HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel Lampiran 1. Komposisi Kimia Blast Furnace Slag dan Electric Furnace Slag

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH TERAK BAJA TERHADAP SIFAT KIMIA TANAH SERTA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN PADI (Oryza Sativa) PADA TANAH GAMBUT DALAM DARI KUMPEH, JAMBI

PENGARUH RESIDU ELECTRIC FURNACE SLAG

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN. Hasil analisis statistika menunjukkan adaptasi galur harapan padi gogo

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Lampiran 1 Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan tinggi tanaman kedelai dan nilai AUHPGC

IV. HASIL PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eva Tresnawati, 2013

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENGELOLAAN HARA NITROGEN TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tajuk. bertambahnya tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar tajuk, berat kering tajuk

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL

The Effect of Trass and Its Combination with Volcanic Ash on Soil Chemical Properties and Plant Growth of Rice on Peat Soil from Kumpeh, Jambi

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

PERAN BAHAN ORGANIK DAN TATA AIR MIKRO TERHADAP KELARUTAN BESI, EMISI CH 4, EMISI CO 2 DAN PRODUKTIVITAS PADI DI LAHAN SULFAT MASAM RINGKASAN

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Analisis Kimia Tanah Masam Lampung. Tabel 1: Ringkasan hasil analisis kimia tanah masam Lampung

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI VARIETAS MEKONGGA TERHADAP KOMBINASI DOSIS PUPUK ANORGANIK NITROGEN DAN PUPUK ORGANIK CAIR

I. PENDAHULUAN. pokok bagi sebagian besar rakyat di Indonesia. Keberadaan padi sulit untuk

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

Universitas Sumatera Utara

HASIL. Gambar 4 Fluks CH 4 dari beberapa perlakuan selama satu musim tanam pada sawah lahan gambut

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007)

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum

BAHAN DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian Tanjung Selamat, Kecamatan Tuntungan, Kabupaten Deli Serdang

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil percobaan menujukkan bahwa pemberian sludge limbah tapioka dan pupuk

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

EFEKTIFITAS PUPUK HAYATI ECOFERT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG. Syafruddin Balai Penelitian Tanaman Serealia

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Pembuatan Terak Baja dengan Metode Converter dalam Hadisaputra, 2011).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Komposisi Hara pada Terak Baja Komposisi hara pada terak baja ditunjukkan pada Tabel Lampiran 1. Kandungan silikat pada terak baja sangat tinggi yaitu sebesar 14.6%. Hal ini menunjukkan bahwa terak baja merupakan salah satu pupuk silikat. Selain itu, ph terak baja juga cukup tinggi yaitu 11.1. Kadar CaO, MgO, MnO 2 dan Fe 2 O 3 juga terdapat dalam jumlah yang besar pada terak baja. Kandungan basa-basa dan unsur mikro pada terak baja yang cukup tinggi diharapkan dapat meningkatkan ph dan kesuburan tanah sehingga pertumbuhan dan produksi tanaman menjadi lebih baik. 4.2. Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah 4.2.1. ph dan Basa-Basa Dapat Dipertukarkan Hasil analisis ragam (Tabel Lampiran 2, 3, dan 4) menunjukkan bahwa pemberian terak baja sangat nyata pengaruhnya meningkatkan ph tanah dan kandungan basa-basa Ca dan Mg dapat dipertukarkan. Peningkatan ph tanah sejalan dengan dosis terak baja. Nilai ph tertinggi terdapat pada perlakuan NPK 1 + 5% slag, sedangkan nilai ph terendah diperoleh pada kontrol. Makin tinggi dosis terak baja yang diberikan, nilai ph tanah akan semakin meningkat. Peningkatan ph disebabkan adanya penetralan ion H + oleh ion silikat serta pembebasan Ca dan Mg dari dalam terak baja. Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat bahwa basa-basa ditukar meningkat seiring dengan naiknya ph tanah. Peningkatan Ca dan Mg dalam tanah akibat adanya pembebasan Ca dan Mg dari terak baja, yang mana terak baja banyak mengandung unsur tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suwarno dan Goto (1997), bahwa pemberian terak baja dapat meningkatkan ph tanah dan basa-basa dapat ditukar (Ca dan Mg). Berdasarkan kriteria penilaian dari Pusat Penelitian Tanah (Tabel Lampiran 5), kandungan Ca dan Mg dalam perlakuan slag, masing-masing terdapat dalam jumlah sedang dan tinggi.

20 Tabel 4. Pengaruh Terak Baja terhadap ph dan Basa-Basa Dapat Ditukar Perlakuan ph Ca-dd Mg-dd (me/100 g). Kontrol 4.43a 3.91a 1.01a Standar 4.58a 4.43abc 0.97a NPK 1 4.53a 6.09bcd 1.68b NPK 1 + 1% Slag 4.90bc 6.40cde 1.96bc NPK 1 + 2% Slag 5.00bc 7.29def 2.56cd NPK 1 + 3% Slag 5.08cd 8.49efgh 3.00def NPK 1 + 4% Slag 5.13cde 9.00fghi 3.15def NPK 1 + 5% Slag 5.35e 10.83i 3.49f NPK 2 4.80b 4.13ab 0.93a NPK 2 + 1% Slag 4.90bc 6.12bcd 1.58ab NPK 2 + 2% Slag 5.00bc 9.81ghi 2.52cd NPK 2 + 3% Slag 5.05bcd 8.65fghi 2.67de NPK 2 + 4% Slag 5.15cde 8.15defg 2.47cd NPK 2 + 5% Slag 5.28de 10.63hi 3.28ef Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf α = 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT) BASA DAPAT DITUKAR (me/100 g) 12.00 1 8.00 6.00 4.00 2.00 Ca dd Mg dd Gambar 1. Pengaruh Terak Baja terhadap Basa-Basa Dapat Dipertukarkan

21 4.2.2. Pengaruh Terak Baja terhadap Unsur Mikro Tanah Berdasarkan hasil analisis ragam yang terdapat pada Tabel Lampiran 7, pemberian terak baja berpengaruh nyata meningkatkan kadar Mn-tersedia pada tanah. Peningkatan kadar Mn-tersedia dalam tanah diikuti dengan tingginya dosis terak baja yang diberikan. Hal ini terjadi karena kadar MnO 2 pada terak baja cukup besar. Tabel 5. Pengaruh Terak Baja terhadap Unsur Mikro Tanah Perlakuan Fe-tersedia Mn-tersedia Cu-tersedia (ppm) Kontrol 12.89 6.15a 0.92 Standar 5.33 7.07a 1.04 NPK 1 8.62 7.61a 0.64 NPK 1 + 1% Slag 8.60 29.11b 0.88 NPK 1 + 2% Slag 8.42 45.77cd 1.04 NPK 1 + 3% Slag 8.02 60.26e 0.92 NPK 1 + 4% Slag 11.96 62.07e 0.85 NPK 1 + 5% Slag 7.99 53.77de 0.85 NPK 2 3.99 6.56a 1.01 NPK 2 + 1% Slag 9.30 37.97bc 0.86 NPK 2 + 2% Slag 8.39 52.79de 0.86 NPK 2 + 3% Slag 6.98 51.04de 0.97 NPK 2 + 4% Slag 6.32 57.83de 0.81 NPK 2 + 5% Slag 6.09 55.43de 0.92 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf α = 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT) Sebaliknya, pemberian terak baja tidak berpengaruh nyata terhadap kadar Fe dan Cu tersedia dalam tanah (Tabel Lampiran 6 dan 8). Meskipun tidak nyata, Fetersedia dalam tanah cenderung menurun sejalan dengan pemberian terak baja. Kadar Fe dalam terak baja cukup tinggi (Fe 2 O 3 = 42.6%), tetapi di dalamnya terdapat mineral-mineral yang sukar larut seperti Wustite (FeO) dan Magnetite (Fe 3 O 4 ), sehingga Fe dari terak baja kurang tersedia bagi tanah. Unsur hara mikro Fe dalam tanah itu sendiri cukup besar, hal ini ditunjukkan oleh kadar Fe-tersedia pada perlakuan kontrol yang lebih tinggi daripada perlakuan.

22 KADAR UNSUR MIKRO (ppm) 7 6 5 4 3 2 1 Fe tersedia Mn tersedia Cu tersedia Gambar 2. Pengaruh Terak Baja terhadap Unsur Mikro dalam Tanah Kation unsur mikro dalam keadaan masam sangat larut dan tersedia bagi tanaman. Secara relatif pada tanah masam mereka dijumpai dalam jumlah banyak. Keadaan demikian menyebabkan kadar dari salah satu kation unsur mikro sering terlalu tinggi dan dapat bersifat racun bagi tanaman. Salah satu alasan pengapuran ialah menurunkan salah satu atau keempat ion tersebut. Dengan naiknya ph, bentuk ion dari kation unsur mikro berubah menjadi bentuk-bentuk hidroksida atau oksida (Soepardi, 1983). 4.2.3. Kandungan Logam Berat Beracun dalam Tanah Berdasarkan Tabel 6, maka dapat dilihat bahwa kadar logam berat beracun pada tanah masih dalam ambang batas normal. Hal ini sesuai dengan persyaratan logam berat dalam tanah (Sulaeman et al., 2005) yang disajikan dalam Tabel Lampiran 9.

23 Tabel 6. Kandungan Logam Berat pada Tanah Perlakuan Pb Cd As Sn Hg.(ppm) NPK 1 NPK 1 + 1% Slag NPK 1 + 2% Slag NPK 1 + 3% Slag NPK 1 + 4% Slag NPK 1 + 5% Slag NPK 2 NPK 2 + 1% Slag NPK 2 + 2% Slag NPK 2 + 3% Slag NPK 2 + 4% Slag NPK 2 + 5% Slag 0.26 0.19 0.11 0.11 0.11 0.11 0.15 0.26 0.11 0.15 0.11 0.15 0.02 0.02 0.02 0.03 0.02 0.02 0.02 0.02 0.01 0.01 0.01 0.01 6.62 4.00 2.61 3.53 3.98 4.89 3.39 4.30 4.61 0.61 1.22 1.83 0.34 1.35 0.34 1.01 0.51 0.67 Keterangan: = tidak terdeteksi Hasil analisis menunjukkan bahwa kandungan logam berat beracun pada perlakuan terak baja sangat sedikit, bahkan sama sekali tidak ada pada beberapa perlakuan. Logam berat itu sendiri sebenarnya sudah terdapat dalam tanah. Kandungan logam berat beracun lebih banyak terdapat pada perlakuan NPK tanpa slag. Hal ini menunjukkan bahwa kelarutan logam berat semakin menurun pada perlakuan slag karena ph semakin meningkat. Soepardi (1983) menyatakan bahwa beberapa cara dapat dilakukan untuk menurunkan peredaran logam berat dalam tanah, antara lain dengan mempertahankan ph tanah tetap tinggi sehingga unsur tersebut menjadi kurang mobil dan kurang tersedia. Memberikan bahan pengapuran pada tanah bereaksi masam akan mengakibatkan imobilitas tersebut. 4.3. Pengaruh Terak Baja terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman 4.3.1. Pertumbuhan Tanaman Perkembangan rata-rata pertumbuhan tanaman yang meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan maksimum dan anakan produktif disajikan pada Tabel Lampiran 10.

24 Hasil pengamatan di rumah kaca menunjukkan bahwa pemberian terak baja dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Hal ini terlihat pada tanaman kontrol yang tumbuh kerdil, sedangkan untuk pertumbuhan tanaman paling baik terlihat pada perlakuan NPK 2 + 5% slag. Secara umum malai tumbuh ketika tanaman berumur 8 minggu, terkecuali pada perlakuan dengan dosis 4% dan 5% slag yang baru tumbuh antara umur 10 sampai 12 minggu. Pertumbuhan tanaman meningkat seiring dengan bertambahnya dosis terak baja. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Suwarno dan Goto (1997), di mana tanaman yang diberi terak baja tampak lebih segar, daun tegak, serta batang lebih besar dan keras. Kondisi tersebut ditunjukkan pada berat biomassa yang tinggi pada tanaman yang diberi perlakuan slag. Perbedaan jumlah anakan tampak nyata antara kontrol dan perlakuan terak baja. Sampai pada saat panen jumlah anakan pada kontrol sama sekali tidak bertambah sejak awal penanaman, berbeda dengan jumlah anakan pada perlakuan terak baja yang terus bertambah hingga tanaman berumur 11 minggu, pada saat itu jumlah anakan telah mencapai maksimum. TINGGI TANAMAN (CM) 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 29.95 73.2 66.35 73.7 85.35 84.75 91.28 84.2 79.75 88.05 89.8 89.83 62.1 64.25 Gambar 3. Pengaruh Terak Baja terhadap Tinggi Tanaman Umur 11 MST

25 Saat tanaman berumur 13 minggu, bulir padi terkena bercak coklat. Serangan bercak coklat ini sangat mencolok pada perlakuan Standar, NPK 1, dan NPK 2. Hampir semua bulir padi pada perlakuan tersebut terkena bercak coklat, sedangkan pada kontrol jumlah bulir padi sangat sedikit dan beberapa terkena bercak coklat. Bercak-bercak coklat ini semakin sedikit sejalan dengan meningkatnya perlakuan terak baja. Pemanenan dilakukan tidak serempak, sebagian besar dipanen pada saat tanaman berumur 15-16 minggu, untuk sisanya menunggu hingga bulir padi masak. Pematangan bulir padi sangat cepat terlihat pada perlakuan terak baja, di mana makin tinggi perlakuan maka makin cepat bulir padi tersebut masak. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa pemberian terak baja sebagai pupuk silikat berpengaruh nyata meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit. Hal ini ditunjukkan dengan pertumbuhan tanaman yang baik dan menurunnya tingkat serangan penyakit pada tanaman yang diberi terak baja dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberi terak baja. Berdasarkan analisis ragam (Tabel Lampiran 11, 12, 13, dan 14), pemberian terak baja berpengaruh sangat nyata meningkatkan pertumbuhan tanaman yang meliputi tinggi tanaman umur 11 MST, anakan maksimum, anakan produktif, dan biomassa. Tanaman tertinggi diperoleh pada perlakuan NPK 1 + 4% slag dengan dosis terak baja 120 g/pot, yaitu 91.28 cm, sedangkan tanaman terendah terdapat pada perlakuan kontrol yaitu 29.95 cm. Perbedaan nyata ini menunjukkan pengaruh terak baja yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Tinggi tanaman meningkat seiring dengan tingginya perlakuan terak baja.

26 Tabel 7. Pengaruh Terak Baja terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi Perlakuan Tinggi Tanaman Anakan Maksimum Anakan Produktif Biomassa (cm)..(batang/pot).. (g/pot) Kontrol Standar NPK 1 NPK 1 + 1% Slag NPK 1 + 2% Slag NPK 1 + 3% Slag NPK 1 + 4% Slag NPK 1 + 5% Slag NPK 2 NPK 2 + 1% Slag NPK 2 + 2% Slag NPK 2 + 3% Slag NPK 2 + 4% Slag NPK 2 + 5% Slag 29.95a 73.20bcd 66.35bc 73.70bcde 85.35def 84.75def 91.28f 84.20def 62.10b 64.25b 79.75cdef 88.05ef 89.80f 89.83f 2a 12.5bcd 3.25a 6.5ab 8abcd 6.75abc 12bcde 14.75e 3.5a 4.75a 12.5cde 13.25de 14e 18e 2a 11.75cdef 3ab 6.5abc 8bcde 6.75abcd 12cdefg 13.75fg 2.5ab 3.75ab 12.25defg 13.25efg 13.75fg 17.5g 0.93a 25.56bcde 7.04ab 14.08abc 23.02bcde 15.54abcd 33.58cdef 39.00ef 6.16ab 8.66ab 30.62cde 31.66cde 34.71def 51.33f Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf α = 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT) JUMLAH ANAKAN (Batang/pot) 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 2 12.5 3.25 6.5 8 6.75 12 14.75 3.5 4.75 12.5 13.25 14 18 Gambar 4. Pengaruh Terak Baja terhadap Jumlah Anakan Maksimum

27 JUMLAH ANAKAN (Batang/pot) 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 2 11.75 3 6.5 8 6.75 12 13.75 2.5 3.75 12.25 13.25 13.75 17.5 Gambar 5. Pengaruh Terak Baja terhadap Jumlah Anakan Produktif Jumlah anakan maksimum dan anakan produktif tertinggi terdapat pada perlakuan NPK 2 + 5% slag sebanyak 18 dan 17.5 batang/pot. sedangkan jumlah terendah yaitu kontrol masing-masing sebanyak 2 batang/pot. Anakan maksimum diamati pada minggu ke-11, sedangkan jumlah anakan produktif dihitung pada saat panen. Pengaruh yang sangat nyata juga ditunjukkan pada biomassa tanaman dimana perlakuan NPK 2 + 5% slag dengan bobot tertinggi dan kontrol dengan bobot terendah. 4.3.2. Produksi Tanaman Tabel 8 menyajikan pengaruh terak baja terhadap produksi tanaman. Variabelvariabel yang diukur adalah bobot gabah kering panen, bobot gabah kering giling, bobot kering gabah bernas, dan persentase gabah hampa. Produksi gabah yang dihasilkan oleh tanaman dengan perlakuan slag dan tanpa slag sangat jelas perbedaannya. Semakin tinggi dosis slag, maka semakin besar produksinya. Perlakuan NPK 1 + 3% slag menghasilkan produksi yang rendah. Hal ini dikarenakan pertumbuhan tanaman pada dua ulangan kurang bagus. Jumlah anakan maksimum dan anakan produktif pada perlakuan ini juga rendah

28 Tabel 8. Pengaruh Terak Baja terhadap Produksi Tanaman Padi Persentase Perlakuan Bobot GKP Bobot GKG Bobot KGB GH...(g/pot) (%) Kontrol Standar NPK 1 NPK 1 + 1% Slag NPK 1 + 2% Slag NPK 1 + 3% Slag NPK 1 + 4% Slag NPK 1 + 5% Slag NPK 2 NPK 2 + 1% Slag NPK 2 + 2% Slag NPK 2 + 3% Slag NPK 2 + 4% Slag NPK 2 + 5% Slag 0.67a 12.36abc 2.89ab 13.86abcd 20.66cde 14.61bcd 26.46de 31.79e 3.38ab 4.59ab 23.48cde 27.27de 28.82e 31.51e 0.58a 9.78ab 1.57a 11.36abc 17.97bcde 11.95abcd 24.41de 27.29e 2.03a 3.31a 19.50bcde 23.03cde 23.73cde 27.07e 0.55a 8.35ab 1.25a 10.98abc 17.52bcd 11.35abc 22.38cd 26.44d 1.87a 3.07a 18.08bcd 22.09cd 22.48cd 24.70d 4.55a 32.59b 36.51b 3.95a 2.55a 5.99a 7.78a 3.33a 14.15a 11.11a 5.76a 4.24a 5.92a 9.16a Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf α = 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT) Hasil analisis ragam (Tabel Lampiran 15, 16, 17, dan 18) menunjukkan bahwa pemberian terak baja berpengaruh sangat nyata meningkatkan produksi tanaman padi. Bobot gabah kering panen paling tinggi diperoleh pada perlakuan NPK 1 + 5% slag yaitu 31.79 g/pot, berbeda nyata dengan kontrol yang bobotnya hanya 0.67 g/pot. Hal yang sama terlihat pada bobot gabah kering giling dan bobot gabah kering bernas, dimana didapatkan hasil yang paling tinggi pada perlakuan NPK 1 + 5% slag, masing-masing sebesar 27.29 dan 26.44 g/pot.

29 BOBOT GABAH KERING GILING (g/pot) 30 25 20 15 10 5 0 0.58 9.78 1.57 11.36 17.97 11.95 27.29 24.41 2.03 3.31 19.50 23.03 23.73 27.07 Gambar 6. Pengaruh Terak Baja terhadap Bobot Gabah Kering Giling BOBOT KERING GABAH BERNAS (g/pot) 30 25 20 15 10 5 0 0.55 8.35 1.24 26.44 22.38 17.52 10.98 11.35 1.87 3.07 18.08 22.09 22.48 24.7 Gambar 7. Pengaruh Terak Baja terhadap Bobot Kering Gabah Bernas Persentase gabah hampa paling tinggi terlihat pada perlakuan standar dan NPK 1 masing-masing 32.59 dan 36.51%. Pertumbuhan kedua perlakuan tersebut

30 sebenarnya relatif normal, tetapi perbedaannya dengan tanaman yang diberi perlakuan terak baja terlihat sangat nyata pada persentase gabah hampa. Penyakit bercak coklat yang menyerang padi dengan perlakuan standar dan NPK tanpa slag merupakan penyebab nilai persentase gabah hampa yang tinggi pada kedua perlakuan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suwarno dan Goto (1997), bahwa pemberian terak baja dapat meningkatkan persentase gabah isi dan menurunkan persentase gabah hampa. Pemberian slag sebagai pupuk silikat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kerebahan, dan daun menjadi lebih tegak. Dengan demikian, proses fotosintesis lebih optimal sehingga persentase gabah hampa menjadi rendah. Yoshida (1981) menyatakan bahwa tanaman yang rebah, daun yang saling menaungi dan tidak beraturan menghasilkan gabah hampa yang tinggi. PERSENTASE GABAH HAMPA (%) 40 35 30 25 20 15 10 5 0 4.55 36.51 32.59 3.95 2.55 5.99 7.78 3.33 14.15 11.11 5.76 5.92 4.24 9.16 Gambar 8. Pengaruh Terak Baja terhadap Persentase Gabah Hampa 4.3.3. Produksi Relatif Tanaman Padi Tabel 9 menyajikan perbandingan produksi relatif tanaman padi antara perlakuan standar dengan kontrol dan perlakuan lainnya. Produksi tanaman diperoleh

31 dari bobot gabah kering bernas. Semakin tinggi dosis terak baja yang diberikan, maka produksi relatif semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian slag sangat efektif menaikkan produksi tanaman padi dibandingkan dengan perlakuan standar. Peningkatan paling signifikan ditunjukkan pada perlakuan NPK 1 + 5% slag, di mana terjadi peningkatan produksi relatif sebesar 216.62%. Naiknya produksi relatif menunjukkan efektivitas pemupukan yang tinggi pada terak baja dibandingkan dengan perlakuan standar. Produksi relatif pada perlakuan standar lebih tinggi daripada NPK 1 dan NPK 2 karena pengaruh pupuk mikro CuSO 4 dan ZnSO 4 yang diberikan pada perlakuan standar. Hal ini menunjukkan pentingnya pengaruh unsur mikro terhadap produktivitas tanah gambut. Tabel 9. Perbandingan Produksi Relatif antara Standar dengan Kontrol dan Semua Perlakuan Perlakuan Bobot KGB Produksi Relatif (g/pot) (%) Kontrol 0.55 6.59 Standar 8.35 10 NPK 1 1.25 14.91 NPK 1 + 1% Slag 10.98 131.47 NPK 1 + 2% Slag 17.52 209.85 NPK 1 + 3% Slag 11.35 135.90 NPK 1 + 4% Slag 22.38 268.02 NPK 1 + 5% Slag 26.44 316.62 NPK 2 1.87 22.40 NPK 2 + 1% Slag 3.07 36.77 NPK 2 + 2% Slag 18.08 216.56 NPK 2 + 3% Slag 22.09 264.58 NPK 2 + 4% Slag 22.48 269.16 NPK 2 + 5% Slag 24.70 295.81

32 PRODUKSI RELATIF (%) 350 300 250 200 150 100 50 0 6.59 100 316.62 268.02 264.58 269.16295.81 216.56 209.85 131.47 135.90 14.91 22.40 36.77 Gambar 9. Perbandingan Produksi Relatif antara Standar dengan Kontrol dan Semua Perlakuan 4.4. Pengaruh Terak Baja terhadap Kadar dan Serapan Hara Tanaman 4.4.1. Kadar Hara N, P, dan K Hasil analisis ragam kadar hara N, P dan K (Tabel Lampiran 19, 20, dan 21) menunjukkan bahwa pemberian terak baja berpengaruh sangat nyata menurunkan kadar hara pada tanaman untuk unsur N dan K, sedangkan untuk unsur P tidak berpengaruh nyata. Kandungan kadar hara N, P, dan K antara perlakuan terak baja dengan kontrol dan standar tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan, bahkan untuk kadar N dan K cenderung lebih rendah pada perlakuan terak baja. Akan tetapi meskipun kadar N dan K lebih rendah, pertumbuhan tanaman pada perlakuan terak baja lebih bagus dibanding kontrol. Hal tersebut diduga karena hara pada perlakuan kontrol terakumulasi di akar dan tidak digunakan untuk pertumbuhan tanaman, dibuktikan dengan produksi pada kontrol yang lebih kecil daripada produksi pada perlakuan terak baja.

33 Tabel 10. Pengaruh Terak Baja terhadap Kadar Hara N, P, dan K Perlakuan N P K...(%).. Kontrol 1.53bcd 0.17 3.05abc Standar 1.45bcd 0.18 2.84abc NPK 1 1.30abc 0.18 3.53c NPK 1 + 1% Slag 1.31abc 0.15 3.48c NPK 1 + 2% Slag 1.28ab 0.19 2.47ab NPK 1 + 3% Slag 1.35abcd 0.20 3.23bc NPK 1 + 4% Slag 1.19ab 0.19 2.28ab NPK 1 + 5% Slag 1.23ab 0.17 2.31ab NPK 2 1.62cd 0.25 3.65c NPK 2 + 1% Slag 1.65d 0.25 3.14bc NPK 2 + 2% Slag 1.30abc 0.20 3.04abc NPK 2 + 3% Slag 1.25ab 0.18 2.74abc NPK 2 + 4% Slag 1.21ab 0.20 2.48ab NPK 2 + 5% Slag 1.10a 0.19 2.09a Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf α = 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT) 4.4.2. Serapan Hara N, P, dan K pada Tanaman Hasil analisis ragam pengaruh pemberian terak baja terhadap serapan hara tanaman disajikan dalam Tabel Lampiran 22, 23, dan 24. Pemberian terak baja berpengaruh sangat nyata meningkatkan serapan hara N, P, dan K pada tanaman padi. Tabel 11 menunjukkan bahwa serapan hara N, P, dan K paling tinggi diperoleh pada perlakuan NPK 2 + 5% slag, masing-masing 543.79, 92.94, dan 1027,93 mg/pot, sedangkan serapan hara N, P, dan K terendah terdapat pada kontrol, masing-masing 14.17, 1.61, dan 27.99 mg/pot. Serapan hara pada perlakuan standar tidak berbeda nyata dengan perlakuan slag, tetapi hal ini hanya mempengaruhi pertumbuhannya karena produksi gabah pada perlakuan standar lebih rendah.

34 Tabel 11. Pengaruh Terak Baja terhadap Serapan Hara N, P, dan K Perlakuan N P K (mg/pot) Kontrol 14.17a 1.61a 27.99a Standar 371.06cde 46.23bcde 728.19cd NPK 1 93.92ab 12.31ab 246.61ab NPK 1 + 1% Slag 193.21abc 22.62abc 480.90bc NPK 1 + 2% Slag 293.81bcd 44.59bcde 561.32bc NPK 1 + 3% Slag 210.71abc 30.42abcd 488.17bc NPK 1 + 4% Slag 392.72cde 61.24def 731.47cd NPK 1 + 5% Slag 447.80de 66.52def 739.23cd NPK 2 99.86ab 14.06ab 228.17ab NPK 2 + 1% Slag 150.92ab 23.00abc 263.23ab NPK 2 + 2% Slag 377.02cde 57.34cdef 834.43cd NPK 2 + 3% Slag 385.13cde 58.91cdef 853.24cd NPK 2 + 4% Slag 418.35de 67.57ef 863.56cd NPK 2 + 5% Slag 543.79e 92.94f 1027.93e Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf α = 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT) SERAPAN HARA (mg/pot) 120 100 80 60 40 20 Serapan Hara N Serapan Hara P Serapan Hara K Gambar 10. Pengaruh Terak Baja terhadap Serapan Hara

35 Perbedaan yang nyata serapan hara N, P, dan K terlihat antara kontrol dengan perlakuan terak baja. Serapan hara pada tanaman relatif berbanding lurus dengan tingginya perlakuan terak baja pada tanaman. Terjadi penurunan serapan hara pada perlakuan NPK 1 + 3% slag, dan kondisi ini didukung oleh rendahnya produksi gabah pada perlakuan tersebut. Perbedaan nyata serapan hara N, P, dan K juga terdapat pada sesama perlakuan terak baja, tetapi hal tersebut lebih dikarenakan perbedaan dosis terak baja itu sendiri. Serapan hara N, P, dan K yang tinggi pada perlakuan standar berbanding lurus dengan pertumbuhannya yang baik, tetapi produksi gabah pada perlakuan ini rendah. Berbeda dengan pengaruhnya terhadap kadar hara, pemberian terak baja sangat efektif dalam meningkatkan serapan hara pada tanaman. 4.4.3. Kadar Ca, Mg, dan Cu pada Tanaman Hasil analisis ragam (Tabel Lampiran 25 dan 26) menunjukkan bahwa pemberian terak baja berpengaruh sangat nyata meningkatkan kadar Ca dan Mg pada tanaman. Kadar Ca dan Mg pada perlakuan terak baja berbeda nyata dengan kontrol dan perlakuan tanpa slag. Makin tinggi dosis terak baja, maka makin tinggi pula kadar Ca dan Mg yang terkandung dalam tanaman. Pemberian terak baja dapat meningkatkan hara tersedia bagi tanaman. Keuntungan diperoleh tanaman dari tingginya kadar hara Ca dan Mg, antara lain dihilangkan atau dinetralkannya senyawa-senyawa beracun baik organik maupun inorganik, penekanan penyakit tanaman, ketersediaan beberapa unsur hara meningkat, dan rangsangan terhadap kegiatan jasad mikro yang sangat menguntungkan ketersediaan unsur hara (Soepardi, 1983).

36 Tabel 12. Pengaruh Terak Baja terhadap Kadar Ca, Mg, dan Cu Tanaman Perlakuan Ca Mg Cu.(%)... (ppm) Kontrol 0.10a 1.47ab 4.00a Standar 0.37abc 1.16a 8.00bcde NPK 1 0.36ab 1.64ab 4.75ab NPK 1 + 1% Slag 0.55bcdef 3.10cde 5.75abc NPK 1 + 2% Slag 0.77def 4.19def 9.75de NPK 1 + 3% Slag 0.70bcdef 3.80cdef 6.50abcd NPK 1 + 4% Slag 0.80def 4.62f 6.25abcd NPK 1 + 5% Slag 0.89f 4.28ef 8.75cde NPK 2 0.46bcd 1.49ab 10.25e NPK 2 + 1% Slag 0.49bcde 2.63bc 7.50abcde NPK 2 + 2% Slag 0.74cdef 3.51cdef 7.25abcde NPK 2 + 3% Slag 0.73cdef 4.48f 7.25abcde NPK 2 + 4% Slag 0.63bcdef 3.01cd 8.00bcde NPK 2 + 5% Slag 0.84ef 4.23def 10.25e Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf α = 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT) KADAR HARA (%) 5.00 4.50 4.00 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 Kadar Ca Kadar Mg Gambar 11. Pengaruh Terak Baja terhadap Kadar Ca dan Mg pada Tanaman

37 12.00 1 KADAR HARA (ppm) 8.00 6.00 4.00 2.00 Gambar 12. Pengaruh Terak Baja terhadap Kadar Cu pada Tanaman Terak baja juga berpengaruh nyata meningkatkan kadar Cu dalam tanaman (Tabel Lampiran 27). Kadar Cu cenderung meningkat sejalan dengan dosis terak baja. Tingginya kadar Cu pada perlakuan standar lebih disebabkan karena pupuk mikro CuSO 4 yang diberikan. Untuk perlakuan NPK 2 kombinasi slag, unsur hara mikro Cu dalam tanaman lebih banyak disumbangkan oleh pupuk NPK. Hal ini ditunjukkan pada perlakuan NPK 2 tanpa slag di mana kadar Cu tinggi, yaitu 10.25 ppm. Menurut Soepardi (1983) tembaga (Cu) merupakan penyusun dari berbagai enzim, meliputi asam askorbik oksidase, fenolase, laktase, dan lain-lain. Ia juga merupakan bagian dari sitokrom oksidase. Kekurangan tembaga dapat mengganggu sintesis protein. 4.4.4. Kandungan Logam Berat Beracun pada Gabah Hasil analisis laboratorium pada Tabel 13 menunjukkan bahwa terak baja tidak berpengaruh terhadap logam berat beracun yang terkandung pada gabah. Logam berat kadmium (Cd), timah (Sn), dan merkuri (Hg) tidak terdeteksi dalam gabah,

38 sedangkan pada logam berat timbal (Pb) dan arsen (As) kadar logam berat beracun yang tinggi justru terdapat pada perlakuan NPK tanpa slag. Kelarutan logam berat beracun cenderung menurun pada perlakuan slag, bahkan untuk perlakuan dengan dosis tertinggi yaitu 4 dan 5% slag kandungan logam berat arsen tidak terdeteksi. Hal ini dapat terjadi dikarenakan ph tanah yang tinggi pada perlakuan tersebut, sehingga kelarutan unsur logam berat arsen menurun. Nilai ph yang tinggi menyebabkan unsur tersebut lambat tersedia bagi tanaman, terutama bila berada dalam bentuk yang bervalensi tinggi atau bentuk teroksidasikan (Soepardi, 1983). Kandungan logam berat beracun timbal (Pb), kadmium (Cd), timah (Sn), dan merkuri (Hg) dalam gabah untuk perlakuan terak baja masih dalam ambang batas normal, sedangkan kandungan logam berat beracun arsen (As) telah melebihi ambang batas normal (Tabel Lampiran 28). Hal ini dapat terjadi karena dalam tanah itu sendiri sudah terkandung logam berat arsen yang dapat tersedia bagi tanaman. Tabel 13. Kandungan Logam Berat Beracun pada Gabah Perlakuan Pb Cd As Sn Hg (ppm). NPK 1 NPK 1 + 1% Slag NPK 1 + 2% Slag NPK 1 + 3% Slag NPK 1 + 4% Slag NPK 1 + 5% Slag NPK 2 NPK 2 + 1% Slag NPK 2 + 2% Slag NPK 2 + 3% Slag NPK 2 + 4% Slag NPK 2 + 5% Slag 0.27 0.09 0 0.18 0.42 0.09 0.27 0.27 0 10.07 10.81 15.66 14.92 12.31 15.10 11.56 13.42 8.95 Keterangan: = tidak terdeteksi 4.5. Efisiensi Penggunaan Pupuk Tabel 14 menyajikan pengaruh terak baja terhadap efisiensi pupuk. Pemberian terak baja berpengaruh sangat nyata meningkatkan efisiensi pupuk N, P, dan K (Tabel

39 Lampiran 29, 30, dan 31). Nilai efisiensi pupuk N dan P tertinggi terdapat pada perlakuan NPK 1 + 5% slag, masing-masing sebesar 42.83 dan 36.99%, dan efisiensi pupuk K tertinggi terdapat pada perlakuan NPK 1 + 4% slag sebesar 90.07%. Perbedaan yang signifikan terlihat jelas antara efisiensi pupuk pada perlakuan standar dengan terak baja. Semakin tinggi dosis terak baja yang diberikan, maka nilai efisiensi pupuk cenderung meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian terak baja dapat mengurangi penggunaan pupuk konvensional. Tabel 14. Pengaruh Terak Baja terhadap Efisiensi Pupuk Perlakuan N P K..(%) Standar 17.62abc 12.71ab 62.24abc NPK 1 7.88ab 6.10a 38.69ab NPK 1 + 1% Slag 17.68abc 11.97ab 73.17bc NPK 1 + 2% Slag 27.62cde 24.49bc 79.25bc NPK 1 + 3% Slag 19.41abc 16.41ab 63.30abc NPK 1 + 4% Slag 37.39de 33.98c 90.07c NPK 1 + 5% Slag 42.83e 36.99c 85.18c NPK 2 5.63a 4.72a 23.69a NPK 2 + 1% Slag 8.99ab 8.11ab 26.17a NPK 2 + 2% Slag 23.86bcd 21.14abc 84.62c NPK 2 + 3% Slag 24.39bcd 21.74abc 81.95c NPK 2 + 4% Slag 26.57cde 25.02bc 78.75bc NPK 2 + 5% Slag 34.82cde 34.64c 89.68c Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf α = 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT) Efisiensi pupuk adalah sampai sejauh mana tanaman dapat memanfaatkan unsur hara yang telah diserap untuk berproduksi lebih tinggi tanpa menambah hara yang diperlukan. Pemberian terak baja sebagai bahan pengapuran merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk. Pengapuran dapat memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Adanya perbaikan sifat-sifat tersebut akan memperbaiki pertumbuhan tanaman, sehingga pupuk yang diberikan akan digunakan secara efisien. Sifat kimia yang diperbaiki dengan adanya pengapuran adalah meningkatnya ph tanah, meningkatnya ketersediaan hara esensial,

40 dan menurunnya aktivitas Al, Fe, dan Mn yang bersifat racun bila berlebihan, sehingga perkembangan akar tanaman menjadi optimum (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). EFISIENSI PUPUK (%) 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Efisiensi Pupuk N Efisiensi Pupuk P Efisiensi Pupuk K Gambar 13. Pengaruh Terak Baja terhadap Efisiensi Pupuk