BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi, persaingan perdagangan bebas terjadi. Banyak perusahaan berskala internasional masuk ke dalam negeri. Salah contohnya adalah corporate chain store. Peningkatan jumlah corporate chain store berskala internasional di dalam negeri mulai bertambah. Corporate chain store berskala internasional ini tidak hanya bertumbuh dan berkembang di kota-kota besar di Indonesia, tetapi juga di kota-kota kecil seperti Daerah Istimewa Yogyakarta. Tidak hanya corporate chain store berskala internasional saja, tetapi corporate chain store berskala nasional dan lokal. Hal ini dipacu oleh budaya konsumen yang semakin menyukai suasana berbelanja yang lebih nyaman. Dampak yang ditimbulkan adalah corporate chain store baik berskala internasional, nasional, maupun lokal harus bersaing di mana corporate chain store berskala internasional dan nasional sudah menerapkan Supply Chain Management (SCM) yang terstandardisasi baik. Sebaliknya, corporate chain store lokal belum memiliki SCM yang terstandardisasi dengan baik sehingga terjadi masalah stock out untuk beberapa barang yang memiliki permintaan tinggi, terutama di pasaran. Oleh karena itu, penelitian ini memberikan alternatif solusi untuk menentukan jumlah barang yang dipesan dan safety stock yang tepat untuk masing-masing jenis barang dengan membandingkan metode berbasis logika kabur dan metode penghitungan klasik Economic Order Quantity (EOQ). Supply Chain Management (SCM) yang mengatur mengenai inventori disebut manajemen inventori. Inventori selalu ada dalam sebuah rantai pasok. Inventori dapat berupa bahan baku, work in process, dan barang jadi. Menurut Womack and Jones (1996), inventori merupakan salah satu limbah dari tujuh macam limbah yang harus sesegera mungkin dikurangi. Masalah yang sering dihadapi oleh corporate chain store adalah inventori yang berlebih untuk barang- 1
2 barang yang memiliki tingkat penjualan yang rendah dan stock out untuk barangbarang yang laku di pasaran (Amer, 2009). Selain itu, biaya inventori memberikan kontribusi sebesar 20%-40% per tahun (Ballou, 2004). Oleh karena itu, penting untuk melakukan kebijakan pengendalian dengan baik agar memperoleh jumlah safety stock yang tepat sehingga tidak terjadi stock out maupun inventori berlebih serta biaya inventori menjadi minimal. Manajemen inventori erat berkaitan mengenai penentuan kuantitas order dan jumlah safety stock yang optimal. Kuantitas order biasa dipesan dalam ukuran lot. Ukuran dalam lot ini merupakan upaya untuk memanfaatkan ecomics of scale dan menurunkan biaya. Melalui economics of scale, biaya-biaya tetap yang berkaitan dengan kegiatan pemesanan, transportasi, quantity discounts dalam penentuan harga produk, dan short-term discounts atau promosi perdagangan dalam tiap tingkat pada rantai pasok mendorong untuk melakukan economics of scale seperti memesan dalam lot yang besar (Chopra dan Meindl, 2007). Dari pernyataan tersebut, kuantitas order memang memegang peranan penting dalam manajemen inventori sedangkan safety stock merupakan inventori tambahan yang membantu perusahaan dalam mencegah terjadinya out-of-stock seperti yang dikemukakan oleh Levin et al. (1992). Selain itu, reorder point atau titik di mana dilakukan pemesanan kembali juga merupakan tujuan perusahan dalam melakukan manajemen inventori (Levi, 2000). Selama ini, metode Economic Order Quantity (EOQ) merupakan metode konvensional yang biasa digunakan dalam menentukan kuantitas order yang optimal dan jumlah safety stock. Asumsi yang digunakan dalam metode konvensional tersebut adalah jumlah permintaan relatif konstan dan standar deviasi permintaan selama waktu tunggu adalah konstan (Stevenson, 2004). Kuantitas order, jumlah safety stock, dan reorder point menjadi salah satu variabel input ke Material Requirement Planning (MRP). MRP merupakan teknik yang digunakan untuk kegiatan pemesanan dan penjadwalan terhadap inventori yang memperhatikan lead time dan informasi lainnya untuk menentukan kapan dan berapa banyak jumlah yang dipesan (Stevenson, 2004). Dari pernyataanpernyataan di tersebut, metode EOQ memiliki kelemahan yaitu metode ini
3 dianggap belum dapat merepresentasikan kondisi sistem real dimana pada kondisi real variabilitas jumlah permintaan pasti terjadi. Mengingat metode EOQ tidak mempertimbangkan unsur ketidak pastian, logika kabur memfasilitasi unsur tersebut. Lotfi A. Zadeh pada tahun 1965 mengembangkan teori logika kabur yang digunakan untuk menghitung variabel yang mengandung unsur ketidakpastian. Proses defuzzifikasi dengan pendekatan Graded Mean Integration merupakan salah satu metode yang dapat digunakan. Oleh karena itu, penulis mencoba melakukan penghitungan kuantitas order dan safety stock menggunakan metode EOQ dan logika kabur dengan pendekatan Graded Mean Integration yang bertujuan untuk mencegah terjadinya out-of-stock dan meminimalkan total biaya inventori. 1.2 Perumusan Masalah Perumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penentuan jumlah pesanan a. Lokal chain store belum memiliki metode untuk menentukan jumlah pesanan yang optimal. b. Metode yang digunakan untuk menentukan jumlah pesanan pada lokal chain store berdasarkan histori penjualan sehari sebelumnya. 2. Penentuan safety stock a. Lokal chain store belum memiliki metode untuk menentukan jumlah safety stock yang optimal. b. Selama ini lokal chain store menentukan safety stock menggunakan metode naive. 3. Fungsi biaya a. Biaya simpan b. Biaya pesan c. Biaya out-of-stock d. Biaya inventori
4 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. untuk menentukan kuantitas order yang optimal dan jumlah safety stock menggunakan metode EOQ untuk masing-masing jenis barang yang memiliki permintaan tinggi di retail store, 2. untuk menentukan kuantitas order yang optimal dan jumlah safety stock menggunakan logika kabur dengan pendekatan Graded Mean Integration untuk masing-masing jenis barang yang memiliki permintaan tinggi di retail store, 3. untuk membandingkan hasil penghitungan kedua metode dengan indikator jumlah out-of-stock dan total biaya inventorinya. 1.4 Asumsi dan Batasan Masalah Asumsi yang digunakan di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. jumlah permintaan selama lead time mengikuti distribusi normal, 2. k-preference bernilai 0,5 agar tidak menimbulkan kemiringan yang condong ke kiri atau ke kanan, 3. bentuk fungsi keanggotaan logika kabur adalah trapesium, 4. produk susu yang diteliti sebanyak 100 produk yang disuplai dari gudang pusat Pamella, 5. penelitian dilakukan hanya pada satu cabang Pamella Supermarket Swalayan, yaitu Pamella 1. Batasan masalah di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. permintaan produk selama lead time bersifat tidak pasti, 2. service level merupakan kebijakan dari perusahaan di mana masuk ke dalam penghitungan, 3. metode logika kabur yang digunakan merupakan proses defuzzifikasi menggunakan graded mean integration, 4. Lead time untuk 100 produk susu adalah 2 hari.
5 1.5 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi kepustakaan di bidang teknik industri, khususnya di bidang pengendalian persediaan. Selain itu, penelitian ini diharapkan mampu menjadi sumber referensi untuk pengembangan penelitian selanjutnya yang memiliki topik yang sama dengan penelitian ini.