BIOEKONOMI DAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA LOBSTER (Panulirus sp) DI PERAIRAN KABUPATEN WONOGIRI

dokumen-dokumen yang mirip
Moch. Prihatna Sobari 2, Diniah 2, dan Danang Indro Widiarso 2 PENDAHULUAN

Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 18. No. 2, April 2013 ISSN

METODE PENELITIAN STOCK. Analisis Bio-ekonomi Model Gordon Schaefer

KELAYAKAN PENANGKAPAN IKAN DENGAN JARING PAYANG DI PALABUHANRATU MENGGUNAKAN MODEL BIOEKONOMI GORDON- SCHAEFER

ABSTRACT. Key word : bio-economic analysis, lemuru resources, bali strait, purse seine, resource rent tax, user fee

5.5 Status dan Tingkat Keseimbangan Upaya Penangkapan Udang

Gambar 7. Peta kawasan perairan Teluk Banten dan letak fishing ground rajungan oleh nelayan Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu

Analisis Potensi Lestari Sumberdaya Perikanan Tuna Longline di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah

VI. ANALISIS BIOEKONOMI

Potensi Lestari Ikan Kakap di Perairan Kabupaten Sambas

POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN IKAN SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN SEKTOR PERIKANAN DI SELATAN JAWA TIMUR

Volume 5, Nomor 2, Desember 2014 Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE) ANALISIS POTENSI LESTARI PERIKANAN TANGKAP DI KOTA DUMAI

VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP. Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan

MODEL PENGELOLAAN PERIKANAN RAJUNGAN DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN NELAYAN DI KABUPATEN PANGKEP

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: ISSN :

PENDUGAAN STOK IKAN LAYUR

ANALISIS BIOEKONOMI MODEL GORDON SCHAEFER SUMBERDAYA IKAN WADER (Rasbora sp) DI RAWA PENING, KABUPATEN SEMARANG

ANALISIS BIOEKONOMI MODEL COPES PERIKANAN DEMERSAL PESISIR REMBANG. Bioeconomic Analitic Copes Mode Demersal Fish in Rembang Water

Ex-situ observation & analysis: catch effort data survey for stock assessment -SCHAEFER AND FOX-

PENDUGAAN STOK IKAN TONGKOL DI SELAT MAKASSAR SULAWESI SELATAN

PEMANFAATAN DAN PEMASARAN SUMBERDAYA CUMI-CUMI (Loligo Sp) YANG DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) KEJAWANAN KOTA CIREBON, JAWA BARAT

OPTIMASI UPAYA PENANGKAPAN UDANG DI PERAIRAN DELTA MAHAKAM DAN SEKITARNYA JULIANI

ANALISIS BIOEKONOMI IKAN KEMBUNG (Rastrelliger spp) DI KOTA MAKASSAR Hartati Tamti dan Hasriyani Hafid ABSTRAK

ANALISIS BIOEKONOMI SUMBERDAYA RAJUNGAN

3 METODOLOGI. Gambar 2 Peta Selat Bali dan daerah penangkapan ikan lemuru.

ANALISIS BIOEKONOMI IKAN PELAGIS PADA USAHA PERIKANAN TANGKAP DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI TAWANG KABUPATEN KENDAL

Sriati Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran, Kampus Jatinangor UBR

POTENSI LESTARI DAN MUSIM PENANGKAPAN IKAN KURISI (Nemipterus sp.) YANG DIDARATKAN PADA PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA SUNGAILIAT

PENDUGAAN STOK IKAN TEMBANG (Sardinella fimbriata) PADA LAUT FLORES (KAB. BULUKUMBA, BANTAENG, JENEPONTO DAN TAKALAR) ABSTRACT

JURNAL PEMANFAATAN SUBERDAYA PERIKANAN

Study Catches of Decpterus Fish (Decapterus Sp) With The Arrested Purse Seine in Samudera Fishing Port (Pps) Lampulo

C E =... 8 FPI =... 9 P

3. METODE PENELITIAN

STUDI BIOEKONOMI IKAN KEMBUNG (Rastrelliger spp) DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BELAWAN GABION KOTA MEDAN PROVINSI SUMATERA UTARA

6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu 6.2 Analisis Faktor Teknis Produksi

3. METODE PENELITIAN

BIO-EKONOMI PENANGKAPAN IKAN : MODEL STATIK. oleh. Purwanto 1) ABSTRACT

PENDAHULUAN. Sumberdaya ikan merupakan salah satu jenis sumberdaya alam yang

ANALISIS BIOEKONOMI(MAXIMUM SUSTAINABLE YIELD DAN MAXIMUM ECONOMIC YIELD) MULTI SPESIES PERIKANAN LAUT DI PPI KOTA DUMAI PROVINSI RIAU

1 PENDAHULUAN. Potensi lestari dan tingkat pemanfaatan sumberdaya udang laut di Indonesia dan Laut Jawa. Pemanfaatan (%) 131,93 49,58

ANALISIS BIOEKONOMI RAJUNGAN (Portunus pelagicus) MENGGUNAKAN PENDEKATAN SWEPT AREA DAN GORDON-SCHAEFER DI PERAIRAN DEMAK

PENGARUH PERBEDAAN WARNA KRENDET DAN KEDALAMAN DAERAH PENANGKAPAN LOBSTER (Panulirus sp.) DI PANTAI WARU PERAIRAN WONOGIRI

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Peralatan 3.3 Metode Penelitian

ANALISIS BIOEKONOMI PERIKANAN CUMI-CUMI (Loligo sp) DI PESISIR KABUPATEN KENDAL

IV. METODE PENELITIAN. kriteria tertentu. Alasan dalam pemilihan lokasi penelitian adalah TPI Wonokerto

Keragaan dan alokasi optimum alat penangkapan cakalang (Katsuwonus pelamis) di perairan Selat Makassar

Analisis Bioekonomi Dan Pengelolaan Sumberdaya Ikan Mas (Cyprinus carpio) Di Waduk Cirata, Jawa Barat

MODEL ANALISIS EKONOMI DAN OPTIMASI PENGUSAHAAN SUMBERDAYA PERIKANAN

TEKNOLOGI PENANGKAPAN PILIHAN UNTUK IKAN CAKALANG DI PERAIRAN SELAYAR PROPINSI SULAWESI SELATAN

PENDUGAAN POTENSI SUMBERDAYA PERIKANAN LAUT DAN TINGKAT KERAGAAN EKONOMI PENANGKAPAN IKAN (KASUS DI TPI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS CPUE (CATCH PER UNIT EFFORT) DAN TINGKAT PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN LEMURU (Sardinella lemuru) DI PERAIRAN SELAT BALI

Universitas Sumatera Utara. Pertanian, Universitas Sumatera Utara

3 METODE PENELITIAN. Gambar 2 Peta lokasi penelitian PETA LOKASI PENELITIAN

PENDAHULUAN. Sumberdaya tersebut diolah dan digunakan sepuasnya. Tidak satupun pihak yang

5 POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN SUMBER DAYA PERIKANAN DEMERSAL

TINGKAT PEMANFAATAN SUMBER DAYA IKAN HASIL TANGKAPAN DI PERAIRAN JEMBER UTILIZATION RATE OF FISH RESOURCES IN JEMBER WATER. Ariesia A.

Catch per unit effort (CPUE) periode lima tahunan perikanan pukat cincin di Kota Manado dan Kota Bitung

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDUGAAN POTENSI LESTARI KEMBUNG (Rastrelliger spp.) DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BELAWAN SUMATERA UTARA ABSTRACT

ANALISIS MUSIM PENANGKAPAN DAN TINGKAT PEMANFAATAN IKAN LAYUR (TRICHIURUS SP) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT

PENDUGAAN KELOMPOK UMUR DAN OPTIMASI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN CAKALANG (KATSUWONUS PELAMIS) DI KABUPATEN BOALEMO, PROVINSI GORONTALO

PENGELOLAAN SUMBERDAYA KAKAP MERAH (Lutjanus malabaricus) YANG DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI BAJOMULYO KABUPATEN PATI JAWA TENGAH

5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

3.1. Waktu dan Tempat

ANALISIS BIOEKONOMI DAN OPTIMASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA IKAN LAYANG DI PERAIRAN KABUPATEN MUNA SULAWESI TENGGARA

Analisis Tangkapan Lestari dan Pola Musim Penangkapan Cumi-Cumi di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat-Bangka

POTENSI BERKELANJUTAN SUMBER DAYA IKAN PELAGIS BESAR DI KABUPATEN MALUKU TENGAH

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN USAHA PERIKANAN TANGKAP DI PANTURA JAWA TENGAH

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS BIO-EKONOMI PENGELOLAAN SUMBER DAYA KAKAP MERAH(Lutjanus sp) SECARA BERKELANJUTAN DI TANJUNGPANDAN, BELITUNG

PARAMETER POPULASI DAN ASPEK REPRODUKSI IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI PERAIRAN REMBANG, JAWA TENGAH

1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KAJIAN PERIKANAN TANGKAP Mene maculata Di TELUK BUYAT Fisheries Studies of Mene maculata In Buyat Bay

3 METODOLOGI. Gambar 3 Peta lokasi penelitian.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. BAHAN DAN METODE. Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian (Dinas Hidro-Oseanografi 2004)

PRODUKTIVITAS ARMADA PENANGKAPAN DAN POTENSI PRODUKSI PERIKANAN UDANG DI LAUT ARAFURA

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEBIJAKAN PENGELOLAAN USAHA PERIKANAN TANGKAP NELAYAN SKALA KECIL DI PANTURA JAWA TENGAH. Suharno 1, Tri Widayati 2.

PERHITUNGAN BIAYA KERUGIAN AKIBAT TUMPAHAN MINYAK MONTARA DI PESISIR NUSA TENGGARA TIMUR

4 HASIL. Gambar 4 Produksi tahunan hasil tangkapan ikan lemuru tahun

FLUKTUASI HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP JARING INSANG HANYUT (DRIFT GILLNET) DI PERAIRAN DUMAI, PROVINSI RIAU

(In-shore and Off-shore Bioeconomic Model for Swimming Crab Fisheries Management in Makassar Strait)

ANALISIS HASIL TANGKAPAN PER UPAYA PENANGKAPAN DAN POLA MUSIM PENANGKAPAN IKAN TERI (STOLEPHORUS SPP.) DI PERAIRAN PEMALANG

Gambar 6 Sebaran daerah penangkapan ikan kuniran secara partisipatif.

ANALISIS BIOEKONOMI PERIKANAN CUMI-CUMI (Loligo sp) DI PERAIRAN KOTA TEGAL

ANALISIS BIOEKONOMI PERIKANAN UNTUK CUMI-CUMI (Loligo sp) YANG TERTANGKAP DENGAN CANTRANG DI TPI TANJUNGSARI KABUPATEN REMBANG

Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) XIV (1): ISSN:

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR LAMPIRAN... viii

POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN KABUPATEN PEKALONGAN

ANALISIS KAPASITAS PENANGKAPAN (FISHING CAPACITY) PADA PERIKANAN PURSE SEINE DI KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Y U S T O M

ANALISIS BIOEKONOMI RAJUNGAN (Portunus pelagicus) MENGGUNAKAN PENDEKATAN SWEPT AREA DAN GORDON-SCHAEFER DI PERAIRAN DEMAK

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: ISSN :

3. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3 METODOLOGI PENELITIAN

Studi Ekonomi Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Karang Konsumsi di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur

TINGKAT PEMANFAATAN PERIKANAN DEMERSAL DI PERAIRAN KABUPATEN REMBANG. Utilization Levels of Demersal Fisheries in Rembang Regency Seawaters

Transkripsi:

BIOEKONOMI DAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA LOBSTER (Panulirus sp) DI PERAIRAN KABUPATEN WONOGIRI Muhammad Zainuddin Program Studi Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Ronggolawe Tuban Email: Zaenmsdp@gmail.com ABSTRAK Lobster (Panulirus sp) merupakan salah satu sumberdaya perikanan yangmemiliki potensi untuk dimanfaatkan karena memiliki nilai ekonomi tinggi dalamperdagangan internasional. Provinsi Jawa Tengah, tepatnya di KabupatenWonogirimerupakan salah satu daerah yang terdapat penangkapan lobster. Informasi tersebutpenting agar eksploitasi Lobster di Perairan Wonogiri dapat berjalan optimal, baiksecara biologi maupun ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkateksploitasi Lobster yang optimal di Perairan Kabupaten Wonogiri. Penelitian dilaksanakandikecamatan Paranggupito Kabupaten Wonogiri pada Oktober 2013 Maret2014. Data dianalisis untuk menentukan produksi lestari perikanan tangkap, tingkatpemanfaatan sumberdaya Lobster dan bio-ekonomi model statis Gordon-Schaefer. Hasilpenelitian menunjukkan Lobster di Perairan Wonogiri dihasilkan oleh 1134 unit krendetdan 168 unit jaring hampar, dioperasikan oleh 137 orang. Maximum sustainable yield(msy) Lobster di perairan tersebut adalah 2252 kg dengan effort optimum 1514 trip pertahun. Berdasarkan MSY tersebut, tingkat pemanfaatan sumberdaya Lobster pada tahun2013 mencapai 69 % dengan effort 2466 trip. Nilai maximum economic yield (MEY)2211 kg dengan effort 1310 trip per tahun dan rente ekonomi yang diperoleh Rp.220.543.974,00. Perhitungan tersebut memberikan indikasi perlunya pengurangan effortsebanyak 1365 trip pada tahun 2014 untuk pemanfaatan sumberdaya Lobster yangoptimal, secara biologi dan ekonomi. Kata kunci : Model bioekonomi statis, MSY, MEY, lobster, perairan Wonogiri ABSTRACT Lobster ( Panulirus sp) is one of the fishery resources that has potential to be utilized because it has high economic value in international trade. Central Java Province, precisely in Wonogiri regency is one of the areas that catch lobsters. The information is important for the exploitation of Lobster in Wonogiri to run optimally, both biologically and economically. This study aims to determine the optimal level of Lobster exploitation in Wonogiri Regency. The research was conducted in Paranggupito sub-district, Wonogiri regency, in October 2013 - March 2014. Data were analyzed to determine sustainable production of capture fisheries, resource utilization rates of Lobster and bio-economics static Gordon-Schaefer model. The results showed that Lobster in Wonogiri was produced by 1134 units of crackle nan 168 units of nets, operated by 137 people. Maximum sustainable yield [MSY] Lobster in these waters is 2252 kg with an optimum effort of 1514 trips per year. Based on the MSY, the utilization rate of Lobster resources in 2013 reached 69% with 2466 trip effort. Maximum economic yield (MEY) 2211 kg with 1310 trips per year and economic rent earned Rp. 220.543.974.00. This calculation provides an indication of the need for a reduction of effort by 1365 trips in 2014 for optimal utilization of Lobster resources, biologically and economically. Keywords: Static Bioeconomic Model. MSY. MEY. Lobster, 20

PENDAHULUAN Lobster (Panulirus sp) merupakan salah satu sumberdaya perikanan yang memiliki potensi untuk dimanfaatkan karena memiliki nilai ekonomi tinggi dalam perdagangan internasional. Provinsi Jawa Tengah, tepatnya di Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu daerah yang terdapat penangkapan Lobster. Lobster (Panulirus sp) tertangkap di Perairan Wonogiri. Biotaini umumnya ditangkap dengan alattangkap yang sederhana, yaitu krendetdan jaring hampar. Alat tangkap ini memuntal (entangling). Informasi diperlukan agar eksploitasi Lobster di perairan ini optimal secara biologi dan ekonomi, diantaranya angka potensi dan tingkat pemanfaatan sumberdaya Lobster, jenis alat yang digunakan untuk menangkap Lobster, serta jumlah Lobster yang boleh ditangkap. Penelitian ini bertujuan menentukan tingkat pemanfaatan sumberdaya Lobster yang optimal di Perairan Wonogiri. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai informasi bagi nelayan, pengusaha penangkap Lobster dan instansi terkait, khususnya otoritas pengelola perikanan di Kabupaten Wonogiri maupun Propinsi Jawa Tengah. METODE PENELITIAN Pengumpulan data dilaksanakan di Kecamatan Paranggupito Kabupaten Wonogiri yaitu pada bulan Oktober 2013 Maret 2014. Data diperoleh dari pengamatan saat mengikuti kegiatan operasi penangkapan Lobster, wawancara terhadap 137 orang nelayan, 2 orang penampung, 2 orang pegawai KUD, pegawai Dinas Kehewanan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Wonogiri, serta pegawai kantor Kecamatan Paranggupito Kabupaten Wonogiri. Metode sensus diterapkan dalam mendapatkan responden nelayan dan penampung, sedangkan responden pegawai dipilih secara purposive. Pengoperasian krendet dilakukan di pantai yang sangat landai maupun di tebing pantai yang sangat terjal. Pengoperasian krendet di pantaibertebing (Gambar 1) dengan kedalaman 8-10 m memerlukan tali pengikat yang 21

panjang dan tongkat sebagai alat bantu penangkapan untuk memposisikan krendet di dalam air. Tali pengikat krendet yang dioperasikan dipantai yang landai (Gambar 2) dengan kedalaman 3-5 m tidaklah panjang, pengikatan dilakukan pada batu karang yang tidak jauh dari posisi krendet dipasang. Ada 4 tahap dalam pengoperasian krendet, yaitu tahap persiapan operasi, pemasangan krendet ( setting), perendaman (soaking) 12 jam,dan pengangkatan krendet ( hauling). Pemasangan krendet dilakukan padasore hari dan pengambilan hasil tangkapan dilakukan pagi hari. Umpan dipasang di tengah-tengah krendet, umumnya menggunakan chiton, sejenis moluska. Chiton diambil dari rongga-rongga batu karang sebelum pengoperasian krendet dilakukan. Gambar 1. Posisi krendet saat setting dari pantai bertebing Gambar 2. Posisi krendet saat setting dari pantai yang landai Setting alat tangkap dari pantai yang landai memanfaatkan pasang surut air laut yang terjadi hanya 3-4 jam saja dalam sehari. METODE ANALISIS DATA a. Catch per unit effort (CPUE) Data produksi Lobster dan data jumlah upaya penangkapan Lobster selama kurun waktu 5 tahun terakhir (2009-2013) diolah dengan menggunakan program Microsoft 22

Excel untuk mendapatkan nilai CPUE (Catchper Unit Effort). Hal ini bertujuan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat sehingga trend CPUE bisa terlihat jelas. Nilai CPUE yang diperoleh dianalisis secara deskriptif untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu, dalam hal ini adalah tingkat pemanfaatan sumberdaya Lobster yang ada di perairan Kabupaten Wonogiri. Data berkala ( time series) dari produksi dan upaya penangkapan digunakan untuk menduga parameter biologis dan parameter teknologi model bioekonomi. Data produksi per tahun dibagi dengan upaya penangkapan per tahun untuk menghasilkan CPUE. Rumus CPUE menurut Susanto (2006) yaitu: dimana: CPUEt = CPUE pada waktu t (kg/trip) Yt = Hasil tangkapan pada waktu t (kg) Et = Upaya penangkapan ikan pada waktu t (trip) b.analisis bioekonomi Analisis Bioekonomi Statisberbasis model Gordon- Schaefer dapat dilakukan dengan metode regresi linierdengan persamaan sebagai berikut: dalam regresi linier sederhana, rumus dasarnya adalah sebagai berikut: dimana: y = variabel tidak bebas x = variabel bebas a = nilai intercept (konstan) = a b = koefisien arah regresi = -ß Pendugaan potensi lestari (MSY)Lobster dengan menggunakan data sekunder berupa data time series produksi dan upaya selama 5 tahun terakhir adalah model surplus produksi yang dikembangkan oleh Schaefer (1954). Menurut model surplus produksi Schaefer, hubungan antaraupaya penangkapan dan hasil 23

per upaya (CPUE) mengikuti garis linier dengan koefisien arah negatif. Bila total hasil per tahun diplot terhadap total biaya, akan diperoleh kurva bentuk parabola dengan persamaan: Rumus yang digunakan dalam analisis bioekonomi statis antara lain sebagai berikut: Tabel 1. Rumus analisis bioekonomi Jumlah upaya yang optimal (f opt ) adalah: Hasil yang optimal (MSY) adalah: Menurut Adi (2007), keseimbangan bioekonomi yang merupakan tingkat keseimbangan pendapatan dan biaya penangkapan dengan pendekatan dinamik adalah model bologi Schaefer (1954) dan model ekonomi dari Gordon (1957). Dalam hal ini, optimalisasi perikanan diarahkan untuk mencapai keseimbangan biologi dan ekonomi, yaitu di satu sisi terjadi kelestarian sumberdaya Lobster dan di sisi lain terjadi perolehan manfaat ekonomi secara berkelanjutan kondisi MEY). HASIL DAN PEMBAHASAN Kabupaten Wonogiri secara geografis terletak di bagian selatan Provinsi Jawa Tengah dengan posisi 7 0 32-8 0 15 LS dan 110 0 41-111 0 18 BT. Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Paranggupito. Kecamatan Paranggupito merupakan daerah berpantai terjal dengan terumbu karangyang cukup luas dan pegunungan yang berbukit-bukit dengan luas wilayah 6.475,43 Ha. Perikanan tangkap yang berkembang di kecamatan Paranggupito masih tergolong skala tradisional sehingga hanya terdapat jenis-jenis alat tangkap yang sangat sederhana baik dari segi konstruksi alat tangkap maupun dari segi metode 24

pengoperasian yang digunakan. Adapun jenis alat tangkap yang banyak beroperasi di perairan Paranggupito adalah jenis gill net, krendet dan alat tangkap lain seperti pancing dan tombak. Kegiatan menangkap Lobster di Wonogiri dilakukan oleh 137 orang nelayan dan tersebar di tiga Desa Paranggupito, Gudangharjo dan Gunturhajo. Nelayan tersebut terbagi menjadi 38 orang nelayan penuh, 77 orang nelayan sambilan utama dan 22 orang nelayan sambilan tambahan. Jumlah nelayan terbanyak ada di Desa Gunturharjo 63 sebanyak dan paling sedikit ada di Desa Gudangharjo sebanyak 44 orang. Alat penangkap Lobster di perairan ini adalah 1134 unit krendet (Gambar 3) dan 168 unit jaring hampar. Jumlah alat tangkap krendet terbanyak terdapat di Desa Gunturharjo sebanyak 513 unit dan paling sedikit terdapat di Desa Gudangharjo dengan jumlah 162 unit. Alat tangkap jaring hampar terbanyak terdapat di Desa Gunturharjo sebanyak 8 unit dan paling sedikit terdapat di Desa Gudangharjo sebanyak 21 unit (Gambar 4) Gambar 3. Konstruksi Alat Tangkap krendet Gambar 4. Jumlah alat tangkap Lobster di Perairan Wonogiri tahun 2009-2014 Kegiatan penangkapan Lobster sangat bergantung pada pasang surut air laut dan keadaan gelombang. Dalam satu bulan hanya berlangsung 15 hari penangkapan yang efektif. Setiap nelayan umumnya mempunyai lokasi penangkapan Lobster sendiri. Jarak antara pemukiman nelayan dengan daerah penangkapan Lobster berkisar 25

antara 500-3 000 m, ditempuh dengan berjalan kaki dengan waktu tempuh berkisar antara 15-60 menit. Pengoperasian jaring hampar hanya dapat dilakukan di pantai yang landai. Pengoperasian jaring hampar yang efektif hanya dilakukan saat fase bulan kwartal 1 dan 2. Tahap pengoperasian jaring hampar sama dengan tahap pengoperasian krendet, namun sebelum jaring hampar dipasang,lokasi pemasangan dibersihkan terlebih dahulu menggunakan cangkul. Pemasangan dan pengangkatan jaring hampar dilakukan saat air surut.. Jenis Lobster yang tertangkap adalah Panulirus penicillatus atau udang batu, Panulirus homarus atau udang pasir atau udang bambu. Panulirus penicillatus merupakan jenis yang paling sering tertangkap oleh krendet dan jaring hampar. Ada 8 daerah potensial penangkapan Lobster di Kabupaten Wonogiri. Musim penangkapan Lobster terjadi pada musim penghujan, yaitu pada bulan Oktober hingga bulan Maret. Produksi Lobster selama lima tahun terakhir (2009-2013) cenderung menurun, Pada tahun 2013 terjadi penurunan yang sangat tajam menjadi1075 kg, produksi terbanyak terjadi tahun 2009 sebesar 2329 kg (Gambar 5). Upaya tangkap (effort) Lobsters elama lima tahun terakhir mengalami penurunan, effort tertinggi terjadi pada tahun 2013 sebesar 2466 trip dan terendah tahun 2009 sebesar 1305 trip (Gambar 6). Hasil tangkapan per unit upaya (CPUE) rata-rata dalam kurun waktu lima tahun cenderung menurun, nilai CPUE terendah terjadi pada tahun 2013 sebesar 0.5 kg/trip dan tertinggi terjadi tahun 2009 sebesar 1.7 kg/trip (Gambar 7). Hubungan antara effort dan CPUE pada periode 2009-2013 menunjukkan nilai pertumbuhan yang negatif sebesar -975.6x + 2978, berarti semakin tinggi effort maka nilai CPUE menujukkan gejala penurunan (Gambar 8). Hal ini memberikan indikasi bahwa sumberdaya Lobster yang ada di Perairan Wonogiri semakin berkurang. Jika hal ini benar, maka perlu dilakukan pengurangan effort agar memberikan kesempatan bagi sumberdaya Lobster untuk tumbuh. Nilai produksi lestari maksimum (C) 26

Lobster di Perairan Wonogiri adalah 2252 kg dan effort(emsy) optimum sebesar 1514trip/tahun. Tingkat pemanfaatan sumberdaya Lobster tahun 2013 mencapai 69% sehingga pemanfaatan sumberdaya Lobster masih dapat ditingkatkan sebesar 31% atau 1017 kg. Dalam keadaan effort aktual yang sudah melebihi MSY menandakan effort yang dilakukan tidak efisien, sehingga untuk mencapai tingkat pemanfaatan yang optimal direkomendasikan adanya pengurangan effort pada tahun 2014 sebanyak 952 trip atau hingga dicapai effort optimum sebanyak 2202 trip (Tabel 2 dan Gambar 9). Pengurangan effort dapat dilakukan dengan mengalihkan Kegiatan penangkapan Lobster ke kegiatan lainnya, misalkan pengumpulan rumput laut dan kerangkerangan. Setiap nelayan Lobster di pesisir Perairan Wonogiri harus mengurangi effort sebanyak tiga trip pada tahun 2014 dari jumlah effort yang biasanya dilakukan pada tahun 2013. Gambar 5. Produksi lobster di perairan Wonogiri tahun 2009-2014 Gambar 6. Upaya tangkap Lobster di Perairan Wonogiri tahun 2009-2014 Gambar 7. CPUE di Perairan Wonogiri tahun 2009-2014 27

Gambar 8. Hubungan upaya penangkapan dengan CPUE Rente ekonomi optimum lestari upaya pemanfaatan sumberdaya Lobstertercapai pada tingkat effort (EMEy)sebesar 1104 trip per tahun dengan produksi (CMEy) sebesar 2085 kg per tahun. Penerimaan total (TRMEy) akan diperoleh sebesar Rp 385.764.850,00 per tahun dan biaya penangkapan total (TCMEy) sebesar Rp 165.220.831,00, dengan demikian rente ekonomi akan diperoleh sebesar Rp 220.543.974,00 per tahun. Pemanfaatan sumberdaya Lobster di Perairan Wonogiri sebaiknya tidak melebihi pemanfaatan saat akses terbuka (open access) (Gambar 9). Jika upaya penangkapan sudah melampaui tingkat keseimbangan pada saat akses terbuka, maka akan terjadi persaingan antar pelaku perikanan. Apabila pelaku perikanan (nelayan) memiliki efisiensi usaha yang sama, maka tiap pelaku akan memperoleh rente ekonomi sebesar nol. Jika efisiensi usaha pelaku perikanan tidak sama, maka pada kondisi akses terbuka terjadi persaingan, nelayan dengan efisiensi lebih tinggi akan memperoleh keuntungan, sedangkan nelayan dengan efisiensi rendah akan mengalami kerugian serta keluar dari usahapenangkapan Lobster. Perbedaan efisiensi usaha ini dapat menjadi batasan agar tetap dicapai kondisi keseimbangan dalam kondisi akses terbuka. Tabel 2. Perbandingan Effort, hasil dan rente ekonomi tahunan pemanfaatan sumberdaya Lobster Sumber: Data penelitian 2013 28

Gambar 9.Hubungan antara total penerimaan, total biaya, rente ekonomi dan tingkat effort pada berbagai kondisi pengelolaan sumberdaya lobster di perairan wonogiri. Pengurasan stok karena jumlah effort berlebih akan mengancam kelestarian sumberdaya Lobster di Perairan Wonogiri dan dapat berakibat menurunnya kesejahteraan nelayan Lobster itu sendiri. Apabila effort yang dilakukan melebihi effort pada saat akses terbuka, maka usaha penangkapan Lobster mengarah pada kondisi tangkap lebih secara ekonomi (economic overfishing) dan ketika hasil tangkap melampaui MSY, maka pemanfaatan sumberdaya Lobster mengarah terjadinya kondisi tangkap lebih secara biologi (biological overfishing). Oleh karena itu kontrol terhadap effort sangat diperlukan. Jumlah effort seyogyanya tidak melebihi effort pada kondisi pengusahaan MEY (1101 trip/tahun) agar rente ekonomi yang diterima optimum, sebesar Rp 220.543.974.00, sebab pada tahun 2013 rente ekonomi yang diterima baru mencapai Rp141.425.000.00. Jadi untuk pengelolaan sumberdaya Lobster yang optimal diperairan Wonogiri pada tahun 2014,harus dilakukan pengurangan effort sebanyak 1365 trip agar efisien secara ekonomi dan kelestarian sumberdaya Lobster tetap terjaga. Pengurangan effort tentunya akan mengurangi penghasilan nelayan Lobster, namun mengingat sebagian besar nelayan di Kecamatan Paranggupito merupakan nelayan sambilan tambahan, maka pengurangan tiga trip per nelayan tidak terlalu berpengaruh terhadap penghasilannya. Untuk menuju pengelolaan sumberdaya Lobster di Perairan Wonogiri yang optimal, maka beberapa tindakan dan kebijakan harus segera dilakukan, antara lain: Pengaturan terhadap penyebaran dan pemerataan upaya penangkapan Lobster; Penentuan ukuran Lobster yang boleh 29

ditangkap; Melakukan konservasi terhadap daerah potensial Lobster. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan yang dapat dikemukakan sebagai berikut: Nilai MSY Lobster di Perairan Wonogiri adalah 2252 kg dan effort optimum 1514 trip per tahun. Tingkat pemanfaatan sumberdaya Lobster pada tahun 2013 mencapai 69%. Nilai MEY 2211 kg dengan effort 1310 trip per tahun; Upaya pemanfaatan sumberdaya Lobster di Perairan Wonogiri pada tahun 2013 sudah over fishing secara biologi dan ekonomi. Berdasarkan situasi di atas disarankan: Perlu dikeluarkan peraturan ukuran Lobster yang layak tangkap; Sosialisasi dan penyuluhan secara berkala kepada pelaku perikanan Lobster tentang pemerataan dan penyebaran upaya tangkap yang seharusnya dilakukan, batasan ukuran Lobster yang boleh ditangkap dan pemberlakuan daerah konservasi. DAFTAR PUSTAKA Adi, Catur Purnomo. 2007. Optimasi Penangkapan Udang Jerbung (Penaeus merguiensis de Man) di Lepas Pantai Cilacap. [Tesis]. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. 88 hlm.http://repository.ipb.ac.id /bitstre am/handle/123456789/41626/ 2007cpa.pdf?sequence=11. Dinas Kehewanan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Wonogiri. 2013. Laporan Tahunan Dinas Kehewanan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Wonogiri Tahun 2013. Wonogiri: Dinas Kehewanan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Wonogiri. p 45. Dinas Kehewanan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Wonogiri.. 2014. Statistik Perikanan Kabupaten Wonogiri Tahun 2014. Wonogiri: Dinas Kehewanan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Wonogiri. Gordon, H. 1954. The Economic Teory of A Common Property Resources : The Fishery. Journal Political Economic, 62 :124-132. Kecamatan Paranggupito Kabupaten Wonogiri. 2014. Kecamatan Dalam Angka 2013. Paranggupito. 45p. Pertanian. p303-309. 30

Schaefer, M.B. 1957. Some Considerations of Population Dynamics and Economics Relation tothe Management of Marine Fisheries. Canada: Journal of The Fisheries Research Board (14): 669681. Sparre, P. and S. C. Venema. 1999. Introduksi Pengkajian Ikan Tropis: Buku 1 Manual. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan bekerjasama dengan Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa, Badan Penelitian dan Pengembangan Susanto. 2006. Kajian Bioekonomi Sumberdaya Kepiting Rajungan ( Portunus pelagicus) di Perairan Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Jurnal Agrisistem, ISSN 1858 4330, 2 (2) : 55-67. 31