Press Release "Ekonomi Tumbuh: Temporer atau Berlanjut?" Jakarta, 8 Agustus 2018 Kantor INDEF

dokumen-dokumen yang mirip
PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

SURVEI PERSEPSI PASAR

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

Indeks PMI Manufaktur Capai Posisi Terbaik Dibawah Kepemimpinan Presiden Jokowi

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN II

Contents

Analisis Perkembangan Industri

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI PERSEPSI PASAR

SURVEI PERSEPSI PASAR

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

SURVEI PERSEPSI PASAR

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2015

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

SURVEI PERSEPSI PASAR

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

BERITA RESMI STATISTIK

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

OPTIMISME KINERJA PEREKONOMIAN INDONESIA PASCA BREXIT. Oleh: Irfani Fithria dan Fithra Faisal Hastiadi Vol. 2. Pendahuluan. Pertumbuhan Ekonomi

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA

INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN III-2014

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Timur Triwulan IV 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

KINERJA PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA TIGA PEMERINTAHAN

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

Juni 2017 RESEARCH TEAM

SURVEI PERSEPSI PASAR

SURVEI PERSEPSI PASAR

SURVEI PERSEPSI PASAR

Kondisi Perekonomian Indonesia

LAPORAN TRIWULANAN KINERJA PEREKONOMIAN KALIMANTAN TIMUR. Triwulan III

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2016

KINERJA PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN II 2014

SURVEI PERSEPSI PASAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kondisi global menghadapi tekanan yang berat dari krisis

SURVEI PERSEPSI PASAR

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

1. Tinjauan Umum

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN UTARA TRIWULAN II

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN III-2013

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini

INDEKS TENDENSI KONSUMEN BANTEN TRIWULAN IV-2015

EKONOMI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN II :

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

Analisis Perkembangan Industri

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini

Halaman ini sengaja dikosongkan.

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan II 2017

SURVEI PERSEPSI PASAR

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008 SEBESAR -3,94 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI SEMESTER I 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN II

BAB I PENDAHULUAN. industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN II-2015

BERITA RESMI STATISTIK

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN II TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2016

BADAN PUSAT STATISTIK

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN

Transkripsi:

Press Release "Ekonomi Tumbuh: Temporer atau Berlanjut?" Jakarta, 8 Agustus 2018 Kantor INDEF Ekonomi Indonesia triwulan II 2018 tumbuh sebesar 5,27 persen yoy, terjadi peningkatan yang sangat signifikan dibandingkan triwulan I 2018 (5,06 persen yoy). Capaian kinerja perekonomian yang cukup mengejutkan ditengah kelesuan sektor riil. Meskipun masih lebih rendah dari target APBN 2018 sebesar 5,4 persen. Momentum musiman bulan puasa dan lebaran, pemilihan kepala daerah (pilkada) di 171 daerah, dan percepatan realisasi belanja pemerintah menjadi kontributor utama terjadinya peningkatan pertumbuhan. Persoalannya terdapat sejumlah paradoks atas kinerja variabel makro ekonomi yang menjadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Akankah momentum kenaikan ini berlanjut di dua triwulan berikutnya, atau ini adalah titik tertinggi yang bisa dicapai pada 2018 ini. Berikut evaluasi dan catatan INDEF atas capaian pertumbuhan ekonomi triwulan II 2018: 1. Kegagalan Stimulus Fiskal Realisasi belanja APBN Triwulan II 2018 mencapai Rp523,70 triliun (23,58 persen). Bahkan realisasi Bansos triwulan II-2018 27,19 triliun, naik 67,57 persen dibandingkan dengan triwulan II-2017. Juga ditambah Tunjangan Hari Raya (THR) pegawai negeri sipil. Pada triwulan II 2018 belanja Pemerintah tumbuh 5,26 persen, sehingga kontribusinya dalam pertumbuhan ekonomi naik dari 6,31 persen pada triwulan I menjadi 8,5 persen pada triwulan II 2018. Sayangnya akselerasi belanja Pemerintah tersebut hanya berdampak pada peningkatan sektor konsumtif (konsumsi rumah tangga). Sementara sektor produktif (Investasi) justru mengalami penurunan, baik dari sisi pertumbuhan maupun kontribusinya. PMTB pada triwulan I 2018 tumbuh 7,95 persen, dengan kontribusi 32,12 persen. Namun pada Triwulan II 2018, hanya tumbuh 5,87 persen dan kontribusinya turun menjadi 31,15 persen. Indef Press Release - "Ekonomi Tumbuh: Temporer atau Berlanjut?" 1

Bahkan sektor produktif dalam negeri, terutama sektor industri manufaktur non migas) justru melorot, dari 5,07 persen ke 4,41 persen. Secara keseluruhan pertumbuhan sektor industri anjlok hanya 3,9 persen pada triwulan II. Artinya, dampak dari peningkatan belanja Pemerintah hanya berdampak pada peningkatan konsumsi rumah tangga dari 4,95 persen pada triwulan I 2018, menjadi 5,14 persen pada triwulan II 2018. Termasuk ditopang oleh momentum lebaran dengan adanya THR dan Pilkada. 2. Dunia Usaha: Ekspektasi Vs. Realisasi Secara umum, pelaku usaha di Indonesia terutama sektor retail selalu menjadikan momen lebaran sebagai bulan keberuntungan. Pasalnya, target mereka pada lebaran dapat memenuhi sekitar 35 persen dari omzet penjualan tahun berjalan. Karenanya, menjelang lebaran target produksi pasti mengalami kenaikan. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dirilis BI 12 Juli 2018 mengindikasikan kegiatan usaha di triwulan II meningkat sangat signifikan. Saldo Bersih Tertimbang (SBT) naik dari 8,23 persen di Triwulan I menjadi 20,89 persen di Triwulan II. Hal ini juga terlihat pada kenaikan rata-rata kapasitas produksi terpakai (dari 76,27 persen di Tw I ke 78,40 persen di Tw II). Termasuk penggunaan tenaga kerja yang meningkat di triwulan II 2018 (SBT naik dari -0,88 persen di Tw I ke 4,73 persen di Tw II). Pada Triwulan II 2018, Prompt Manufacturing Index (PMI) dari SKDU Bank Indonesia juga menunjukkan fase ekspansi sebesar 52,40 persen meningkat dari 50,14 persen pada triwulan I-2018. Peningkatan tersebut didorong oleh ekspansi indeks volume pesanan (54,57 persen) dan indeks produksi (54,39 persen). Pada Triwulan II 2018, perubahan inventori tumbuh sangat tinggi 44,07 persen (yoy) dan 18,5 persen (qtq). Peningkatan produksi sebagai antisipasi lebaran, tidak mampu terjual. Hal ini terkonfirmasi oleh peningkatan impor yang mencapai 15,17 persen (yoy). Perubahan inventori tersebut memiliki andil 0,46 persen terhadap pertumbuhan PDB. Padahal secara historis, peran inventori ini selalu negatif. Indef Press Release - "Ekonomi Tumbuh: Temporer atau Berlanjut?" 2

3. Ancaman Stagnasi pada Semester II 2018 Hilangnya kemewahan mesin utama pertumbuhan. Puasa dan Lebaran sesungguhnya momentum musiman yang cukup ampuh untuk menggenjot kinerja dunia usaha. Namun, seiring stimulus fiskal yang minim menyentuh sisi produksi dan lebih berdampak pada sisi konsumsi (THR, Bansos, dll) membuat efek pengganda yang dihasilkan tidak optimal. Pertumbuhan ekonomi meningkat, namun sektor riil sebagai penopang utama penyerapan tenaga kerja tidak menggeliat. Besarnya akumulasi inventori yang tersimpan di Gudang pada triwulan II 2018, sekaligus memberikan sinyal ekspektasi dunia usaha kedepan. Terlihat dari Indeks Tendensi Bisnis (ITB) triwulan III 2018 mengalami penurunan cukup drastis, dari triwulan II 2018 sebesar 112,82 menjadi 106,05. Demikian juga Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan III 2018 juga turun drastis dari 125,43 (Triwulan II) menjadi pesimis 96,99. Ekspektasi Prompt Manufacturing Index (PMI) triwulan III 2018, turun menjadi 51,81 persen dengan SBT juga turun menjadi 3,43 dari 3,96 persen triwulan II 2018. Padahal sektor industri pengolahan merupakan penopang utama atau prime mover perekonomian. Ketika sektor industri hanya tumbuh 3,97 persen dan industri non-migas hanya 4,41 persen (yoy) maka akan sulit diharapkan terjadinya akselerasi pertumbuhan ekonomi. 4. Pelaku Usaha Wait and See atau Takut Berproduksi? Menurunnya investasi pada triwulan II yang hanya tumbuh 5,87 persen merupakan indikasi awal respon dunia usaha. Apalagi ekspektasi ITB pada triwulan III 2018 semakin menegaskan pesimisme dunia usaha untuk melakukan eskpansi bisnis. Bisa jadi ada pengaruh dari faktor tahun politik, sehingga dunia usaha menunggu kepastian kebijakan-kebijakan penting Pemerintahan baru. Namun, jika dilihat dari variabel yang menyumbang penurunan ITB, ternyata tidak sepenuhnya pengaruh dari tahun Politik. Indef Press Release - "Ekonomi Tumbuh: Temporer atau Berlanjut?" 3

SKDU Bank Indonesia menunjukkan 3 faktor utama penghambat rencana investasi, antara lain terkait perijinan (dikonfirmasi oleh 21,95 persen), suku bunga dan kondisi infrastruktur 16,41 persen dan 10,20 persen responden. 5. Industri Prioritas Tumbuh Terbatas. Pertumbuhan lima sektor industri prioritas pemerintah seperti industri makanan dan minuman, industri otomotif serta tekstil dan pakaian jadi turun jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, sementara industri elektronik dan farmasi mencatatkan perlambatan jika dibandingkan dengan triwulan II tahun lalu. Ini disebabkan oleh dua hal: Libur panjang menghentikan proses produksi domestik. Cuti bersama yang terlalu panjang menghentikan kegiatan produksi sementara. Industri makanan dan minuman, otomotif serta tekstil dan pakaian jadi, menggunakan tenaga kerja lebih banyak dari industri sehingga libur lebaran turut andal dalam menghentikan sementara proses produksi. Depresiasi rupiah menekan produksi. Industri elektronik dan farmasi menggunakan bahan baku impor besar sehingga ketika rupiah tertekan akan membuat mahalnya biaya produksi di sektor tersebut. Indef Press Release - "Ekonomi Tumbuh: Temporer atau Berlanjut?" 4

6. Sektor Perdagangan Meningkat, Industri Tak Terangkat Pada triwulan II 2018, sektor perdagangan tumbuh 5,24 persen, lebih tinggi dari triwulan I 2018 (4,93 persen) dan Triwulan II 2017 (3,47 persen). Namun sektor penghasil barang yang diperdagangkan (yaitu sektor industri pengolahan) justru mengalami perlambatan. Industri pengolahan non migas hanya tumbuh 4,41 persen, lebih rendah dari triwulan I 2018 (5,07 persen). Meningkatnya sektor perdagangan yang diiringi dengan merosotnya pertumbuhan industri mencerminkan bahwa barang-barang yang diperdagangkan bukan didominasi produk domestik, melainkan lebih banyak barang impor. Hal ini terklarifikasi dari pertumbuhan impor yang meningkat hingga 15,17 persen (y o y), sementara ekspor hanya meningkat 7,7 persen 7. Kontribusi Neraca Perdagangan Semakin Pudar Tingginya impor dan lemahnya ekspor menyebabkan neraca perdagangan pada triwulan II 2018 defisit US$1,02 miliar. Untuk pertama kalinya sejak 2014, peranan Neraca perdagangan menjadi faktor yang mereduksi pertumbuhan ekonomi di periode ini, dimana pangsanya -0,52 persen. Padahal pada triwulan I 2018, neraca perdagangan masih berperan positif bagi pertumbuhan ekonomi (0,33 persen) Meskipun ekspor tumbuh 7,7 persen (y o y) namun dibandingkan triwulan I 2018 justru mengalami penurunan sebesar 0,89 persen, sementara impor tetap meningkat 0,48 persen (q to q). Perlahan tapi pasti, peranan ekspor terhadap PDB juga semakin luntur. Pada 2015, ekspor masih berperan 21,16 persen terhadap PDB, namun pada tw II menyusut menjadi 20,35 persen. Sebagai pembanding, ekspor Thailand dan Malaysia berkontribusi lebih dari 70 persen terhadap PDB, sedangkan di Viet Nam mencapai 93 persen. Indef Press Release - "Ekonomi Tumbuh: Temporer atau Berlanjut?" 5

8. Daya Saing Ekspor Merosot Daya saing merupakan salah satu kunci untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan. Namun hingga saat ini sektor produksi belum mampu menunjukkan kemampuannya dalam persaingan di pasar global bahkan kian sulit bersaing di pasar domestik. Pangsa ekspor Indonesia terhadap total ekspor dunia kian menurun. Pada 2013, pangsa ekspor Indonesia terhadap total ekspor dunia mencapai lebih dari 1 persen, namun pada 2017 pangsanya menyusut menjadi 0,9 persen. Sepanjang 2013-2016, pangsa ekspor Viet Nam terhadap ekspor dunia naik dari 0,7 persen menjadi 1,4 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pangsa pasar ekspor Indonesia telah direbut oleh negara kompetitor, artinya produk-produk domestik masih sulit melakukan penetrasi di pasar global. Peningkatan belanja pemerintah hingga 2 kali lebih tinggi dari triwulan I 2018 tidak menunjukkan fungsinya sebagai stimulus untuk menggerakkan sektor produksi. Hal in terlihat dari melambatnya investasi (PMTB) dan industri pengolahan yang kemudian berdampak terhadap menurunnya ekspor dibandingkan triwulan I. 9. Impor Kian Merajalela, Menjauh dari Kemandirian Impor yang semakin melonjak disebabkan peningkatan dari berbagai setiap golongan barang, mulai dari barang konsumsi, bahan baku dan barang modal. Sepanjang semester I 2018, impor barang konsumsi telah tumbuh melebihi impor bahan baku, yakni sebesar 21,64 persen, sementara impor bahan baku tumbuh 21,54 persen. Perlahan tapi pasti, porsi impor barang konsumsi telah semakin melebar. Pada 2013, porsi impor barang konsumsi masih 7 persen, namun saat ini telah mencapai 9,2 persen. Indef Press Release - "Ekonomi Tumbuh: Temporer atau Berlanjut?" 6