Gambaran Tingkat Kapasitas Oksigen Maksimal (VO2 Max) dan Pola Makan Anggota Tim KBM Futsal FKIK UKSW Salatiga Tugas Akhir Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana pendidikan Disusun Oleh: Rananta Khomarul Ninzar 482013027 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI, KESEHATAN & REKREASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2017
Pendahuluan Olahraga merupakan aktivitas fisik yang dilakukan oleh manusia untuk mencapai suatu tujuan tertentu, baik dalam prestasi maupun untuk kebutuhan tiap individu seperti mengisi waktu luang, bersenang-senang, menghilangkan stres, menjaga kesehatan, diet, dan meningkatkan daya tahan tubuh. Semakin banyak melakukan olahraga dapat meningkatkan derajat kesehatan dan tingkat kesegaran jasmani seseorang. Menurut Irianto (2007), seseorang dikategorikan memiliki derajat kebugaran yang baik apabila memiliki kemampuan untuk dapat melakukan pekerjaan sehari-hari secara efisien tanpa kelelahan yang berlebihan. Tingkat kebugaran seseorang dipengaruhi oleh kebiasaan olahraga dan pola makan. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, aktivitas berolahraga perlu didukung dengan asupan gizi yang memadai. Kebiasaan olahraga dan pola makan yang baik sangat berpengaruh terhadap tingkat kebugaran. Salah satu unsur yang paling penting dalam kebugaran jasmani yaitu daya tahan kardiorespirasi. Daya tahan kardiorespirasi adalah kemampuan dari jantung, paru-paru, pembuluh darah, dan kelompok otot yang besar untuk melakukan latihan-latihan yang keras dalam waktu yang lama, seperti jalan cepat, jogging, berenang, senam aerobik, mendayung, bersepeda, dan lain-lain (Len Kravitz, 2001:5). Oleh karena itu daya tahan kardiorespirasi menjadi suatu komponen pokok yang penting bagi kebugaran jasmani. Pengukuran daya tahan kardiorespirasi untuk kapasitas aerobik dapat dilakukan dengan cara mengukur konsumsi VO 2 max (Ismaryati, 2006). VO 2 max merupakan volume oksigen tubuh yang dapat digunakan saat bekerja keras, dinyatakan dalam milliliter, per kilogram (berat badan), per menit. Hal ini memberikan indikasi bagaimana tubuh menggunakan oksigen pada saat melakukan aktivitas fisik misalnya pada waktu olahraga. Salah satu cabang olahraga yang menuntut kemampuan fisik dan daya tahan kardiorespirasi adalah futsal. Dalam futsal karakteristik sistem energi yang digunakan adalah sistem energi anaerobik yang didukung dengan sistem aerobik. Bermain futsal membutuhkan banyak energi sehingga asupan makan harus dijaga untuk memiliki kondisi tubuh yang baik karena energi didapat dari mengkonsumsi makanan sehat. Jadi pemain futsal perlu memiliki VO 2 max yang baik untuk mensuplai oksigen guna menunjang aktivitas mereka selama pertandingan berlangsung. Berdasarkan informasi yang
diperoleh dari kegiatan KBM (Kelompok Bakat Minat) FKIK UKSW, olahraga yang diminati mahasiswa FKIK adalah futsal. Di dalam KBM futsal FKIK, para pemain tidak bisa bertahan lama ketika menjalani latihan maupun bertanding. Sebagai mahasiswa, hal tersebut bisa saja terjadi karena para pemain melakukan banyak aktivitas dan pola makan yang kurang teratur sehingga terjadi kelelahan. Untuk itu penelitian ini dilakukan guna mengetahui kondisi tingkat VO 2 max dan pola makan pada anggota tim Kelompok Bakat Minat (KBM) futsal FKIK UKSW. Metode Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif dengan metode survei, untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada maka dipergunakan tes dan pengukuran. Survei adalah salah satu jenis penelitian untuk mengetahui pendapat dari informasi yang diperoleh dari penelitian, dapat dikumpulkan dari seluruh populasi dan dapat pula dari sebagian dari populasi (Dharma, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah anggota tim KBM futsal FKIK UKSW yang berjumlah 38 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling yang dilakukan atas dasar pertimbangan tertentu. Kriteria inklusi subjek penelitian adalah aktif secara fisik, tidak memiliki penyakit kardiorespirasi, dan bersedia menjadi subjek penelitian. Berdasarkan kriteria inklusi maka dipilih 20 orang sebagai subyek penelitian. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data pola makan pemain dengan membagikan kuesioner yang terdiri dari frekuensi makan, kebiasaan makan, konsumsi cairan, konsumsi makanan dan minuman sebelum dan sesudah pertandingan. Sedangkan untuk tingkat VO 2 max dengan menggunakan Tes MFT atau Multistage Fitness Test. Tes ini dilakukan dengan berlari bolak-balik antara 2 garis dengan jarak 20 meter dengan aba-aba bunyi beep. Sumber data pada penelitian ini dengan menggunakan data primer karena data diambil langsung oleh peneliti melalui MFT. Sedangkan data sekunder adalah data yang sudah tersedia sehingga dapat diperoleh dengan lebih mudah dan cepat, misalnya data nama dan usia pemain. Pengambilan data dilakukan pada hari Rabu tanggal 8 Februari 2017 pukul 15.00 sampai selesai di lapangan Salatiga Futsal. Prosedur pelaksanaan MFT antara lain: persiapan lintasan yang akan digunakan sepanjang 20 meter, tape/audio, recording sheet, dan pengarahan tata cara
pelaksanaan tes. Dalam pengambilan data terdapat 5 lintasan dan dibantu 5 teman yang bertugas mengamati dan mencatat subjek dalam menjalani tes. Selanjutnya yaitu pengumpulan recording sheet, diurutkan sesuai nomor peserta partisipan kemudian data diolah untuk mengetahui persentase tingkat VO 2 max pemain apakah dalam kategori sangat kurang, kurang, sedang, baik, sangat baik ataupun istimewa. Hasil Penelitian Data karakteristik responden dibutuhkan untuk mengetahui lebih jelas mengenai gambaran responden dalam penelitian. Karakteristik yang diteliti meliputi usia, berat badan, tinggi badan, dan status gizi. Karakteristik responden disajikan dalam tabel berikut. Usia Tabel 1 persentase usia responden Usia (tahun) N % 18 5 25 19 3 15 20 1 5 21 4 20 22 7 35 Total 20 100 Dapat dilihat dari gambar 1 menunjukkan bahwa hasil wawancara dengan responden terhadap usia sedikit beragam yaitu antara usia 18 sampai 22 tahun. Ratarata umur dari semua responden yaitu 20,25 tahun. Menurut Depkes RI (2009) berdasarkan usia tersebut dapat diketahui bahwa responden tergolong ke dalam usia remaja akhir. Tinggi Badan Tabel 2 Persentase tinggi badan responden Tinggi Badan (cm) N % 156-160 2 10 161-165 1 5 166-170 9 45 171-175 7 35 176-180 0 0 181-185 1 5 Total 20 100 Secara keseluruhan diketahui rata-rata tinggi badan responden 169,1 cm. Menurut Riyadi (2003) Tinggi badan atau panjang badan merupakan ukuran
antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan pertambahan umur. Berat Badan Tabel 3 Persentase berat badan responden Berat Badan (kg) N % 46-55 5 25 56-65 10 50 66-75 2 10 76-85 2 10 86-95 1 5 Total 20 100 Responden sebagian besar memiliki berat badan 56-65 kilogram yaitu sebanyak 10 orang dengan persentase 50%, kemudian 25% responden dengan berat badan 46-55 kilogram, masing-masing 10% dengan berat badan 66-75 kilogram dan 76-85 kilogram, serta hanya 5% responden dengan berat badan 86-95 kilogram. Dari hasil tersebut diketahui bahwa rata-rata berat badan responden 62,05 kilogram. Status Gizi Tabel 4 Persentase status gizi responden Status Gizi N % sangat kurus 0 0 Kurus 1 5 Normal 16 80 Overweight 3 15 Obesitas 0 0 Total 20 100 Sebagian besar 80% responden memiliki status gizi normal, 15% responden dengan status gizi overweight, dan hanya 5% responden memiliki status gizi kurus. Kapasitas Oksigen Maksimal (VO2 max) Proses awal dari analisis data yaitu melakukan deskripsi data responden yang bertujuan untuk mengetahui ukuran-ukaran diantaranya jumlah persentase, rata-rata (mean), dan simpangan baku (standart deviasi). Pengolahan data dilakukan dengan perhitungan manual dan dengan bantuan program Microsoft Excel 2007 versi Windows. Dari hasil data yang diperoleh disajikan dalam tabel 5.
Tabel 5 data deskriptif responden Jumlah Min Max Mean Standart Deviasi 20 29,1 49 36,66 5,8 Pengukuran hasil tingkat VO 2 max dilakukan dengan menggunakan Multistage Fitness Test (MFT) yang dilakukan oleh 20 subjek penelitian anggota tim KBM futsal FKIK dari UKSW. Hasil dari penelitian berguna untuk mengetahui seberapa besar kondisi tingkat kapasitas oksigen maksimal responden. Hasil dari tes tersebut dapat dilihat sebagai berikut. Tabel 6 hasil tes MFT responden Kategori N % Istimewa 0 0 Sangat Baik 0 0 Baik 2 10 Sedang 6 30 Kurang 5 25 Sangat Kurang 7 35 Total 20 100 Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa 35% responden memiliki tingkat VO 2 max sangat kurang, 30% responden dengan tingkat VO 2 max sedang, 25% responden memiliki tingkat VO 2 max kurang, dan hanya 10% responden memiliki kondisi tingkat VO 2 max baik. Pola Makan Pola makan merupakan kebiasaan konsumsi pangan setiap harinya dimana jumlah pangan baik tunggal maupun beragam yang dimakan oleh individu atau kelompok dengan tujuan tertentu. Tujuan mengkonsumsi makanan adalah untuk memperoleh sejumlah zat gizi yang diperlukan tubuh. Frekuensi Makan Dari hasil kuesioner menyatakan bahwa frekuensi dan kebiasaan makan digunakan untuk mengetahui konsumsi pangan responden di ukur dalam satuan kali per hari. Frekuensi makan responden dapat dilihat dari Tabel 7.
Tabel 7 Sebaran frekuensi makan Frekuensi makan Sebaran (kali/hari) N % 3 14 65 2 5 25 >3 1 5 Total 20 100 Tabel 7 menunjukkan bahwa sebanyak 65% responden memiliki frekuensi makan sebanyak tiga kali setiap harinya, sedangkan sisanya memilik frekuensi makan sebanyak dua kali sehari yaitu 25% dan hanya 5% responden memiliki frekuensi makan lebih dari tiga kali setiap harinya. Kebiasaan Makan Tabel 8 sebaran kebiasaan makan Kebiasaan makan Sebaran N % Kebiasaan sarapan pagi Selalu 6 30 kadang-kadang 13 65 Jarang 1 5 tidak pernah 0 0 Menu sarapan pagi Mie 0 0 Roti 1 5 nasi+lauk pauk 19 95 Lainnya 0 0 Susunan menu konsumsi makan siang nasi, lauk hewani, lauk nabati, sayur, buah 4 20 nasi, lauk hewani/nabati, sayur 12 60 nasi, lauk hewani 4 20 Lainnya 0 0 Susunan menu konsumsi makan malam nasi, lauk hewani, lauk nabati, 3 15 sayur, buah nasi, lauk hewani/nabati, sayur 10 50 nasi, lauk hewani 3 15 Lainnya 4 20 Konsumsi fastfood (makanan cepat saji) Selalu 0 0 kadang-kadang 8 40 Jarang 11 55 tidak pernah 1 5 Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa kebiasaan makan responden sebagian besar yaitu sebesar 65% membiasakan diri untuk melakukan sarapan dengan menu berupa nasi dan lauk pauk dengan persentase 95% dan hanya 5% responden melakukan sarapan hanya dengan makan roti. Kebiasaan makan siang 60%
responden mengkonsumsi menu berupa nasi, lauk hewani atau nabati, dan sayur, sedangkan sisanya masing-masing 20% memilih menu lengkap berupa nasi, lauk hewani, lauk nabati, sayur, buah, dan juga hanya nasi dan lauk hewani saja. Kemudian untuk kebiasaan makan malam responden 50% konsumsi menu berupa nasi, lauk hewani atau nabati, sayur, serta 20% memilih lainnya dengan variasi menu seperti nasi goreng, nasi dan telur, sisanya masing-masing 15% responden konsumsi menu nasi, lauk hewani, lauk nabati, sayur, buah, dan hanya nasi dengan lauk hewani. Konsumsi makanan cepat saji (fastfood) sebagian besar 55% responden jarang mengkonsumi fastfood, sisanya 40% kadang-kadang mengkonsumsi fastfood dan 5% tidak pernah mengkonsumsi fastfood. Kebiasaan Minum Tabel 9 sebaran konsumsi minum Kebiasaan minum Sebaran N % konsumsi air mineral < 5 gelas 3 15 5 gelas 4 20 7 gelas 5 25 > 8 gelas 8 40 konsumsi sport drink Ya 1 5 Tidak 19 95 konsumsi alkohol Ya 4 20 Tidak 16 85 konsumsi minum selama bertanding Ya 16 80 Tidak 4 20 Dari hasil mengenai kebiasaan minum responden menunjukkan bahwa sebagian 40% responden mengkonsumsi air mineral lebih dari 8 gelas perhari, dan sisanya 25% responden konsumsi air mineral 7 gelas per hari, 20% konsumsi 5 gelas air mineral per hari, dan 15% responden konsumsi air mineral kurang dari 5 gelas per hari. Konsumsi sport drink sebagian besar 95% responden tidak mengkonsumsi sport drink, hanya 5% responden mengkonsumsi sport drink. Konsumsi alkohol diketahui bahwa sebesar 80% responden tidak mengkonsumsi alkohol dan hanya 20% responden mengkonsumsi alkohol. Responden selalu mengkonsumsi minuman selama bertanding (80%), sementara sisanya tidak mengkonsumsi minuman selama bertanding (20%).
Kebiasaan Makan Sebelum Bertanding Tabel 10 kebiasaan makan sebelum bertanding Kebiasaan konsumsi makan sebelum bertanding Sebaran N % rentang waktu konsumsi makanan lengkap 1-2 jam 16 80 2-3 jam 4 20 3-4 jam 0 0 4-5 jam 0 0 susunan menu makanan nasi,lauk hewani, lauk nabati, sayur, buah 3 15 nasi, lauk hewani/nabati, sayur 13 65 nasi, lauk hewani 0 0 Lainnya 4 20 makanan/minuman yang dihindari Ada 11 55 tidak ada 9 45 Hasil dari sebaran kuesioner semua responden mengkonsumsi makanan sebelum bertanding tetapi dengan rentang waktu yang berbeda-beda. Sebagian besar 80% mengkonsumsi makanan dengan rentang waktu 1-2 jam dan sisanya 20% responden mengkonsumsi makanan sebelum bertanding dengan rentang waktu 2-3 jam. Susunan menu juga berbeda-beda, sebesar 65% responden konsumsi menu berupa nasi, lauk hewani atau nabati, sayur, 20% responden konsumsi menu lainnya seperti nasi, sayur, lauk hewani, biskuit, roti, buah-buahan, dan sisanya 15% responden konsumsi menu lengkap berupa nasi, lauk hewani, lauk nabati, sayur, buah. Kemudian 55% responden menyatakan bahwa ada pantangan terhadap makanan dan minuman sebelum bertanding seperti makanan berminyak, asam, pedas serta minuman bersoda, dan sisanya 45% responden tidak ada pantangan makanan dan minuman sebelum bertanding. Kebiasaan Makan Setelah Bertanding Responden mengkonsumsi minuman setelah bertanding memilih lainnya seperti air mineral dan vitamin (45%), minuman isotonik (40%), dan air dingin (15%). Hal tersebut untuk mengganti cairan yang terkuras habis ketika bertanding. Semua responden mengkonsumsi makanan lengkap namun juga dengan rentang waktu yang berbeda-beda sebesar 60% 1-2 jam, 35% 2-3 jam, dan 15% 3-4 jam. Kemudian sebagian besar responden menyatakan bahwa tidak ada pantangan setelah
bertanding (65%), sedangkan sisanya memiliki pantangan seperti makanan pedas, minuman bersoda, alkohol (35%). Tabel 11 kebiasaan makan setelah bertanding Kebiasaan konsumsi makan setelah bertanding Sebaran N % konsumsi minuman air dingin 3 15 minuman isotonic 8 40 tidak ada 0 0 Lainnya 9 45 rentang waktu konsumsi makanan 1-2 jam 12 60 2-3 jam 7 35 3-4 jam 1 5 4-5 jam 0 0 susunan menu makanan nasi, lauk hewani, lauk nabati, sayur, buah 4 20 nasi, lauk hewani/nabati, sayur 10 50 nasi, lauk hewani 2 10 Lainnya 4 20 makanan/minuman yang dihindari Ada 7 35 tidak ada 13 65 Pembahasan Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi tingkat kapasitas oksigen maksimal anggota tim KBM futsal FKIK diperoleh rata-rata sebesar 36,66 ml/kgbb/min yang termasuk dalam kategori sedang. Hal ini menunjukan keadaan kebugaran jasmani, khususnya untuk daya tahan kardiorespirasi tergolong cukup baik. Dalam bermain futsal pemain dituntut untuk memiliki daya tahan yang optimal karena futsal merupakan olahraga aerobik dan anaerobik dimana pemain harus memiliki kelincahan, kekuatan, kecepatan, dan daya tahan yang baik. Saat bermain, kelincahan sangat dibutuhkan untuk mendukung kemampuan menggiring bola, baik pada saat menyerang maupun bertahan. Kemudian untuk dapat melakukan teknik dengan baik seperti menendang bola kearah gawang, melakukan umpan, serta kemungkinan terjadi tabrakan dengan pemain lain, maka diperlukan kekuatan yang baik pula. Selanjutnya pemain futsal dituntut untuk memiliki performa kecepatan
yang optimal karena futsal merupakan permainan dengan pergerakan cepat. Hal yang utama adalah daya tahan, dimana berdasarkan permainan futsal yang merupakan permainan cepat, pergerakan cepat, berlari, sprint bolak balik, menguasai bola maupun merebut bola yang berlangsung selama 2 20 menit dengan waktu istirahat 15 menit. Maka pemain futsal harus memiliki daya tahan yang baik guna bermain secara maksimal. Selain itu asupan makanan menjadi hal yang penting bagi kondisi tubuh. Menurut studi yang pernah dilakukan di Yogyakarta diketahui bahwa asupan energi cukup maka kebugaran tubuh juga baik (Fajarwati, 2006). Asupan zat gizi yang seimbang dapat diperoleh melalui pengaturan makanan secara tepat. Pengaturan makanan diperlukan untuk memenuhi kualitas dan kuantitas gizi pasca saat masa latihan, bertanding maupun pemulihan yaitu dengan memenuhi jumlah energi dan komposisi zat gizi secara seimbang sesuai dengan kebutuhan individual setiap harinya (Sedyanti, 2000). Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh individu atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi (Faiz, 2011). Status gizi yang baik dapat diperoleh melalui asupan makan yang seimbang (Widiastuti, Kushartanti, & Kandarina, 2008). Asupan zat gizi yang seimbang mempengaruhi penampilan prima seorang pemain pada saat bertanding (Heather, Lisa, & Alan, 2006). Jadi semakin tinggi tingkat VO2 max semakin baik pula fisik pemain ketika bertanding. Frekuensi makan berpengaruh terhadap tubuh karena tubuh membutuhkan nutrisi untuk menjaga kesehatan tubuh. Umumnya seseorang makan minimal 3 perhari terdiri dari sarapan, makan siang, dan makan malam. Dari hasil penelitian responden berusaha membiasakan diri untuk melakukan sarapan pagi. Jika tidak melakukan sarapan maka tidak ada asupan gizi yang masuk ke dalam tubuh sehingga saat bermain futsal kekurangan energi yang dapat menyebabkan performa permainan tidak maksimal. Bagi pemain futsal sarapan pagi menjadi keharusan untuk memberikan energi dalam tubuh guna melakukan aktivitas fisik. Susunan menu sarapan pagi sebaiknya yang mengandung karbohidrat tinggi karena karbohidrat merupakan sumber utama bagi tubuh. Selain karbohidrat, konsumsi protein juga penting untuk menjaga metabolisme tubuh. Kondisi VO2 max tergantung pada kebugaran tubuh, kebugaran tubuh didapat dari rutinitas melakukan aktivitas fisik dan asupan makan yang baik. Konsumsi zat gizi yang baik sesuai dengan kebutuhan
gizi akan membuat kebugaran atlet menjadi baik sehingga menjadi tidak cepat lelah dan mampu melakukan aktivitasnya dengan baik pula sehingga mampu mencapai prestasi olahraga yang maksimal (Kartika, 2006). Untuk makan siang responden biasa mengkonsumi menu makanan berupa nasi, lauk hewani atau lauk nabati, sayur, dan buah. Menu makanan sehat untuk makan siang harus memenuhi beberapa hal seperti karbohidrat, lemak sehat, protein dan mineral. Makan siang dilakukan guna mengisi kembali perut setelah tubuh melakukan aktivitas sejak pagi hari seperti halnya aktivitas fisik bermain futsal. Saat bermain futsal tentu saja banyak energi yang dikeluarkan sehingga lama-kelamaan energi akan terkuras habis. Jadi makan di siang hari dapat membantu memulihkan energi tubuh. Sebagian besar responden jarang mengkonsumsi fastfood. Menurut Irianto (2007) penyediaan makanan cepat saji memiliki kelebihan antara lain penyajian yang cepat sehingga tidak menghabiskan waktu dan dapat dihidangkan kapan dan dimana saja, higienis, dianggap makanan modern. Namun fast food juga memiliki kekurangan yaitu komposisi bahan makanan yang kurang memenuhi standar makanan sehat berimbang, antara lain kandungan lemak jenuh berlebihan karena unsur hewani lebih banyak daripada nabati, kurang serat, kurang vitamin. Konsumsi cairan bagi seorang pemain futsal sangat diperlukan guna menjaga hidrasi tubuh. Para pemain futsal ketika bermain dilapangan akan banyak mengeluarkan tenaga dan keringat sehingga cairan tubuh cepat habis dan mengalami dehidrasi. Jadi mengkonsumsi air mineral sangatlah penting guna mencegah hidrasi sehingga keadaan VO2 max tetap stabil ketika bertanding. Pada umumnya minum air mineral 8 gelas sehari atau sekitar 2 liter perhari dapat mencukupi kebutuhan cairan pada tubuh. Rata-rata responden mengonsumsi air mineral lebih dari 7 gelas perharinya. Sport drink atau minuman olahraga yang fungsinya adalah untuk menggantikan cairan elektrolit, gula, dan nutrisi lain yang hilang selama berolahraga. Sebanyak 95% responden tidak mengkonsumsi sport drink dan hanya 5% responden mengkonsumsinya. Sebagian besar responden tidak mengkonsumsi alkohol. Minuman alkohol mengandung zat yang berbahaya bagi tubuh bila di konsumsi karena berdampak bagi seseorang dan mengakibatkan kehilangan kesadaran. Menurut Davidson, Neale, dan Kring (2004) konsumsi minuman beralkohol sangat merugikan bagi kesehatan dan
kesejahteraan hidup, karena konsumsi dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan biologis parah antara lain kerusakan kelenjar endokrin dan pankreas, gagal jantung, hipertensi, dan stroke. Mengkonsumsi minuman beralkohol sangat berbahaya bagi kesehatan, jadi seseorang atau olahragawan tidak di anjurkan mengkonsumsi alkohol. Hampir semua responden mengkonsumsi air mineral saat pertandingan. Saat bertanding para pemain banyak mengeluarkan keringat sehingga mengalami dehidrasi, jadi pemain harus mengkonsumsi air mineral guna mengembalikan cairan tubuh yang terkuras. Menurut Brouns (1993) sebelum pertandingan, pemain disarankan untuk mengkonsumsi makanan tinggi karbohidrat 2-4 jam sebelum bertanding untuk meningkatkan cadangan glikogen yang berfungsi sebagai molekul penyimpanan jangka panjang para pemain dan mengkonsumsi cairan yang cukup guna menjaga agar status hidrasi pemain tetap dalam kondisi baik seperti halnya air putih. Jika pemain tidak mengkonsumsi makanan atau tidak ada asupan energi dan mengalami kelaparan akan menurunkan kondisi VO2 max sehingga bermain dengan tidak maksimal. Begitu juga sebaliknya, Setelah pertandingan, energi di dalam tubuh berkurang dengan cepat. Selain itu, tubuh juga mengalami kehilangan cairan dan elektrolit melalui keringat karena aktivitas yang dilakukan selama pertandingan. Oleh sebab itu, makanan dan minuman setelah pertandingan sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk memulihkan keadaan tubuh seperti mengembalikan glikogen, mengganti cairan dan elektrolit yang terbuang untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh. Sebagian besar responden mengkonsumsi makanan 1-2 jam baik sebelum dan sesudah pertandingan. Beberapa responden menyatakan ada makanan dan minuman yang harus dihindari baik sebelum pertandingan maupun setelah pertandingan. Pemain hendaknya menghindari makanan dan minuman seperti halnya makanan yang berminyak, pedas, asam, serta minuman bersoda dan alkohol. Makanan yang terlalu pedas dan terlalu asam akan mengganggu proses pencernaan dan menimbulkan rasa tidak nyaman di lambung. Mengkonsumsi alkohol juga berdampak pada kesehatan tubuh, sama seperti halnya minuman bersoda dapat mengganggu kesehatan tubuh karena soda mengandung kadar gula yang berlebihan. Jadi hindari makanan dan minuman yang akan mengganggu kegiatan olahraga seperti halnya bermain futsal.
Kesimpulan Berdasarkan hasil tes pengukuran tingkat VO 2 max anggota KBM futsal FKIK UKSW melalui Multistage Fitness Test diperoleh bahwa secara keseluruhan kondisi tingkat VO 2 max rata-rata sebesar 36,66 ml/kgbb/min yang termasuk dalam kategori sedang. Sedangkan untuk pola makan pemain dikategorikan baik dilihat dari frekuensi makan, pemilihan jenis makanan, kecukupan cairan, dan konsumsi makanan/minuman pada saat sebelum, sedang, dan setelah melaksanakan pertandingan. Pola makan yang baik turut mendukung tingkat VO2 max para pemain karena berperan dalam meningkatkan performa tubuh dalam melakukan gerak saat melaksanakan serangkaian aktivitas latihan maupun pertandingan futsal.
DAFTAR PUSTAKA Davidson, Gerald. C., Neale, J. M., Kring, A. M., (2006). Psikologi Abnormal. Jakarta : Rajawali Press Depkes RI (2009). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depertemen Republik Indonesia. M. P. S. Dharma. Pendekatan, Jenis, dan Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, 2008, p. 47. Faiz NH. 2011. Hubungan karakteristik atlet, pengetahuan gizi, konsusmi pangan, dan tingkat kecukupan gizi terhadap kebugaran atlet bola basket di SMP/SMA Ragunan Jakarta Selatan. Fajarwati S. Hubungan asupan energi dengan tingkat kebugaran paru jantung (VO2 max) peserta senam aerobic di sanggar senam dan fitness centre kartika dewi Yogyakarta. 2006 [dikutip 2017 Mar 21] Tersedia URL : http://dawamjamil. blogspot.co.id/2011/03/hubungan-asupan-energi-dengan-tingkat.html Heather HF, Lisa C, Alan EM. 2006. Endurance and ultra-endurance athletes. In: Practicial applications in sport nutrition. Boston: Jones and Bartlett Publisher. Irianto DP. 2007. Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan. Andi Yogyakarta, Yogyakarta. Ismaryati. 2006. Tes dan Pengukuran Olahraga. Surakarta: Sebelas Maret University Press Kravitz, Len. 2001. Panduan Lengkap Bugar Total. Jakarta : PT Raja Gravindo Persada. Riyadi H.2003. Diktat Penilaian Gizi secara Antropometri. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Sedyanti. 2000. Pedoman pelatihan gizi olahraga untuk prestasi. Jakarta: Depkes R.I dirjen Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat. Widiastuti PA, Kushartanti BMW, Kandarina IBJ. 2009 Pola makan dan kebugaran jasmani atlet pencak silat selama pelatihan daerah pecan olahraga nasional XVII Provinsi Bali tahun 2008. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. Vol.6,No 1:13-20.