BAB I PENDAHULUAN. yang ditekankan pada aktifitas subjek didik. Konsep tersebut dipandang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta (FKIK UMY) telah menggunakan beberapa metode pembelajaran

Prodi kedokteran FK UNS Oktober 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan penilaian pada aspek pengetahuan (Khalidatunnur dkk, 2008).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi. di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PSIK FK UMY) menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa ilmu keperawatan. Lulus dari ujian merupakan keharusan dan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pendidikan keterampilan klinik di Laboratorium. Keterampilan Klinik (Skills laboratory atau disingkat

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Problem-Based Learning (PBL) diperkenalkan pertama kali di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. seorang perawat harus memiliki sertifikat kompetensi (DEPKES, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Ujian merupakan suatu rangkaian persoalan, pertanyaan-pertanyaan,

BAB I PENDAHULUAN. dan daya saing dalam pencarian, perolehan dan penciptaan pekerjaan. Pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Situasi pembelajaran merupakan pertimbangan utama sekolah kedokteran

BAB I PENDAHULUAN. tinggi yang bersifat mendasar berupa perubahan dari pandangan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dilatih untuk mengajar, penilaian, tujuan evaluasi dan secara konsisten

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan klinik (clinical skills) pada profesi kedokteran merupakan hal

PEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN

I. PENDAHULUAN. kedokteran dasar di Indonesia. Dari sistem konvensional berupa teacher

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Skills Lab merupakan tempat mahasiswa dapat. melatih keterampilan medis untuk mencapai kompetensi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. validitas dan reliabilitas terlebih dahulu. corrected item-total correlation yang lebih besar dari 0,349 angka

BAB 1 PENDAHULUAN. Slameto (2003) menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan SK Mendiknas No. 323/U/2002 tentang kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Statistik data mahasiswa Pendidikan Dokter (DAA UGM, 2014)

BAB I PENDAHULUAN. didik. Belajar tidak hanya menerima informasi dari orang lain. Belajar yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS, 2013) melaporkan

BAB I PENDAHULUAN. zaman dan kecanggihan ilmu pengetahuan serta teknologi. Perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. afektif. Kompetensi kognitif, keterampilan, dan afektif harus diuji dengan

BAB V PEMBAHASAN. aktif dalam proses pembelajaran. Metode PBL adalah salah satu dari beberapa

Bab II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. setingkat dengan perguruan tinggi (Siswoyo, 2007). Berdasarkan Indonesian

PEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB V EVALUASI KEBERHASILAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kedokteran bertujuan untuk menghasilkan dokter yang. sebagai bekal untuk belajar sepanjang hayat (Konsil Kedokteran

BAB I PENDAHULUAN. (Fidianty & Noviastuti, 2010). Menurut Taylor (2006) kecemasan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan serta sesuai kebutuhan masyarakat (Febriyani, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. tinggi diharapkan proses pemahaman akan menjadi lebih berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Suatu metode pembelajaran digunakan sesuai dengan. tujuan dan materi pembelajaran, serta karakteristik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Problem Based Learning (PBL)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jadi, yang tinggal dipindahkan ke orang lain dengan istilah transfer of knowledge.

BAB I PENDAHULUAN. tugasnya, serta beberapa perilaku lain yang merupakan sifat-sifat kemanusiaan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kepekaan, ketelitian, serta ketekunan. Pada pelaksanaan PBP

BAB I PENDAHULUAN. menampilkan kemampuan professional yang optimal. Untuk membentuk

Di Ajukan Oleh: Prof. DR. Arif Sumantri, Ns. Uswatun Khasanah, S.Kep., MNS Ns. Azizah Khoiriyati, S.Kep., M.Kep.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bahan obat dan obat tradisional. Pekerjaan Kefarmasian harus dilakukan

ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dunia pendidikan, dan memicu dunia pendidikan untuk selalu berinovasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. PBL merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana mahasiswa

MODUL KETRAMPILAN KOMUNIKASI INTER-PROFESI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tanggung jawab dan peranan di universitas. Stres yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. dorongan yang dapat menimbulkan perilaku tertentu yang terarah kepada pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan kedokteran terdiri dua tahap, yaitu pendidikan tahap sarjana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan, dari, dan tentang satu sama lain untuk meningkatkan kolaborasi

BAB I PENDAHULUAN. manajemen waktu dapat dilakukan dengan metode Problem Based. pendekatan SCL adalah metode pembelajaran dengan Problem Based

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran merupakan salah satu faktor yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang berupa pergerakan sendi,

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak terlepas dari stres, masalahnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. memecahkan masalah (problem solving skill) serta berfokus pada mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jenjang Diploma III keperawatan berperan sebagai perawat. terampil dalam menyelesaikan masalah keperawatan secara mandiri dan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menjadikan perawat sebagai satu-satunya profesi dengan intensitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aman dan etis (College of Nurses of Ontario, 2014). Salah satu kompetensi

HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UMS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Stres tidak dapat dipisahkan dari setiap aspek kehidupan. Stres dapat

IDENTIFIKASI PERAN STAF EDUKASI YANG DIBUTUHKAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU DALAM RANGKA PELAKSANAAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI

BAB I PENDAHULUAN. sendiri dan suatu keadaan, sehingga masa depan dapat diketahui dari

BAB I PENDAHULUAN. berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, mengupayakan agar individu dewasa tersebut mampu menemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Selain itu, kesempatan belajar bagi peserta didik (grown learning) harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu keterampilan yang harus dikuasai perawat adalah mampu

Adult Learning dan Berpikir Kritis. By : Kelompok 6

BAB 1 PENDAHULUAN. quality teaching and learning (Halpern, 1997 dalam Supratiknya & Kristiyani,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat saat ini. Mengatasi masalah tersebut, pakar pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. perubahan paradigma dalam dunia pendidikan kesehatan, termasuk pendidikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN. PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN Saya yang bertandatangan di bawah ini: Nama :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbahaya, salah satunya medical error atau kesalahnan medis. Di satu sisi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pembelajaran IPE berbasis komunitas memberikan dampak positif dengan

kedokteran keluarga, salah satunya adalah patient centered care. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia bagi pembangunan bangsa Indonesia. Oleh karena itu untuk

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu. Pelayanan yang bermutu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. merupakan individual discovery, proses pembelajaran yang sebelumnya lebih

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. 1. Nilai mahasiswa yang mengikuti PAL lebih tinggi dari yang tidak mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa keperawatan. Hal ini sesuai dengan Brinkley et al., (2010)

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan global akan mutu lulusan pendidikan dan sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. evaluasi pada penampilan yang bisa digunakan untuk menilai kompetensi klinik

METABOLISME DAN NUTRISI DI FAKULTAS KEDOKTERAN UMSU TAHUN

Perkuliahan Pada Pendidikan Dokter (Sistem Pembelajaran PBL) Eryati Darwin Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

PEMBELAJARAN ILMU FARMASI KEDOKTERAN DI FK UNIVERSITAS TARUMANAGARA DENGAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI. Oentarini Tjandra

HUBUNGAN ANTARA MINAT DENGAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN PRAKTIK DILABORATORIUM KETERAMPILAN KEPERAWATAN

Komentar dan RekomendasiHasil Visitasi PSPD FKK UMJ

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menunjang kinerja setelah lepas dari institusi pendidikan (Barr, 2010)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan akumulasi dari mengajar dan konsep belajar, yang ditekankan pada aktifitas subjek didik. Konsep tersebut dipandang sebagai suatu sistem yang penting. Sistem belajar memiliki beberapa komponen seperti adanya peserta didik, tujuan, materi untuk mencapai tujuan, fasilitas dan prosedur serta alat atau media pembelajaran yang harus dipersiapkan (Dermawan, 2013). Pembelajaran dalam prosesnya memiliki beberapa metode. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK UMY) telah menggunakan beberapa metode pembelajaran sejak berdiri tahun 1993. Metode-metode tersebut antara lain tahun 1993/1994 hingga 1999/2000 melaksanakan kurikulum pendidikan dengan metode pembelajaran konvensional berupa teacher centered, dan mulai tahun ajaran 2000/2001 melakukan inovasi kurikulum yaitu adanya penambahan ilustrasi atau diskusi kasus klinik, baik di dalam perkuliahan maupun praktikum. Jurusan Program Studi ilmu keperawatan pada tahun akademik 2004/2005 mengimplementasikan metode Problem Based Learning (PBL) secara penuh dalam kurikulumnya (Dhani, 2013). Salah satu metode pembelajaran yang digunakan di PSIK FKIK UMY adalah Problem Baseningd Lear (PBL), beberapa diantanya yaitu kuliah, tutorial, mentoring dan praktikum skills lab (Panduan Akademik 2013/2014). 1

2 Berdasar data nilai OSCE semester ganjil tahun ajaran 2016/2017 di PSIK FKIK UMY, terdapat mahasiswa yang lulus dan tidak lulus skill yang telah diujikan. Pada PSIK angkatan 2013, terdapat 99 mahasiswa (81,8%) tidak lulus, dan 22 mahasiswa (18,2%) lulus pada blok HIV & Paliatif Care. Pada PSIK angkatan 2014, terdapat mahasiswa sejumlah 76 orang (66,7%) tidak lulus, dan 38 mahasiswa (33,3%) lulus pada blok Komunitas. Pada PSIK angkatan 2015, terdapat sejumlah mahasiwa 34 orang (30,4%) tidak lulus, dan sejumlah 78 mahasiwa (69,6%) lulus pada blok Respirasi. Sedangkan mahasiswa PSIK angkatan 2016, terdapat 25 orang mahasiswa (20,7%) tidak lulus, dan 96 orang mahasiswa (79,3%) lulus pada blok Ilmu Keperawatan Dasar 2. Problem Based Learning merupakan metode pembelajaran dengan menggunakan problem atau masalah kesehatan dari pasien sebagai konteks utama bagi mahasiswa untuk memperoleh dasar-dasar dan pengetahuan klinis tentang ilmu kesehatan (Albanese, 2010). Metode PBL dengan kriteria SPICES (Student Centred, Problem Based, Integrated, Community Oriented, Elective dan Systematic), bertujuan menyiapkan mahasiswa sebagai life long learner atau pembelajar sepanjang hayat sehingga di masa mendatang perawat terlatih dalam mengambil langkah-langkah menghadapi permasalahan dan pemecahannya (Dhani,2013). Tenaga kesehatan yang profesional harus membutuhkan kemampuan yang komperhensif, yang terdiri dari kognitif (pengetahuan dan keterampilan berpikir), afektif (sikap, perasaan dan emosi), dan psikomotorik (keterampilan

3 fisik). Psikomotorik ditunjukkan dengan keterampilan fisik seperti koordinasi, ketangkasan, kekuatan, dan kecepatan, selain itutindakan yang menunjukkan keterampilan motorik halus seperti pengunaan alat atau instrumen tertentu dan keterampilan motorik kasar seperti kemampuan atletik dan menari juga merupakan bagian dari pengertian psikomotorik.keterampilan klinis merupakan salah satu bentuk pembelajaran pada kurikulum pendidikan kedokteran yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan klinis dan komunikasi mahasiswa kedokteran (Susanti, 2012). Keterampilan klinis diajarkan dalam pembelajaran Skill lab, yang merupakan sebuah pelatihan skill keperawatan yang bertujuan agar mahasiswa keperawatan berkompeten dan terampil dalam tindakan untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien (Panduan Akademik PSIK 2013/2014).Skill lab merupakan sarana mahasiswa untuk melatih keterampilan (skill) klinis keperawatan, hal tersebut yang membuat skill lab memiliki peranan yang besar dalam melatih keterampilan klinis mahasiswa keperawatan dalam mencapai standar kompetensi selama jejang pendidikan Strata 1 (S1). Skill lab juga berperan penting untuk mempersiapkan mahasiswa keperawatan sebelum memasuki pendidikan profesi dengan berlatih keterampilan klinis baik keterampilan berkomunikasi, pemeriksaan fisik, ataupun tindakan medis (Panggabean & Natasya, 2016) Praktikum skill lab akan diujikan atau dievaluasi hasil belajarnya setelah praktikum skill lab selesai (Syarifah, 2013). Batas standar kelulusan (cut of score) sudah ditentukan, jika peserta didik dapat melewati batas standar nilai

4 standar kelulusan, maka peserta didik dikatakan sudah berkompeten, Sedangkan yang tidak bisa melewati batas standar kelulusan, maka peserta didik dianggap gagal atau tidak berkompeten (Ghofur, 2014). Evaluasi yang dilakukan di keperawatan UMY adalah dengan menggunakan OSCE (Objective Structured Clinical Examination). Penerapan OSCE di indonesia masih bisa terbilang baru, diawali dengan uji coba OSCE nasional yang dilakukan 12 institusi pada tahun 2013. Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada (FK UGM) ditunjuk sebagai salah satu dari 12 (dua belas) Pusat Uji Coba OSCE Nasional (Alfrando,2013). OSCE berkembang menjadi metode yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan untuk menguji kemampuan klinik mahasiswa. OSCE memiliki banyak komponen kompetensi yang diujikan, diantaranya adalah kemampuan praktik, komunikasi, teknik, dan interpretasi data.kemampuan mahasiswa dinilai secara independen oleh observer atau penguji yang kompeten di bidangnnya (Bhatnagar et al, 2011). Standar kelulusan keterampilan OSCE di PSIK UMY menggunakan standar nilai 75 (Adji & Wardaningsih, 2016). OSCE berfungsi untuk menilai kompetensi dan keterampilan klinis mahasiswa secara objektif dan terstruktur. Objektif yang dimaksud adalah setiap mahasiswa yang diujiakan dinilai dengan alat uji berupa daftar tilik atau check list yang sama, dengan kriteria kinerja yang terukur. Terstruktur maksudnya adalah bahwa sekumpulan mahasiswa diuji dengan jenis tugas yang sama, dalam alokasi waktu ujian yang sama (Andrianie et al, 2013).

5 OSCE dapat mengukur kompetensi mahasiswa tidak hanya kemampuan kompetensi kognitif tetapi kompetensi akan dicapai secara komprehensif mulai dari pengkajian riwayat kesehatan, menganalisa kebutuhan klien sampai keterampilan prosedural yang dibutuhkan dalam menangani klien. Hal tersebut memudahkan mahasiswa sebagai peserta didik untuk menerapkan skill di klinik nantinya, dengan demikian penerapan metode OSCE ini sangat sesuai diterapkan di mahasiswa keperawatan meskipun metode ini bukan satusatunya yang menentukan dari keberhasilan mahasiswa keperawatan dalam pendidikan klinisnya (Herlianita & Pertiwi, 2011). Pembelajaran keaterampilan klinik (Skill lab) memerlukan peralatan yang mendukung dan manekin (model tiruan anggota tubuh), selain itu juga memerlukan setting tertentu serta mempunyai beberapa kekhususan dalam proses pembelajaran agar lebih mudah dipahami oleh mahasiswa, memerlukan partisipasi aktif dari mhasiswa, waktu yang cukup untuk latihan, dilakukan secara bertahap dan berulang, memerlukan contoh praktek yang nyata untuk memudahkan pemahaman, perlu umpan balik dan refleksi, serta penilaian untuk mengetahui tingkat pencapaian keterampilan klinis(saputra & Lisiswanti, 2015). Hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik dipengaruhi oleh aktifitas pembelajaran yang ada dikelas maupun di klinik laboratorium (skills lab).kegiatan praktek di laboratorium dapat membantu peserta didik untuk memahami konsep dan teori yang diberikan didalam kelas. Proses pembelajaran laboratorium atau skill lab harus memenuhi standar mutu yang

6 sudah ditetapkan, jika kegiatan skill lab tidak sesuai dengan standar kurikulum maka akan berpengaruh terhadap hasil belajarnya dan tidak tercapainya beberapa tujuan pembelajaran (Meillani, 2015). Berdasarkan pada penelitian Bello Theodora Olufunke (2012) pada 45 sekolah menengah atas di Nigeria selatan menunjukkan bahwa ada pengaruh positif antara ketersediaan peralatan dan pemanfaatan yang efektif pada alatalat laboratorium terhadap prestasi/hasil ujian siswa.pranata (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa sumber belajar berpengaruh positif terhadap hasil belajar, pada dasarnya hasil belajar didapatkan dari pembelajaran teori dan praktikum skill lab. Berdasar pada uraian diatas dan karena penelitian terkaitmutu pembelajaran skills lab dengan hasil OSCE belum pernah dilakukan di program studi ilmu keperawatan fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PSIK FKIK UMY), maka peneliti berniat ingin melakukan penelitian terkait mutu pembelajaran skill lab dengan hasil OSCE pada mahasiswa PSIK FKIK UMY. B. Rumusan Masalah Hubungan mutu pembelajaran skill lab dengan hasil OSCE pada mahasiswa PSIK FKIK UMY? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan mutu pembelajaran skill lab dengan hasil OSCE pada mahasiswa PSIK FKIK UMY

7 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui gambaran mutu pembelajaran skill lab PSIK FKIK UMY b. Untuk mengetahui hubungan mutu pembelajaran dengan hasil OSCE mahasiswa PSIK FKIK UMY D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Mahasiswa Mengetahui mutu pembelajaran skill lab yang baik dan menjadi tambahan ilmu tentang pentingnya praktikum skill lab terhadap hasil ujian 2. Bagi institusi PSIK FKIK UMY Penelitian ini dapat dijadikan refleksi untuk meningkatkan kualitas skill lab di PSIK FKIK UMY 3. Bagi Peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai rujukan ataupun informasi untuk pengembanganpenelitian lebih lanjut. E. Keaslian Penelitian 1. Persepsi mahasiswa terhadap pelaksanaan OSCE di PSIK FK UH Penelitian ini dilakukan oleh Sari (2011).Metode yang digunakan dalam penelitian adalah dengan desain penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.sampel dalam penelitian sebanyak 10 orang dengan menggunakanpurposive sampling. Pengumpulan data menggunakan tehnik wawancara mendalam (In-depth interview). Instrumen yang digunakan adalah human instrument.

8 Hasil penelitian dari tema yang peneliti terapkan didapatkan data bahwa. Tema-tema yang ditetapkan peneliti adalah tentang pelaksanaan OSCE, upaya yang dilakukan untuk menghadapi OSCE, perasaan sebelum dan saat melakukan OSCE, hal-hal yang mempengaruhi hasil OSCE dengan penjabaran sebagai berikut: a. Tema tentang pelaksanaan OSCE terdiri dari sepuluh kategori yaitu waktu pelaksanaan ujian tidak sesuai silabus, tidak ada lab mandiri, persiapan alatuntuk OSCE dilakukan pada hari ujian OSCE, materi OSCE sesuai dengan materi perkuliahan dan clinical skill lab (CSL), OSCE menggunakan undian, OSCE tidak tepat waktu, penguji terlambat datang, waktu yang digunakan kurang untuk setiap station, penilaian yang digunakan saat OSCE, dan jadwal pemberian remedial. b. Upaya yang dilakukan untuk menghadapi OSCE yaitu belajar sendiri dan belajar bersama teman c. Beberapa peserta merasa cemas sebelum dan saat melakukan OSCE, sedangkan satu orang lainnya merasa biasa-biasa saja. d. Nilai OSCE rendah karena kurang mempelajari panduan praktikum, tidak menguasai prosedur yang diujikan. 2. Persepsi mahasiswa farmasi terhadap OSCE sebagai alat evaluasi kompetensi di Malaysia. Penelitian dilakukan oleh Awaisu (2007) menyatakan bahwa 80% mahasiswa merasa OSCE sangat membantu mereka mengenali kelemahan kemampuan klinik, 78 % responden

9 menyatakan bahwa OSCE merupakan metode evaluasi yang komprehensif. 66% responden mengatakan bahwa OSCE merupakan metode evaluasi yang adil dan 50% dari responden menyatakan bahwa keragaman kepribadian, suku, dan jenis kelamin interpatient dan interassessor berpotensi menghasilkan bias yang mempengaruhi nilai mereka.