(a) Simbol tumpuan rol. (b) Simbol tumpuan sendi. (c) Simbol tumpuan jepit Gambar 1. Simbol tumpuan konstruksi

dokumen-dokumen yang mirip
STRUKTUR STATIS TERTENTU

KONSTRUKSI BALOK DENGAN BEBAN TERPUSAT DAN MERATA

2 Mekanika Rekayasa 1

sendi Gambar 5.1. Gambar konstruksi jembatan dalam Mekanika Teknik

STATIKA. Dan lain-lain. Ilmu pengetahuan terapan yang berhubungan dengan GAYA dan GERAK

STRUKTUR STATIS TAK TENTU

Pertemuan XIII VIII. Balok Elastis Statis Tak Tentu

MODUL 1 STATIKA I PENGERTIAN DASAR STATIKA. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

STATIKA I. Reaksi Perletakan Struktur Statis Tertentu : Balok Sederhana dan Balok Majemuk/Gerbe ACEP HIDAYAT,ST,MT. Modul ke: Fakultas FTPD

Jenis Jenis Beban. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

d x Gambar 2.1. Balok sederhana yang mengalami lentur

Pertemuan I, II I. Gaya dan Konstruksi

MODUL 2 : ARTI KONSTRUKSI STATIS TERTENTU DAN CARA PENYELESAIANNYA 2.1. JUDUL : KONSTRUKSI STATIS TERTENTU

Gaya. Gaya adalah suatu sebab yang mengubah sesuatu benda dari keadaan diam menjadi bergerak atau dari keadaan bergerak menjadi diam.

BAB II PELENGKUNG TIGA SENDI

MEKANIKA TEKNIK I BALOK GERBER. Ir. H. Armeyn, MT

Pertemuan V,VI III. Gaya Geser dan Momen Lentur

1.1. Mekanika benda tegar : Statika : mempelajari benda dalam keadaan diam. Dinamika : mempelajari benda dalam keadaan bergerak.

TM. V : Metode RITTER. TKS 4008 Analisis Struktur I

TUGAS MAHASISWA TENTANG

BALOK SEDERHANA BALOK SEDERHANA DAN BALOK SENDI BANYAK

RENCANA PEMBELAJARAAN

Sebuah benda tegar dikatakan dalam keseimbangan jika gaya gaya yang bereaksi pada benda tersebut membentuk gaya / sistem gaya ekvivalen dengan nol.

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Tumpuan Rol

KONSTRUKSI BALOK DENGAN BEBAN TIDAK LANGSUNG DAN KOSTRUKSI BALOK YANG MIRING

Bab 6 Defleksi Elastik Balok

MODUL 2 STATIKA I BALOK TERJEPIT SEBELAH. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

Definisi Balok Statis Tak Tentu

Kuliah kedua STATIKA. Ilmu Gaya : Pengenalan Ilmu Gaya Konsep dasar analisa gaya secara analitis dan grafis Kesimbangan Gaya Superposisi gaya

E. PERENCANAAN STRUKTUR SEKUNDER 3. PERENCANAAN TRAP TRIBUN DIMENSI

KESEIMBANGAN TITIK SIMPUL / BUHUL

INSTITUT TEKNOLOGI PADANG

Konstruksi Rangka Batang

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput

MODUL 3 STATIKA I BALOK DIATAS DUA PERLETAKAN. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

BAB IV KONSTRUKSI RANGKA BATANG. Konstruksi rangka batang adalah suatu konstruksi yg tersusun atas batangbatang

B.1. Menjumlah Beberapa Gaya Sebidang Dengan Cara Grafis

Ilmu Gaya : 1.Kesimbangan gaya 2.Superposisi gaya / resultante gaya

A. Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu :

Besarnya defleksi ditunjukan oleh pergeseran jarak y. Besarnya defleksi y pada setiap nilai x sepanjang balok disebut persamaan kurva defleksi balok

Catatan Materi Mekanika Struktur I Oleh : Andhika Pramadi ( 25/D1 ) NIM : 14/369981/SV/07488/D MEKANIKA STRUKTUR I (Strengh of Materials I)

MODUL 4 STATIKA I BALOK MENGANJUR (OVERHANG) DIATAS DUA PERLETAKAN. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

Soal :Stabilitas Benda Terapung

Pertemuan VI,VII III. Metode Defleksi Kemiringan (The Slope Deflection Method)

Mekanika Rekayasa III

BAB I STRUKTUR STATIS TAK TENTU

II. KAJIAN PUSTAKA. gaya-gaya yang bekerja secara transversal terhadap sumbunya. Apabila

DRAFT ANALISIS STRUKTUR Metode Integrasi Ganda (Double Integration) Suatu struktur balok sedehana yang mengalami lentur seperti pada Gambar

5- Persamaan Tiga Momen

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun,

ANALISA STATIS TERTENTU WINDA TRI WAHYUNINGTYAS

MODUL ILMU STATIKA DAN TEGANGAN (MEKANIKA TEKNIK)

Biasanya dipergunakan pada konstruksi jembatan, dengan kondisi sungai dengan lebar yang cukup berarti dan dasar sungai yang dalam, sehingga sulit

BAB II METODE DISTRIBUSI MOMEN

e-learning MEKANIKA TEKNIK 01

GAYA GESER, MOMEN LENTUR, DAN TEGANGAN

BAB III ANALISIS STRUKTUR STATIS TERTENTU

BAB II LANDASAN TEORI

PERHITUNGAN PANJANG BATANG

Modul Sifat dan Operasi Gaya. Ir.Yoke Lestyowati, MT

MEKANIKA TEKNIK 02. Oleh: Faqih Ma arif, M.Eng

A. IDEALISASI STRUKTUR RANGKA ATAP (TRUSS)

I. DEFORMASI TITIK SIMPUL DARI STRUKTUR RANGKA BATANG

BAB II DASAR TEORI 2.1 Spin Coating Metode Spin Coating

MAKALAH PRESENTASI DEFORMASI LENTUR BALOK. Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Mekanika Bahan Yang Dibina Oleh Bapak Tri Kuncoro ST.MT

A. IDEALISASI STRUKTUR RANGKA ATAP (TRUSS)

KEANDALAN STRUKTUR BALOK SEDERHANA DENGAN SIMULASI MONTE CARLO

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

III. TEGANGAN DALAM BALOK

Jenis Gaya gaya gesek. Hukum I Newton. jenis gaya gesek. 1. Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik.

Kuliah keempat. Ilmu Gaya. Reaksi Perletakan pada balok di atas dua tumpuan

Mata Kuliah: Statika Struktur Satuan Acara Pengajaran:

Pertemuan I,II I. Struktur Statis Tertentu dan Struktur Statis Tak Tentu

METODE DEFORMASI KONSISTEN

BAB V Hukum Newton. Artinya, jika resultan gaya yang bekerja pada benda nol maka benda dapat mempertahankan diri.

BATANG GANDA DENGAN KLOS

BESARAN VEKTOR B A B B A B

Ditinjau sebuah batang AB yang berada bebas dalam bidang x-y:

Bab 6 Momentum Sudut dan Rotasi Benda Tegar

FISIKA XI SMA 3

1 M r EI. r ds. Gambar 1. ilustrasi defleksi balok

MEKANIKA REKAYASA. Bagian 1. Pendahuluan

BAHAN AJAR MEKANIKA REKAYASA 3 PROGRAM D3 TEKNIK SIPIL

Oleh : Ir. H. Armeyn Syam, MT FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI PADANG

Pengertian Momen Gaya (torsi)- momen gaya.

PERENCANAAN LANTAI KENDARAAN, SANDARAN DAN TROTOAR

Selain besaran pokok dan turunan, besaran fisika masih dapat dibagi atas dua kelompok lain yaitu besaran skalar dan besaran vektor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Profil C merupakan baja profil berbentuk kanal, bertepi bulat canai,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MENGHITUNG MOMEN GAYA DALAM STATIKA BANGUNAN

Macam-macam Tegangan dan Lambangnya

Biasanya dipergunakan pada konstruksi jembatan, dengan kondisi sungai dengan lebar yang cukup berarti dan dasar sungai yang dalam, sehingga sulit

BAB II METODE KEKAKUAN

BAB IV DIAGRAM GAYA GESER (SHEAR FORCE DIAGRAM SFD) DAN DIAGRAM MOMEN LENTUR (BENDING MOMENT DIAGRAM BMD)

C. Momen Inersia dan Tenaga Kinetik Rotasi

Hukum Newton dan Penerapannya 1

MEKANIKA TEKNIK 1. Tujuan : Mahasiswa dapat memahami dan mengenal gaya pada keseimbangan suatu konstruksi.

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika

Transkripsi:

. alok Sederhana alok sederhana adalah balok tunggal yang didukung oleh dua tumpuan sendi dan rol atau satu tumpuan jepit. Untuk rol reaksi atau gaya tumpuan yang sembarang hanya menerima gaya tumpuan yang tegak lurus (vertikal) sumbu bumi (V). Sendi selain V juga reaksi horisontal H. Jepit meneriman V, H dan reaksi lentur momen. Gambar simbol tumpuan rol, sendi jepit pada Gambar (a), (b) dn (c). (a) Simbol tumpuan rol (b) Simbol tumpuan sendi (c) Simbol tumpuan jepit Gambar. Simbol tumpuan konstruksi alok sederhana dengan beban tunggal (P) sebesar ton pada balok sepanjang 6.50 m dengan letak P lebih dekat ke tumpuan sejauh.50 m, maka analisis secara grafis diperoleh R dan berikut (Gambar ). P = 3 ton.5 4 I = Garis Penutup.5 4 R I P Skala Gaya = cm # ton Skala Panjang = cm # m Gambar. alok tunggal dengan beban tunggal P asimetris

a. Secara grafis diperoleh : R =,85 cm R =,85 cm x ton =,85 ton =,5 cm =,5 cm x ton =,5 ton Kontrol : R + = P,85 +,5 = 3 ton (ok) b. Secara nalitis M = 0 R.6,5 P.4 = 0 M = 0 -. 6,5 + P.,5 = 0 Perhitungan alok Tunggal dengan eban Majemuk arah berlawanan dianalisis secara garfis seperti terlihat maupun secara analitis (Gambar 3). P 4 = 5t P = 4t P = t P 3 = 3t,50,50,50,50 8,00 R P P 3 P 4 s 3 5 s 3 4 5 P 4 s = Jari-jari Pembagi Skala Gaya cm # ton Skala Panjang cm # ton Gambar 3. alok tunggal dengan beban majemuk

Dari Gambar 3 didapatkan: a. Secara grafis didapat : R =,85 cm R =,85 cm x ton = 3,7 ton =,5 cm =,5 cm x ton = 4,3 ton b. Secara nalitis didapat : M = 0 R.8 P.(8,00,50) - P (8,00-,50-,00) + P 3 (8,00-,50-,00-,50) - P 4 (8,00-,50-,00-,50-,50) = 0 R.8 P.6,50 - P. 4,5 + P 3. 3,00 -P 4.,50 = 0 M = 0 -.8 P 4.6,50 P 3. 5 + P.3,5 +P.,50 = 0 Kontrol : P + P - P 3 +P 4 =R + + 4 3 + 5 = 3,6875 + 4,35 8 = 8 (OK) Catatan: Pemecahan masalah secara grafis didapat angka bulat, sedang secara analitis terdapat angka desimal. Hasil akhir antara secara grafis dan analitis tidak jauh berbeda. Pada soal di atas didapat: R =3,7 ton dan =4,3 ton (grafis). Sedang secara analitis didapat R = 3,6875 ton dan = 4,35 ton (analitis). 3

alok tunggal dengan beban majemuk terpusat arah tidak terarur (Gambar 4), diselesaikan dengan cara grafis dan analitis P = t P = t P 4 = t 45 R 45 45 P 3 = t R,00,50,00,50,3,4 4 3 5 Skala Gaya cm # ton Skala Panjang cm # m 3 4 5 Gambar 4. alok tunggal dengan beban terpusat majemuk arah tidak terarur a. Secara grafis didapat : R =,4 cm R =,4 cm x ton =,4 ton =,3 cm =,3 cm x ton =,3 ton b. Secara nalitis didapat : P, P 3 dan P 4 arah gaya dijadikan tegak lurus garis. P sudah tegak lurus garis (P = tetap ton) 4

P PV = P cos 45 o = (ke bawah) P 3 PV 3 = P 3 cos 45 o = (ke atas) P 4 PV 4 = P 4 cos 45 o = (ke bawah) Reaksi tumpuan di titik : M = 0 R.7 P.(7,00,00) - P. (7,00-,50-,00) + P 3. (7,00-,00-,50-,00) - P 4.(7,00-,00-,50-,00) = 0 R.7 Pv.5 - P. 3,5 + Pv 3.,5 -Pv 4.,5 = 0 (+) Reaksi tumpuan di titik : M = 0 -.7 P 4.6,50 P 3. 5 + P.3,5 +P.,50 = 0 (+) Kontrol: P V + P - P V3 +P V4 =R + =,4040 +,3030,707 ~,7070 (OK),7 =,7 (Pembulatan) 5

R=3.85 alok tunggal dengan beban merata dan terpusat majemuk arah tidak teratur (Gambar 5). Menghitung reaksi tumpuan R dan cara grafis dan analitis. P = t P =t P 4 =,5t P 5 =t Q 60 60 4t 45 P 3 = t,00,00,00,00,00,00 P R R 5 6 7 Q=4t 4 Q P 3 R P 4 5 4 3 P 3 P 4 6 7 Rv = 4.85 R P 5 H =.70 Skala Panjang: cm # m Skala Gaya: cm # ton Gambar 5. alok tunggal dengan beban merata dan terpusat majemuk arah tidak teratur a. Secara grafis didapat : R = 3,85 cm R = 3,85 cm x ton = 3,85 ton V = 4,85 cm V = 4,85 cm x ton = 4,85 ton H =,70 cm H =,70 cm x ton =,70 ton Q = 4 ton 6

b. Secara nalitis didapat : Menghitung reaksi tumpuan di titik : M = 0 R.8 P.Sin 60 o.7 - P. 5 + P 3. Sin 45 o.5 - P 4.Sin 60 o.3 P 5.- Q.4 = 0 R = 3,8605 ton (+) Menghitung reaksi tumpuan di titik : M = 0 -.8 + Q.4 + P 5.7 + P 4.Sin 60.5 P 3.Sin 45.3 + P.3 +P. Sin 60. = 0 = 4,8898 ton (+) Kesimpulan: da perbedaan hasil akhir perhitungan antara grafis dan analitis. Perbedaan tidak terlalu besar dan dilakukan pembulatan angka. Secara grafis didapat R = 3,85 ton (+) = 4,85 ton (+) Secara analitis didapat R = 3,8605 ton (+) mendekati ~ 3,85 ton.= 4,8908 ton (+) mendekatai ~ 4,85 ton Perbedaan terjadi pada ketelitian garis gambar cara grafis. 7

7,7,8,68 9,36,0 3,60 alok tunggal dengan beban merata terbatas dan terpusat menyudut (Gambar 6) diselesaikan dengan cara grafis dan analitis q = t/m P = 3t R Q 4 Q 3 C 30 D 4 4 R S P R Q 3 3 P Skala Panjang: cm # m Skala Gaya: cm # ton R S 3 3.585 (+) (M ) (+) (D) -0,83 -,33 -,60 (N) Gambar 6. alok tunggal dengan beban q terbatas dan P menyudut a. Secara Grafis diperoleh: R = 3,6 cm =3,6 x t = 7, ton =, cm =, x t =,4 ton 8

b. Secara nalitis : P diuraikan menjadi: P V = P.sin = ½.P = ½ ton P H = P.cos = ½ 3.P =,6 ton Reaksi tumpuan: R V dan M = 0 R V. Q.0 - P V. 4 = 0 R V..4.0,5. 4 = 0 V = 0 R V - Q P V + = 0 R = 8+,5 7,7 =,33 ton c. Momen (M) M x = R V.x ½ q x = 7,7. x ½..x 7,7 - x = 0 Momen M MX, M C dan M D. M max = 7,7.x ½.q.x M max M C M D = 7,7.3,585 ½..(3,585) = +,85 tm = R V. x Q.x = 7,7.4.4. = 8,68 6 = +,68 tm = R V. x Q.x = 7,7.8.4.6 = 57,36 48 =+ 9,36 tm d. Gaya Lintang (D) D = R V = + 7,7 ton (+) D C = R V Q = 7,7.4 = -0,83 ton (-) D D = R V Q - P V = 7,7.4,5 = -,33 ton (-) e. Gaya Normal (N) H = P H =,6 ton ( ) H = N ; N =,6 ton ( ) Menuju ke titik sebagai Gaya Tekan (-) 9

alok tunggal dengan kantilever/overstek/overhang/konsol dengan beban terpusat di tengan bentang dan di ujung kantilever (Gambar 7) diselesaikan dengan cara grafis dan analitis, diselesaikan secara grafis dan analitis P = 4 P = D c 3 3 R s 3 s P P 4/3 t,3 t (+) (+) t P (D ) 4 t Skala Gaya = cm # ton Skala Panjang = cm # m 4 tm (-) (+) (M ) 4 tm Gambar 7. alok tunggal dengan kantilever dengan beban terpusat di tengan bentang dan di ujung overstek a. Secara grafis didapat : R =,3 cm =,3 x t =,3 ton (+) = 4,7 cm = 4,7 x t = 4,7 ton (+) 0

b. Secara nalitis : Reaksi tumpuan di titik M = 0 R. 6 P.3 + P. = 0 (+) Reaksi tumpuan di titik M = 0 -. 6 + P. 8 + P.3 = 0 (+) c. Momen (M) M = M = 0 M D M = R. 3 =,33. 3 = 4 tm = R.6 P. 3 =,33. 6 4.3 = - 4 tm d. Gaya Lintang (D) D = R =,33 ton (+) D D(l) = D =,33 ton (+) D D(r) = D D(l) P =,67 ton (-) D (l) = D D(r) =,67 ton (-) D (r) = D (l) + = ton (+) D C(l) = D (r) = ton (+) D C(r) = D C(l) P = 0 ton (OK) Catatan: = Jarak dari D (l) -- D (r) =,67 = 4,67 ton Kesimpulan: Hasil akhir yang dihitung secara grafis dan analitis didapatkan nilai yang sama.

alok Tunggal dengan merata penuh, sendi di dan rol di mendapat beban merata (q) terlihat pada Gambar 8. alok ini dihitung secara analitis untuk mendapatkan reaksi tumpuan (R dan ) dan momen lenturan yang terjadi (M). q = t/m ql R qx L = m x ½ x D R N M N Gambar 8. alok sederhana dengan beban merata (q) Keterangan: ) Q = ql adalah gaya (aksi) dan menimbulkan reaksi, yaitu R dan ) Penjumlahan aksi dan reaksi (resultan, R=0), maka +R + Q = 0 3) Tanda positip (+) karena arah kedua gaya, R dan ke atas, sedangkan tanda negatip (-) pada beban Q sebaliknya. 4) Pada bidang gaya lintang (D) terdapat garis miring dan lurus memotong garis nol atau netral axis (N) merupakan turunan pertama dari fungsi y (y ), dimana y adalah persamaan dari momen lentur yang terjadi akibat beban merata. Kondisi ini terjadi apabila terjadi lenturan yang maksimum sejauh x (M X ) tidak akan pernah terjadi patah (D x = 0). Dengan kata lain ketika terjadi M X, maka D X = 0. 5) Fungsi y sebagai fungsi dari besarnya momen, secara sederhana dihitung dengan memformulasikan gaya dikali panjang lengan.

6) Tanda positip (+) pada bidang momen (M) terjadi apabila suatu benda dibebani dan pada serat bawah tertarik, maka momen lentur bertanda positip, demikian sebaliknya. 7) Gambar momen lentur (M) di bawah garis nol, maka bertanda positip, demikian sebaliknya. Dari penjelasan no ( s.d 7) dihitung: a. Reaksi Tumpuan M = 0, merupakan persaman kesetimbangan V = 0 b. Momen (M) M max = M x Keterangan: M X sebagai fungsi y (y = M X ), terjadi apabila gaya lintang di tempat sejauh x sama dengan nol (D X =0). Dx turunan pertama (y ) dari Mx. Sesuai dengan gejala alam, ketika terjadi lentur yang maksimum TIDK KN PERNH TERJDI PTH di tempat tersebut. Secara matematis ditulis, bila y, maka y = 0. 3

N=P N=0 alok tunggal terjepit penuh di stu tumpuan (Overstek) dengan satu gaya pada ujung yang bebas (Gambar 9) P (D ) l (+) x Q x Qx = +P (sepanjang batang - terdapat vektor gaya P) Mx = -P.x (tanda negatif karena serat atas tertarik) Mx = -P.L D (+); Lihat Gambar.9) (M ) M(-) serat atas tertarik M = -P.l M x = -P.x Gambar 9. Overstek dengan satu gaya pada ujung yang bebas alok overstek/kantilever/konsol dengan beban horisontal setinggi h di ujung bebas (Gambar 0) dapat dihitung reaksi secara analitis. 3 P l h D. = 0 (tidak ada gaya yang tegak lurus sepanjang batang -) D.3 = P (karena gaya P sebagai vektor bisa berpindah setinggi -3) (D ) Q = 0 M X = -P.h P.l (M ) N. = P (gaya P dapat berpindah di titik, sebagai batang tarik, karena sejajar serat batang -) N.3 = 0 (tidak ada gaya yang sejajar serat batang setinggi -3) (+) (N) Gambar 0. alok overstek dengan beban horizontal setinggi h di ujung bebas 4

alok tunggal dengan eban Segitiga yang satu hadap saja (Gambar ) seperti terlihat pada gambar di bawah ini. a. Titik berat segitig q q X /3 x x /3 L /3 x L a X /3 L Titik erat Titik erat b. Reaksi Tumpuan M = 0 R / ql.x / q.l M = 0 x = 0,577L V = 0 R + R - ½.q.L = 0 M c. Momen (M) y qlx qx L M X =0,0064 ql /6 q.l D D X = 0 /3 q.l y ql qx L -------------------------------- Jadi Gambar. alok tunggal dengan eban Segitiga yang satu hadap saja 5

alok sederhana dengan beban segitiga simetris (Gambar ) seperti terlihat pada gambar di abwah ini (q = 000 kg/m),75,75 53,5 D 45 q (,75 ) ( ),75 C q x q 53,5 REKSI TUMPUN R = ½. las x Tinggi x q = ½ (,75). 000 = 53,5 kg = ½. las x Tinggi x q = ½ (,75). 000 = 53,5 kg MOMEN (M) M ( + x =,75m 786,45 GY LINTNG (D) D = R = 53,5 kg (+) D = R q = 53,5 ½...000 = 03,5 kg (+) D C = R qx. = 53,5 ½.,75.000 = 0 kg D = R q x q = 53,5 ½.,75.,75.000 ½.,75.,75.000 = 53, 5 kg (-) Gambar. alok sederhana dengan beban segitiga simetris 6

alok tunggal dengan beban trapesium (Gambar 3) 45 P D P C 45 E q =0000kg/m 0,75 P 3,00,00 M 53,5 843,75 49,6875 844,065 786,45 D Gambar 3. alok tunggal dengan beban trapesium P = titik berat segi tiga bentang -D P = titik berat segi empat bentang D-C P 3 = titik berat segi empat bentang C-E REKSI TUMPUN P = ½. 0,75. 0,75. 000 = 8,5 kg P 3 = P = (-0,75).0,75.000 = 937,5 kg R = = P +P = 8,75 kg 7

MOMEN (M) M = 0 (Sendi / Rol) M D = R.0,75-P.(/3).0,75 =38,75.0,75 8,5.(/3).0,75 = 843,75 kgm (+) M C = R. P {(/3. 0,75)+,750} P.(,5/) = 8,75. 8,5(,5)-937,5(0,65) = 437,5 4,875 585,9375 = 49,6875 kgm (+) M E = M D = R.3,5 P {(/3. 0,75)+,5+,5} P (0,65+,5) P 3 (,5 /) = 8,75. 3,5 8,5 (,75) 937,5(,875) 937. 0,65 = 3960,9375 773,4375 757,85 585,65 = 844,065 kgm (+) M = 0 kgm (Sendi / Rol) GY LINTNG (D) D = R = 8,75 kg (+) D D = R P = 8,75 ½ (0,75. 0,75). 000 = 8,75-8,5 = 937,5 kg (+) D C = M Max =0 = R P P = 8,75 8,5 {(-0,75).6,75.000} = 8,75 8,5-937,5 = 0 kg D E = R P P P 3 = 8,75 8,5 937,5 {(-0,75).0,75.000} = 937,5 kg (-) D = =8,75 kg (-) 8

alok dengan perletakan miring mendapat beban terpusat (Gambar 4) P Cos P (,75 ) a. Reaksi Tumpuan M = 0 x y ½ l C ½ l D ½ P.Cos P.Cos ½ P.Cos = y P.Sin b. Momen (M) N M ¼ P.l Catatan : Perhitungan di atas menunjukkan bahwa: miring balok tidak berpengaruh kepada besarnya M Max. Pengaruhnya terdapat pada gaya lintang (D) dan gaya normal (N). Gambar 4. alok dengan perletakan miring mendapat beban terpusat 9

alok tunggal dengan perletakan miring mendapat beban merata sepanjang balok (Gambar 5) REKSI TUMPUN q t/m M = 0 R y Q Sin Q Cos Q = q.l ½ ½ ½ l ½ l ½ (I) = R y D (II) N (III) q x = q.cos... (untuk setiap m dalam arah mendatar) M ½ ½ ½ ½ ½ ½ ½ ½ Sehingga: ½ ½ ½ ½ (IV) Gambar 5. alok tunggal dengan perletakan miring mendapat beban merata 0

alok sederhana dengan beban merata tidak terbatas dan beban terpusat ganda (Gambar 6). Ditanyakan gambar bidang momen dan gaya lintang. (Heinz Frick, 007) M q =00kg/m P = 300kg q =50kg/m E C 50 D 30 433 P = 500kg 4,00 0,50,00,50 ) 8,00 ) 3) C N D E D 73 87 Mx P N 50 745 P Cos 80 Gambar 6. alok sederhana dengan q tidak terbatas dan P ganda REKSI TUMPUN ΣM = 0 R.8 00.4.6 50.8.4 300.3,5-433.,5= 0 ΣM = 0 -.8-00.4. 50.8.4 300.4,5 433.6,5= 0 80 kg ΣV = 0

R + 4.00 50.8 300-433 = 0 73 +80-400 - 400 300-433= 0 0 = 0 (OK) MOMEN (M) Momen Maksimum ( C) M x = R.x ½.(q +q ) x = 73. x - ½. 50. x = 73.x - 75 x > 4 m (Imposible) Momen Maksimum ( D) M x = R.x q. 4 (x-) - q. (x).(½ x) = 73. x 400(x-) 0,5.50 x = 73x - 400x +800 5x = 33x 5x +800 > 4,5 m (Imposible) Momen Maksimum di kanan D, dan diukur dari dukunga M x = R.x q. 4 (x-) - q. (x).(½ x) P (x - 4,50) = 73. x 400(x-) 0,5.50 x -300(x-4,50) = 73x - 400x + 800 5x 300x + 350 = 3x 5x +350 < 4,5 m (Imposible) Kesimpulan : Mx di titik D M = 0 M C = 7.3.4 ½.50. 4 = 65 kgm (+) M D = 7.3.4,5 00. 4.,5 ½.50.4,5 = 70,5 kgm (+) M D = 80. 3,5 ½.50. 3,5 433. = 697,75 kgm (+)

Keterangan: M = ending moment = momen lentur D = Gaya lintang = Gaya serat batang N = Gaya Normal = Gaya sejajar serat batang P.Sin = 50 kg (ke kanan) P.Cos = 433,0709 kg R = 7,439886 kg = 80, 57803 kg MOMEN (M) M = 0 M C = R.4 ½.q +. L = 73.4 ½.50.4 = 65 kgm (+) M D = 73.4,5 00.4.,5-50.4,5.( ½.4,5) M D = 308,5 000-506,5 = 70, 5 kgm (+) M D =. 3,5 q.3,5( ½.3,5) 433. = 697,75 kgm (+) Masalah pembulatan di R dan Coba-: M D = 7,439886. 4,5 00.4.,5 50.4,5 ( ½.4,5) = 305,979467 000 506,5 = 699,79467 kgm M D = 80,57803. 3,5 ½.50.3,5 433,0709. = 87,00487 306,5 866,054038 = 699,79467 kgm (OK) GY LINTNG (D) D = R = 7,439886 kg (+) D C = D q.4 = 7,43988 kg (+) 50.4 =,43988 kg (+) D D(l) =,439886 50. 0,5 = 87,439886 kg (+) D D(r ) = 87,439886 300 =,56084 kg (-) D E(l) = -,56084 50. = 3,56085 kg (-) D E(r ) = -3,56085 433,0709 = 745,57803 kg (-) D (l) = -745,57803 50.,50 = 80,57803 kg (-) D (r ) = -80,57803 + = 0 (OK) 3