BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tidur malam terhadap skor indeks plak dan ph saliva telah dilakukan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 1 : Data ph plak dan ph saliva sebelum dan sesudah berkumur Chlorhexidine Mean ± SD

BAB III METODE PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta yang berusia tahun. Penelitian ini. n= Z 2 p.q d 2 n= 1,96 2.0,5.0,25 0,25 2 n= 7,68

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian tentang perbedaan derajat keasaman ph saliva antara sebelum

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dokter Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pengambilan sampel

BAB I PENDAHULUAN. Community Dental Oral Epidemiologi menyatakan bahwa anakanak. disebabkan pada umumnya orang beranggapan gigi sulung tidak perlu

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 30 mahasiswa FKG UI semester VII tahun 2008 diperoleh hasil sebagai berikut.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang masih perlu mendapat perhatian. Menurut Pintauli dan Hamada (2008),

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian klinis laboratoris dengan

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di

BAB 1 PENDAHULUAN. Kerusakan pada gigi merupakan salah satu penyakit kronik yang umum

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang menggalakkan pemakaian bahan alami sebagai bahan obat,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk

BAB I. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN. (Garcinia Mangistan Linn.) terhadap penurunan indeks plak, yang menggunakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tempat, yaitu PAUD Amonglare, TK Aisyiyah Bustanul Athfal Godegan,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keparahan karies gigi pada anak usia 4-6 tahun merupakan penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai gizi, berdasarkan data terbaru pada tahun , masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempengaruhi derajat keasaman saliva. Saliva memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. kelamin, usia, ras, ataupun status ekonomi (Bagramian R.A., 2009). Karies

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan TK Aisyiyah Bustanul Atfal Godegan.

BAB 1 PENDAHULUAN. (SKRT, 2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05%. 1 Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia sekolah adalah investasi bangsa karena mereka adalah generasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rendah (Depkes RI, 2005). Anak yang memasuki usia sekolah yaitu pada usia 6-12

BAB 1 PENDAHULUAN. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas

BAB 1 PENDAHULUAN. saliva yaitu dengan ph (potensial of hydrogen). Derajat keasaman ph dan

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun prevalensi masalah kesehatan gigi dan mulut penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian yang utuh dari kesehatan

Bayyin Bunayya Cholid*, Oedijani Santoso**, Yayun Siti Rochmah***

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. Penelitian tentang perbedaan status karies pada anak Sekolah Dasar yang

BAB I PENDAHULUAN. dari sisa makanan, menghilangkan plak dan bau mulut serta memperindah

KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH KEBIASAAN MENYIKAT GIGI SEBELUM TIDUR MALAM TERHADAP SKOR INDEKS PLAK DAN PH SALIVA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Plak merupakan penyebab utama dari penyakit periodontal (Manson

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling dominan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh, baik bagi anak-anak, remaja maupun orang dewasa. 1,2

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kotoran lain yang berada di atas permukaan gigi seperti debris, karang gigi, atau

BAB I PENDAHULUAN. lengkung rahang dan kadang-kadang terdapat rotasi gigi. 1 Gigi berjejal merupakan

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i PRASYARAT... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii LEMBAR PENGUJI... iv

Lampiran 1. Skema Alur Pikir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Makanan kariogenik menjadi makanan kegemaran anak karena bentuknya

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk meningkatkan kesehatannya, tetapi masih banyak orang yang

BAB IV HASIL PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui gambaran umum responden penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kismis adalah buah anggur (Vitis vinivera L.) yang dikeringkan dan

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Desain penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental klinis.

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang

PENGARUH MENGUNYAH BUAH BELIMBING WULUH DAN JERUK KEPROK TERHADAP

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

PERBEDAAN ANGKA RATA-RATA KARIES GIGI ANTARA MASYARAKAT BALI VEGETARIAN DAN NONVEGETARIAN DI DESA BASARANG JAYA KABUPATEN KAPUAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelum tidur malam, hal itu dikarenakan agar sisa-sisa makanan tidak menempel di

BAB I PENDAHULUAN. Mulut sangat selektif terhadap berbagai macam mikroorganisme, lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula seperti sukrosa.

BAB I PENDAHULUAN. indeks caries 1,0. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 melaporkan bahwa

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. saliva mayor yang terdiri dari: parotis, submandibularis, sublingualis, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. anak-anak sampai lanjut usia. Presentase tertinggi pada golongan umur lebih dari

PENGARUH METODE MENGGOSOK GIGI SEBELUM MAKAN TERHADAP KUANTITAS BAKTERI DAN Ph SALIVA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 90% yaitu kelenjar parotis memproduksi sekresi cairan serosa, kelenjar

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORETIS. renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya

BAB I PENDAHULUAN. 25,9%, tetapi hanya 8,1% yang mendapatkan perawatan. 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh keseluruhan (Tambuwun et al., 2014). Kesehatan gigi dan mulut tidak

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi gula adalah masalah utama yang berhubungan dengan. dan frekuensi mengkonsumsi gula. Makanan yang lengket dan makanan yang

BAB I PENDAHULUAN. Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya berkaitan dengan kebersihan gigi dan mulut. Faktor penyebab dari

BAB I PENDAHULUAN. seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan insulin, baik total ataupun sebagian. DM menunjuk pada. kumpulan gejala yang muncul pada seseorang yang dikarenakan oleh

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Desain penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental klinis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies gigi merupakan masalah utama dalam kesehatan gigi dan mulut

BAB I PENDAHULUAN. Mulut memiliki lebih dari 700 spesies bakteri yang hidup di dalamnya dan. hampir seluruhnya merupakan flora normal atau komensal.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak/biofilm, dan diet. Komponen diet

BAB 2 PENGARUH PLAK TERHADAP GIGI DAN MULUT. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifactorial yaitu adanya beberapa faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah. Anak

KUESIONER. PETUNJUK: Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan melingkari jawaban yang tepat.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Gigi dan Mulut dan Ilmu Penyakit Dalam.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tubuh manusia memiliki organ pencernaan yang salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2013 menunjukkan urutan pertama pasien

BAB I PENDAHULUAN. makanan sehingga membantu pencernaan, untuk berbicara serta untuk

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah dengan kesehatan gigi dan mulutnya. Masyarakat provinsi Daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 2004, didapatkan bahwa prevalensi karies di Indonesia mencapai 85%-99%.3

BAB I PENDAHULUAN. dan mulut yang memiliki prevalensi tinggi di masyarakat pada semua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Rongga mulut manusia tidak pernah terlepas dari bakteri. Dalam rongga mulut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dentin sehingga melarutkan mineral (Featherstone, 2008). Karies dapat. mikroorganisme, substrat, dan waktu (McDonald, 2004)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat difermentasi

PENGARUH VISKOSITAS SALIVA TERHADAP PEMBENTUKAN PLAK GIGI PADA MAHASISWA POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL Penelitian mengenai pengaruh kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur malam terhadap skor indeks plak dan ph saliva telah dilakukan kepada siswa Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta berusia 15-17 tahun yang terdiri dari dua kelompok, kelompok yang melakukan kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur malam sebanyak 13 anak dan kelompok yang tidak melakukan kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur malam sebanyak 13 anak. Skor indeks plak dan nilai ph saliva anak yang melakukan kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur malam akan dibandingkan dengan skor indeks plak dan nilai ph anak yang tidak melakukan kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur malam untuk melihat perbedaan skor indeks plak dan ph saliva. Hasil yang diperoleh dapat disajikan sebagai berikut Table 1. Rerata skor indeks plak dan simpangan baku Kelompok N Rerata Skor Indeks Plak ( ± SD) Kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur malam 13 0.3869± 0.17370 Tidak melakukan kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur malam 13 0.5823± 0.27102 39

54 Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata skor indeks plak pada kelompok yang melakukan kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur malam sebesar 0.3869 yang berarti lebih rendah dibanding dengan skor indeks plak kelompok yang tidak melakukan kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur malam yaitu sebesar 0.5823. Table 2. Rerata Nilai ph saliva dan simpangan baku Kelompok N Rerata ph ( ± SD) Kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur malam 13 7.1331 ± 0,14522 Tidak melakukan kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur malam 13 6.8162 ± 0,42009 Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata ph saliva pada kelompok yang melakukan kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur malam sebesar 7.1331 yang berarti lebih tinggi dibanding dengan nilai ph saliva kelompok yang tidak melakukan kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur malam yaitu sebesar 6.8162. Penelitian ini menggunakan data nominal sehingga diperlukan uji normalitas. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji penyebaran data pada kelompok yang melakukan kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur malam dan yang tidak melakukan kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur malam. Uji normalitas yang digunakan adalah Shapiro-Wilk, karena jumlah sampel kurang dari 50. Nilai signifikansi pada data skor plak pada masing-masing kelompok adalah p=0,546 dan

55 p=0,069. Nilai signifikansi pada data ph saliva pada masing-masing kelompok adalah p=0,3 dan p=0,192. Seluruh data memiliki nilai p>0,05, maka dapat disimpulkan bahwa sebaran data dalam penelitian adalah normal. Berdasarkan hasil analisis data diatas, didapatkan bahwa distribusi data adalah normal, sehingga dapat dilakukan uji parametrik menggunakan independent t-test untuk membuktikan bahwa perbedaan skor indeks plak dan ph saliva antara kelompok yang melakukan kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur malam dan kelompok yang tidak melakukan kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur malam dikatakan signifikan. Hasil data uji t tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Table 3. Uji statistik Independent T-Test Sig.2 tailed Indeks Plak 0,040 ph saliva 0,021 Hasil analisis menggunakan uji independent t-test menunjukkan bahwa nilai signifikansi skor indeks plak sebesar 0,040 (p < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan skor indeks plak yang bermakna antara kelompok yang mempunyai kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur malam dan yang tidak mempunyai kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur malam. Nilai signifikansi ph saliva sebesar 0,021 (p < 0,05), maka dapat dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rerata ph saliva yang bermakna antara kelompok yang mempunyai kebiasaan

56 menyikat gigi sebelum tidur malam dan yang tidak mempunyai kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur malam. Hasil analisis bivariat menunjukkan nilai korelasi antara skor indeks plak dan ph saliva sebesar -0,272 yang berarti hubungan antara skor indeks plak dan ph saliva lemah dan tidak searah, yang berarti semakin besar skor indeks plak maka semakin kecil nilai ph saliva. Berdasarkan perhitungan uji korelasi pearson, angka signifikansi yang didapat adalah 0,179. Nilai p tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara skor indeks plak dengan ph saliva tidak signifikan (p>0,05).

57 B. PEMBAHASAN Penelitian dilakukan pada 26 orang siswa laki-laki berusia 15-17 tahun yang telah memenuhi kriteria inklusi. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian klinis laboratoris. Penelitian telah dilakukan pada bulan Desember 2016 Maret 2017 bertempat di Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta. Kegiatan menyikat gigi merupakan cara mekanis yang paling efektif dalam menghilangkan plak dan membersihkan sisa makan yang menempel pada gigi. Kebiasaan menyikat gigi yang dianjurkan adalah setelah sarapan dan sebelum tidur malam, tetapi sebagian besar orang masih sedikit yang melakukan kebiasaan menyikat gigi sesuai dengan anjuran yang ada. Sekresi saliva pada malam hari lebih rendah daripada siang hari karena pada siang hari banyak terdapat stimulasi yang mampu merangsang kelenjar saliva (Amerongen, 1991). Sekresi saliva di malam hari yang rendah ditambah kebersihan rongga mulut yang buruk menyebabkan akumulasi plak mudah terbentuk, maka dari itu diperlukan upaya untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut di malam hari sehingga akumulasi sisa makanan dan plak selama tidur dapat dikurangi, salah satunya dengan melakukan kebiasan menyikat gigi sebelum tidur malam. Skor Indeks plak kelompok anak yang melakukan kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur malam lebih rendah dibandingkan kelompok yang tidak melakukan kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur malam. Skor indeks plak kelompok yang melakukan kebiasaan menyikat gigi sebelum

58 tidur malam adalah 0.3869 sedangkan skor indeks plak anak yang tidak melakukan kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur malam adalah 0.5823. Berdasarkan hasil uji menggunakan independent t-test, terdapat perbedaan skor indeks plak yang bermakna antara kelompok anak yang melakukan kebiasan menyikat gigi sebelum tidur malam dan yang tidak (p < 0,05). Perbedaan skor indeks plak antara kedua kelompok tersebut dapat terjadi karena adanya perlakuan kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur malam. Kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur malam dapat mengurangi akumulasi plak. Menyikat gigi secara langsung mampu mengangkat plak secara mekanis, selain itu menyikat gigi juga mampu membersihkan sisasisa makanan yang menempel di permukaan gigi, dimana sisa makanan terutama yang mengandung karbohidrat jenis sukrosa akan menghasilkan dekstran dan levan yang memegang peranan penting dalam pembentukan matriks plak (Putri, 2010). Rerata nilai ph saliva pada kelompok yang melakukan kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur malam lebih tinggi dibandingkan kelompok yang tidak melakukan kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur malam. Rerata nilai ph kelompok yang melakukan kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur malam adalah 7.1331 sedangkan rerata ph saliva anak yang tidak melakukan kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur malam adalah 6.8162. Berdasarkan hasil uji menggunakan independent t-test, terdapat perbedaan ph saliva yang bermakna antara kelompok yang melakukan kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur malam dan yang tidak (p < 0,05).

59 Perbedaan rerata ph saliva antara kedua kelompok tersebut terjadi karena kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur malam dapat mengurangi akumulasi sisa makanan dan plak di malam hari. Akumulasi plak yang terjadi terus menerus, dapat meningkatkan kolonisasi bakteri, dimana peningkatan kuantitas bakteri akan memperburuk kesehatan gigi dan mulut diikuti dengan perubahan pada ph saliva. Bakteri kariogenik dalam plak memetabolisme gula yang ada dalam makanan untuk membentuk asam yang dapat menurunkan ph saliva (Marsh, 2010). Penelitian Pradhan (2012) menunjukkan bahwa dengan adanya plak dapat meningkatkan lama waktu pembersihan sukrosa di rongga mulut. Plak dapat berperan sebagai penampung sukrosa, nantinya sukrosa tersebut akan dilepaskan ke saliva, dan kemudian akan dimetabolisme oleh bakteri sehingga menghasilkan asam (Kumar, 2011). Kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur malam dapat mengurangi akumulasi plak dan sisa makanan sehingga ph saliva tetap terjaga. Pada malam hari terutama saat tidur, sekresi saliva akan mengalami penurunan, hal ini disebabkan karena berkurangnya produksi saliva oleh kelenajar parotis, kelenjar sublingual, dan kelenjar submandibula, bahkan kelenjar parotis pada malam hari hampir sama sekali tidak menghasilkan saliva (Amerongen, 1991). Sekresi saliva yang berkurang di malam hari dapat mengurangi efek protektif saliva dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut. Sekresi saliva yang berkurang menyebabkan berkurangnya kemampuan membersihkan sisa makanan,

60 mematikan bakteri, kemampuan menetralkan asam serta kemampuan meremineralisai email (Kidd E., 2005). Kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur malam mampu menjaga kebersihan gigi dan mulut di malam hari tetap terjaga dengan cara membersihkan sisa makanan dan mengangkat plak gigi, sehingga menyikat gigi sebelum tidur malam dapat membantu menggantikan fungsi saliva yang berkurang di malam hari. Hal ini dibuktikan dengan skor indeks plak yang lebih rendah dan rerata ph saliva yang lebih tinggi pada kelompok yang mempunyai kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur malam dibanding dengan kelompok yang tidak mempunyai kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur malam. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur malam terhadap skor indeks plak dan ph saliva. Hasil korelasi antara skor indeks plak dan ph saliva dilihat menggunakan uji korelasi pearson. Hasil dari uji korelasi ini adalah terdapat korelasi negatif yang lemah dan tidak signifkan antara skor indeks plak dan ph saliva pada seluruh subjek. Korelasi negatif disini menunjukkkan bahwa skor indeks plak tidak berbanding lurus dengan peningkatan ph saliva, dimana semakin besar skor indeks plak maka semakin kecil nilai ph saliva. Hasil ini sesuai dengan penelitian Kumar (2011) yang menunjukkan bahwa setelah mengkonsumsi larutan yang mengandung sukrosa, anak dengan plak yang tinggi mempunyai ph saliva yang lebih rendah dibanding dengan anak yang bebas plak. Meskipun

61 demikian, nilai signifikansi dalam penelitian ini menunjukkan tidak terdapat korelasi yang bermakna antara skor plak dan ph saliva. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Pradhan (2012) yang menunjukkan terdapat korelasi yang bermakna antara perubahan ph saliva seiring dengan peningkatan skor plak. Tidak adanya korelasi yang bermakna antara skor indeks plak dan ph saliva dimungkinkan karena jumlah sampel penelitian yang sedikit dan kurang bervariasinya skor indeks plak dan ph saliva. Selain itu, keasamaan saliva tidak hanya dipengaruhi oleh banyaknya produksi asam yang dihasilkan oleh bakteri pada plak gigi, tetapi juga oleh produksi asam yang dihasilkan bakteri yang ada pada lidah, dan jaringan lunak lain termasuk pada saliva itu sendiri (Stephan, 1994 cited in Kumar, 2011).