BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

TINJAUAN PUSTAKA. Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) pola tanam bergilir, yaitu menanam tanaman secara bergilir beberapa jenis

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyuluh pertanian merupakan pendidikan non formal yang ditujukan kepada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu tanaman palawija penting di Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan para

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

PENDAHULUAN. dan tidak bisa dipisahkan yaitu pertama, pilar pertanian primer (on-farm

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. setiap rakyat Indonesia. Salah satu komoditas pangan yang penting di Indonesia

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat.

BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasa baru oleh individu atau unit adopsi lain. Sifat dalam inovasi tidak hanya

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendapatan bagi sekitar ribu RTUT (Rumah Tangga Usahatani Tani) (BPS, 2009).

TINJAUAN PUSTAKA. Tumbuhan padi (Oryza sativa L) termasuk golongan tumbuhan. Tumbuhan padi bersifat merumpun, artinya tanaman tanamannya anak beranak.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Teori Adopsi dan Difusi Inovasi

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian. Menurut Rogers (1983),

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA

I. PENDAHULUAN. dan sumber devisa negara, pendorong pengembangan wilayah dan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP SISTEM PERTANIAN PADI ORGANIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan

MOTIVASI PETANI DALAM MENGGUNAKAN BENIH PADI HIBRIDA PADA KECAMATAN NATAR DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN. Oleh: Indah Listiana *) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. dalam kebijakan pangan nasional. Pertumbuhan ekonomi di negara negara

1 Universitas Indonesia

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Meskipun sebagai bahan makanan pokok, padi dapat digantikan atau disubstitusi

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar, Definisi Operasional dan Pengukuran. variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan diukur dan

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya

PEMANFAATAN SUMBER INFORMASI USAHATANI OLEH PETANI SAYURAN DI DESA WAIHERU KOTA AMBON

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI DALAM MEMILIH WAKTU PANEN JAGUNG (Kasus Pada Petani Jagung di Kabupaten Serang Provinsi Banten)

Pepi Rospina Pertiwi, Rinda Noviyanti, Dewi Juliah Ratnaningsih 1. ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan jika terjadi pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

Program Studi Agribisnis, Fakutas Pertanian, Universitas Trunojoyo Telp

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bagi Indonesia, jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah padi. Bahkan di

BAB I PENDAHULUAN. produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang

II TINJAUAN PUSTAKA. Juni 2010] 6 Masalah Gizi, Pengetahuan Masyarakat Semakin Memprihatinkan. [10

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan salah satu komoditi pangan yang sangat dibutuhkan di

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari satu pihak

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPETITIF USAHATANI KEDELAI DI DESA WONOKALANG KECAMATAN WONOAYU KABUPATEN SIDOARJO SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Astawan, 1989). Telur itik yang diolah menjadi telur asin, dapat meningkatkan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya.

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Kedelai merupakan komoditas strategis yang unik tapi kontradiktif dalam sistem usahatani di Indonesia. Luas pertanaman kedelai kurang dari lima persen dari seluruh luas areal tanaman pangan, namun komoditas ini memegang posisi sentral dalam kebijaksanaan pangan nasional karena perannya sangat penting dalam menu pangan penduduk. Kedelai telah dikenal sejak awal sebagai sumber protein nabati bagi penduduk Indonesia namun komoditas ini tidak pernah menjadi tanaman pangan utama seperti halnya padi (Supadi,2009). Menurut Sumarno (2011) kedelai telah dibudidayakan di Indonesia sejak 1746, menerapkan teknologi asli petani, pada lahan sawah sebagai rotasi tanaman padi. Pada tahun 1960 luas areal tanam kedelai di Indonesia menduduki posisi ke tiga terluas di dunia, tetapi selanjutnya tidak dapat berkembang hingga sekarang. Untuk mencapai swasembada kedelai perlu memperluas areal tanam pada lahan sawah bekas tanaman padi. Penerapan pola rotasi padi-padi-kedelai di lahan sawah secara nasional, selain memperbaiki kesuburan tanah, juga mampu meningkatkan pendapatan petani dan meningkatkan produksi kedelai menuju swasembada. Dalam kelompok tanaman pangan kedelai merupakan komoditas terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Lebih dari 90 persen kedelai Indonesia digunakan sebagai bahan pangan terutama pangan olahan, yaitu sekitar 88 persen untuk tahu 6

dan tempe, 10 persen untuk pengolahan lainnya dan sekitar 2 persen untuk benih (Sudaryanto dan Swastika,2007). Permintaan kedelai terus meningkat dari waktu ke waktu. Sebagai contoh, pada tahun 2009 kebutuhan nasional kedelai adalah sebesar 2.2 juta ton, sedangkan produksi dalam negeri 0.9 juta ton. Laju akan kebutuhan kedelai nasional tidak diikuti oleh ketersediaan pasokan yang mencukupi, karena pertumbuhan produksi lebih lambat dibandingkan permintaan konsumsi kedelai, sehingga dilakukan impor untuk memenuhi kebutuhan kedelai nasional. Kesenjangan produksi dan konsumsi ini makin nyata dikarenakan komoditas kedelai juga merupakan bahan baku industri pakan ternak yang kebutuhannya terus meningkat dari tahun ke tahun sejalan peningkatan konsumsi hewani oleh masyarakat. Dengan kondisi tersebut, Indonesia selalu menghadapi defisit yang terus meningkat dan menjadikan Indonesia sangat tergantung pada kedelai impor (Zakaria, 2010). Dengan memperhatikan besarnya kebutuhan kedelai dalam negeri untuk pasokan industri (tahu, tempe, kecap, dan sebagainya) yang menghasilkan bahan pangan bagi sebagian besar penduduk Indonesia, dan impor kedelai yang terus meningkat, maka berbagai upaya pemerintah seharusnya diarahkan untuk dapat meningkatkan produksi kedelai dalam negeri dan memperkecil impor kedelai, yang tentunya saja menghabiskan banyak devisa negara. (Zakiah, 2011). Penurunan produksi kedelai di Sumatera Utara dikarenakan penurunan luas panen kedelai di beberapa sentra produksi kedelai di Sumatera Utara seperti di daerah Langkat. Penurunan luas panen kedelai di Sumatera Utara disebabkan petani enggan untuk menananam kedelai, dalam hal ini faktor utama yang membuat

petani enggan adalah petani terus merugi dimana biaya produksi tidak sebanding dengan pendapatan (Faiq, 2012). 2.2 Penelitian Terdahulu Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suhendrik (2013) menyatakan bahwa variabel pendidikan non formal, pengalaman, peran penyuluhan, pemasaran dan program SL-PTT Kedelai secara bersama-sama berpengaruh terhadap keputusan petani melakukan usahatani kedelai. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Siagian (2003) mengatakan bahwa petani dalam mengambil keputusan untuk menentukan jenis sayur yang akan ditanam dipengaruhi oleh tingkat kosmopolitan, jumlah anggota keluarga, dan pendapatan. Sedangkan tingkat pendidikan, lama bertani, pengetahuan mengenai informasi pasar, luas lahan, harga jual tidak mempengaruhi keputusan untuk menentukan jenis sayur yang ditanam. Fardiaz (2008) mengemukakan bahwa keputusan petani dipengaruhi oleh variabel usia, luas lahan serta faktor pengalaman bertani organik dan non organik serta tingkat kosmopolitan seperti interaksi dengan radio, surat kabar, pamflet dan PPL memiliki hubungan yang sangat nyata terhadap pengambilan keputusan inovasi. Sedangkan variabel tingkat pendidikan formal dan pendidikan non formal petani tidak berhubungan nyata dengan tingkat pengambilan keputusan inovasi. Penelitian yang dilakukan oleh Zakaria (2010) menjelaskan kebutuhan kedelai yang terus meningkat tidak diimbangi produksi dalam negeri sehingga untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri, pemerintah harus mengimpor. Produksi

kedelai dalam negeri terus menurun secara tajam sejalan dengan menurunnya luas areal tanam. Menurunnya luas areal tanam kedelai sebagai akibat rendahnya partisipasi petani dalam menanam kedelai. Partisipasi petani rendah menanam kedelai diakibatkan harga yang diterima petani tidak menguntungkan petani. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2008) di Desa Sukorejo Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen menjelaskan bahwa faktor faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani dalam penerapan pertanian padi organik dipengaruhi umur, luas lahan usahatani, tingkat pendapatan dan sifat inovasi adalah tidak signifikan. Sedangkan pengaruh tingkat pendidikan, lingkungan sosial, lingkungan ekonomi sangat signifikan. 2.3 Landasan Teori 2.3.1 Teori Keputusan Teori keputusan adalah teori mengenai cara memilih pilihan diantara pilihan pilihan yang terssedia secara acak guna mencapai tujuan yang hendak diraih (Hansson,2005). Keputusan-keputusan yang diambil oleh seseorang dapat dipahami melalui dua pendekatan pokok, yaitu pendekatan normatif dan pendekatan deskriptif. Pendekatan normatif menekankan pada apa yang seharusnya dilakukan oleh pembuat keputusan sehingga diperoleh suatu keputusan yang rasional. Pendekatan deskriptif menekankan pada apa saja yang telah dilakukan orang yang membuat keputusan tanpa melihat apakah keputusan yang dihasilkan itu rasional atau tidak rasional (Suharnan, 2005). Pengambilan keputusan adalah memilih alternatif yang ada (Terry,2000).

Menurut Roger (2003), beberapa tahapan adopsi dari proses pengambilan keputusan inovasi mencakup: 1) Tahap munculnya Pengetahuan (knowledge) ketika individu diarahakan untuk memahami keuntungan ataupun manfaat dan bagaimana suatu inovasi berfungsi 2) Tahap Persuasi (Persusion) yaitu ketika individu membentuk sikap baik atau tidak baik (menerima atau tidak meneima) 3) Tahap Keputusan (Desicion) yaitu ketika serang individu terlibat dalam aktivitas yang mengarah pada pemilihan adopsi ataupun penolakan sebuah inovasi 4) Tahap Implementasi (Implementation) ketika individu sudah menetapkan penggunaan suatu inovasi 5) Tahap Konfirmasi (Confirmation) ketika individu mencari penguatan terhadap keputusan penerimaan atau penolakan inovasi yang telah dibuat sebelumnya. Menurut Rogers (2003) pengambilan keputusan oleh petani baik berupa penolakan maupun penerimaan suatu inovasi tidak terlepas dari berbagai pertimbangan menguntungkan atau tidak menguntungkan suatu teknologi bagi pengusahanya (petani). Tingkat adopsi suatu inovasi dipengaruhi oleh karakteristik inovasi itu sendiri, karakteristik penerima inovasi dan saluran komunikasi. Faktor faktor karakteristik suatu inovasi itu terbagi atas lima yaitu :

1) Keuntungan relatif (relative advantage) merupakan derajat dimana inovasi diterima dan dipandang jauh lebih baik daripada teknologi sebelumnya yang biasanya dilihat dari segi keuntungan ekonomi dan keuntungan ekonomi dan keuntungan sosial (prestise dan persetujuan sosial). 2) Kesesuain (compability), merupakan derajat dimana inovasi dipandang sesuai/konsisten dengan nilai- nilai sosial budaya yang ada, pengalaman masa lalu dan kebutuhan- kebutuhan adopter. 3) Kerumitan (complexity), merupakan derajat dimana inovasi dianggap sulit untuk dimengerti dan digunakan. 4) Kemungkinan dicoba (triability) merupakan derajat dimana inovasi dianggap mungkin untuk diujicobakan secara teknis dalam skala kecil. 5) Kemungkinan untuk diamati (observability) merupakan dimana hasil dari inovasi dapat dilihat atau dirasakan oleh adopter. Menurut Soekartawi (1988) terdapat beberapa karakteristik penerima inovasi (petani) dalam suatu inovasi seperti umur, pendidikan, pengalaman bertani, pendapatan, luas lahan, tingkat kosmopolitan, tingkat partisipasi. Roger (2003) menjelaskan bahwa saluran komunikasi juga mempengaruhi tingkat adopsi suatu inovasi yang dikategorikan menjadi dua yaitu: 1) Saluran media massa (Mass Media Channel), media massa dapat berupa radio, surat kabar, televisi, dan lain- lain. Kelebihan media massa adalah dapat menjangkau audiens yang banyak dengan cepat dari satu sumber. 2) Saluran antarpribadi (Interpersonal Channel) saluran pribadi melibatkan upaya pertukaran informasi tatap muka antara dua atau lebih individu.

2.3.3 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya maka peneliti merangkum faktor faktor yang di duga mempengaruhi keputusan petani dalam memutuskan melakukan usahatani kedelai adalah umur, tingkat pendidikan, luas lahan usahatani, jumlah tanggungan, pengalaman berusahatani, tingkat kosmopolitan, pendapatan petani, dan harga komoditi. 1. Umur Umur dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam melihat aktivitas seseorang dalam bekerja. Bilamana dalam kondisi umur yang masih produktif maka kemungkinan besar seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal (Hasyim, 2006). Umur seseorang menentukan prestasi kerja atau kinerja orang tersebut. Semakin berat pekerjaan secara fisik maka semakin tua tenaga kerja akan semakin turun pula prestasinya. Dalam hal tanggung jawab semakin tua umur tenaga kerja tidak akan berpengaruh karena justru semakin berpengalaman (Suratiyah, 2008). 2. Pendidikan Tingkat pendidikan manusia pada umumnya menunjukkan daya kreativitas manusia dalam berpikir dan bertindak. Pendidikan rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan dalam memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia. Usaha-usaha penduduk berakibat hanya mampu menghasilkan pendapatan rendah (Kartasapoetra, 1994). Konsep pendidikan terbagi menjadi dua jenis yaitu pendidikan formal, non formal. Pendidikan formal yaitu pendidikan di sekolah yang teratur, sistematis,

mempunyai jenjang dan dibagi dalam waktu waktu tertentu (Combs dan Manzoor,1985). Pendidikan non formal adalah jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan oleh masyarakat guna meningkatkan kemampuan menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh peserta didik dari lingkungan formal ke dalam lingkungan pekerjaan praktis di masyrakat. Bentuk pendidikan non formal dapat berupa pelatihan, kursus, penataran, magang, dan penyuluh. Slamet (2003) menyatakan bahwa penyuluhan pertanian adalah suatu sistem pendidikan luar sekolah (pendidikan non formal) untuk petani dan keluarganya dengan tujuan agar mereka mampu dan sanggup memerankan dirinya sebagai warga negara yang baik sesuai dengan bidang profesinya, serta mampu, sanggup dan berswadaya memperbaiki atau meningkatkan kesejahteraan sendiri dan masyarakatnya. Menurut Muhibbin (2002) pendidikan adalah tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah dan madrasah) yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap dan sebagainya. Tingkat pendidikan individu merupakan salah satu aspek yang terlibat dalam suatu pengambilan keputusan. 3. Pengalaman Bertani Menurut Soekartawi (1999), pengalaman seseorang dalam berusaha berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar. Bagi yang mempunyai pengalaman yang sudah cukup lama akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada pemula. Lubis (2000) juga berpendapat bahwa orang yang mempunyai pengalaman yang relatif berhasil dalam mengusahakan usahanya, biasanya mempunyai

pengetahuan, sikap dan keterampilan yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang kurang berpengalaman. Dalam prinsip belajar seseorang cenderung lebih mudah menerima atau memilih sesuatu yang baru, bila memiliki kaitan dengan pengalaman masa lalunya. Keputusan petani dalam menjalankan kegiatan usahatani lebih banyak mempergunakan pengalaman, baik yang berasal dari dirinya maupun pengalaman petani lain. Bila pengalaman usahatani banyak mengalami kegagalan, maka petani akan sangat berhati hati dalam memutuskan untuk menerapkan suatu inovasi yang diperolehnya (Slamet,1995). 4. Jumlah Tanggungan Menurut Hasyim (2006) jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan pendapatan dalam memenuhi kebutuhannya. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga akan mendorong petani untuk melakukan banyak aktivitas dalam mencari dan menambah pendapatan keluarganya. Semakin banyak anggota keluarga akan semakin besar pula beban hidup yang akan ditanggung atau harus dipenuhi. Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi keputusan dalam berusaha. Petani yang memiliki jumlah tanggungan yang besar harus mampu mengambil keputusan yang tepat agar tidak mengalami resiko yang fatal (Soekartawi, 1999). 5. Tingkat Kosmopolitan

Kekosmopolitan seseorang dapat dicirikan oleh frekuensi dan jarak yang dilakukan, serta pemanfaatan media massa. Mosher (1978) menjelaskan bahwa keterbukaan seseorang berhubungan dengan penerimaan perubahan perubahan seseorang untuk meningkatkan usahatani mereka. Tingkat kosmopolitan petani dapat diketahui dengan mengetahui frekuensi petani keluar dari desanya ke desa lain atau ke kota, frekuensi mengikuti penyuluhan, frekuensi petani bertemu dengan tokoh inovator, koran yang dibaca, siaran televisi yang ditonton dan siaran radio yang didengar (Soekartawi, 1988). Penyuluhan sendiri bertujuan untuk meningkatkan produksi pertanian, hal ini dicapai dengan merangsang petani untuk memanfaatkan teknologi modern dan ilmiah yang dikembangkan melalui suatu penelitian (Van den Ban dan Hawkins, 1999). 6. Luas Lahan Sumaryanto dkk (2003) menejelaskan secara sosiologis, luas lahan yang dimiliki seseorang menunujukkan tingkatan struktur sosial seseorang dalam masyarakatnya. Sajogyo (1999) lahan merupakan salah satu faktor penting yang menetukan status petani, apakah tergolong sebagai petani miskin atau petani yang lebih tinggi taraf hidupnya. Tingkat luasan usahatani menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat petani, semakin luas areal tani menggambarkan semakin tinggi produksi dan pendapatan yang diterima. 7. Pendapatan Petani Sahidu (1998) pendapatan usahatani merupakan sumber motivasi bagi petani dan merupakan faktor kuat yang mendorong timbulnya kemauan, kemampuan serta terwujudnya kinerja partisipasi petani. Kartasapoetra (1991) menyatakan bahwa

setiap petani dan keluarganya ingin meningkatkan produksi dalam usahataninya untuk memperoleh pendapatan yang sebesar- besarnya agar hidup lebih sejahtera. Menurut Mosher (2002), pada bidang pertanian pendapatan merupakan produksi yang dinyatakan dalam bentuk uang setelah dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan selama kegiatan usahatani. 8. Harga Komoditi Gilaraso (1989) bahwa harga ditentukan oleh interaksi antara permintaan dan penawaran, sehingga harga memegang peranan penting dalam mengambil keputusan jangka panjang dan jangka pendek semua tingkat dalam suatu industri. 2.4 Kerangka Pemikiran Kedelai merupakan tanaman yang dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia. Permintaan kedelai setiap tahunnya terus meningkat, tetapi tidak diikuti dengan produksi kedelai dalam negeri. Sehingga Indonesia menjadi negara pengimpor kedelai. Pemerintah sudah berusaha untuk meningkatkan produksi dalam negeri diantaranya dengan mensubsidi bibit kedelai dan menargetkan pertambahan luas tanam kedelai di setiap provinsi di Indonesia. Tetapi, kenyataan di lapangan target yang dicanangkan pemerintah jarang sekali dapat dipenuhi. Hal ini berkaitan erat dengan petani sebagai pelaku utama dalam usahatani kedelai ini. Kecamatan Beringin merupakan salah satu Kecamatan yang mempunyai luas panen kedelai yang tinggi di Kabupaten Deli Serdang. Di daerah tersebut hampir seluruh penduduknya bekerja sebagai petani padi sawah. Selain padi sawah, biasanya petani juga menanam tanaman kedelai, jagung, semangka dan ubi dipilih

sebagai tanaman rotasi. Tentu saja dalam menentukan atau memutuskan komoditi apa yang akan ditanam sebagai tanaman rotasi ada faktor faktor yang mempengaruhinya. Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat faktor apa yang mempengaruhi petani dalam memilih komoditi kedelai. Petani yang merupakan pelaku utama usahatani kedelai ini dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam mengambil keputusan memilih atau tidak memilih komoditi kedelai. Untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam melakukan usaha tani kedelai, maka peneliti merangkum beberapa faktor yang diduga mempengaruhi keputusan yaitu (1)umur, (2)pendidikan, (3)pengalaman berusahatani, (4)jumlah tanggungan, (5)luas lahan, (6)tingkat kosmopolitan, (7)pendapatan petani,dan (8)rasio harga di tingkat petani.

Keputusan Faktor faktor yang mempengaruhi keputusan petani: 1. Umur 2. Tingkat Pendidikan 3. Pengalaman Berusahatani 4. Jumlah Tanggungan 5. Luas Lahan 6. Tingkat Kosmopolitan 7. Pendapatan Petani 8. Rasio Harga di tingkat petani Melakukan Usahatani Kedelai Tidak Melakukan Usahatani Kedelai Keterangan : : Ada Pengaruh Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran 2.4 Hipotesis Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah, tinjauan pustaka, landasan teori dan kerangka pemikiran, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh yang nyata dari variabel umur, pendidikan, pengalaman berusahatani, jumlah tanggungan, luas lahan usahatani, tingkat kosmopolitan pendapatan petani, dan harga di tingkat petani terhadap keputusan petani dalam mengusahakan usahatani kedelai.