I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak/biofilm, dan diet. Komponen diet

Transkripsi

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karies gigi atau yang biasa dikenal dengan gigi berlubang adalah hasil interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak/biofilm, dan diet. Komponen diet khususnya karbohidrat akan difermentasikan oleh bakteri plak menjadi asam, terutama asam laktat dan asetat. Proses tersebut bila terjadi dalam waktu yang cukup lama akan menyebabkan demineralisasi jaringan keras gigi (Putri dkk., 2012). Tindakan yang tepat untuk mencegah terjadinya karies gigi adalah dengan mengontrol plak atau mengendalikan efek dari mikroba yang terdapat dalam plak gigi. Strategi pencegahan tersebut diantaranya adalah dengan cara mekanis, kimiawi, disiplin diet gula, serta penggunaan pit dan fissure sealant. Pencegahan kimiawi dapat dilakukan dengan pemakaian fluor dan bahan antimikroba untuk menekan pertumbuhan bakteri kariogenik (Sriyono, 2011). Sekitar 300 macam spesies bakteri ditemukan dalam rongga mulut manusia. Salah satu diantaranya adalah Streptococcus mutans, yang menjadi penyebab utama karies gigi. Bakteri Streptococcus mutans mempunyai sifat menempel pada , menghasilkan asam, dan dapat hidup dalam suasana asam serta tumbuh pesat di lingkungan yang kaya sukrosa. Streptococcus mutans juga menghasilkan bakteriosin, yaitu suatu substansi yang dapat membunuh organisme kompetitornya (Putri dkk., 2012). Menurut Roeslan (2002), plak gigi yang banyak mengandung Streptococcus mutans akan menghasilkan produk asam dengan konsentrasi tinggi yang terlokalisir pada permukaan . Plak gigi tersebut juga 1

2 2 menghalangi aktivitas saliva dalam melakukan perlindungan pada permukaan gigi. Akibatnya, asam tidak dapat terdifusi ke dalam saliva sehingga akan menyebabkan demineralisasi pada . Indonesia memiliki berbagai macam keanekaragaman tanaman yang dapat digunakan sebagai obat herbal, salah satunya adalah sirih merah (Piper crocatum). Manfaat sirih merah banyak dibicarakan oleh masyarakat, namun Evidence Based Medicine mengenai pemanfaatan sirih merah masih sangat terbatas (Juliantina dkk., 2009). Air rebusan sirih merah dipercaya secara turun-temurun oleh masyarakat Indonesia untuk menjaga kesehatan rongga mulut (Werdhany dkk., 2008). Menurut Sudewo (2010), daun sirih merah memiliki berbagai kandungan antara lain flavonoid, senyawa polifenolat, tanin, dan minyak atsiri. Zat aktif yang terdapat dalam daun sirih merah dapat berkhasiat antara lain sebagai antiseptik, analgesik, antikejang, mempertahankan kekebalan tubuh dan menghilangkan bengkak atau radang. Penelitian tentang rebusan dan seduhan daun sirih merah terhadap pertumbuhan bakteri penyebab karies gigi pernah diteliti oleh Pusparani (2013) dan Aini (2013). Pusparani (2013) meneliti pengaruh cara pengolahan dan jumlah daun sirih merah (Piper crocatum) terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans. Hasil yang diperoleh adalah rebusan 20 lembar daun sirih merah paling efektif dalam menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans dibandingkan dengan rebusan 10 lembar, seduhan 20 lembar, dan seduhan 10 lembar. Penelitian oleh Aini (2013), menguji pengaruh cara pengolahan dan jumlah daun sirih merah (Piper crocatum) terhadap pertumbuhan Lactobacillus acidophilus. Hasil yang

3 3 diperoleh menunjukkan bahwa air rebusan daun sirih merah lebih menghambat pertumbuhan bakteri Lactobacillus acidophilus daripada air seduhan daun sirih merah. Air garam pada konsentrasi rendah akan merangsang pertumbuhan bakteri. Namun, garam murni dengan konsentrasi yang tinggi dapat bersifat toksik (Takada dan Fukushima, 1986). Larutan garam (NaCl) yang memiliki tekanan osmotik tinggi dapat memecahkan membran sel bakteri. Garam (NaCl) juga mempunyai sifat higroskopis sehingga dapat menarik air dari dalam sel ke luar sel bakteri (Pramono dkk., 2007). Konsentrasi minimal larutan air garam yang dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans adalah 10%, yang meningkat daya hambatnya sesuai dengan peningkatan konsentrasi (Salam, 2012). Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, tidak menutup kemungkinan bahwa campuran rebusan daun sirih merah (Piper crocatum) dengan garam (NaCl) lebih poten dalam menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans. B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan penulis tersebut maka didapat suatu rumusan masalah yaitu apakah campuran rebusan daun sirih merah (Piper crocatum) dengan garam (NaCl) 10% berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans?

4 4 C. Keaslian Penelitian Pengaruh cara pengolahan dan jumlah daun sirih merah (Piper crocatum) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans pernah diteliti oleh Pusparani (2013). Aini (2013) pernah meneliti pengaruh cara pengolahan dan jumlah daun sirih merah (Piper crocatum) terhadap pertumbuhan bakteri Lactobacillus acidophilus. Kedua penelitian tersebut sama-sama diperoleh hasil bahwa rebusan daun sirih merah dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans dan Lactobacillus acidophillus. Penelitian yang dilakukan Salam (2012) tentang efektivitas larutan air garam terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans, diperoleh kesimpulan bahwa konsentrasi minimal larutan air garam yang dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans adalah 10%. Penelitian tentang pengaruh campuran rebusan daun sirih merah (Piper crocatum) dengan garam (NaCl) 10% terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans sejauh ini belum pernah dilakukan. D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh campuran rebusan daun sirih merah (Piper crocatum) dengan garam (NaCl) 10% terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans.

5 5 E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Sumber informasi bagi masyarakat mengenai campuran rebusan daun sirih merah (Piper crocatum) dengan garam (NaCl) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. 2. Penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk penelitian lebih lanjut dalam usaha mengembangkan campuran rebusan daun sirih merah dengan garam (NaCl), sebagai obat kumur yang lebih aplikatif bagi masyarakat dalam mencegah karies gigi.