KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA Kerangka Pemikiran Studi tentang keputusan petani dalam mengadopsi pola kemitraan agribisnis ini merujuk pada teori pengambilan keputusan inovasi (Rogers, 1995), di mana tindakan petani sebagai konsekuensi atas keputusan yang telah diambilnya dikategorikan menjadi : (1) mengadopsi/bermitra dan (2) tidak mengadopsi/menolak bermitra. Pola kemitraan agribisnis dapat dikatakan sebagai suatu inovasi, yaitu sesuatu yang baru bagi petani. Pengertian baru disini bisa baru sama sekali, bisa juga cara-cara lama yang mengalami pembaharuan. Kebiasaan bekerja sama atau kemudian disebut dengan bermitra sudah menjadi kebiasaan petani bahkan sebagai cara hidup petani, namun pola kemitraan dikatakan menjadi sesuatu yang baru karena didalamnya juga terlibat pihak-pihak yang berasal dari luar sistem sosial petani serta diterapkan aturanaturan, cara-cara yang berbeda dengan kebiasaan petani sebelumnya. Penelitian ini ingin membuktikan bahwa keputusan petani dalam bermitra tersebut dilatarbelakangi berbagai peubah. Apabila keputusan tersebut diimplementasikan dalam kegiatan nyata maka hal itu merupakan konsep perilaku. Perilaku yang dimaksud di sini adalah tindakan petani dalam usaha pemenuhan kebutuhan hidupnya. Petani melakukan adaptasi ekologis (pemanfaatan lahannya), serta adaptasi sosial melalui pembentukan ikatan. Pola kemitraan merupakan bentuk dari ikatan petani dalam melakukan adaptasi sosial. Beberapa kategori tindakan petani dapat dilihat pada matrik berikut: Kategori Tindakan Petani dan Ciri-cirinya No. Kategori Tindakan Ciri-ciri 1. Subsisten Usahatani untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, tidak mengejar keuntungan maksimal. Cenderung memilih tanaman pangan daripada tanaman perdagangan Tidak menambah jam kerja bila kebutuhan kalori minimum terpenuhi, dan dana untuk kebutuhan sosial terpenuhi. Penerapan sistem pemberaan tanah untuk mempertahankan kesuburan, dan diversivikasi tanaman untuk mengurangi resiko.
57 2. Menolak Inovasi Memilih teknologi pertanian yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan pokok. Tidak mencoba hal baru yang belum pasti hasilnya. Tidak berani mencoba suatu inovasi yang akan mengancam kelanjutan hidup diri dan keluarganya. 3. Terikat Tradisi Tindakan petani banyak ditentukan oleh kesepakatan komunitas Ada dorongan bagi petani untuk seragam dengan petani lainnya dalam komunitas tersebut. Berusaha menjaga hubungan baik dengan tetap berpegang pada nilai tradisional untuk menjamin kebutuhan hidupnya Menciptakan lembaga -lembaga yang dalam keadaan normal menjamin orang-orang paling lemah agar terhindar dari kehancuran ketika menghadapi masalah Mempertahankan ketergantungan pada patron untuk menjamin subsistensi. 4. Rasional (Komersial) Berbuat dalam situasi-situasi yang memberikan alternatif-alternatif tertentu, dan mengejar tujuantujuan tertentu. 5. Terbuka terhadap inovasi Dalam melakukan tindakan ini individu mengumpulkan informasi, mencatat kemungkinankemungkinan serta hambatan-hambatan, dan mencoba meramalkan konsekuensi-konsekuensi yang mungkin dari beberapa alternatif tindakan itu. Sangat tanggap terhadap hal -hal yang baru Berani menghadapi resiko Melakukan investasi demi meningkatkan kondisi kehidupannya Peubah yang Mempengaruhi Laju Adopsi Inovasi Pertanian Dalam kaitannya dengan adopsi inovasi, selain karakteristik petani Rogers (1995) mengemukakan lima peubah yang mempengaruhi laju adopsi suatu sistem sosial yaitu: (1) ciri-ciri inovasi, (2) tipe keputusan inovasi, (3) ciri sistem sosial, (4) sifat saluran komunikasi yang digunakan untuk menyebarkan inovasi dalam proses keputusan inovasi, (5) gencarnya usaha agen pembaharu dalam mempromosikan inovasi. Rincian tentang peubah yang mempengaruhi kecepatan adopsi inovasi dijelaskan pada matrik berikut:
58 Peubah yang Mempengaruh Laju Adopsi Inovasi No. Peubah Uraian 1. Karakteristik Petani Tingkat Subsistensi, tingkat pendidikan, umur, modal, status sosial ekonomi petani, aksesibilitas petani pada fasilitas kredit. 2. Ciri Inovasi Keuntungan relatif, tingkat kerumitan, tingkat kesesuaian, tingkat kemungkinan dicoba,tingkat kemungkinan dilihat hasilnya. 3. Tipe Keputusan Inovasi Keputusan individu, keputusan kelompok 4. Ciri Sistem Sosial Struktur komunitas, nilai budaya 5. Saluran Komunikasi Interpersonal, media massa 6. Promosi Inovasi oleh Agen Pembaharu 7. Pengaruh dari Luar Komunitas Frekuensi dan intensitas Kolonialisasi, modernisasi, dan komersialisasi Keputusan petani untuk bermitra atau tidak bermitra dipahami sebagai tindakan rasional petani berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang matang. Analisis proses bermitra dan alasan-alasan bermitra atau menolak bermitra menjadi dasar pemahaman terhadap makna keputusan yang diambil oleh petani. Keterlibatan petani dalam pola kemitraan agribisnis diduga mempengaruhi kinerja petani dalam mengelola usahanya. Penelitian ini juga mempelajari bagaimana pengaruh pola kemitraan terhadap kinerja petani. Beberapa variabel yang diharapkan mampu menjelaskan keputusan petani dalam mengadopsi pola kemitraan agribisnis di empat kabupaten penghasil sayuran di Propinsi Jawa Barat, adalah karakteristik individu, kondisi lingkungan sosial dan fisik, pengetahuan petani tentang pola kemitraan, persepsi petani tentang ciri inovasi pola kemitraan dan kinerja petani dalam mengelola usahataninya. Berdasarkan hasil penelusuran literatur variabel yang diduga berpengaruh terhadap keputusan petani dalam mengadopsi pola kemitraan agribisnis secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 5.
59 KARAKTERISTIK INDIVIDU X1. Umur X.2. Tingkat Pendidikan X3. Dimensi Usaha X3.1. Skala Usaha X3.2. Pengalaman Berusahatani X3.3. Jumlah sayuran X3.4. Kepastian Pasar X4. Tingkat Kebutuhan Bermitra. X4.1. Kebutuhan Modal X4.2. Kebutuhan Pembinaan X4.3. Kebutuhan Pemasaran X5. Ciri Kewirausahaan X5.1. Keinovatifan X5.2. Kreativitas X6. LINGKUNGAN X6.1 Tingkat Konformitas X6.2. Tingkat Ketersediaan Sarana Transportasi dan Telekomunikasi X6.3. Tingkat Ketersediaan Sarana Pembelajaran X6.4. Tingkat Ketersediaan Sarana Kredit X6.5. Sumber Informasi yang digunakan X7. PENGETAHUAN TTG POLA KEMITRAAN Nama Lembaga Pola Kemitraan dan Sistem Kerjasama Y1 = KEPUTUSAN BERMITRA Bermitra Tidak Bermitra X8. PERSEPSI TENTANG CIRI INOVASI KEMITRAAN X8.1. Tk. Keuntungan Relatif (Harga, Produktivitas, Pendapatan, Resiko Usaha ) X8.2. Tk. Kerumitan (Teknis Budidaya, Aturan/ Prosedur,Standar Mutu ) X8.3. Tk.Kesesuaian (Pelayanan dan Kebutuhan, Jenis Tan. & KondisiLahan) X8.4. Tk. Kemungkinan Dicoba (Kebutuhan modal,tenaga kerja) X8.5. Tk. Kemudahan dilihat Hasilnya (Kemudahan Pencapain Mutu, kontinyuitas, dan Kuantitas, Kejelasan Peranan, Pelaksanaan Kesepakatan ) Y2= MANFAAT KEMITRAAN BAGI PETANI Y2.1. Manfaat Ekonomi (Pendapatan, Harga, Produktivitas, Intensitas Modal & Tenaga Kerja, Resiko Usaha) Y2. 2. Manfaat Teknis (Penggunaan Teknologi & Mutu Produk) Y2.3. Manfaat Sosial (Kelanjutan Kerjasama, Kelestarian Lingkungan) STRATEGI KEMITRAAN AGRIBISNIS YANG BERKELANJUTAN Gambar 5. Keputusan Adopsi Inovasi Pola Kemitraan Agribisnis Sayuran dan Manfaat Kemitraan Agribisnis Bagi Petani
60 Karakteristik individu dan lingkungan mempengaruhi pengetahuan petani tentang pola kemitraan dan persepsinya tentang inovasi pola kemitraan agribisnis. Keterlibatan petani dalam kemitraan agribisnis akan mempengaruhi kinerja petani dalam mengelola usahanya. Jadi akan dibuktikan bahwa pola kemitraan merupakan wadah atau kesempatan bagi petani untuk belajar teknologi dan manajemen usaha Hasil penelitian ini diharapkan dapat menemukan beberapa pola kemitraan agribisnis khususnya pada kasus usaha sayuran dataran tinggi dan peubah-peubah yang mempengaruhi petani untuk bermitra atau tidak bermitra. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat merancang strategi kemitraan agribisnis yang berkelanjutan, yang dapat meningkatkan kinerja petani kecil. Hipotesis Penelitian 1. Keputusan bermitra dipengaruhi oleh karakteristik individu, lingkungan fisik dan sosial, pengetahuan tentang pola kemitraan dan persepsi petani tentang ciri-ciri inovasi pola kemitraan. Kesamaan persepsi tentang ciri-ciri inovasi pola kemitraan antara perusahaan dan petani akan mempengaruhi kelanjutan kerjasamanya. 2. Kerjasama petani dan perusahaan dalam pola kemitraan agribisnis akan bermanfaat bagi peningkatan kinerja petani dalam mengelola usahanya.