BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia yang sering disebut sebagai masa pubertas yaitu masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Dilihat dari segi penduduk, 73,4% penduduk dunia adalah remaja. Indonesia menempati urutan nomor 4 dunia dalam hal jumlah penduduk, dengan remaja sebagai bagian dari penduduk yang ada. Di Asia Pasifik, dimana penduduknya merupakan 60% dari penduduk dunia, seperlimanya adalah remaja umur 10-19 tahun. Penduduk Indonesia kelompok usia 10-19 tahun adalah sekitar 22% dimana 50,9% adalah laki-laki, dan 49,1% adalah perempuan (Biro Pusat Statistik, 1999). Pada masa pubertas, remaja akan mengalami suatu perubahan fisik, emosional dan sosial sebagai ciri dalam masa pubertas, dan dari berbagai ciri pubertas tersebut, menstruasi merupakan perbedaan yang mendasar antara pubertas pria dan pubertas wanita (Sarwono, 2005). Menarche adalah saat haid/menstruasi yang datang pertama kali yang sebenarnya merupakan puncak dari serangkaian perubahan yang terjadi pada seorang remaja putri yang sedang menginjak dewasa dan sebagai tanda bahwa ia sudah mampu hamil. Namun perlu diingat bahwa jiwa remaja masih belum stabil dan belum mampu mandiri secara ekonomi maupun sosial, jadi ia belum siap untuk hamil, yang terbaik adalah remaja putri mempersiapkan diri untuk 1
mandiri, mencapai tingkat pendidikan yang diwajibkan yaitu paling sedikit 9 tahun, memasuki pernikahan yang direstui orang tua dan masyarakat, kemudian merencanakan kehamilan pada usia 20-30 tahun. Usia remaja putri saat mengalami menarche bervariasi lebar, yaitu antara usia 10-16 tahun, tetapi rata-rata pada usia 12,5 tahun. Statistik menunjukkan bahwa usia menarche dipengaruhi faktor keturunan, keadaan gizi dan kesehatan umum (Sarwono, 2005). Pada umumnya remaja putri belajar tentang menstruasi dari ibunya, tapi tidak semua ibu memberikan informasi yang memadai kepada putrinya bahkan sebagian enggan membicarakan secara terbuka sampai putrinya mengalami menstruasi. Sehingga hal ini menimbulkan kecemasan pada anak, bahkan sering tumbuh keyakinan bahwa menstruasi itu sesuatu yang tidak menyenangkan atau serius. Dengan kata lain, dia mengembangkan sikap negatif tentang menstruasi. Ia mungkin merasa malu dan melihatnya sebagai penyakit. Khususnya jika ketika mengalaminya ia merasa letih atau terganggu (Manuaba, 1999). Selain dari ibu, informasi tentang menstruasi dapat diperoleh dari kakak perempuan atau saudara perempuan lain seperti bibi, sepupu, dan lain-lain. Selain itu, dapat juga diperoleh dari teman atau paparan informasi seperti televisi, radio, majalah, koran, buku, internet, iklan, jurnal, paper, dan lainlain. 2
Agar anak perempuan dapat melewati masa menarche dengan baik maka diperlukan peran keluarga untuk memberikan pengetahuan kepada anak perempuan tentang menstruasi. Pengetahuan yang harus diberikan kepada anak tentang menstruasi yaitu pengertian menstruasi, fisiologi menstruasi, gangguan menstruasi, menjaga kebersihan alat kelamin saat menstruasi (Kadarusman, 2004). Sejak tahun 2000, pemerintah mencanangkan suatu program yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi remaja yang sasarannya adalah siswa SLTP, SLTA dan Remaja Karang Taruna. Pelaksanaan program ini secara lintas sektoral instansi pemerintah dan swasta seperti Pemda, Dinas Kesehatan, BKKBN, Polri dan LSM yang berasal dari masyarakat itu sendiri dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan remaja tentang kesehatan reproduksi dan penyakit menular seksual (Llywellyn-Jones, 1997). Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1475/MENKES/SK/X/2003 Tentang Standar Pelayanan Minimal Kesehatan Kabupaten/Kota mentargetkan 80% untuk cakupan pelayanan kesehatan remaja tahun 2010. Dari hasil prasurvei terdapat 151 remaja putri siswi kelas VII di SMP Negeri 2 Losari Brebes dan terdapat beberapa siswi yang belum mengerti dengan jelas tentang menstruasi karena kurangnya sumber informasi. Berdasarkan fenomena di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui adakah hubungan faktor keluarga dengan pengetahuan menstruasi remaja putri kelas VII di SMP Negeri 2 Losari Brebes. 3
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Adakah hubungan faktor keluarga dengan pengetahuan remaja putri kelas VII tentang menstruasi di SMP Negeri 2 Losari Brebes tahun 2009? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menjelaskan hubungan faktor keluarga dengan pengetahuan menstruasi remaja putri kelas VII di SMP Negeri 2 Losari Brebes tahun 2009. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan informasi dari ibu tentang menstruasi pada remaja putri kelas VII SMP Negeri 2 Losari Brebes tahun 2009. b. Mendeskripsikan informasi dari kakak perempuan tentang menstruasi pada remaja putri kelas VII SMP Negeri 2 Losari Brebes tahun 2009. c. Mendeskripsikan informasi dari saudara perempuan lain tentang menstruasi pada remaja putri kelas VII SMP Negeri 2 Losari Brebes tahun 2009. d. Mendeskripsikan pengetahuan menstruasi remaja putri kelas VII SMP Negeri 2 Losari Brebes tahun 2009. e. Menganalisis hubungan faktor keluarga dengan pengetahuan menstruasi remaja putri kelas VII SMP Negeri 2 Losari Brebes tahun 2009. 4
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat : 1. Bagi Instansi Pendidikan Sebagai masukan informasi bagi sekolah mengenai pengetahuan remaja putri tentang menstruasi. 2. Bagi Institusi Kesehatan Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukkan untuk memperluas wawasan tentang menstruasi, khususnya bagi mahasiswi jurusan kebidanan. 3. Bagi Peneliti Dapat memberikan masukan hal-hal apa saja yang telah diteliti sehingga digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya. 4. Bagi Responden Agar remaja putri di SMP Negeri 2 Losari Brebes mengerti tentang menstruasi. 5. Bagi Keluarga Dapat memberi motivasi kepada keluarga untuk lebih peduli terhadap remaja putri dengan memberi pengetahuan yang benar tentang menstruasi. 6. Bagi PKK Sebagai masukan untuk melaksanakan program PKK khususnya mengenai kesehatan reproduksi remaja. 5