, 2012

BAB I PENDAHULUAN. sendiri baik, dan juga sebaliknya, kurang baik. sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan

BAB III METODE PENELITIAN

Iswandi Abdullah, I Nyoman Murdiana, dan Dasa Ismaimuza

Efektifitas Layanan Orientasi Belajar Untuk Meningkatkan Motivasi Berprestasi

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan PTK ini dilakukan di kelas V SDN 72 Kota Timur Kota Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. dengan interprestasi terhadap data yang ditemukan dilapangan yang menekankan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK MENGENAL ANGKA MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK A TK GENERASI BANGSA PALOLO

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB III METODE PENELITIAN

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TGT PADA STANDAR KOMPETENSI PERBAIKAN SISTEM PENGAPIAN SISWA KELAS XI TKR 3 SMK NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN AJARAN

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMANTAPAN KARIR SISWA KELAS X TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN SMKN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Wenni Hastuti Universitas PGRI Yogyakarta

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI GORONTALO. Maspa Mardjun, Tuti Wantu, Meiske Puluhulawa

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT), Motivasi, Hasil Belajar.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Inggris dikenal dengan Clasroom Action Research (ARC). Penelitian tindakan

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

Jurnal Biologi & Pembelajarannya, Vol.4, No.2, Oktober 2017, pp e-issn:

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS. mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman dalam menentukan pokok

III. METODE PENELITIAN. Kemampuan menulis surat undangan dibedakan menjadi 2 macam, yaitu

BAB III METODE PENELITIAN

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penulis melaksanakan penelitian di Sekolah Menengah Pertama Negeri 9

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME. Dina Hikmah Safariyah

PENINGKATAN MINAT BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS VIII A

Peningkatan Kemampuan Siswa Menyusun Paragraf Melalui Metode Latihan Pada Siswa Kelas III SDN 08 Paleleh

BAB I PENDAHULUAN. lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit

SIMPOSIUM GURU. Oleh ASEP INDRAYANA, S.Pd., M.Pd.,M.Pd.,Kons NIP Guru Bimbingan Konseling SMK Negeri 5 Surakarta

Amelia Atika 1,Kamaruzzaman 2

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN DI KELOMPOK B TK TERATAI SUNJU

Akhlakul Karimah dan Irni Cahyani STKIP PGRI Banjarmasin

BAB III METODE PENELITIAN

Upaya Meningkatkan Karakter Siswa Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Sosiodrama

Meningkatkan Motivasi Belajar Mata Pelajaran IPS Melalui Penggunaan Media Gambar Pada Siswa Kelas IV SDN 2 Posona

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Metode penelitian adalah suatu cara yang dilakukan dalam penyelidikan suatu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE MNEMONIC DEVICE UNTUK MENINGKATKAN DAYA INGAT MAHASISWA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

18 Media Bina Ilmiah ISSN No

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MENINGKATKAN MINAT MELANJUTKAN STUDI MELALUI BIMBINGAN KARIR DENGAN PENDEKATAN TRAIT AND FACTOR

UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU SOPAN SANTUN MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA

BAB V PEMBAHASAN. dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek yang dilakukan

Bambang Supriyanto 36

BAB III METODE PENELITIAN

Purhandayani SMP Teuku Umar Semarang

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Diajukan Oleh: Eliana Rahmawati

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK MENGENAL WARNA MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE) DI KELOMPOK A TK PERTIWI DONGGALA

Oleh. Hamidah SDN 1 Cakranegara

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE TINDAKAN KELAS. dilaksanakan oleh guru dan siswa untuk melakukan perbaikan dan berdampak

Fariyani Eka Kusuma Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA MATA PELAJARAN PKN DI KELAS V SDN NO MEDAN DELI

MENERAPKAN PRINSIP PEMBELAJARAN QUANTUM (QUANTUM TEACHING) UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA. Nurhasanah 2

III. PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. mengidentifikasi unsur intrinsik cerita anak melalui teknik discovery ini

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dikaitkan dengan kata asal guide, yang diartikan sebagai berikut:

PENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK GAME TES. Praptiningsih SMP 1 Wiradesa Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MEWUJUDKAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK DI KELAS VII SMP NEGERI 27PADANG JURNAL PENELITIAN

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 1 GIMPUBIA. Oleh.

Kata kunci : pembelajaran aktif, pencocokan kartu indeks, hasil belajar

Kata kunci: Model Think-Talk-Write (TTW) dan Prestasi Belajar

Transkripsi:

Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 2, No. 2, Mei 2016 ISSN 2442-9775 MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK PROYEKSI Rustam, Kamaruzzaman Program Studi Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan dan Ilmu Sosial IKIP-PGRI Pontianak Abstrak Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI Madrasah Aliyah Negeri 1 Pontianak Tahun Ajaran 2016/2017. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan tanggung jawab belajar melalui layanan bimbingan kelompok dengan teknik proyeksi pada siswa kelas XI Madrasah Aliyah Negeri 1 Pontianak. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif dengan bentuk penelitian tindakan bimbingan dan konseling. Teknik pengumpul data yang digunakan adalah teknik observasi langsung dan teknik komunikasi tidak langsung dengan alat pengumpul data berupa pedoman observasi, dan angket. Subjek penelitian ini adalah semua 8 orang siswa. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa layanan bimbingan kelompok dengan teknik proyeksi untuk meningkatkan tanggung jawab belajar siswa kelas XI Madrasah Aliyah Negeri 1 Pontianak telah dilaksanakan dan berhasil dengan baik. 2016 Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Kata Kunci: Bimbingan Kelompok; Tanggung Jawab Belajar; Teknik Proyeksi; PENDAHULUAN Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya guru untuk membantu siswa melakukan kegiatan belajar. Pembelajaran merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah dimana setiap proses pembelajaran selalu melibatkan dua pelaku aktif, yaitu guru dan siswa. Guru sebagai pengajar sekaligus sebagai pendidik merupakan pencipta kondisi belajar siswa yang dirancang secara sengaja, sistematis dan berkesinambungan, sedangkan siswa sebagai subjek pembelajaran merupakan pihak yang menikmati langsung kondisi belajar yang diciptakan guru tersebut. Proses pembelajaran merupakan seperangkat kegiatan belajar yang dilakukan siswa atau peserta didik. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan siswa dibawah bimbingan guru. Guru bertugas merumuskan tujuan - tujuan yang hendak dicapai dalam mengajar. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, guru dituntut untuk merancang sejumlah pengalaman belajar yaitu segala yang diperoleh oleh siswa sebagai hasil belajar dalam proses pembelajaran perlu tanggung jawab belajar dengan tepat. Rasa tanggung jawab juga tidak muncul secara otomatis pada diri seseorang karena itu, penanaman dan pembinaan tanggung jawab pada anak hendaknya dilakukan sejak dini agar sikap dan tanggung jawab ini bisa muncul pada diri anak. Akan dapat belajar bersikap tanggung jawab itu bisa di peroleh dari hasil interaksi dengan orang tua (pendidikan keluarga), guru dan teman-teman sebaya (pendidikan di sekolah), serta dengan masyarakat (pendidikan di masyarakat). Tanggung 1

jawab bisa tertanam sejak kecil jika tanggung jawab anak telah dibentuk lebih awal di rumah karena pengaruh orang tua. Misalnya saja orang tua dapat memberi nasihat mana perbuatan-perbuatan yang melanggar aturan dan norma agar dia mengetahui letak kesalahannya dan kemudian anak diajarkan untuk bersikap bertanggung jawab atas apa yang mereka perbuat dengan penuh kesadaran diri dan kerelaan hati. Karena pendidikan keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama yang di peroleh anak. Tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatu kalau ada sesuatu hal, boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan dan sebagainya (Bahri, 2011). Berdasarkan pendapat diatas maka tanggung jawab dalam penelitian ini dapat diartikan bahwa memberikan beban dan rasa memiliki terhadap tugas-tugas yang telah diberikan dan apabila tidak melaksanakannya ada resiko yang harus diterimanya. Tanggung jawab secara definisi merupakan kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan baik yang disengaja maupun yang tidak di sengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban. Tanggung jawab merupakan kewajiban yang perlu dilaksanakan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari demi mencapai kedamaian, ketentraman, dan kedisiplinan terhadap tindakan dan perbuatan. Tanggung jawab juga merupakan hak yang perlu dipertahankan oleh setiap individu agar selalu mempertahankan tanggung jawab tersebut menjadi milik pribadi. Siswa kelas XI Madrasah Aliyah Negeri 1 Pontianak sudah memasuki masa remaja. Maka ketika kemampuan kognitif mereka mencapai kematangan, kebanyakan anak remaja mulai memikirkan tentang apa yang diharapkan dan melakukan kritik terhadap masyarakat mereka, orang tua mereka, dan bahkan terhadap kekurangan diri mereka sendiri. Berdasarkan pendapat tersebut, bahwa melakukan kritikan terhadap diri sendiri mencerminkan seorang siswa kelas XI seharusnya sudah bisa mengatur diri sendiri, memilih mana yang baik dan mana yang buruk untuk dirinya sendiri serta harus sudah bisa bertanggung jawab terhadap apa yang telah dilakukan. Piaget juga remaja sudah mampu berpikir sistematik untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Seseorang yang dilandasi dengan rasa tanggung jawab, maka ia dapat meningkatkan perkembangan potensinya melalui belajar sesuai dengan harapan dan keinginan dirinya sendiri maupun lingkungan sekitar. Sikap tanggung jawab belajar tersebut dapat dicirikan seperti, melakukan tugas belajar dengan rutin tanpa harus diberi tahu, dapat menjelaskan alasan atas belajar yang dilakukannya, tidak menyalahkan orang lain dalam belajar, mampu menentukan pilihan kegiatan belajar dari beberapa alternatif, melakukan tugas sendiri dengan senang hati, bisa membuat keputusan yang berbeda dari keputusan orang lain dalam kelompoknya, mempunyai minat yang kuat untuk menekuni belajar, menghormati dan menghargai aturan di sekolah, dapat berkonsentrasi dalam belajar, dan memiliki rasa bertanggung jawab erat kaitannya dengan prestasi di sekolah. Dapat disadari bahwa terdapat gejala-gejala tanggung jawab yang rendah pada siswa di sekolah. Apabila tanggung jawab belajar tersebut tidak ditingkatkan maka hal ini akan berakibat pada menurutnya hasil belajar siswa, tidak tercapainya perkembangan potensi dengan baik, kebiasaan kurang kedisiplinan diri, dan bahkan siswa tidak naik kelas. Agar tidak mengalami hal tersebut, maka konselor sebagai pendidik juga harus membantu menanamkan sikap tanggung jawab belajar kepada siswanya melalui keahlian yang dimilikinya. Peran aktif seorang guru konselor dalam menerapkan layanan konseling kelompok perlu lebih ditingkatkan dalam hal ini sehingga siswa dapat menyelesaikan tugasnya sebagai anak, murid maupun sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Layanan bimbingan kelompok merupakan layanan dalam bentuk langsung kepada individu maupun kelompok dengan tujuan membantu siswa meminimalisir masalah yang dialami siswa melalui dinamika kelompok. Konseling kelompok membantu siswa mengatasi permasalahan yang dialami siswa dengan format penyelesaian permasalahan melalui dinamika kelompok jadi penyelesaian permasalahan siswa yang berhubungan dengan permasalahan tentang tanggung jawab 2

akan bisa terbantu dengan bimbingan kelompok. Tujuan Layanan Bimbingan Kelompok menurut Tohirin (2007) dikelompokkan menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus, sebagai berikut:kelompok bisa terselesaikan dan pembahasan permasalahan tidak keluar dari permasalahan yang dialami peserta kelompok/siswa. Mendasari dilaksanakannya konseling kelompok adalah bahwa proses pembelajaran yang efektif khususnya dalam meningkatkan tanggung jawab pribadi siswa, melalui dinamika kelompok yang tercipta maka akan memberikan kontribusi yang positif bagi siswa melakukan tanggung jawab terhadap pribadinya. Pelaksanaan bimbingan kelompok dalam penelitian ini menggunakan pendekatan gestalt. Peneliti berpandangan bahwa dengan menggunakan pendekatan gestalt diharapkan kepribadian yang bertanggung jawab belajar siswa dapat ditingkatkan. Seperti yang kita ketahui bahwa pendekatan gestalt merupakan pendekatan konseling yang berpandangan bahwa manusia secara positif yang memiliki kemampuan untuk memikul tanggung jawab pribadi dan hidup sepenuhnya sebagai pribadi yang terpadu. Salah satu tujuan pendekatan ini yaitu membantu konseli sadar akan kesanggupan untuk menghadapi dan menerima bagian-bagian keberadaan yang diingkarinya serta untuk berhubungan dengan pengalaman-pengalaman subjektif dan dengan kenyataan. Oleh karena itu untuk meningkatkan tanggung jawab belajar siswa terhadap kegiatan belajar di sekolah maupun di rumah, maka peneliti menggunakan pendekatan gestalt ini sangatlah penting. Pendekatan gestalt yang dikembangkan oleh Frederick Perls dalam Corey (2010) menyatakan Bentuk terapi eksistensial yang berpijak pada premis bahwa individu-individu harus menemukan jalan hidupnya sendiri dan menerima tanggung jawab pribadi jika mereka berharap mencapai kematangan.dalam pendekatan gestalt terdapat beberapa teknik khusus, di antara lain yaitu: permainan-permainan dialog, membuat lingkaran, urusan yang tak selesai, saya memikul tanggung jawab, saya memiliki suatu rahasia, bermain proyeksi, pembalikan, irama kontak dan penarikan, ulangan, melebih-lebihkan, bolehkah saya memberimu sebuah kalimat?, permainan-permainan konseling perkawinan, dan bisakah anda tepat dengan perasaan ini?. Dari beberapa teknik pendekatan gestalt, salah satu teknik yang dipilih yaitu teknik bermain proyeksi. Bermain proyeksi merupakan suatu teknik dimana seseorang melihat pada orang lain hal-hal yang justru ia tidak mau melihatnya dan menerimanya pada dirinya sendiri. Berdasarkan pemikiran di atas, dapat penulis tarik kesimpulan bahwa pendekatan gestalt dengan teknik bermain proyeksi merupakan suatu metode dalam bimbingan konseling yang dilakukan secara sadar dengan memerankan tokoh guna mengatasi permasalahan yang dihadapi individu yang memerankan tokoh tersebut. Keberhasilan pendekatan gestalt tergantung yang disepakati dan memerankan permainan membentuk arah hasil akhir. Layanan bimbingan kelompok melalui pendekatan gestalt dengan teknik bermain proyeksi diharapkan dapat meningkatkan perilaku bertanggung jawab belajar siswa di seluruh Indonesia terutama dapat meningkatkan perilaku bertanggung jawab belajar pada siswa kelas XI Madrasah Aliyah Negeri 1 Pontianak. Selain meningkatkan tanggung jawab diharapkan dapat membantu siswa melakukan pekerjaan rutin tanpa diberi tahu, sadar akan pentingnya belajar, melakukan tugas sendiri tanpa paksaan, mampu menentukan pilihan dari kegiatan belajar. Berdasarkan pra Observasi diperoleh dari hasil wawancara awal dengan guru bimbingan dan konseling di Madrasah Aliyah Negeri 1 Pontianak kelas XI menunjukkan bahwa terdapat beberapa siswa yang memiliki tingkat perilaku bertanggung jawab belajar rendah, di antaranya, 1) Siswa mengerjakan PR di sekolah dengan cara menyontek teman, 2) Berbicara dengan temannya saat guru menjelaskan di depan, 3) Tidak siap untuk ulangan, 4) Lebih memilih bermain game daripada belajar, 5) Tidak dapat berkonsentrasi dalam belajar, 6) Tidak mempunyai minat dan komitmen dalam belajar. Alasan penulis untuk meneliti di Madrasah Aliyah Negeri 1 Pontianak karena masih terdapat siswa kelas XI yang tidak bekerja keras, melakukan sesuatu tidak sesuai harapan, tidak melakukan 3

tugas belajar rutin tanpa harus diberitahu, tidak sadar akan pentingnya belajar, tidak melaksanakan tugas sendiri tanpa paksaan, dan tidak mampu menentukan pilihan dari kegiatan belajar. Penelitian ini dilakukan penulis sebagai peneliti dengan tujuan Meningkatkan Perilaku Bertanggung Jawab belajar melalui bimbingan kelompok dengan teknik bermain proyeksi. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan bimbingan dan konseling (PTBK) dengan tahapan yang dilalui yaitu: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi(Suharsimi Arikunto, 2009). Menurut Sukiman (2011) ada tiga kata kunci dari kegiatan PTK-BK, yaitu: 1) Adanya tindakan yang dipromosikan untuk meningkatkan kualitas praktik (proses layanan BK) dan hasil layanan BK dan/atau untuk memecahkan masalah yang terjadi dalam layanan BK guna mencapai keberhasilan layanan sebagaimana tujuan yang dirumuskan, 2) Adanya refleksi dari tindakan dari layanan BK yang telah dilakukan, diperoleh kemantapan pemahaman tentang suatu tindakan tertentu yang telah dilakukan guru BK/konselor, seperti bagaimana dampak dari tindakan yang dilaksanakan oleh guru BK/konselor tersebut terkait dengan masalah yang ingin dipecahkan dan/atau pencapaian fungsi dari layanan BK, 3) Berdasarkan hasil refleksi terhadap tindakan layanan BK yang telah dilakukan, dirumuskan tindakan perbaikan yang mengandung unsur baru (novelty), merupakan penciri utama dari pelaksanaan PTK-BK, sebagai alternatif cara lain untuk mencapai hasil yang baik dari sebelumnya. Menurut Suharsimi Arikunto (2009) penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi di masyarakat atau kelompok sasaran dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan. Berdasarkan ciri-ciri dan prinsip-prinsip tersebut, penelitian tindakan dianggap paling sesuai dengan penelitian yang akan diadakan oleh peneliti yaitu penerapan pendekatan gestalt dengan teknik bermain proyeksi untuk meningkatkan perilaku bertanggung jawab pada siswa kelas XI Madrasah Aliyah Negeri 1 Pontianak.Penelitian tindakan berbeda dengan penelitian yang lain. Penelitian tindakan berkaitan erat dengan penelitian kualitatif, karena dalam pengumpulan datanya menggunakan pendekatan kualitatif. Seperti yang diungkapkan oleh Suryabrata (2010) bahwa: penelitian tindakan merupakan suatu pencarian sistematik yang dilaksanakan oleh para pelaksana program dalam kegiatannya sendiri (dalam pendidikan dilakukan oleh guru, dosen, kepala sekolah, konselor), dalam mengumpulkan data tentang pelaksanaan kegiatan, keberhasilan dan hambatan yang dihadapi, untuk kemudian menyusun rencana dan melakukan kegiatan-kegiatan penyempurnaan. Penelitian tindakan menggabungkan kegiatan penelitian atau pengumpulan data dengan penggunaan hasil penelitian atau pengumpulan data. Kunci dalam penelitian tindakan adalah adanya siklus. Siklus pada penelitian tindakan adalah suatu putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Adanya siklus ini bertujuan untuk memperbaiki tindakan yang telah dilakukan pada siklus sebelumnya dan belum mencapai tujuan. Jadi hakikat dalam penelitian tindakan bimbingan dan konseling yang dilakukan peneliti adalah memberikan intervensi kepada subjek penelitian dari perilaku yang kurang baik, kemudian menilai proses pelaksanaannya serta memantau hasil yang didapat. Sementara menurut Kemmis dan McTaggart (dalam Dede Hidayat dan Badrujaman, (2012) telah mengembangkan sebuah model sederhana dari siklus alami dari proses penelitian tindakan. Setiap siklus memiliki empat tahap: perencanaan, tindakan, pengamatan, refleksi. 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Siklus I a. Perencanaan Pada tahap ini, peneliti melakukan beberapa hal antara lain sebagai berikut: a) Menetapkan kolaborator, guru bimbingan dan konseling. b) Mengatur waktu pertemuan, yaitu membuat jadwal pelaksanaan kegiatan yang disepakati antara peneliti, kolaborator dan siswa. c) Menetapkan fasilitas layanan konseling d) Menyiapkan instrumen pengumpulan data dan pedoman observasi. e) Mengembangkan prosedur pelaksanaan bimbingan kelompok. f) Menetapkan indikator keberhasilan siklus 1 b. Pelaksanaan Tindakan Peneliti memberikan layanan bimbingan kelompok dengan teknik proyeksi sebanyak dua kali pertemuan pada siklus I. Secara lebih rinci adalah sebagai berikut: a) Pertemuan pertama Berdasarkan hasil observasi pada pertemuan pertama diperoleh nilai rata-rata dengan persentase 44,87 % untuk semua aktivitas layanan bimbingan kelompok dengan teknik bermain proyeksi dengan kategori cukup. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa kegiatan untuk meningkatkan perilaku bertanggung jawab siswa pada pertemuan pertama belum berjalan secara maksimal. Pemimpin kelompok belum mampu menciptakan dinamika kelompok yang baik. Dari beberapa anggota kelompok masih terlihat ragu-ragu dalam mengikuti kegiatan kelompok. Hal ini tampak pada beberapa orang siswa yang masih terlihat malu-malu dan banyak diam serta pasif karena enggan mengikuti kegiatan kelompok. b) Pertemuan Kedua Hasil observasi pada pertemuan kedua mengalami peningkatan yakni diperoleh persentase 49,75%.Pemimpin kelompok semakin berusaha memperbaiki kualitas layanannya melalui beberapa aktivitas dan semangat yang diberikan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam diskusi kelompok. Pemimpin kelompok berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanakan beberapa tahapan dari pelaksanaan layanan bimbingan kelompok.siswa sudah mulai aktif, meskipun tidak terlalu tampak tapi kondisi sudah menunjukkan bahwa pertemuan kedua sedikit lebih baik dari pada pertemuan sebelumnya. 5

c. Observasi Hasil observasi pada siklus I terlampir pada grafik di bawah ini : Layanan Bimbingan Kelompok dengan teknik bermain proyeksi 50% 45% 40% Pertemuan 1 Pertemuan 2 Gambar 1. Persentase Kegiatan Layanan Bimbingan Kelompok Pada Siklus I Berdasarkan hasil observasi pada pertemuan pertama diperoleh nilai rata-rata dengan persentase 44,87 % untuk semua aktivitas layanan bimbingan kelompok dengan teknik bermain proyeksi dengan kategori cukup. Hasil observasi pada pertemuan kedua mengalami peningkatan yakni diperoleh persentase 49,75%. d. Refleksi Berdasarkan hasil pertemuan pertama dan kedua kegiatan layanan bimbingan kelompok yang diuraikan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pelaksanaan bimbingan kelompok untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa masih diperlukan untuk dilanjutkan ke siklus berikutnya, karena masih terdapat anggota kelompok yang masih ragu, bingung, dan terlihat kesulitan kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan dinamika kelompok. Dari hasil refleksi tersebut menjadi acuan bagi pemimpin kelompok untuk melaksanakan perbaikan-perbaikan dalam tindakan selanjutnya. Sebelum siklus ke II dilakukan terlebih dahulu pemimpin kelompok mendiskusikan kembali kepada kolaborator atau guru bimbingan dan konseling. 2. Siklus 2 a. Perencanaan Pada tahap ini, peneliti melakukan beberapa hal antara lain sebagai berikut: a) Menetapkan kolaborator, guru bimbingan dan konseling. b) Mengatur waktu pertemuan, yaitu membuat jadwal pelaksanaan kegiatan yang disepakati antara peneliti, kolaborator dan siswa. c) Menetapkan fasilitas layanan konseling d) Menyiapkan instrumen pengumpulan data dan pedoman observasi. e) Mengembangkan prosedur pelaksanaan bimbingan kelompok. f) Menetapkan indikator keberhasilan siklus II b. Pelaksanaan Tindakan Peneliti memberikan layanan bimbingan kelompok dengan teknik proyeksi sebanyak dua kali pertemuan pada siklus II. Secara lebih rinci adalah sebagai berikut: 6

a) Pertemuan pertama Berdasarkan hasil observasi pada siklus ke II semua pelaksanaan tindakan baik itu pertemuan pertama maupun pertemuan kedua mengalami kenaikan. Untuk pertemuan pertama diperoleh nilai rata-rata hasil dari observasi dengan persentase 61,95% untuk pemimpin kelompok dengan kategori baik, sehingga bisa diambil kesimpulan bahwa kegiatan layanan bimbingan kelompok dengan teknik proyeksi untuk meningkatkan tanggung jawab belajar siswa sudah berjalan dengan baik. Pemimpin dan anggota kelompok sudah semaksimal mungkin untuk melaksanakan beberapa tahapan. b) Pertemuan Kedua Hasil observasi pada pertemuan kedua proses layanan dapat disimpulkan sudah semakin baik, sehingga hasil observasi layanan bimbingan mengalami kenaikan dengan persentase 71,70 % dalam kategori baik. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa layanan bimbingan kelompok dengan teknik proyeksi yang dilaksanakan oleh peneliti sudah berjalan dengan baik. Hal ini tampak pada aktivitasaktivitas kegiatan yang dilakukan semua anggota kelompok yang cukup baik dalam melibatkan diri untuk mengemukakan pendapat dan aktif dalam pembahasan masalah yang menjadi topik bahasan. Dari beberapa anggota kelompok sudah menunjukkan semangat dalam mengikuti kegiatan kelompok. Para anggota sudah mulai berani dan percaya diri dalam menyampaikan idenya masingmasing. c. Observasi Berdasarkan observasi siklus II yang dilakukan oleh kolaborator dalam layanan bimbingan kelompok dengan teknik proyeksi untuk meningkatkan tanggung jawab belajar siswa dapat dijelaskan dalam grafik 2 sebagai berikut : Hasil Layanan Bmbingan Kelompok 75% 70% 65% Hasil Layanan Bmbingan Kelompok 60% 55% Pertemuan 1 Pertemuan 2 Gambar 2. Persentase Kegiatan Layanan Bimbingan Kelompok Pada Siklus II Berdasarkan grafik di atas dapat dijelaskan sebagai berikut, Untuk pertemuan pertama diperoleh nilai rata-rata hasil dari observasi dengan persentase 61,95% untuk pemimpin kelompok dengan kategori baik,pada pertemuan kedua proses layanan dapat disimpulkan sudah semakin baik, sehingga hasil observasi layanan bimbingan mengalami kenaikan dengan persentase 71,70 % dalam kategori baik. d. Refleksi Dari hasil observasi pertemuan pertama dan kedua dalam siklus kedua ini dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dengan teknik proyeksi untuk meningkatkan tanggung jawab belajar siswa berjalan dengan baik. Semua anggota sudah menunjukkan keaktifannya 7

dalam melaksanakan layanan bimbingan kelompok. Anggota kelompok saling memberikan tanggapan mengenai apa yang telah dibahas. Anggota kelompok sudah sudah semaksimal mungkin untuk melibatkan diri dalam diskusi kelompok. Setelah dilakukan tindakan layanan bimbingan kelompok. Akan dilihat kembali gambaran tanggung jawab belajar siswa. Untuk mengetahui orientasi karier siswa, peneliti menyebarkan kembali angket tentang mengenai tanggung jawab belajar. Hasil penyebaran angket tentang tanggung jawab belajar setelah diberikan tindakan dapat dilihat pada tabel 1 berikut : Tabel 1.Tanggung Jawab Belajar Siswa Sesudah Tindakan SUBJEK SKOR KATEGORI 1 60 Cukup 2 61 Cukup 3 62 Cukup 4 62 Cukup 5 63 Cukup 6 64 Cukup 7 65 Cukup 8 66 Cukup Dari hasil angket tentang tanggung jawab belajar siswa kelas XI Madrasah Aliyah Negeri 1 Pontianak, memperoleh persentase secara umum 69,86% dengan kategori baik. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penelitian dapat diambil kesimpulan yaitu: 1) Tanggung jawab belajar siswa kelas XI Madrasah Aliyah Negeri 1 Pontianak sebelum diberikan tindakan layanan bimbingan kelompok dengan teknik proyeksi memperoleh kategori cukup.artinya tanggung jawab belajar siswa belum menunjukkan sesuatu yang diharapkan dalam mencapai prestasi belajar, 2) Terdapat peningkatan tanggung jawab belajar siswa kelas XI Madrasah Aliyah Negeri 1 Pontianak setelah diberikan tindakan layanan bimbingan kelompok dengan teknik proyeksi. Artinya tanggung jawab belajar siswa setelah diberikan tindakan sudah menunjukkan hasil yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Bahri, D. S. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta Dede Rahmat H dan Aip Badrujaman. 2012. Penelitian Tindakan dalam Bimbingan dan Konseling. PT. Indeks : Jakarta Corey,Gerarld. 2010. Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung : PT Refika Aditama. Suharsimi Arikunto. 2009Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Bina Aksara Sukiman.2011. Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling.Yogjakarta : Tiara Wacana Tohirin.2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta : PT Raja Gravindo Persada 8