BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Rongga mulut manusia tidak pernah terlepas dari bakteri. Dalam rongga mulut

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Rongga mulut manusia tidak pernah terlepas dari bakteri. Dalam rongga mulut manusia terdapat lebih dari tiga ratus spesies bakteri (Wilson dan Kornman, 2003). Di Indonesia, karies gigi merupakan salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001 ditunjukkan bahwa 76.2% anak Indonesia mengalami karies gigi. Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2004 yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan menyebutkan bahwa prevalensi karies gigi di Indonesia berkisar 85-99% (Nurhidayat dkk., 2012). Menurut American Academy of Periodontology (2004), penyebab utama karies gigi adalah plak gigi. Plak gigi adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan bakteri yang berkembang biak di atas suatu matriks, terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang terlihat jelas pada bagian labial/bukal, palatal atau lingual setelah diwarnai dengan disclosing agent (Harty, 1995; Manson dan Eley, 1993). Bakteri yang menempel pada permukaan gigi dapat menyebabkan kerusakan jaringan keras gigi sehingga terjadi karies gigi (Kidd dan Bechal, 1992). Plak gigi dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu plak supragingiva dan plak subgingiva. Plak supragingiva adalah plak yang berada di atas gingival margin dan dapat berkontak langsung dengan gingival margin, sedangkan plak subgingiva adalah plak yang berada di bawah gingival margin, diantara gigi dan epitelium soket gingiva (Carranza dan Newman, 1996). 1

2 2 Pembentukkan plak dapat dikontrol dengan dilakukan kontrol plak (Wolf, 1985). Kontrol plak dapat dilakukan secara mekanis maupun kimiawi (Carranza dan Newman, 1996). Kontrol plak secara mekanis dapat dilakukan dengan menyikat gigi dan penggunaan dental floss, sedangkan secara kimiawi dapat dilakukan dengan berkumur menggunakan obat kumur (Eley dan Manson, 2000). Penggunaan obat kumur hanya sebagai pendukung prosedur kontrol plak secara mekanis, tidak untuk pengganti kontrol plak secara mekanis (Nield-Gehrig dan wilmann, 2008). Obat kumur yang sering digunakan adalah obat kumur yang memiliki kandungan antiseptik, namun penggunaan antiseptik dalam obat kumur dapat berefek karsinogenik. Kandungan antiseptik dalam obat kumur memiliki efek samping terjadinya kanker mulut (Amalia dkk., 2014). Alternatif lain yang dapat digunakan untuk meminimalkan efek samping yaitu dengan penggunaan tanaman yang berkhasiat obat (Oktora, 2006). Belimbing wuluh (Averrhoa blimbi L.) merupakan salah satu buah yang digunakan sebagai obat tradisional yang banyak ditemukan dan dibudayakan di Indonesia (Karon dkk., 2011). Buah belimbing wuluh memiliki kandungan kaya akan asam oxalat, asam amino, asam sitrat, tannin, flavonoid, saponin, triterpenoid, vitamin C, protein, karbohidrat dan mineral (Kumar dkk, 2013; Chowdhury dkk, 2012). Menurut Hayati (2006), Kandungan utama belimbing wuluh (Averrhoa blimbi L.) adalah tanin. Tanin memiliki aktivitas antibakteri yang dapat menghambat pembentukan dinding sel bakteri (Cowan, 1999). Kandungan Flavonoid buah belimbing wuluh (Averrhoa blimbi L.) memiliki aktivitas antibakteri yang dapat menghambat pembentukan sel bakteri serta dapat

3 3 merusak membran sel bakteri (Karon, 2011; Liantari, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Karon dkk. (2011) menunjukkan hasil bahwa ekstrak buah belimbing wuluh dengan pelarut etanol mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri gram positif dan bakteri gram negatif antara lain S. aureus, B. cereus, B. megaterium, Bacillus subtilis, Escherichia coli, dan Salmonella typhi. Pada penelitian yang dilakukan oleh Orientasari (2001) menunjukkan bahwa perasan buah belimbing wuluh konsentrasi 25% mempunyai daya antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Penelitian ini dilakukan pada anak berusia 8-10 tahun. Anak berusia 8-10 tahun dikategorikan anak periode gigi bercampur (Maulani dan Jabilee, 2005). Anak usia 8-10 tahun merupakan satu kelompok yang rentan terhadap penyakit gigi dan mulut karena umumnya anak usia tersebut masih memiliki perilaku atau kebiasaan yang kurang menunjang terhadap kesehatan gigi (Houwink dkk, 1993 sit Silaban, 2010). Anak usia 8-10 tahun merupakan kelompok usia yang kritis terhadap terjadinya karies gigi. Anak usia 8-10 tahun memiliki prevalensi karies gigi yang tinggi hingga mencapai 60-85% (Cahyati, 2013). Pada Penelitian Ashary (2014), didapatkan hasil bahwa prevalensi karies gigi geraham pertama permanen pada anak usia 8-10 tahun yang dilakukan di SD Muhammadiyah Bantul, Yogyakarta mencapai 95%. Anak usia ini memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan dan minuman yang manis sehingga dapat mempercepat pertumbuhan plak gigi yang pada akhirnya dapat mempercepat terjadinya karies gigi (Riani, 2005).

4 4 B. Perumusan Masalah Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan yaitu bagaimana pengaruh berkumur larutan ekstrak buah belimbing wuluh (Averrhoa blimbi L.) konsentrasi 25% terhadap akumulasi plak gigi pada anak berusia 8-10 tahun. C. Keaslian Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh Karon dkk. (2011) menunjukkan bahwa ekstrak buah belimbing wuluh dengan pelarut etanol mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri gram positif dan bakteri gram negatif antara lain S. aureus, B. cereus, B. megaterium, Bacillus subtilis, Escherichia coli, Salmonella typhi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Orientasari (2001) menunujukkan bahwa perasan buah belimbing wuluh konsentrasi 25% secara in vitro dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Penelitian mengenai pengaruh berkumur larutan belimbing wuluh (Averrhoa Blimbi L) terhadap akumulasi plak gigi pada anak berusia 8-10 tahun sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan. Perbedaan penelitian diatas dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah penelitian ini dilakukan secara klinis, langsung dilakukan pada subjek manusia yaitu pada anak usia 8-10 tahun. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berkumur larutan ekstrak buah belimbing wuluh (Averrhoa Blimbi L.) konsentrasi 25% terhadap akumulasi plak pada anak berusia 8-10 tahun.

5 5 E. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi dan pengetahuan di bidang kedokteran gigi anak tentang pengaruh berkumur buah belimbing wuluh (Averrhoa blimbi L.) konsentrasi 25% terhadap akumulasi plak gigi. 2. Penelitian ini dapat dijadikan dasar penelitian selanjutnya dalam usaha mengembangkan buah belimbing wuluh sebagai obat tradisional dalam upaya meningkatkan kesehatan gigi dan mulut masyarakat.