Tingkat Pemanfaatan Ikan Teri (stolephorus sp.) di Perairan Sebauk Kecamatan Tanjungpinang Kota

dokumen-dokumen yang mirip
Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Udang Penaeid Sp. Di Tanjung Qudus Dusun III Desa Pangkil Kecamatan Teluk Bintan Kabupaten Bintan

PENDUGAAN STOK IKAN LAYUR

1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Sumberdaya ikan merupakan salah satu jenis sumberdaya alam yang

PENDAHULUAN. Sumberdaya tersebut diolah dan digunakan sepuasnya. Tidak satupun pihak yang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP. Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Ikan Demersal Yang Di Daratkan Pada Tempat Pendaratan Ikan (Tpi) Desa Sebong Lagoi Kabupaten Bintan Kepulauan

3. METODE PENELITIAN

ANALISIS CPUE (CATCH PER UNIT EFFORT) DAN TINGKAT PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN LEMURU (Sardinella lemuru) DI PERAIRAN SELAT BALI

5 POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN SUMBER DAYA PERIKANAN DEMERSAL

PENDUGAAN POTENSI LESTARI KEMBUNG (Rastrelliger spp.) DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BELAWAN SUMATERA UTARA ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

VI. ANALISIS BIOEKONOMI

ANALISIS BIOEKONOMI IKAN KEMBUNG (Rastrelliger spp) DI KOTA MAKASSAR Hartati Tamti dan Hasriyani Hafid ABSTRAK

STUDI BIOEKONOMI IKAN KEMBUNG (Rastrelliger spp) DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BELAWAN GABION KOTA MEDAN PROVINSI SUMATERA UTARA

Gambar 7. Peta kawasan perairan Teluk Banten dan letak fishing ground rajungan oleh nelayan Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.

6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu 6.2 Analisis Faktor Teknis Produksi

4 KERAGAAN PERIKANAN DAN STOK SUMBER DAYA IKAN

POTENSI LESTARI DAN MUSIM PENANGKAPAN IKAN KURISI (Nemipterus sp.) YANG DIDARATKAN PADA PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA SUNGAILIAT

PENDUGAAN STOK IKAN TONGKOL DI SELAT MAKASSAR SULAWESI SELATAN

MALUKU SEBAGAI LUMBUNG IKAN NASIONAL: TINJAUAN ATAS SUATU KEBIJAKAN

POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN IKAN SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN SEKTOR PERIKANAN DI SELATAN JAWA TIMUR

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Peralatan 3.3 Metode Penelitian

METODE PENELITIAN STOCK. Analisis Bio-ekonomi Model Gordon Schaefer

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JURNAL PEMANFAATAN SUBERDAYA PERIKANAN

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDUGAAN KELOMPOK UMUR DAN OPTIMASI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN CAKALANG (KATSUWONUS PELAMIS) DI KABUPATEN BOALEMO, PROVINSI GORONTALO

Keragaan dan alokasi optimum alat penangkapan cakalang (Katsuwonus pelamis) di perairan Selat Makassar

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.5 Status dan Tingkat Keseimbangan Upaya Penangkapan Udang

Agriekonomika, ISSN e ISSN Volume 4, Nomor 1

3. METODE PENELITIAN

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3. No. 1, Maret 2012: ISSN :

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Malaysia, ZEE Indonesia India, di sebalah barat berbatasan dengan Kab. Pidie-

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

Potensi Lestari Ikan Kakap di Perairan Kabupaten Sambas

PEMBAHASAN 5.1 Tingkat pemanfaatan sumberdaya dan peluang pengembangannya di Maluku

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: ISSN :

Pendugaan Stok Ikan dengan Metode Surplus Production

Universitas Sumatera Utara. Pertanian, Universitas Sumatera Utara

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Volume 5, Nomor 2, Desember 2014 Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE) ANALISIS POTENSI LESTARI PERIKANAN TANGKAP DI KOTA DUMAI

POTENSI LESTARI IKAN LAYANG (Decapterus spp) BERDASARKAN HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN DI PERAIRAN TIMUR SULAWESI TENGGARA

POTENSI BERKELANJUTAN SUMBER DAYA IKAN PELAGIS BESAR DI KABUPATEN MALUKU TENGAH

PENDAHULUAN. Common property & open acces. Ekonomis & Ekologis Penting. Dieksploitasi tanpa batas

8 SELEKSI ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker 1853) DI SELAT BALI

KELAYAKAN PENANGKAPAN IKAN DENGAN JARING PAYANG DI PALABUHANRATU MENGGUNAKAN MODEL BIOEKONOMI GORDON- SCHAEFER

Gambar 6 Sebaran daerah penangkapan ikan kuniran secara partisipatif.

6 STATUS PEMANFAATAN SUMBER DAYA IKAN DI WILAYAH PESISIR DAN LAUT CIREBON

c----. Lemuru Gambar 1. Perkembangan Total Produksi Ikan Laut dan Ikan Lemuru di Indonesia. Sumber: ~tatistik Perikanan Indonesia.

Catch per unit effort (CPUE) periode lima tahunan perikanan pukat cincin di Kota Manado dan Kota Bitung

1.2. Latar Belakang Masalah 1.3. Perumusan Masalah

3 METODOLOGI. Gambar 2 Peta Selat Bali dan daerah penangkapan ikan lemuru.

3. METODOLOGI PENELITIAN

Study Programme Aquatic Resources Management Faculty of Marine Science and Fisheries, University Maritime Raja Ali Haji

Sriati Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran, Kampus Jatinangor UBR

PENDUGAAN STOK IKAN TEMBANG (Sardinella fimbriata) PADA LAUT FLORES (KAB. BULUKUMBA, BANTAENG, JENEPONTO DAN TAKALAR) ABSTRACT

POTENSI IKAN KAKAP PUTIH

ANALISIS EKONOMI PERIKANAN YANG TIDAK DILAPORKAN DI KOTA TERNATE, PROVINSI MALUKU UTARA I. PENDAHULUAN

Ex-situ observation & analysis: catch effort data survey for stock assessment -SCHAEFER AND FOX-

POTENSI, TINGKAT PEMANFAATAN DAN KEBERLANJUTAN IKAN TEMBANG (Sardinella sp.) DI PERAIRAN SELAT MALAKA, KABUPATEN SERDANG BEDAGAI, SUMATERA UTARA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3 METODE PENELITIAN. Gambar 2 Peta lokasi penelitian PETA LOKASI PENELITIAN

Analisis Bioekonomi Dan Pengelolaan Sumberdaya Ikan Mas (Cyprinus carpio) Di Waduk Cirata, Jawa Barat

MASPARI JOURNAL Januari 2017, 9(1):43-50

FLUKTUASI HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP JARING INSANG HANYUT (DRIFT GILLNET) DI PERAIRAN DUMAI, PROVINSI RIAU

ANALISIS POTENSI PERIKANAN PELAGIS KECIL DI KOTA TERNATE

I. PENDAHULUAN. Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan

I. PENDAHULUAN. dan 46 jenis diantaranya merupakan ikan endemik (Syandri, 2008). Salah satu

ANALISIS TINGKAT PEMANFAATAN DAN MUSIM PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DI PERAIRAN PRIGI JAWA TIMUR Hari Ilhamdi 1, Riena Telussa 2, Dwi Ernaningsih 3

VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN. perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah alokasi

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Dr. Ir. Sri Yanti JS. MPM

POTENSI PERIKANAN TANGKAP DI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH (KKPD) KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU, INDONESIA

Analisis Potensi Lestari Sumberdaya Perikanan Tuna Longline di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah

Produksi (Ton) Trip Produksi (Ton) Pukat Cincin ,

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

KAJIAN STOK IKAN PELAGIS KECIL DENGAN ALAT TANGKAP MINI PURSE SEINE DI PERAIRAN LEMPASING, LAMPUNG. Riena F. Telussa

ABSTRACT. Keywords: Malacca Strait, Potential, Utilization, Sustainability, Sardinella spp.

PEMANFAATAN DAN PEMASARAN SUMBERDAYA CUMI-CUMI (Loligo Sp) YANG DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) KEJAWANAN KOTA CIREBON, JAWA BARAT

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR LAMPIRAN... viii

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3. BAHAN DAN METODE. Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian (Dinas Hidro-Oseanografi 2004)

3 METODOLOGI. Gambar 3 Peta lokasi penelitian.

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas

Produktivitas dan Kelayakan Usaha Bagan Perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: ISSN :

ANALISIS HASIL TANGKAPAN PER UPAYA PENANGKAPAN DAN POLA MUSIM PENANGKAPAN IKAN TERI (STOLEPHORUS SPP.) DI PERAIRAN PEMALANG

spesies yaitu ikan kembung lelaki atau banyar (Rastrelliger kanagurta) dan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma)(sujastani 1974).

ANALISIS BIOEKONOMI RAJUNGAN (Portunus pelagicus) MENGGUNAKAN PENDEKATAN SWEPT AREA DAN GORDON-SCHAEFER DI PERAIRAN DEMAK

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

Transkripsi:

Tingkat Pemanfaatan Ikan Teri (stolephorus sp.) di Perairan Sebauk Kecamatan Tanjungpinang Kota Adi Setiabudi, Febrianti Lestari, Susiana Adisetiabudi999@gmail.com Program studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji ABSTRAK Penelitian ini mengenai tingkat pemanfaatan ikan teri (Stolephorus sp.) telah dilakukan di perairan Sebauk Kota Tanjungpinang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Potensi Lestari (MSY), tingkat pemanfaatan dan jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) ikan teri (Stolephorus sp.) di perairan Sebauk Kota Tanjungpinang. Penelitian ini dilakukan dengan metode survey dengan melakukan wawancara terhadap nelayan teri dan observasi langsung dilapangan. Hasil penelitian yang diperoleh nilai potensi lestari (MSY) sebesar 3883,28 kg/bulan, tingkat pemanfaatan ikan bilis pada bulan Maret 59%, April 93% dan bulan Mei 46%, jumlah tangkapan yang diperbolehkan Maret yakni sebesar 3130,31 kg/bulan. Jumlah tangkapan yang diperbolehkan di bulan April sebesar 3298,61 kg/bulan, sedangkan jumlah tangkapan yang diperbolehkan pada bulan Mei yakni sebesar 1598,82 kg/bulan, artinya jumlah tangkapan yang diperbolehkan ikan teri di perairan Sebauk masih di bawah nilai potensi lestari (MSY), sehingga penangkapan ikan teri masih dapat ditingkatkan. Kata kunci: Ikan teri, Potensi lestari (MSY), jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB), tingkat pemanfaatan. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan tangkap mempunyai peranan penting dalam menopang ketahanan pangan di Indonesia termasuk dalam hal penyediaan ikan. Semakin meningkatnya konsumsi ikan per kapita menyebabkan kebutuhan terhadap ikan juga mengalami peningkatan sehingga mengakibatkan kegiatan perikanan tangkap juga meningkat. Kegiatan penangkapan ikan banyak dilakukan salah satunya di perairan Sebauk, Kelurahan Senggarang. Menurut Food and Agriculture Organization (FAO), Indonesia menjadi negara terbesar kedua produksi perikanan tangkap sebesar 6 1

juta ton pada 2014. Permintaan ikan yang meningkat 200 kg setiap bulan nya di daerah Bintan (Dhewani, N et al. 2008) tentunya memiliki makna yang positif bagi pengembangan perikanan, terlebih lagi di Provinsi Kepulauan Riau yang memiliki potensi perairan yang cukup luas dan potensial untuk pengembangan perikanan baik penangkapan maupun akuakultur. Namun demikian, tuntutan pemenuhan kebutuhan akan sumberdaya tersebut akan diikuti oleh tekanan eksploitasi sumberdaya ikan yang juga semakin intensif. Menurut Johanes Widodo & Suadi. (2008), Jika pemanfaatan sumberdaya perikanan tidak dikelola secara bijaksana maka akan mendorong usaha perikanan ke jurang kehancuran dan terjadinya berbagai konflik terhadap sumberdaya ikan. Perairan Sebauk merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi sumberdaya perikanan terutama ikan teri. Berdasakan hasil survei yang dilakukan di perairan Sebauk ditemukan alat tangkap ikan teri berupa bagan apung/rakit (kelong). Setiap bulannya pengepul ikan teri bisa mencapai 3 sampai 4 kali menjual ikan teri kering ke Pekanbaru, berdasarkan hasil wawancara kepada penjual ikan teri yang berada di Pelantar II pasar baru Tanjungpinang Kota mengatakan bahwa selain masyarakat lokal yang mengkonsumsi ikan teri, para wisatawan asal Asia terutama Singapura, Malaysia dan China sangat menyukai ikan teri yang ada di pasar baru Tanjungpinang dengan alasan harga teri yang sangat murah dibandingkan dengan negara lain dan sangat enak. Peningkatan permintaan akan ikan teri oleh masyarakat dikhawatirkan akan menyebabkan penangkapan yang berlebihan (over fishing), hal ini jelas akan mempengaruhi potensi lestari dan hasil upaya tangkapan ikan teri di perairan Sebauk sehingga perlu dilakukan pengelolaan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan. Dengan demikian, salah satu langkah untuk menjaga keberadaan sumberdaya ikan teri (Stolephorus sp.) tetap lestari di perairan Sebauk yaitu dengan cara pengkajian stok ikan teri (Stolephorus sp.) untuk mengetahui potensi lestari (MSY), dan penelitian ini penting untuk mengetahui tingkat pemanfaatan ikan teri dan jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) agar sumberdaya ikan ini tetap lestari dan tetap tersedia di masa yang akan datang tanpa merusak populasinya. Selain itu, MSY bertujuan untuk melindungi stok ikan pada tingkat aman agar tetap berada dalam level yang seimbang. 2

1.2 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui potensi lestari (MSY) ikan teri (Stolephorus sp.) di perairan Sebauk 2. Mengetahui tingkat pemanfaatan ikan teri (Stolephorus sp.) di perairan Sebauk 3. Mengetahui jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) di perairan Sebauk BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November tahun 2017 hingga Mei 2018. Lokasi penelitian ini di tetapkan di perairan Sebauk Kelurahan Senggarang Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau. Peta lokasi Penelitian dapat di lihat pada Gambar 1. Gambar 1. Peta lokasi penelitian di Perairan Sebauk 3

2.2 Alat dan Bahan Pada penelitian ini sangat ditentutakan oleh ketersedian peralatan pendukung. Peralatan yang digunakan pada penelitia ini meliputi alat dan bahan. Adapun alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Alat dan Bahan yang Digunakan No Ala dan Bahan Kegunaan 1 Kamera untuk dokumentasi. 2 Alat Tulis untuk menyalin data penelitian 3 Lembar Kuesioner wawan cara nelayan teri 4. Ikan teri sampel yang akan di timbang 5. Timbangan untung menimbang 2.3 Metode Penelitian 2.3.1 Metode Pengambilan Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dan Observasi. Metode survey merupakan suatu teknik pengumpulan informasi yang dilakukan dengan cara menyusun daftar pertanyaan yang diajukan pada responden sedangkan observasi adalah suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis baik secara langsung maupun secara tidak langsung pada tempat yang diamati. Jenis dan sumber data yang akan di gunakan yaitu data primer dan sekunder. Data primer dilakukan dengan cara mewawancarai nelayan di perairan Sebauk. Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara berupa data kegiatan operasi penangkapan ikan, serta hasil tangkapan ikan per hauling sedangkan data sekunder diperoleh dengan mengumpulkan data dari intansi terkait seperti kantor Kelurahan Senggarang dan menggunakan referensi terkait untuk bahan perbandingan. 4

2.3.2 Penentuan Responden Metode yang digunakan dalam pemilihan responden adalah total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimanajumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2007). Alasan mengambiltotal sampling karena menurut Sugiyono (2007) jumlah populasi yangkurang dari 100 seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya. Responden yang dituju adalah nelayan pemilik alat tangkap bagan apung (kelong) sebanyak 7 responden. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Catch Per Unit Effort (CPUE) Hasil tangkapan per upaya atau dikenal dengan istilah Catch Per Unit Effort (CPUE) diperoleh dari hasil perhitungan upaya tangkapan dan hasil tangkapan teri yang dilakukan hasil tangkapan per upaya tangkap. Hasil tangkapan pada prinsipnya adalah output dari kegiatan penangkapan, sedangkan effort yang diperlukan merupakan input dari kegiatan penangkapan tersebut (Noordiningroom, 2012). Hasil tangkapan perupaya tangkapan secara rinci dapat dilihat pada Gambar 2. (a) (b) Gambar 2. (a) Hasil Tangkapan dan (b) Upaya Tangkapan 5

Berdasarkan hasil pengambilan data selama 3 bulan (Maret, April, dan Mei) yang dilakukan, diketahui hasil tangkapan berfluktuatif. Namun dapat dilihat dari data, upaya penangkapan yang dilakukan oleh nelayan teri selama 3 bulan berkisar antara 95-196 hauling dengan rata-rata sebanyak 159 hauling/bulan. Upaya penangkapan optimal terjadi pada bulan April, sedangkan upaya tangkapan terendah terjadi pada bulan Mei. Penurunan upaya penangkapan pada bulan Mei cukup signifikan karena sebagian besar nelayan di kelurahan Senggarang khususnya di nelayan di sebauk tidak melaut karena menyambut bulan Suci Rhamadan. Pada bulan April mendukung dilakukannya penangkapan teri karena cuaca yang sangat mendukung. Jika cuara berubah menjadi ekstrim akan sangat mempengaruhi upaya tangkapan yang dilakukan oleh nelayan teri. Nilai Catch (hasil tangkapan) selama bulan Maret, April, serta Mei juga mengalami fluktuasi. Namun hasil tangkapan selama 3 bulan berkisar antara 1775-3624 kg atau dengan rata-rata sebesar 2568 kg/bulan. Hasil tangkapan tertinggi juga terdapat pada bulan April serta hasil tangkapan terendah terjadi pada bulan Mei. Hasil tangkapan terendah pada bulan Mei. Sehingga dapat dilihat bahwa semakin meningkatnya upaya tangkapan yang dilakukan akan meningkatkan hasil tangkapan teri di Sebauk kelurahan Senggarang. Hasil tangkapan teri di perairan Sebauk tergolong rendah jika dibandingkan dengan penelitian Mulyawan et al. (2015) yang memperoleh tangkapan kan teri (Stolephorus sp.) sebanyak 103,610 Kg/bulan. Hasil analisis nilai CPUE penangkapan teri disajikan pada Gambar 3. 6

(c) Gambar 3. CPUE penangkapan teri Setelah menganalisis nilai upaya (effort) serta hasil tangkapan (catch) maka dianalisis lebih lanjut dengan nilai CPUE. Nilai CPUE tertinggi terjadi pada bulan Mei dengan nilai sebesar 18,69 kg/hauling dan terendah pada bulan Maret. Artinya pada bulan Maret terjadi optimalisasi penangkapan dengan besaran upaya penangkapan. Menurut Nugraha, et al., (2012) adanya penambahan upaya penangkapan yang tidak diikuti oleh peningkatan jumlah hasil tangkapan akan mengakibatkan penurunan CPUE, sedangkan meurut Lubis, et al., (2013) jika effort belum melebihi effort optimum maka bisa meningkatkan nilai produksi Jika jika effort dilakukan melebihi effort optimum maka akan menurunnya produksi. Menurunnya CPUE tersebut merupakan indikator bahwa pemanfaatan sumberdaya di perairan sudah tinggi. Seperti yang terjadi pada data penangkapan teri bahwa upaya minimum yakni di bulan Mei sebesar 95 hauling, justru meningkatkan nilai CPUE sebesar 18,68 kg/hauling. Sedangkan upaya tertinggi pada bulan April sebesar 196 hauling hanya menghasilkan nilai CPUE sebesar 18,49 kg/hauling. Meskipun upaya tangkapan pada bulan Mei mengalami penurunan yang signifikan, akan tetapi hasil tangkapan yang diperoleh cukup optimum. Kondisi ini menggambarkan laju pemanfaatan optimum dengan upaya tangkapan rendah namun hasil tangkapan yang diperoleh lebih tinggi. 3.2 MSY (Nilai Potensi Lestari) Nilai potensi lestari atau dikenal dengan istilah MSY (Maximum Sustainable Yield) merupakan suatu pendekatan perhitungan data untuk melihat nilai 7

pemanfaatan optimum terhadap sumberdaya perikanan. Nilai MSY diperlukan untuk menduga tingkat penangkapan yang dilakukan terhadap suatu sumberdaya perikanan. Hasil perhitungan nilai MSY penangkapan teri di kelurahan Senggarang disajikan seperti pada Gambar 4. Gambar 4. Nilai potensi lestari (MSY) penangkapan teri Gambar 4 menunjukkan bahwa hasil penangkapan optimum terhadap sumberdaya teri di perairan Sebauk kelurahan Senggarang sebesar 3883,28 kg/bulan dengan upaya optimum (F-optimum) sebesar 369 hauling/bulan. Dibandingkan dengan hasil penelitian bahwa rata-rata hasil tangkapan teri sebesar 2568,3 kg/bulan dengan upaya tangkapan rata-rata sebesar 159 hauling/bulan. Artinya, upaya penangkapan teri dan hasil tangkapannya masih dibawah nilai Nilai potensi lestari (MSY) dan penangkapan masih dapat ditingkatkan. Meskipun nilai penangkapan teri masih dibawah nilai MSY, namun untuk menjaga keberlangsungan sumberdaya teri, penambahan upaya penangkapan tidak dianjurkan untuk memperoleh hasil yang lebih tinggi. Kondisi ini didukung oleh pendapat Hertini dan Gusriani (2013) bahwa konsep tangkapan lestari atau Maximum Sustainability Yield (MSY), bertujuan untuk mempertahankan ukuran populasi pada titik maksimum dimana tingkat pertumbuhan dengan pemanenan yang biasanya akan ditambahkan ke dalam populasi, dan memungkinkan populasi tersebut menjadi produktif selamanya. Jika diperoleh nilai MSY dari suatu 8

suberdaya perikanan, maka jika upaya penangkapan memebihi dari nilai MSY yang tertera pada grafik, maka dapat dipastikan telah terjadi overfishing. Menurut Jamal et al. (2014) jika nilai upaya optimum yang sudah melampaui nilai MSY, maka kondisi ini dinyatakan sebagai over exploited (tangkapan lebih). 3.3 Tingkat Pemanfaatan (TP) Berdasarkan nilai upaya penangkapan yang optimum serta nilai MSY maka dapat diketahui tingkat pemanfaatan perikanan tangkap teri dapat diketahui, Adapun tingkat pemanfaatan teri dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Tingkat Pemanfaatan teri di Perairan Sebauk Gambar 5 menunjukkan bahwa tingkat pemanfaatan pada bulan Maret sebesar 59%, sedangkan pada bulan April merupakan nilai penanfatan sumberdaya teri tertinggi yakni sebesar 93%, serta pada bulan Mei merupakan nilai penangkapan terendah hanya sebesar 46%. Keseluruhan nilai tingkat pemanfaatan diketahui masih dibawah nilai potensi lestari (MSY) artinya penangkapan sumberdaya teri masih tergolong rendah. Akan tetapi pada bulau April, nilai pemanfaatan teri hampir saja mendekati nilai MSY yang artinya terjadi peningkatan hasil tangkapan. Namun jika upaya terus ditingkatkan akan mencapai hasil tangkapan optimum (MSY) dan dikhawatirkan akan terjadi tangkapan lebih atau dikenal dengan istilah over exploited (Sriati, 2012). Kondisi ini tentunya akan membahayakan sumberdaya perikanan yang diambil. Meskipun nilai tingkat pemanfaatan sumberdaya teri masih dibawah MSY ( Yuniarti, 2015), namun perlu diperhatikan 9

terkait dengan peningkatan upaya tangkapan agar tidak terjadi tangkapan lebih. Selanjutnya dikatakan pula bahwa, kebijakan untuk mengupayakan tercapainya tingkat pemanfaatan yang optimal antara kapasitas stok yang terkandung dalam sumberdaya di setiap wilayah penangkapan dan hasil tangkapannya adalah hal yang sangat penting menuju tercapainya pelaksanaan usaha perikanan yang berkelanjutan (Tanjaya, 2012). Menurut Noija et al., (2014) pemanfaatan sumberdaya perikanan cukup potensial dan berpelung untuk dikembangkan guna meningkatkan ekonomi masyarakat jika tingkat pemanfaatan masih rendah (dibawah nilai MSY). Namun jika hasil tingkat pemanfaatan sudah tergolong tinggi, tidak boleh dilakukan peningkatan terhadap upaya karena akan berpotensi menjadi overfishing. 3.4 Jumlah Tangkapan yang Diperbolehkan (JTB) Pengelolaan sumberdaya perikanan dengan pendekatan kuota penangkapan adalah upaya pembatasan jumlah teri yang boleh ditangkap. Untuk menjaga kelestarian sumberdaya teri, maka nilai JTB harus dibawah Maximum Sustainable Yield yang telah ditentukan. Jumlah tangkapan yang diperbolehkan atau dikenal dengan JTB merupakan nilai tangkapan yang dianjurkan untuk menghindari terjadinya tangkapan lebih. Hasil perhitungan nilai JTB terhadap sumberdaya teri di perairan Sebauk disajikan seperti pada Gambar 6. Gambar 6. JTB penangkapan teri di perairan Sebauk 10

Gambar 6 menunjukkan bahwa jumlah tangkapan yang diperbolehkan pada penangkapan teri di bulan Maret yakni sebesar 3130,31 kg/bulan. Jumlah tangkapan yang diperbolehkan di bulan Apil sebesar 3298,61 kg/bulan, sedangkan jumlah tangkapan yang diperbolehkan pada bulan Mei yakni sebesar 1598,82 kg/bulan. Namun jika dilihat dari jumlah hasil tangkapan pada bulan pada bulan April sebesar 3624 kg/bulan, diketahui bahwa nilai hasil tangkapan pada bulan April tersebut telah melebihi nilai JTB yang ditetapkan artinya tingkat pemanfaatan teri pada bulan April tergolong tinggi mencapai 93% dari nilai MSY dan melebihi nilai JTB. Diketahui secara keseluruhan rata-rata nilai JTB adalah sebesar 2675,91 kg/bulan. Sedangkan hasil penangkapan secara keseluruhan yakni sebesar 2568,33kg/bulan. Artinya nilai hasil tangkapan masih dibawah nilai JTB hasil perhitungan dan analisis. Selisih atau surplus antara nilai hasil tangkapan dan nilai JTB yakni sebesar 107,58 kg/bulan. Jika mengacu pada nilai JTB, peningkatan hasil tangkapan masih dapat dilakukan sebanyak 107,58 kg/bulan. Dari hasil analisis JTB, diketahui bahwa ekploitasi sumberdaya teri di perairan Sebauk masih dalam kategori underfishing. Seperti pernyataan Rosana dan Prasita (2015) bahwa sumberdaya perikanan masih dikatakan underfishing jika pemanfaatannya masih dibawah nilai JTB (kurang dari 80% dari MSY) artinya jumlah hasil tangkapan yang diperbolehkan yang dianjurkan yakni 80% dari nilai MSY. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, dapat diketahui beberapa kesimpulan meliputi : 1. Potensi Lestari (MSY) penangkapan ikan teri di perairan Sebauk adalah sebesar 3883,28 kg/bulan. 2. Tingkat pemanfaatan sumber daya teri di Perairan Sebauk pada bulan Maret sebesar 59%, tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan teri pada bulan April yatu sebesar 93% dan tingakat pemanfaatan pada bulan Mei yaitu sebesar 46%. 3. Jumlah tangkapan yang diperbolehkan pada penangkapan teri di bulan Maret yakni sebesar 3130,31 kg/bulan. Jumlah tangkapan yang diperbolehkan di 11

bulan Apil sebesar 3298,61 kg/bulan, sedangkan jumlah tangkapan yang diperbolehkan pada bulan Mei yakni sebesar 1598,82 kg/bulan. DAFTAR PUSTAKA Dhewani, N., Supono., Sutiadi, R., 2008. Pemantauan Perikanan Berbasis Masyarakat (Creel) Di Kabupaten Bintan. Perikanan Kelautan 7 (3) : 14-20. Hertini. E., Gusriani. N., 2013. Maximum Sustainable Yield (Msy) Pada Perikanan Dengan Struktur Prey-Predator. Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir 1 (1) : 307-311. Jamal, M., Sondita, A,F., Wiryawan, B., Haluan, J., 2014. Konsep Pengelolaan Perikanan Tangkap Cakalang (Katsuwonus pelamis) di Kawasan Teluk Bone dalam Perspektif Keberkelanjutan. IPTEKS PSP. 1.(2) : 196-207. Lubis, R.S., Mulya, M.B., Desrita., 2013. Potensi, Tingkat Pemanfaatan dan Keberlanjutan Ikan Terbang (Sardinella spp.) di Perairan Selat malaka, Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara. Aquacoast Marine. 1 (1) : 1-12. Mulyawan., Masjamsir., Andriani, Y., 2015. Pengaruh Perbedaan Warna Cahaya Lampu Terhadap Hasil Tangkapan Cumi-Cumi (Loligo spp) Pada Bagan Apung Di Perairan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Jurnal Perikanan Kelautan 6 (2) : 116-124. Noija., Donald., Sulaeman Martasuganda., Bambang Murdiyanto., Am Azbas Taurusman., 2014. Potensi dan tingkat Pemanfaatan Sumberdaya ikan Demersal diperairan Pulau Ambon-Provinsi Maluku. Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan 5 (1) : 55-64. Sugiyono., 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung Alfaberta. Sriati, U., Utami P. D., Gumilar., Iwang., 2012. Analisi Bioekonomi penangkapan ikan layur (Trichirussp.) di Perairan Parigi Kabupaten Ciamis. Perikanan dan Kelautan. 3 (3) : 137-144. Tanjaya, E., 2015. Potensi Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Tongkol (Auxisthazard) di Perairan Kabupaten Maluku Tenggara Amanisal. PSP FPIK Unpatti- Ambon 4 (1) : 32-37. Widodo, J., Suadi., 2008. Pengelolaan Mada University Press. Sumberdaya Perikanan Laut. Gadjah Yuniarti, N., Ershad, K., Bachrulhaja, T., 2015. Potensi lestari dan tingkat Pemanfaatan Ikan Kurisi (Nemipterusjaponicas) di Perairan Teluk Banten. Perikanan dan Kelautan 3 (1) : 91-98. 12