SISTEM TATA KOORDINAT HORIZON DAN KOORDINAT JAM/WAKTU BINTANG

dokumen-dokumen yang mirip
MENGENAL GERAK LANGIT DAN TATA KOORDINAT BENDA LANGIT BY AMBOINA ASTRONOMY CLUB

TATA KOORDINAT BENDA LANGIT. Kelompok 6 : 1. Siti Nur Khotimah ( ) 2. Winda Yulia Sari ( ) 3. Yoga Pratama ( )

BAB IV ANALISIS FORMULA PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT DALAM BUKU EPHEMERIS HISAB RUKYAT 2013

5. BOLA LANGIT 5.1. KONSEP DASAR SEGITIGA BOLA

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN HISAB IRTIFA HILAL MENURUT ALMANAK NAUTIKA DAN NEWCOMB

BAB IV UJI KOMPARASI DAN EVALUASI QIBLA LASER SEBAGAI ALAT PENENTU ARAH KIBLAT. A. Konsep Penentuan Arah Kiblat Dengan Qibla Laser Setiap Saat Dengan

BAB II HAL-HAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN ARAH KIBLAT

BAB IV ANALISIS METODE AZIMUTH BULAN SEBAGAI ACUAN PENENTUAN ARAH KIBLAT. A. Analisis Penentuan Arah Kiblat dengan Metode Azimuth Bulan

APLIKASI SEGITIGA BOLA DALAM RUMUS-RUMUS HISAB RUKYAT

: Jarak titik pusat benda langit, sampai dengan Equator langit, di ukur sepanjang lingkaran waktu, dinamakan Deklinasi. Jika benda langit itu

METODE PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN TEODOLIT

METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT DENGAN SEGITIGA SIKU-SIKU DARI BAYANGAN MATAHARI SETIAP SAAT

Meridian Greenwich. Bujur

BAB IV ANALISIS PEDOMAN WAKTU SHALAT SEPANJANG MASA KARYA SAĀDOE DDIN DJAMBEK. A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Saādoe ddin Djambek dalam

BAB IV ANALISIS METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT SLAMET HAMBALI. A. Analisis Konsep Pemikiran Slamet Hambali tentang Metode

BAB IV ANALISIS PENENTUAN ARAH KIBLAT DALAM KITAB. A. Analisis Penentuan Arah Kiblat dengan Bayang- bayang Matahari dalam

BAB IV APLIKASI DAN UJI AKURASI DATA GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) DAN AZIMUTH MATAHARI PADA SMARTPHONE BERBASIS ANDROID UNTUK HISAB ARAH KIBLAT

AS Astronomi Bola. Suhardja D. Wiramihardja Endang Soegiartini Yayan Sugianto Program Studi Astronomi FMIPA Institut Teknologi Bandung

BAB IV ANALISIS TENTANG METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SALAT DENGAN JAM BENCET KARYA KIAI MISHBACHUL MUNIR MAGELANG

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN DAN AKURASI BENCET DI PONDOK PESANTREN AL-MAHFUDZ SEBLAK DIWEK JOMBANG SEBAGAI PENUNJUK WAKTU SALAT

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL WAKTU SALAT PROGRAM MAWAAQIT VERSI A. Analisis Sistem Hisab Awal Waktu Salat Program Mawaaqit Versi 2001

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHOZALI DALAM KITAB ṠAMARĀT AL-FIKAR

BAB I PENDAHULUAN. beraktifitas pada malam hari. Terdapat perbedaan yang menonjol antara siang

BAB IV ANALISIS KOMPARASI ISTIWAAINI KARYA SLAMET HAMBALI SEBAGAI PENENTU ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT

MENGENAL SISTEM WAKTU UNTUK KEPENTINGAN IBADAH

KUMPULAN SOAL & PEMBAHASAN OSK OSP OSN DLL KOORDINAT BENDA LANGIT (By. Mariano N.)

BAB III METODE PENENTUAN ARAH KIBLAT ISTIWAAINI DAN THEODOLITE. 5 Agustus 1954 di sebuah desa kecil bernama Bajangan, kecamatan

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN HISAB ARAH KIBLAT KH. NOOR AHMAD SS DALAM KITAB SYAWAARIQUL ANWAAR

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN BINTANG SEBAGAI PENUNJUK ARAH KIBLAT KELOMPOK NELAYAN MINA KENCANA DESA JAMBU KECAMATAN MLONGGO KABUPATEN JEPARA

BOLA LANGIT DAN TATA KOORDINAT

A. Analisis Fungsi dan Kedudukan Deklinasi Bulan dan Lintang Tempat dalam menghitung Ketinggian Hilal menurut Kitab Sullam an-nayyirain

BAB IV ANALISIS TERHADAP HISAB RUKYAT WAKTU SALAT ASAR. A. Analisis Kedudukan Bayang-Bayang Matahari Awal Waktu Salat

SAINS BUMI DAN ANTARIKSA

BAB III PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT DALAM BUKU EPHEMERIS HISAB RUKYAH 2013

MENGUJI KAKURATAN HASIL PENGUKURAN ARAH KIBLAT MENGGUNAKAN ISTIWAAINI KARYA SLAMET HAMBALI

BAB IV ANALISIS PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN LINGKARAN JAM TANGAN ANALOG. A. Prinsip Penentuan Arah Kiblat dengan Menggunakan Lingkaran Jam

PROGRAM APLIKASI FALAKIYAH Bagian IV : APLIKASI PERHITUNGAN UNTUK PENGGUNAAN SUNDIAL MIZWALA dengan Casio Power Graphic Fx-7400g Plus

BAB IV UJI AKURASI AWAL WAKTU SHALAT SHUBUH DENGAN SKY QUALITY METER. 4.1 Hisab Awal Waktu Shalat Shubuh dengan Sky Quality Meter : Analisis

Sabar Nurohman Prodi Pendidikan IPA FMIPA UNY

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN SAADOEDDIN DJAMBEK TENTANG ARAH KIBLAT. A. Penentuan Arah Kiblat Pemikiran Saadoeddin Djambek

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN PANTAI KARTINI JEPARA SEBAGAI TEMPAT RUKYAT AL-HILAL A. Faktor yang Melatarbelakangi Penggunaan Pantai Kartini Jepara

Bab 3. Teleskop Bamberg

BAB III METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT SLAMET HAMBALI. A. Sejarah Intelektual Slamet Hambali

BAB IV ANALISIS KOMPARATIF METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHAZALI DALAM KITAB ANFA AL-WASÎLAH DAN NOOR AHMAD DALAM KITAB SYAWÂRIQ AL-ANWÂR

APLIKASI DERET FOURIER UNTUK MENGETAHUI WAKTU TERBIT, KULMINASI, DAN TERBENAM MATAHARI SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 3. Mengenal Planet Bumilatihan soal 3.2

Oleh : Kunjaya TPOA, Kunjaya 2014

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan masalah karena Rasulullah saw. ada bersama-sama sahabat dan

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL BULAN KAMARIAH QOTRUN NADA DALAM KITAB METHODA AL-QOTRU

BAB I SISTEM KOORDINAT

Cladius Ptolemaus (abad 2) Geosentris

Hisab Awal Bulan Syawwal 1434 H

BAB IV ANALISIS HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM PROGRAM JAM WAKTU SALAT LED. A. Algoritma penentuan awal waktu Salat dalam Program Jam Waktu

Pembagian kuadran azimuth

BAB IV ANALISIS METODE RASHDUL KIBLAT BULAN AHMAD GHOZALI DALAM KITAB JAMI U AL-ADILLAH

SOAL DAN JAWAB ILMU PELAYARAN ASTRONOMI AHLI NAUTIKA TINGGKAT III

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta

PERHITUNGAN AWAL WAKTU SHALAT DATA EPHEMERIS HISAB RUKYAT Sriyatin Shadiq Al Falaky

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN ARAH KIBLAT DENGAN MENGGUNAKAN AZIMUT PLANET. A. Algoritma Penentuan Arah Kiblat dengan Metode Azimut Planet

PROGRAM APLIKASI FALAKIYAH DENGAN fx-7400g PLUS

BAB IV ANALISIS TERHADAP ARAH KIBLAT MASJID AGUNG BANTEN. A. Analisis terhadap Akurasi Arah Kiblat Masjid Agung Banten

Makalah Rotasi dan Revolusi bumi

MENGENAL EQUATION OF TIME, MEAN TIME, UNIVERSAL TIME/ GREENWICH MEAN TIME DAN LOCAL MEAN TIME UNTUK KEPENTINGAN IBADAH

Dr. Ramadoni Syahputra Jurusan Teknik Elektro FT UMY

BAB IV ANALISIS. A. Landasan Penyusunan Konversi Kalender Waktu Shalat Antar Wilayah. Dalam Kalender Nahdlatul Ulama Tahun 2016

PROGRAM APLIKASI FALAKIYAH DENGAN fx-7400g PLUS

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHOZALI DALAM KITAB IRSYÂD AL-MURÎD. A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Ahmad Ghozali dalam

Horizon Lokal Dan Jam Matahari

BAB IV ANALISIS UJI VERIFIKASI PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT ZUBAIR UMAR AL-JAILANI DALAM KITAB AL-KHULASAH AL-WAFIYAH

BAB I PENDAHULUAN. dan seluruh tubuhnya ke arah Ka bah yang berada di Masjidil Haram, karena

BAB IV ANALISIS METODE BAYANG-BAYANG AZIMUTH TERHADAP ARAH KIBLAT MASJID BAITUR ROHIM

BAB IV ANALISIS TERHADAP PEDOMAN PRAKTIS PENENTUAN ARAH KIBLAT KARYA M. MUSLIH HUSEIN

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu falak merupakan ilmu yang sangat penting dalam kehidupan kita.

APLIKASI SISTEM KOORDINAT EKLIPTIKA DAN SISTEM KOORDINAT EQUATOR DALAM PREDIKSI WAKTU GERHANA BULAN

(Fenomena Matahari di Atas Ka bah) Pandapotan Harahap NIM: Abstrak

Ringkasan Materi Soal-soal dan Pembahasan MATEMATIKA. SD Kelas 4, 5, 6

MEMBUAT PROGRAM APLIKASI FALAK DENGAN CASIO POWER GRAPHIC fx-7400g PLUS Bagian II : Aplikasi Perhitungan untuk Penggunaan Teodolit

Pertemuan 3. Penentuan posisi titik horizontal dan vertikal

SISTEM KOORDINAT GEOGRAFIK

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN KAMARIAH ALMANAK NAUTIKA DAN ASTRONOMICAL ALGORITHMS JEAN MEEUS

PROYEKSI PETA DAN SKALA PETA

Astronomi Sabar Nurohman, M.Pd

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN TIM HISAB DAN RUKYAT HILAL SERTA PERHITUNGAN FALAKIYAH PROVINSI JAWA TENGAH

II. TINJUAN PUSTAKA. lim f(x) = L berarti bahwa bilamana x dekat tetapi sebelah kiri c 0 maka f(x)

1. Fenomena Alam Akibat Perubahan Kedudukan Bumi, Bulan, terhadap Matahari. Gerhana Matahari

IPA TERPADU KLAS VIII BAB 14 BUMI, BULAN, DAN MATAHARI

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM KITAB ILMU FALAK METHODA AL-QOTRU KARYA QOTRUN NADA

STRUKTUR BUMI. Bumi, Tata Surya dan Angkasa Luar

TATA CARA PEMBERIAN KODE NOMOR URUT WILAYAH KERJA PERTAMBANGAN MINYAK BUMI DAN GAS BUMI

GERAK BUMI DAN BULAN

BAB II HISAB AWAL BULAN QAMARIYAH

GERAK MELINGKAR. = S R radian

RUMUS-RUMUS SEGITIGA BOLA

PANDUAN PRAKTIKUM NAVIGASI DARAT

APLIKASI SISTEM KOORDINAT DALAM PENENTUAN ARAH SALAT UMAT ISLAM

JADWAL WAKTU SALAT PERHITUNGAN TIM HISAB DAN RUKYAT HILAL SERTA PERHITUNGAN FALAKIYAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

BAB IV ANALISIS KOMPARASI ALGORITMA EQUATION OF TIME JEAN MEEUS DAN SISTEM NEWCOMB

MAKALAH ISLAM Waktu Praktis Penentuan Arah Kiblat

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian penulis yang berjudul Perancangan Aplikasi. Mobile Phone, dapat diambil beberapa kesimpulan, bahwa :

MAKALAH SEGITIGA BOLA. disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Astronomi. Program Studi Pendidikan Fisika. oleh. 1. Dyah Larasati ( )

Transkripsi:

SISTEM TATA KOORDINAT HORIZON DAN KOORDINAT JAM/WAKTU BINTANG Makalah Disusun guna memenuhi tugas Astronomi Dosen Pengampu : H. Slamet Hambali, M.Si Oleh: Li izza Diana Manzil NIM. 1600028006 PROGRAM S2 ILMU FALAK FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2017

A. Pendahuluan Dalam astronomi untuk menyatakan letak suatu benda langit diperlukan suatu sistem tata koordinat yang dapat menyatakan secara pasti kedudukan benda langit tersebut. Tata koordinat tersebut diantaranya adalah tata koordinat horizon, tata koordinat ekuator dan tata koordinat ekliptika. Begitu juga perjalanan Matahari dari timur ke barat yang menyebabkan pergantian siang dan malam bukan perjalanan hakiki. Namun akibat dari perputaran Bumi pada porosnya (rotasi). Sebaliknya akibat semua benda langit yang ada di sekitar Bumi tampak berjalan dari timur ke barat dan tegak lurus dengan poros Bumi atau poros langit. Benda-benda langit yang nampak berputar mengelilingi Bumi semua menempati lingkaran yang melalui titik KLU dan KLS. Lingkaran-lingkaran yang melalui titik KLU dan KLS ini dinamakan lingkaran waktu, sebab benda langit yang berada pada satu lingkaran waktu akan mencapai titik kulminasi atas pada waktu yang sama juga. 1 Tiap-tiap tata koordinat diatas tentunya mempuyai cara yang berbedabeda dalam hal penggunaan sistemnya sesuai dengan apa yang kita inginkan apakah akan digunakan dalam jangka waktu pendek atau panjang. Untuk itu, pada penjelasannya selanjutnya yang akan menjadi fokus pembahasan adalah mengenai tata koordinat horizon dan jam bintang, beserta hal-hal lain yang masih memiliki keterkaitan dengan sistemnya. B. Sistem Tata Koordinat Horizon Sebelum membahas lebih lanjut mengenai sistem koordinat horizon, ada beberapa istilah yang berkaitan dengan sistem koordinat horizon, yaitu horizon, garis vertikal, zenith, nadir, azimuth, dan tinggi bintang. Semua istilah tersebut memiliki peran penting dalam perhitungan mencari letak suatu bintang. 1. Horizon, vertikal, Zenith dan Nadir 1 Abdur Rachim, Ilmu Falak, Yogyakarta: Liberty, 1983, h.7. 1

Horizon adalah lingkaran pada bola langit yang menghubungkan titik utara, timur, selatan dan barat sampa ke utara lagi. Horizon merupakan batas pemisah antara belahan langit atas dan bawah yang tidak tampak. 2 Ketika kita berdiri di suatu tempat terkesan kita seolah-olah menjadi pusat dari sebuah bola raksasa (bola langit). Pada lingkaran besar tersebut langit dan Bumi bertemu. Lingkaran inilah yang disebut horizon. Lingkaran horizon disebut juga ufuk atau kaki langit atau cakrawala. 3 Dalam ilmu falak atau astronomi dikenal ada tiga macam ufuk yaitu: 4 a. Ufuk hakiki atau ufuk sejati Dalam astronomi disebut true horizon, adalah bidang datar yang ditarik titik pusat Bumi tegak lurus dengan garis vertikal, sehingga ia membelah Bumi dan bola langit menjadi dua bagian sama besar, bagian atas dan bagian bawah. b. Ufuk hissi atau ufuk semu Dalam astronomi disebut horizon astronomi adalah bidang datar yang ditarik dari permukaan Bumi tegak lurus dengan garis vertikal. Ufuk ini dapat diketahui dengan alat Niveau atau Waterpass. c. Ufuk mar i atau ufuk kodrat Dalam astronomi disebut visible horizon dalah ufuk yang terlihat oleh mata, yaitu ketika seseorang berada di tepi pantai atau berada di dataran yang sangat luas, maka akan tampak ada semacam garis pertemuan antara langit dengan Bumi. Pada tata koordinat horizon, letak bintang ditentukan hanya berdasarkan pandangan pengamat saja. Tata koordinat horizon tidak dapat menggambarkan lintasan peredaran semu bintang dan letak bintang selalu berubah sejalan dengan waktu. Namun, tata koordinat horizon penting dalam hal pengukuran absorbsi cahaya bintang. 5 Dalam horizon terdapat garis vertikal. Vertikal (garis tegak lurus) adalah garis tengah bola langit yang tegak lurus dengan garis tengah horizon. Titik potong garis tegak lurus dengan bola langit yang terletak di h.50. 2 A. Jamil, Ilmu Falak, Jakarta: Amzah, 2011, h.11. 3 Slamet Hambali, Ilmu Falak 1, Semarang: Program Pascasarjana IAIN Walisongo, 2011, 4 Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, Jogjakarta: Buana Pustaka, 2005, h.86-87. 5 Slamet Hambali, Pengantar Ilmu Falak, Banyuwangi: Bismillah Publisher, 2012, h.300. 2

atas kepala kita dimana titik puncak atau zenith dan titik potong yang terletak di bawah atau berlawanan dinamakan titik hakiki atau nadir. 6 Sedangkan lingkaran vertikal adalah suatu lingkaran yang menghubungkan titik zenith dan titik nadir melalui horizon tegak lurus pada bidang horizon, sehingga setiap titik pada lingkaran horizon jaraknya 90 dan dapat dibuat tidak terbatas (lingkaran di bola langit yang bergaris menengahkan garis vertikal). 7 Titik pertemuan antara garis vertikal dengan bola langit bagian atas disebut titik zenith yang kemudian disingkat dengan huruf Z. Sedangkan titik pertemuan antara garis vertikal dengan bola langit bagian bawah disebut titik nadir yang kemudian disingkat dengan huruf N. 8 Ket: UTSB = bidang horizon UZS = meridian langit ZTNB = lingkaran vertikal Garis ZN = garis vertikal Z = titik zenith N = titik nadir 6 Den Hollander, Ilmu Falak, Jakarta: J.B Wolters, 1951, h.25. 7 Simamora, Ilmu Falak Kosmografi, Jakarta: Pedjuang Bangsa, 1985, h.4. 8 Slamet Hambali, Ilmu... h.51. 3

jam. 9 Tinggi benda langit dapat digambarkan pada bola langit dengan 2. Azimuth dan tinggi bintang Di setiap tempat dipermukaan Bumi mempunyai lingkaran meridian yang berbeda-beda tergantung tempat bujur tempat itu (yang berbujur sama mempunyai lingkaran meridian yang sama). Pada dasarnya garis Utara-Selatan adalah perpanjangan sumbu Bumi yang melalui kutub Utara dan kutub Selatan. Titik Utara di kutub Utara sering disebut titik Utara sejati (True North), dan sebaliknya titik Selatan sejati (True South) yang mana letaknya berbeda dengan kutub Utara magnetik dan kutub Selatan magnetik. Apabila dilihat dari zenith maka dengan putaran searah jarum jam akan mendapatkan arah Utara, Timur, Selatan dan Barat dengan besar berbedaan sudutnya 90. Dengan mengenal istilah tersebut maka akan memudahkan kita dalam memahami tata koordinat horizon dengan ordinatnya, yaitu azimuth dan tinggi. Azimuth sebuah bintang adalah jarak yang dihitung dari titk utara sampai dengan lingkaran vertikal yang dilalui oleh bintang tersebut melalui lingkaran ufuk atau horizon menurut arah perputaran arah jarum membuat lingkaran besar yang melalui zenith, benda langit itu tegak lurus pada horizon (lingkaran vertikal). Tinggi benda langit merupakan suatu sudut yang dibentuk oleh garis yang menghubungkan antara titik pusat dengan proyeksi bintang dengan garis yang menghubungkan antara titik pusat dengan bintang. Tinggi bintang diukur dari horizon keatas ufuk dengan nilainya positif 0 sampai 90, dan dari horizon kebawah ufuk dengan nilai negatif 0 sampai -90. 10 Untuk menyatakan azimuth terdapat dua versi, yaitu pertama, menggunakan acuan titik Selatan. Kedua, yang dianut Internasional untuk astronomi dan navigasi yaitu menggunakan acuan titik Utara, berupa busur UTSB. Kedua versi tersebut menggunakan arah yang sama yaitu jika 9 Slamet Hambali, Ilmu... h.52. 10 Simamora, Ilmu Falak... h.8. 4

dilihat dari zenith arahnya searah perputaran jarum jam yang nilainya 0-360. Ordinat-ordinat dalam tata koordinat horizon adalah: 11 a. Bujur suatu bintang dinyatakan dengan azimuth (Az). Azimuth umumnya diukur dari selatan ke barat sampai pada proyeksi bintang itu di horizon, seperti pada gambar di atas. Namun ada pula azimuth yang diukur dari utara ke timur. b. Lintang suatu bintang dinyatakan dengan tinggi bintang (a), yang diukur dari proyeksi bintang di horizon ke arah bintang itu menuju ke zenith. Tinggi bintang diukur 0-90 jika arahnya ke atas (menuju zenith) dam 0 - (-90 ) jika arahnya ke bawah (menuju nadir). 3. Perhitungan tinggi bintang dan Azimuth Untuk mencari tinggi bintang menggunakan rumus: Sin h = sin φ. sin δ + cos φ. cos δ. cos t Cos (90 h) = cos (90 φ). cos (90 δ o ) + sin (90 φ). sin (90 δ o ). cos t Sin h = sin φ. sin δ + cos φ. cos δ. cos t 11 http://fisika-astronomy.blogspot.co.id/2012/11/sistem-dan-tata-koordinat-benda-langit.html diakses pada tanggal 1 Juni 2017 pukul 13.20 WIB 5

Sedangkan untuk mencari azimuth mneggunakan rumus: Cotan A = - sin φ : tan t + cos φ. tan δ : sin t Cotan A = 1/tan Tan A = sin A Cos A Sin A = sin C Sin a sin c Sin A = sin t Sin (90 δ) sin c Sin A = sin t. cos δ Sin c Cos a = cos b. cos c + sin b. sin c. cos A Cos (90 δ) = cos (90 φ). cos c + sin (90 φ). sin c. cos A Sin δ = sin φ. cos c + cos φ. sin c. cos A Cos A = sin δ sin φ. cos c Cos φ. sin c Tan A = sin A Cos A = sin t. cos δ : sin c sin δ sin φ. cos c : cos φ. sin c = sin t. cos δ x cos φ. sin c Sin c sin δ sin φ. cos c Tan A = sin t. cos δ. cos φ sin δ sin φ. cos c Cos c = cos b. cos a + sin b. sin a. cos C = cos (90 φ). cos (90 δ) + sin (90 φ). sin (90 δ). cos t Cos c = sin φ. sin δ + cos φ. cos δ. cos t Di subtitusikan ke persamaan Tan A Tan A = sin t. cos δ. cos φ sin δ sin φ. cos c = sin t. cos δ. cos φ sin δ sin φ. (sin φ. sin δ + cos φ. cos δ. cos t) 6

= sin t. cos δ. cos φ sin δ (1 cos 2 φ). sin δ - cos φ. cos δ. cos t. sin φ = sin t. cos δ. cos φ sin δ sin δ + cos φ. sin δ - cos φ. cos δ. cos t. sin φ = sin t. cos δ. cos φ cos φ. sin δ - cos φ. cos δ. cos t. sin φ Tan A = sin t. cos δ cos φ. sin δ - cos δ. cos t. sin φ Cotan A = 1/Tan A = 1/sin t. cos δ. cos φ cos φ. sin δ - cos φ. cos δ. cos t. sin φ = cos φ. sin δ - cos φ. cos δ. cos t. sin φ sin t. cos δ. cos φ = cos φ. sin δ - cos φ. cos δ. cos t. sin φ sin t. cos δ. cos φ sin t. cos δ. cos φ = cos φ. tan δ : sin t cotan t. sin φ = cos φ. tan δ : sin t (1/tan t). sin φ Cotan A = cos φ. tan δ : sin t sin φ : tan t Cotan A = sin φ : tan t + cos φ. tan δ : sin t Contoh: Berapa ketinggian dan azimuth Matahari pada jam 14.00 pada hari sabtu tanggal 3 Juni 2017 di Menara al-husna MAJT Semarang dengan lintang - 6 59 4.42 LS dan bujur 110 26 47.7 BT, deklinasi 22 22 35, Equation of Time 0 1 47. Menghitung waktu hakiki WH = WD + e (BD BT) / 15 = 14.00 + 0 1 47 (105-110 26 47.7 ) / 15 = 14: 23: 34.18 Menghitung sudut waktu t = (WH 12 ) x 15 = (14: 23: 34.18 12) x 15 = 35 53 32.7 7

Menghitung ketinggian Matahari Sin h = sin φ. sin δ + cos φ. cos δ. cos t = sin -6 59 4.42. sin 22 22 35 + cos -6 59 4.42. cos 22 22 35. cos 35 53 32.7 = 44 12 29.58 Menghitung azimuth Matahari Cotan A = sin φ : tan t + cos φ. tan δ : sin t = - sin -6 59 4.42 : tan 35 53 32.7 + cos -6 59 4.42. tan 22 22 35 : sin 35 53 32.7 = 49 8 19.52 Jadi arah Matahari pada tanggal 3 Juni 2017 di menara al-husna adalah sebesar 49 8 19.52. C. Sistem Koordinat Jam/waktu Bintang Melalui kutub utara dan kutub selatan pada bola langit terbentuk lingkaran yang berpusat pada poros Bumi. Lingkaran ini disebut lingkaran waktu dan membentuk sudut 90 dengan equator langit. Setiap lingkaran waktu membentuk sudut dengan lingkaran meridian yang disebut sudut waktu. Pada sistem koordinat sudut waktu penentuan benda langit memerlukan sudut jam bintang (t) dan deklinasi bintang (δ). Jika sebuah bintang berada di meridian, maka lingkaran waktu berimpit dengan meridian, tetapi jika bintang tersebut tidak berada di meridian, maka lingkaran waktu dengan meridian akan membentuk sudut. 12 Sehingga sudut waktu merupakan sebuah sudut yang dibentuk oleh lingkaran meridian langit dengan lingkaran waktu. Dinamakan sudut waktu karena bagi semua benda langit yang terletak pada lingkaran waktu yang sama, maka benda-benda langit tersebut berkulminasi pada waktu yang sama pula. 13 Besar sudut waktu menunjukkan berapa jumlah waktu yang memisahkan benda langit yang bersangkutan dari kedudukannya ketika berkulminasi. h.83. 12 Abdur Rachim, Ilmu... h.7. 13 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2004, 8

Perhitungan sudut waktu dimulai dari meridian atas dan berakhir pada meridian bawah, sehingga sudut waktu terbagi menjadi dua bagian yaitu belahan langit bagian barat (+) dan belahan langit timur (-) dimana besaran sudut waktu dari 0 sampai 180. 14 Setiap jam sudut waktu berubah sebanyak ±15. Hal ini disebabkan oleh gerak harian benda-benda langit yang diakibatkan oleh gerak rotasi Bumi. Sehingga, jumlah derajat sudut waktu dapat dipindahkan menjadi jam, menit dan detik, yaitu: 15 360 = 24 jam 15 = 1 menit 15 = 1 jam 1 = 4 detik 1 = 4 menit Untuk menghitung sudut waktu dapat menggunakan rumus sistem astronomi bola sebagai berikut: cos a = cos b. cos c + sin b. sin c. cos α keterangan: a = 90 h b = 90 φ c = 90 δ α = t sehingga rumus sudut waktu adalah: Cos (90 h) = cos (90 φ). cos (90 δ) + sin (90 φ). sin (90 δ). cos t Sin h = sin φ. sin δ + cos φ. cos δ. cos t Cos t = sin h : cos φ. cos δ - tan φ. tan δ Atau Cos t = - tan φ. tan δ + sin h : cos φ. cos δ Dengan adanya sudut waktu bisa digunakan untuk mencari waktu hakiki. Waktu hakiki bisa disebut juga waktu istiwa adalah waktu yang didasarkan pada peredaran Matahari hakiki (yang sebenarnya), yaitu pada Ilmu... h.14 14 A. Jamil, Ilmu... h.14 15 Sayuthi Ali, Ilmu Falak 1, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997, h.10. lihat juga A. Jamil, 9

waktu Matahari mencapai titik kulminasi atas ditetapkan pukul 12.00. sehingga antara satu tempat dengan tempat lain memiliki waktu yang berbeda. Pada saat Matahari mencapai titik kulminasi atas jam 12.00 sudut waktunya adalah 0. Dengan demikian perubahan sudut waktu menentukam berubahnya waktu hakiki. 16 Contoh: Diketahui Lintang Tempat (φ) = -6 59 4.42 Deklinasi Matahari (δ) = 21 10 37 Tinggi Matahari (h) = -1 7 09.26 Maka, diperoleh hasil sudut waktu yaitu: Cos t = - tan φ. tan δ + sin h : cos φ. cos δ = - tan -6 59 4.42. tan 21 10 37 + sin -1 7 09.26 : cos - 6 59 4.42. cos 21 10 37 t = 88 19 54.38 WH = pkl 12.00 + sudut waktu = pkl 12.00 + 88 19 54.38 / 15 = pkl 12.00 + 5 53 19.63 = pkl 17: 53: 19.63 Sehingga pada sudut waktu 88 19 54.38 menunjukkan pukul 17: 53: 19.63. D. Kesimpulan Sistem tata koordinat horizon merupakan sistem yang mengguankan lingkaran horizon atau ufuk dan lingkaran vertikal sebagai sumbunya. Sistem ini digunakan untuk mengetahui posisi dan keadaaan suatu bintang. Untuk mengetahui posisi bintang pada koordinat horizon maka menggunakan rumus perhitungan tinggi bintang (h) dan azimuth bintang (az). Sudut waktu merupakan sudut yang yang dibentuk oleh lingkaran waktu dengan meridian langit. Sudut waktu juga bisa digunakan untuk mencari waktu hakiki atau waktu istiwa. 16 Slamet Hambali, Ilmu... h.81. 10

E. Penutup Demikian makalah ini dibuat. Penulis menyadari masih banyak adanya kekurangan baik dari segi penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis butuhkan untuk pembuatan makalah kedepannya. Kiranya hanya itu yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat umumnya bagi masyarakat khususnya bagi pembaca. Sekian terimakasih. DAFTAR PUSTAKA Ali, Sayuthi, Ilmu Falak 1, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997. Jamil, A., Ilmu Falak, Jakarta: Amzah, 2011. Hambali, Slamet, Ilmu Falak 1, Semarang: Program Pascasarjana IAIN Walisongo, 2011., Pengantar Ilmu Falak, Banyuwangi: Bismillah Publisher, 2012. Hollander, Den, Ilmu Falak, Jakarta: J.B Wolters, 1951. Muhyiddin, Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2004. Kamus Ilmu Falak, Jogjakarta: Buana Pustaka, 2005. Rachim, Abdur, Ilmu Falak, Yogyakarta: Liberty, 1983. Simamora, Ilmu Falak Kosmografi, Jakarta: Pejuang Bangsa, 1985. http://fisika-astronomy.blogspot.co.id/2012/11/sistem-dan-tata-koordinat-bendalangit.html 11