GAMBARAN KELELAHAN KERJA PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH NOONGAN Alvero Lendongan*, Budi T. Ratag*, Rahayu H. Akili* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Kelelahan kerja adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan ketahanan dalam bekerja. Kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja. Kelelahan kerja tidak dapat diartikan secara jelas tapi dapat dirasakan sebagai perasaan kelelahan kerja disertai adanya perubahan waktu reaksi yang menonjol maka indikator perasaan kelelahan kerja dan waktu reaksi dapat dipergunakan untuk mengetahui adanya kelelahan kerja. Perasaan kelelahan kerja adalah gejala subjektif kelelahan kerja yang dikeluhkan pekerja yang merupakan semua perasaan yang tidak menyenangkan. Tujuan penelitian untuk mengetahui bagaimana gambaran kelelahan kerja shift sore pada perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Noongan. Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan desain penelitian cross sectional pada perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Noongan pada bulan Desember 2017 Februari 2018. Populasi dalam penelitian ini merupakan seluruh perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Noongan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan kriteria inklusi dan eklusi adalah 75 responden. Penelitian ini mengunakan alat reaction timer yang kemudian di olah SPSS 2.3. Hasil penelitian ini menujukan terdapat 4 perawat (5.3%) yang mengalami kelelahan kerja tingkat berat, 7 perawat (9.3%) mengalami kelelahan kerja tingkat sedang, 54 perawat (72%) mengalami kelelahan kerja tingkat ringan dan 10 perawat (13.3) mengalami kelelahan kerja tingkat normal. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat kelelahan kerja pada perawat ditiap ruangan yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Noongan baik itu kelelahan tingkat normal, ringan, sedang dan berat Kata Kunci : Kelelahan Kerja. ABSTRACT Work fatigue is a variety of circumstances accompanied by decreased efficiency and resilience in work. Work fatigue will decrease performance and increase the level of work errors. Work fatigue can not be interpreted clearly but can be felt as a feeling of work fatigue accompanied by a change of reaction time is prominent then the indicator of feeling of work fatigue and reaction time can be used to know the existence of work fatigue. Feelings of work fatigue are subjective symptoms of work fatigue that workers complain of which are all unpleasant feelings. The purpose of this study was to find out how to describe the fatigue of afternoon shift work on nurses at Noongan Regional Public Hospital This research method is descriptive research using cross sectional research design at nurses at Noongan Regional General Hospital in December 2017 - February 2018. Population in this research is all nurses at Noongan Regional Public Hospital. The sample used in this study based on inclusion and exclusion criteria was 75 respondents. This research uses reaction reaction tool then in SPSS 2.3. The results of this study indicate that there are 4 nurses (5.3%) who experience severe work fatigue, 7 nurses (9.3%) have moderate work fatigue, 54 nurses (72%) experience mild fatigue and 10 nurses (13.3) normal level. The conclusion in this research is that there is work fatigue on nurse in each room that is in General Hospital of Noongan Area that is tired of normal, mild, moderate and heavy level Keyword: Work Fatigue. PENDAHULUAN Kelelahan kerja adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan ketahanan dalam bekerja (Suma mur, 2009). Kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja (Nurmianto,2003). Kelelahan kerja tidak
dapat didefinisikan secara jelas tapi dapat dirasakan sebagai perasaan kelelahan kerja disertai adanya perubahan waktu reaksi yang menonjol maka indikator perasaan kelelahan kerja dan waktu reaksi dapat dipergunakan untuk mengetahui adanya kelelahan kerja. Perasaan kelelahan kerja adalah gejala subjektif kelelahan kerja yang dikeluhkan pekerja yang merupakan semua perasaan yang tidak menyenangkan. Data yang diperoleh dari International Labour Organization (ILO) (2003) menunjukkan bahwa hampir setiap tahun sebanyak dua juta pekerja meninggal dunia karena kecelakaan kerja yang disebabkan oleh faktor kelelahan. Berdasarkan data dari Pratiwi (2015) tentang Gambaran Tingkat Kelelahan Kerja Perawat di Ruang Perawatan Intensif menunjukkan bahwa terdapat kelelahan kerja pada perawat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden (63%) mengalami kelelahan kerja dalam kategori sedang, 23,5 % mengalami kelelahan berat, dan 13,6 % mengalami kelelahan ringan. Tenaga kerja perawat yang bekerja dirumah sakit mempunyai resiko mengalami kecelakaan dan gangguan kesehatan akibat kerja, karna itu seorang perawat harus dibekali pengetahuan yang cukup agar cepat mengenal kebutuhan pasien yang memerlukan pertolongan segera. Perawat harus mengetahui bantuan apakah yang akan bermanfaat dan dimanakah bantuan tersebut dapat diperoleh bagi pasiennya (Gunarsa, 2008). Penelitian dari Fatona (2015) tentang Perbedaan Tingkat Kelelahan antara Shift pagi, sore dan malam pada perawat inap di Rumah Sakit PKU Aisyiyah Boyolali menunjukkan bahwa terdapat kelelahan kerja pada perawat bagian rawat inap shiftpagi, sore dan malam dengan data menunjukkan bahwa kelelahan tingkat ringan terbesar terdapat pada shift sore yaitu sebanyak 9 responden. Kelelahan tingkat sedang terbanyak dialami pada shift pagi sebanyak 7 responden. Tingkat kelelahan berat dialami paling banyak oleh shift malam yaitu sebanyak 9 responden. Penelitian yang sama dilakukan oleh Angouw (2016) tentang Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja pada Perawat Shift Kerja Pagi, Shift Kerja Sore dan Shift Kerja Malam di Ruangan Rawat Inap RSU Gmim Bethesda Tomohon menunjukkan bahwa adanya kelelahan kerja pada perawat rawat inap di RSU Gmim Bethesda Tomohon dengan data tingkat kelelahan normal 14 orang, kelelahan ringan terdapat 36 orang dan tingkat kelelahan sedang berjumlah 4 orang Hasil wawancara dengan beberapa perawat di rumah sakit umum daerah Noongan mereka mengeluhkan
terjadinya kelelahan setelah selesai bekerja. Ada yang mengeluh karena beban kerja yang berlebihan pada saat menangani banyaknya pasien. Namun bukan hanya faktor beban kerja yang menyebabkan mereka mengeluhkan kelelahan tapi juga karena faktor usia, shift kerja yang berlebihan, dan psikologi. Sehingga terkadang ketika mereka pulang ke rumah, sudah tidak lagi melanjutkan pekerjaan yang lain dan langsung istirahat atau tidur. Namun ada juga yang masih melanjutkan aktivitas lain. Kemudian yang menjadi masalah lain adalah jam kerja dari perawat yang sudah melebihi batas jam kerja per hari, yaitu lebih dari 8 jam kerja per hari. Dan itu terjadi pada shift malam. Terkait latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian tentang gambaran kelelahan kerja shift sore pada perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Noongan. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan mutu pelayanan yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Noongan. METODE PENELITIAN Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan desain penelitian cross sectional pada perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Noongan pada bulan Desember 2017 Februari 2018. Populasi dalam penelitian ini merupakan seluruh perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Noongan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan kriteria inklusi dan eklusi adalah 75 responden. Penelitian ini mengunakan alat reaction timer yang kemudian di olah SPSS 2.3. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Distribusi Kelelahan Kerja Pada Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Noongan Kelelahan Kerja n % Normal 10 13.3 Ringan 54 72.0 Sedang 7 9.3 Berat 4 5.3 Total 75 100.0 Tabel 1. menunjukkan bahwa responden yang memiliki kelelahan kerja ringan lebih banyak daripada responden yang memiliki kelelahan kerja normal, sedang dan berat. Dapat dilihat pada tabel 6 bahwa frekuensi responden yang
memiliki kelelahan kerja ringan sebesar 72 % (54 orang), kelelahan kerja normal sebesar 13.3% (10 orang), kelelahan kerja sedang 9.3 % (7 orang) dan kelelahan kerja berat 5.3% (4 orang). Tabel 2. Distribusi Kelelahan Kerja Pada Perawat di Tiap Ruangan di Rumah Sakit Umum Daerah Noongan Kelelahan Kerja Anak Maternal Isolasi Bedah IGD Pria Wanita HCU Normal 1 1 2 2 0 1 1 2 Ringan 7 8 4 5 6 7 13 4 Sedang 2 1 1 0 1 1 0 1 Berat 1 0 1 1 1 0 0 0 Total 11 10 8 8 8 9 14 7 Tabel 2. menunjukkan bahwa pada ruang Anak responden yang memiliki kelelahan kerja ringan lebih banyak 10% (1 perawat) dan kelelahan kerja sedang 10 % (1 perawat). Ruang Isolasi menunjukkan bahwa daripada responden yang memiliki responden yang memiliki kelelahan kelelahan kerja normal, sedang dan berat. Dapat dilihat pada tabel 2. bahwa kerja ringan lebih banyak daripada responden yang memiliki kelelahan frekuensi responden yang memiliki kerja normal, sedang dan berat. Dapat kelelahan kerja ringan sebesar 63.6 % (7 perawat), kelelahan kerja normal sebesar 9.1% (1 perawat), kelelahan kerja dilihat pada tabel diatas bahwa frekuensi responden yang memiliki kelelahan kerja ringan sebesar 50 % (4 perawat), sedang 18.2 % (2 perawat) dan kelelahan kerja normal sebesar 25% (2 kelelahan kerja berat 9.1% (1 perawat). Untuk ruang Maternal menunjukkan perawat), kelelahan kerja sedang 12.5 % (1 perawat) dan kelelahan kerja berat bahwa responden yang memiliki 12.5% (1 perawat). Pada ruang Bedah kelelahan kerja ringan lebih banyak menunjukkan bahwa responden yang daripada responden yang memiliki memiliki kelelahan kerja ringan lebih kelelahan kerja normal dan sedang. banyak daripada responden yang Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa memiliki kelelahan kerja normal dan frekuensi responden yang memiliki berat. Dapat dilihat pada tabel diatas kelelahan kerja ringan sebesar 80% (8 bahwa frekuensi responden yang perawat), kelelahan kerja normal sebesar memiliki kelelahan kerja ringan sebesar 62.5% (5 perawat), kelelahan kerja
normal sebesar 25% (2 perawat) dan kelelahan kerja sedang 12.5 % (1 perawat). Ruang IGD menunjukkan bahwa responden yang memiliki kelelahan kerja ringan lebih banyak daripada responden yang memiliki kelelahan kerja sedang dan berat. Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa frekuensi responden yang memiliki kelelahan kerja ringan sebesar 75% (6 perawat), kelelahan kerja sedang sebesar 12.5% (1 perawat) dan kelelahan kerja berat 12.5 % (1 perawat). Untuk ruang Interna Pria menunjukkan bahwa responden yang memiliki kelelahan kerja ringan lebih banyak daripada responden yang memiliki kelelahan kerja normal dan sedang. Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa frekuensi responden yang memiliki kelelahan kerja ringan sebesar 77.8% (7 perawat), kelelahan kerja normal sebesar 11.1% (1 perawat) dan kelelahan kerja sedang 11.1 % (1 perawat). Ruang Interna Wanita menunjukkan bahwa responden yang memiliki kelelahan kerja ringan lebih banyak daripada responden yang memiliki kelelahan kerja normal. Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa frekuensi responden yang memiliki kelelahan kerja ringan sebesar 92.9% (13 perawat) dan kelelahan kerja normal sebesar 7.1% (1 perawat). Untuk ruang HCU menunjukkan bahwa responden yang memiliki kelelahan kerja ringan lebih banyak daripada responden yang memiliki kelelahan kerja normal dan sedang. Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa frekuensi responden yang memiliki kelelahan kerja ringan sebesar 57.1% (4 perawat), kelelahan kerja normal sebesar 28.6% (2 perawat) dan kelelahan kerja sedang 14.3 % (1 perawat). Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Noongan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi kelelahan kerja shift sore pada perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Noongan baik itu kelelahan kerja tingkat normal, kelelahan kerja tingkat ringan, kelelahan kerja tingkat sedang maupun kelelahan kerja tingkat berat. Dengan hasil pengukuran ditemukan bahwa kelelahan kerja tingkat ringan adalah yang terbanyak daripada kelelahan kerja tingkat normal, kelelahan kerja tingkat sedang dan kelelahan kerja tingkat berat. Untuk rata-rata kelelahan pada perawat yang bekerja shift sore adalah 13.3% untuk kelelahan kerja tingkat normal, 72% untuk kelelahan kerja tingkat ringan, 9.3% untuk kelelahan kerja tingkat sedang dan 5.3% untuk kelelahan kerja tingkat berat. Hasil ini menunjukkan bahwa perawat memiliki
tanggung jawab yang sama tapi memiliki beban kerja yang berbeda. Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur reaction timer menggunakan rangsangan cahaya dan suara. Dalam melaksanakan penelitian, terjadi beberapa kendala ketika melakukan penelitian di shift sore seperti ada perawat yang tidak bersedia atau menolak. Selain itu, ada juga perawat yang tidak ada ditempat karena tugas luar serta ditemukan bahwa pembagian shift dirumah sakit untuk perawat di shift sore tidak teratur, seperti ada perawat yang bekerja lebih dari satu shift dalam satu hari dikarenakan sumber daya manusia perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Noongan terbatas. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Karundeng (2017), tentang Analisis Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Perawat di Ruang Rawat Inap Antara Dua Rumah Sakit Akreditasi C yang menyatakan bahwa hasil pengukuran terhadap perawat di shift sore terdapat 7 perawat yang mengalami kelelahan tingkat ringan, tanpa mengalami kelelahan sedang ataupun kelelahan berat. Hal ini dapat terjadi karena pada shift sore walaupun kondisi tubuh perawat mulai menurun karena aktivitas lainnya tepatnya sebelum melakukan pekerjaan sebagai perawat atau disebut dengan kondisi awal, namun aktivitas pelayanan yang paling dominan di ruang rawat inap dilakukan pada pagi hari, seperti morning care, masuk keluar pasien, keluarga pasien yang berdatangan dan pelayanan dari dokter untuk melakukan visite kepada pasien sehingga dibanding shift sore, beban kerja shift pagi lebih tinggi dan dapat mengakibatkan meningkatnya kelelahan perawat. Hasil wawancara pada perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Noongan terkait dengan pola makan, sebagian besar perawat tidak mengkonsumsi makanan sebelum melaksanakan pekerjaan di shift sore. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari Cahyanti (2015), dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan Intake Makanan (Kalori) Dengan Kelelahan Kerja Pada Perawat Shift pagi UGD Paviliun RS. X Jakarta menyatakan bahwa Perawat yang mengalami kelelahan kerja berjumlah lebih banyak yaitu sebanyak 22 perawat (73.3%) sedangkan yang tidak lelah sebanyak 8 orang perawat (26.7%). Hal ini disebabkan karena faktor intake makanan dan faktor-faktor penyebab kelelahan kerja seperti posisi kerja dan circadian rhytm. Hasil penelitian pada perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Noongan menunjukkan bahwa terdapat 4 perawat yang mengalami kelelahan berat akibat beban kerja yang berlebihan dan juga faktor umur serta status gizi. Ardiyanti
(2017). dalam penelitiannya yang berjudul "Hubungan Beban Kerja Mental Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Keperawatan Dan Tenaga Kebidanan di Puskesmas Mlati II Sleman Yogyakarta" menyatakan bahwa hasil pengukuran kelelahan kerja terdapat 3 responden (14,29%) yang mengalami kelelahan berat. Hal ini disebabkan karena terdapat 3 perawat yang memiliki status gizi yang tidak normal. Kondisi awal juga berpengaruh terhadap kelelahan yang terjadi seperti sebelum memulai pekerjaan sebagai perawat sudah melakukan aktivitas lainnya diluar Rumah Sakit. Kusgiyanto (2017) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Hubungan Beban Kerja Fisik, Masa Kerja, Usia dan Jenis Kelamin Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Bagian Pembuatan Kulit Lumpia di Kelurahan Kranggan Kecamatan Semarang Tengah menunjukkan bahwa dari 31 responden terdapat 11 responden yang mengalami kelelahan ringan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh pada perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Noongan yang menunjukkan bahwa rata-rata perawat perawat mengalami kelelahan ringan, disebabkan karena beban kerja yang tidak terlalu berat. Perawat di Ruangan Anak Hasil penelitian yang dilakukan diruangan anak, bahwa untuk kelelahan pada ruangan anak memiliki rata_rata 63.6% dan berada pada kategori kelelahan ringan. Distribusi responden berdasarkan reaction timer diruangan anak paling banyak berada dikategori kelelahan ringan sebanyak 7 perawat atau sebesar 63.6%. Untuk kategori kelelahan sedang sebanyak 2 atau sebesar 18.2% dan yang paling rendah ada pada kategori kelelahan normal dan kelelahan berat masing-masing sebanyak 1 perawat atau masing-masing sebesar 9.1%. Hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Noongan di ruangan anak, untuk distribusi berdasarkan reaction rimer terhadap jenis kelamin, tingkat pendidikan dan lama kerja, rata-rata berada pada kategori kelelahan ringan. Hal ini disebabkan oleh karena hampir semua perawat yang bekerja shift sore diruangan anak tidak memiliki beban kerja yang berlebihan. Kemudian untuk 1 perawat yang mengalami kelelahan berat disebabkan oleh faktor usia dan status gizi pada perawat tersebut.
Perawat di Ruangan Maternal Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti didapatkan bahwa untuk gambaran kelelahan diruangan maternal rata-rata berada pada kategori kelelahan ringan yaitu sebesar 80% atau sebanyak 8 perawat. Sedangkan distribusi berdasarkan reaction timer, untuk kategori kelelahan normal ada sebanyak 1 perawat atau sebesar 10%. Hasil yang sama dengan kategori kelelahan sedang yaitu sebanyak 1 perawat atau sebesar 10%. Hasil pengukuran diruangan maternal rata-rata perawat mengalami kelelahan ringan. Hal ini disebabkan karena perawat yang bekerja shift sore diruangan maternal, tidak memiliki beban kerja yang berat karena hanya merawat pasien bayi. Perawat di Ruangan Isolasi Hasil penelitian terhadap perawat diruangan isolasi berada di kategori kelelahan ringan. Hal ini dapat dilihat dari distribusi responden berdasarkan reaction timer terhadap kelelahan kerja, untuk kategori kelelahan ringan ada sebanyak 4 perawat atau sebesar 50%. Untuk kategori kelelahan normal ada sebanyak 2 perawat atau sebesar 25%. Sedangkan untuk kategori kelelahan sedang dan kategori kelelahan berat memiliki hasil yang sama, yaitu sebanyak 1 perawat atau sebesar 12.5% pada kategori kelelahan sedang, dan 1 perawat atau sebesar 12.5% pada kategori kelelahan berat. Dari hasil yang didapatkan bahwa diruangan isolasi ratarata mengalami kelalahan ringan, oleh karena diruangan isolasi tidak menangani banyak pasien pada shift sore. Perawat di Ruangan Bedah Hasil penelitian yang dilakukan diruangan bedah, bahwa untuk kelelahan pada ruangan bedah memiliki rata_rata 62.5% dan berada pada kategori kelelahan ringan. Distribusi responden berdasarkan reaction timer diruangan bedah paling banyak berada dikategori kelelahan ringan sebanyak 5 perawat atau sebesar 62.5%. Untuk kategori kelelahan normal sebanyak 2 atau sebesar 25% dan yang paling rendah ada pada kategori kelelahan berat sebanyak 1 perawat atau sebesar 12.5%. Hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Noongan di ruangan bedah, untuk distribusi berdasarkan reaction rimer terhadap jenis kelamin, tingkat pendidikan dan masa kerja, rata-rata berada pada kategori kelelahan ringan. Hal ini disebabkan oleh karena hampir semua perawat yang bekerja shift sore
diruangan bedah tidak memiliki beban kerja yang berat, tetapi berdasarkan hasil pengukuran terdapat 1 perawat yang mengalami kelelahan berat dikarenakan oleh shift kerja yang tidak sesuai serta dipengaruhi oleh faktor gizi. Perawat di Ruangan IGD Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti didapatkan bahwa untuk gambaran kelelahan diruangan IGD ratarata berada pada kategori kelelahan ringan yaitu sebesar 75%% atau sebanyak 6 perawat. Hal ini disebabkan karena perawat yang bekerja shift sore diruangan IGD, tidak memiliki beban kerja yang berat karena hanya sedikit pasien yang ditangani. Sedangkan distribusi berdasarkan reaction timer, untuk kategori kelelahan sedang ada sebanyak 1 perawat atau sebesar 12.5%. Hasil yang sama dengan kategori kelelahan berat yaitu sebanyak 1 perawat atau sebesar 12.5%. Hasil yang didapatkan bahwa diruangan IGD rata-rata mengalami kelalahan ringan, oleh karena berdasarkan keadaan diruangan IGD tidak memiliki banyak pasien pada shift sore sehingga beban kerja mereka tidak terlalu berat. Untuk perawat yang mengalami kelelahan berat disebabkan karena sebelum pengukuran perawat tersebut menangani pasien yang mengalami kecelakaan. Perawat di Ruangan Interna Pria Hasil penelitian terhadap perawat diruangan Interna Pria berada di kategori kelelahan ringan. Hal ini dapat dilihat dari distribusi responden berdasarkan reaction timer terhadap kelelahan kerja, untuk kategori kelelahan ringan ada sebanyak 7 perawat atau sebesar 77.8%. Untuk kategori kelelahan normal ada sebanyak 1 perawat atau sebesar 11.1%. Sedangkan untuk kategori kelelahan sedang yaitu sebanyak 1 perawat atau sebesar 11.1%. Hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Noongan diruangan Interna Pria, untuk distribusi berdasarkan reaction rimer terhadap jenis kelamin, tingkat pendidikan dan lama kerja, rata-rata berada pada kategori kelelahan ringan. Hal ini disebabkan oleh karena hampir semua perawat yang bekerja shift sore diruangan Interna Pria tidak memiliki beban kerja yang berlebihan, dan pada saat bersamaan tidak menangani banyak pasien.
Perawat bekerja pada di Ruangan Interna Wanita Hasil penelitian yang dilakukan diruangan Interna Wanita, bahwa untuk kelelahan pada ruangan Interna Wanita memiliki rata-rata 92.9% dan berada pada kategori kelelahan ringan. Distribusi responden berdasarkan reaction timer diruangan Interna Wanita paling banyak berada dikategori kelelahan ringan sebanyak 13 perawat atau sebesar 92.9%. Untuk kategori kelelahan normal sebanyak 1 perawat atau sebesar 7.1%. Hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Noongan di ruangan Interna Wanita, untuk distribusi berdasarkan reaction rimer terhadap jenis kelamin, tingkat pendidikan dan masa kerja, rata-rata berada pada kategori kelelahan ringan. Hal ini disebabkan oleh karena hampir semua perawat yang bekerja shift sore diruangan Interna Wanita tidak memiliki beban kerja yang berlebihan. Rata-rata diruangan Interna Wanita mengalami kelelahan ringan, dikarenakan hampir sama seperti ruangan yang lainnya yaitu tidak memiliki beban kerja yang terlalu berat meskipun ada berberapa pasien yang dirawat. Perawat di Ruangan HCU Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti didapatkan bahwa untuk gambaran kelelahan diruangan HCU rata-rata berada pada kategori kelelahan ringan yaitu sebesar 57.1% atau sebanyak 4 perawat. Hal ini disebabkan karena perawat yang bekerja shift sore diruangan HCU, tidak memiliki beban kerja yang berat karena hanya sedikit pasien yang ditangani dan suasana dalam ruangan harus tetap tenang. Sedangkan distribusi berdasarkan reaction timer, untuk kategori kelelahan sedang ada sebanyak 1 perawat atau sebesar 14.3%. Sedangkan pada kategori kelelahan normal sebanyak 2 perawat atau sebesar 28.6%. Keadaan yang ditemukan diruangan HCU bahwa setiap perawat tidak memiliki beban kerja yang berat sehingga didapati rata-rata mengalami kelelahan kerja tingkat ringan. Penyebab kelelahan kerja diruangan HCU disebabkan karena cara duduk perawat yang tidak ergonomis ketika sedang jaga. Cara mengatasinya adalah dengan pihak Rumah Sakit memberikan pelatihan kepada perawat tentang ergonomic dalam bekerja. KESIMPULAN Hasil penelitian yang telah dilakukan pada perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Noongan serta pembahasan
penelitian, maka dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Secara umum terdapat 4 perawat (5.3%) yang mengalami kelelahan kerja tingkat berat, 7 perawat (9.3%) mengalami kelelahan kerja tingkat sedang, 54 perawat (72%) mengalami kelelahan kerja tingkat ringan dan 10 perawat (13.3) dalam kondisi kelelahan kerja tingkat normal di Rumah Sakit Umum Daerah Noongan. 2. a. Di Ruangan anak terdapat 1 perawat (9.1%) yang mengalami kelelahan kerja tingkat berat, 2 perawat (18.2%) mengalami kelelahan kerja tingkat sedang, 7 perawat (63.6%) mengalami kelelahan kerja tingkat ringan dan 1 perawat (9.1%) mengalami kelelahan kerja tingkat normal. b. Di Ruangan Maternal terdapat 1 perawat (10%) mengalami kelelahan kerja tingkat sedang, 8 perawat (80%) mengalami kelelahan kerja tingkat ringan dan 1 perawat (10%) mengalami kelelahan kerja tingkat normal. c. Di Ruangan Isolasi terdapat 1 perawat (12.5%) yang mengalami kelelahan kerja tingkat berat, 1 perawat (12.5%) mengalami kelelahan kerja tingkat sedang, 4 perawat (50%) mengalami kelelahan kerja tingkat ringan dan 2 perawat (25%) mengalami kelelahan kerja tingkat normal. d. Di Ruangan Bedah terdapat 1 perawat (12.5%) mengalami kelelahan kerja tingkat berat, 5 perawat (62.5%) mengalami kelelahan kerja tingkat ringan dan 2 perawat (25%) mengalami kelelahan kerja tingkat normal. e. Di Ruangan IGD terdapat 1 perawat (12.5%) mengalami kelelahan kerja tingkat berat, 1 perawat (12.5%) mengalami kelelahan kerja tingkat sedang dan 6 perawat (75%) mengalami kelelahan kerja tingkat ringan. f. Di Ruangan Interna Pria terdapat 1 perawat (11.1%) mengalami kelelahan kerja tingkat sedang, 7 perawat (77.8%) mengalami kelelahan kerja tingkat ringan dan 1 perawat (11.1%) mengalami kelelahan kerja tingkat normal. g. Di Ruangan Interna Wanita terdapat 13 perawat (92.9%) mengalami kelelahan kerja tingkat ringan dan 1 perawat (7.1%) mengalami kelelahan kerja tingkat normal. h. Di Ruangan HCU terdapat 1 perawat (14.3%) mengalami kelelahan kerja tingkat sedang, 4 perawat (57.1%) mengalami
kelelahan kerja tingkat ringan dan 2 perawat (28.6%) mengalami kelelahan kerja tingkat normal. SARAN Adapun saran yang dapat diberikan kepada Rumah Sakit tempat penelitian yaitu: 1. Bagi perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Noongan a. Diharapkan perawat dapat beristirahat sebelum melaksanakan tugas. b. Makan makanan yang bergizi dan kalori seimbang. c. Menyempatkan diri untuk berolahraga agar dapat menjaga kesehatan dan kondisi tubuh. d. Perlu memahami tentang akibat dan penyebab kelelahan, yang dapat mempengaruhi pelaksanaan tugas. 2. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Noongan a. Rumah Sakit perlu mengatur kembali sistem kerja shift pada perawat baik itu shift pagi, shift sore dan shift malam. b. Memberikan waktu untuk berolahraga dan berekreasi bagi seluruh perawat. c. Membuat penyuluhan tentang penyebab akibat kelelahan kerja pada perawat. DAFTAR PUSTAKA Angouw. 2016. Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja pada Perawat Shift Kerja Pagi, Shift Kerja Sore dan Shift Kerja Malam di Ruangan Rawat Inap RSU Gmim Bethesda Tomohon. Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Volume 5 Nomor 2. Ardiyanti. 2017. Hubungan Beban Kerja Mental Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Keperawatan Dan Tenaga Kebidanan di Puskesmas Mlati II Sleman Yogyakarta. Jurnal Kesmas (e- Journal) Volume 5 Nomor 5. Cahyanti. 2015. Hubungan Intake Makanan (Kalori) Dengan Kelelahan Kerja Pada Perawat Shift pagi UGD Paviliun RS. X Jakarta. Jurnal Kesmas (e- Journal) Volume 3 Nomor 3. Fatona. 2015. Perbedaan Tingkat Kelelahan antara Shift pagi, sore dan malam pada perawat inap di Rumah Sakit PKU Aisyiyah Boyolali. Gunarsa. 2008. Psikologi Perawatan. Yogyakarta: Libri Karundeng. 2017. Analisis Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Pada
Perawat di Ruang Rawat Inap Antara Dua Rumah Sakit Akreditasi C. Jurnal Kesmas UNSRAT Volume 5 Nomor 2. Kusgiyanto. 2017. Analisis Hubungan Beban Kerja Fisik, Masa Kerja, Usia dan Jenis Kelamin Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Bagian Pembuatan Kulit Lumpia di Kelurahan Kranggan Kecamatan Semarang Tengah. Jurnal Kesmas (e-journal) Volume 5 Nomor 5.