DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2006

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

ANALISA MANFAAT BIAYA PROYEK PEMBANGUNAN TAMAN HUTAN RAYA (TAHURA) BUNDER DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KUISIONER PENELITIAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Bandung ibu kota Jawa Barat terkenal dengan banyaknya objek wisata yang dikunjungi oleh

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN

Analisis Ekonomi Proyek Jalan Tol Penajam Samarinda

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Danau. merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan

IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

2 dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

III KERANGKA PEMIKIRAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 4 Tahun 2007 Seri E Nomor 4 Tahun 2007 NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.36/Menhut-II/2014 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

EVALUASI KELAYAKAN PROYEK PEMBANGUNAN GARUDA WISNU KENCANA DI KABUPATEN BADUNG BALI

KAJIAN KEPUASAN PENGUNJUNG DAN PENGEMBANGAN FASILITAS WISATA DI KAWASAN EKOWISATA TANGKAHAN KABUPATEN LANGKAT PROVINSI SUMATERA UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

ANALISIS JASA LINGKUNGAN EKOWISATA AIR TERJUN LAHUNDAPE DI KAWASAN TAHURA NIPA-NIPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. METODE PENELITIAN

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA NGARGOYOSO SEBAGAI OBYEK WISATA ALAM BERDASARKAN POTENSI DAN PRIORITAS PENGEMBANGANNYA TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PROYEK PEMBANGUNAN PERUMAHAN AKASIA RESIDENCE

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

III. KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Objek dan Daya Tarik Wisata

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 46 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA POCUT MEURAH INTAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di sepanjang jalur ekowisata hutan mangrove di Pantai

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. kinerja (atau hasil) yangdirasakan dibandingkan dengan harapannya. Bila kinerja

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. yang sangat strategis bagi pembangunan yang berkelanjutkan di Provinsi

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481)

IV. METODE PENELITIAN

A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS INVESTASI PADA JASA PENYEWAAN PERANCAH SCAFFOLDING DI KOTA DENPASAR DAN KABUPATEN BADUNG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan hamparan landscape yang luas dan

ABSTRAK. Kata kunci: town house, pasar, teknis, NPV, BCR, IRR, PBP

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V PENUTUP Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA Lampiran... 75

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah

TEKNIK PERHITUNGAN TARIF MASUK KAWASAN WISATA ALAM. Wahyudi Isnan *

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. negara yang memiliki kawasan pesisir yang sangat luas, karena Indonesia

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PROYEK PERUMAHAN (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Perumahan Griya Tegal Sari Asri Sragen)

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KARAWANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Analisis Kelayakan Pengembangan Proyek Cagar Budaya Sri Aji Joyoboyo di Desa Menang Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata saat ini merupakan salah satu industri terbesar di dunia. World

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata merupakan salah satu tujuan favorit bagi wisatawan. Untuk

III. METODE PENELITIAN

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEBUN RAYA BALIKPAPAN

Pengembangan Wisata Terpadu Berdasarkan Daya Tarik Kawasan Konservasi di Kecamatan Cimenyan

Oleh : Slamet Heri Winarno

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

KELAYAKAN DAN ANALISIS USAHATANI JERUK SIAM (Citrus Nobilis Lour Var. Microcarpa Hassk) BARU MENGHASILKAN DAN SUDAH LAMA MENGHASILKAN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Cianjur merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam

ANALISIS FINANSIAL PADA PROYEK ROYAL GARDEN RESIDENCE NUSA DUA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya

I. PENDAHULUAN. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila

Ekowisata Di Kawasan Hutan Mangrove Tritih Cilacap

III. METODOLOGI PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

BAB III METODE PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Taman Nasional adalah Kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Transkripsi:

KARYA TULIS PROSPEK PENGELOLAAN FASILITAS REKREASI DI TAMAN HUTAN RAYA DR. MUHAMMAD HATTA PROVINSI SUMATERA BARAT (The Management prospect of the recreation facilities in Taman Hutan Raya Dr. Muhammad Hatta, West Sumatera Province Oleh: Rahmawaty Zaenal Abidin Pian Rikza Dewi DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2006

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan segala rahmat dan karunia-nya sehingga Karya Tulis ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih adalah Prospek Pengelolaan Fasilitas Rekreasi di Taman Hutan Raya Dr. Muhammad Hatta, Provinsi Sumatra Barat. Diharapkan tulisan ini bermanfaat untuk menambah informasi mengenai karakteristik Pengelolaan Fasilitas Rekreasi yang ada di Indonesia. Kami menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk lebih menyempurnakan karya tulis ini. Akhir kata kami ucapkan semoga karya tulis ini dapat bermanfaat. Medan, Mei 2006 Penulis

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... Hal ii iii ABSTRAK... 1 PENDAHULUAN... 2 BAHAN DAN METODE...... 2 HASIL DAN PEMBAHASAN... 3 KESIMPULAN... 7 DAFTAR PUSTAKA... 7

PROSPEK PENGELOLAAN FASILITAS REKREASI DI TAMAN HUTAN RAYA DR. MUHAMMAD HATTA PROVINSI SUMATERA BARAT (The Management prospect of the recreation facilities in Taman Hutan Raya Dr. Muhammad Hatta, West Sumatera Province) Rahmawaty 1 Zainal Abidin Pian 2 dan Rikza Dewi 3 ABSTRACT The aim of these study are to estimate the demand similarity of recreation benefit in Tahura Dr. Muhammad Hatta based on travel cost method, to estimate the management prospect in Tahura through discounted cash flow (DCF) analysis, to know the development direction alternative and the impact from Tahura management. Tithe similarity estimate model of recreation demand, based on travel cost method that is Y = 25,63 0,00016 ( x ). The result of correlation test and variant analysis between recreation demand (Y) and parameter of average travel cost (x), show that the influence of travel cost to the recreation demand is real in confidence interval 95% (F count = 7,39 > F table = 5,99) and (t count = 2,720 > t table = 1,943). It show that the similarity can be used as an estimate model of recreation demand. In economic analysis aspect, prospect management of Tahura for period of time effort during 20 years, based on DCF analysis with discount rate 10%, is getting net present value positive, it is about Rp. 2.632.240.140. Benefit cost ratio about 1,63 and internal rate of return about 20,093 %. Based on the criteria of investment advisability analysis, so the Tahura Dr. Muhammad Hatta is feasible to be managed. Key word :Tahura, tourism, travel cost method, discounted cash flow. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menduga persamaan permintaan manfaat rekreasi dari Tahura Dr. Muhammad Hatta berdasarkan Metode Biaya Perjalanan, menduga prospek pengelolaan Tahura melalui analisis DCF (Discounted Cash Flow Analysis), mengetahui - 4 - alternatif arah pengembangan dan dampak dari pengelolaan Tahura Dr. Muhammad Hatta. Dari hasil penelitian diperoleh model penduga persamaan permintaan rekreasi berdasarkan metode biaya perjalanan, yaitu Y = 25,63 0,00016 ( x ). Adapun hasil dari uji korelasi dan analisa varian antara permintaan rekreasi (Y) dengan parameter biaya perjalanan rata-rata (x), menunjukkan bahwa pengaruh biaya perjalanan terhadap permintaan rekreasi nyata pada selang kepercayaan 95% (F hitung = 7,39 > F tabel = 5,99) dan (t hitung = 2,720 > t tabel = 1,943). Ini menunjukkan bahwa persamaan tersebut dapat digunakan sebagai model penduga permintaan rekreasi. Dari segi analisis ekonomi, prospek pengelolaan Tahura untuk jangka waktu pengusahaan selama 20 tahun, berdasarkan analisis DCF dengan tingkat suku bunga 10%, diperoleh nilai Net Present Value adalah positif, yaitu sebesar Rp. 2.632.244.140. Nilai Benefit Cost Ratio diperoleh sebesar 1,63 dan nilai Internal Rate of Return sebesar 20,093%. Berdasarkan kriteria analisa kelayakan investasi maka kawasan Tahura tersebut adalah layak untuk dikelola. Dari segi alternatif arah pengembangan, Tahura memiliki alternatif pengembangan aktivitas wisata dan pengembangan fasilitas wisata di kawasan Tahura Dr. Muhammad Hatta. Sedangkan dampak dari pengelolaan kawasan Tahura adalah positif apabila dalam pengelolaan dan pengembangannya mengikuti peraturan dan kebijakan yang telah di tetapkan oleh pemerintah pusat maupun daerah serta mempertimbangkan aspek ekonomis, sosial dan ekologis kawasan tersebut. Kata Kunci : Tahura, Pengunjung, Metode Biaya Perjalanan, Discounted Cash Flow. 1 Departemen Kehutanan, FP-USU 2 Staf Pengajar di Departemen Kehutanan, FP-USU 3 Alumni Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN Sumberdaya alam Indonesia yang kaya raya dengan keanekaragaman hayati, ekosistem alam dan nilai budaya, menyediakan potensi yang sangat prospektif bagi pengembangan dunia kepariwisataan alam. Bidang pengembangan ini memiliki karakter yang berbeda kalau ditinjau dari dunia bisnis pada umumnya, karena nilai ekonomis yang dimiliki dapat bersifat konsumtif dan non konsumtif. Karakter nilai ekonomi obyek wisata alam di suatu tempat dapat berbeda dengan obyek wisata alam di tempat yang lain, yang disebabkan oleh adanya perbedaan ekosistemnya. Tentunya hal ini justru akan menambah koleksi dari daerah tujuan wisata, sehingga secara langsung dapat meningkatkan lama kunjungan para wisatawan secara merata (Fandeli dan Mukhlison, 2000). Indonesia memiliki sejumlah daerah tujuan wisata potensial, salah satunya adalah Provinsi Sumatera Barat yang merupakan daerah tujuan wisata yang memiliki beberapa kawasan wisata potensial yang memerlukan arahan pengembangan guna peningkatan usaha dalam rangka memajukan pariwisata daerah serta meningkatkan pendapatan asli daerah. Salah satu daerah pendukung pembangunan di Sumatera Barat adalah Kota Padang. Kawasan yang akan dikembangkan berdasarkan prioritas Kota Padang adalah Tahura Dr. Muhammad Hatta yang merupakan kawasan yang berfungsi sebagai tempat perlindungan dan pelestarian sumber daya alam sekaligus dimanfaatkan sebagai sarana rekreasi masyarakat (Balai Konservasi Sumber Daya Alam Padang, 1997). Sistem pengembangan dan pengelolaan dalam Tahura Dr. Muhammad Hatta masih memiliki kekurangan yang berakibat terhadap penurunan jumlah pengunjung. Penurunan jumlah pengunjung ini disebabkan oleh kurang tersedia dan memadainya kondisi fasilitas dan sistem pengelolaan yang kurang baik akibat kurangnya sumber daya manusia yang ahli di kawasan Tahura, kurangnya koordinasi antara pihak pengelola Tahura dengan instansi yang berwenang lain yang terkait sehingga sering terjadi konflik kepentingan pengelola dengan instansi yang terkait. Adanya perbedaan kepentingan ini membuat pihak pengelola memiliki hambatan dalam proses pengembangan kawasan Tahura Dr. Muhammad Hatta. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menduga persamaan permintaan rekreasi dengan Metode Biaya Perjalanan, menduga prospek pengelolaan Tahura melalui analisis Discounted Cash Flow Analysis dan mengetahui alternatif arah pengembangan dan dampak dari pengelolaan Tahura Dr. Muhammad Hatta Provinsi Sumatera Barat. BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Tahura Dr. Muhammmad Hatta, Provinsi Sumatera Barat yang berlangsung selama satu bulan yaitu pada bulan Mei 2004. Alat dan bahan yang dibutuhkan adalah kuesioner, alat tulis menulis, kamera, para pengunjung yang datang sesuai dengan alokasi waktu penelitian serta pihak pengelola. Pemilihan pengunjung sebagai responden dilakukan secara purposive sampling. Disamping itu dilakukan observasi di lapangan mengenai aktivitas pengunjung. Jumlah populasi yang diambil berdasarkan pada jumlah kunjungan di Tahura Dr. Muhammad Hatta pada tahun 1995-2000 dengan jumlah totalnya adalah 61.747 orang, sehingga jika dimasukkan dalam rumus Slovin diperoleh jumlah sampel sebanyak 100 orang. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara kepada pengunjung dengan menggunakan kuesioner. Informasi yang ingin diketahui adalah umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, tempat tinggal, motivasi cara melakukan kunjungan, biaya perjalanan, biaya konsumsi rekreasi, biaya konsumsi sehari-hari, biaya dokumentasi. Selain data primer, juga dilakukan pengambilan data sekunder meliputi karakteristik obyek rekreasi seperti letak, luas, keadaan biologis, potensi wisata, aksessibilitas, fasilitas rekreasi, jumlah kunjungan setiap tahun dan jumlah penduduk daerah asal pengunjung. Selanjutnya data-data yang diperoleh dikelompokkan menurut tujuan kemudian dianalisa secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pendugaan Nilai Manfaat Rekreasi Berdasarkan Pendekatan Biaya Perjalanan. Pendekatan biaya perjalanan untuk menduga nilai manfaat rekreasi, dilakukan berdasarkan kesediaan membayar para pengunjung untuk mendapatkan manfaat rekreasi yang diinginkan. Hal ini ditunjukkan oleh jumlah biaya perjalanan yang dikeluarkan untuk melakukan kegiatan rekreasi. Data yang diperlukan untuk menduga nilai manfaat rekreasi adalah : daerah asal pengunjung, jumlah penduduk, biaya perjalanan dan jumlah kunjungan dari tiap zonasi. Analisis data secara regresi linear sederhana menghasilkan persamaan permintaan rekreasi Tahura Dr. Muhammad Hatta Sumatera Barat,yaitu : Y = 25, 63 0, 00016 ( x ). Persamaan di atas merupakan bentuk persamaan permintaan manfaat rekreasi yang berlaku untuk tiap-tiap zonasi berdasarkan daerah asal pengunjung yang datang ke Tahura Dr. Muhammad Hatta. Nilai koefisien determinasi dari persamaan di atas adalah (r 2 = 0,552). Nilai ini menunjukkan bahwa pengaruh variabel biaya perjalanan (x) terhadap permintaan rekreasi (Y) sebesar 55,2%, sedangkan selebihnya dipengaruhi oleh faktor lain. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa pengaruh biaya perjalanan (x) terhadap permintaan rekreasi (Y) nyata pada selang kepercayaan 95%. Ini menunjukkan bahwa persamaan tersebut dapat digunakan sebagai model penduga permintaan rekreasi. Nilai koefisien negatif menunjukkan bahwa makin tinggi biaya perjalanan akan mengurangi permintaan rekreasi. Hal ini menunjukkan bahwa rekreasi merupakan salah satu barang yang bersifat ekonomis. Berdasarkan pada hipotesis ekonomi, konsumen akan meningkatkan jumlah permintaan terhadap suatu komoditi apabila harga komoditi tersebut berkurang. Demikian juga pada permintaan rekreasi, makin meningkat biaya perjalanan rekreasi pengunjung akan mengurangi permintaan rekreasi, dan akan memilih kegiatan lain yang lebih banyak memberikan kepuasan dan kesenangan dengan biaya yang sekecil-kecilnya. Biaya perjalanan merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan oleh pengunjung untuk melaksanakan kegiatan rekreasi. Biaya tersebut meliputi biaya konsumsi selama rekreasi, biaya transportasi, biaya dokumentasi dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan oleh pengunjung yang berkaitan dengan aktivitas rekreasi tersebut. Apabila salah satu atau seluruh komponen dari biaya perjalanan tersebut berubah maka permintaan rekrasi juga akan terpengaruh. Berdasarkan persamaan regresi linear sederhana yang telah didapatkan, diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,00016 yang artinya penurunan/kenaikan biaya perjalanan sebesar satu rupiah akan menaikkan/menurunkan jumlah kunjungan per 1000 penduduk untuk seluruh zona sebesar 0,00016 kali. Untuk menduga nilai rekreasi dan penerimaan maksimum yang dapat diperoleh pengelola digunakan perluasan metode biaya perjalanan dengan menggunakan simulasi harga karcis pada model penduga persamaan permintaan rekreasi yang didapat. Dalam studi ini, simulasi harga karcis dilakukan dari Rp. 1.500 Rp. 94.5000-. Pada tingkat tarif masuk Rp. 94.500,- nilai tingkat kunjungan sebesar 0, yang berarti tidak ada pengunjung yang bersedia membayar tarif karcis tersebut. Dari simulasi harga karcis ini didapatkan hasil pendugaan jumlah pengunjung per 1000 penduduk pada berbagai tingkat harga karcis. Dari hasil analisis kurva permintaan terhadap manfaat rekreasi di Tahura untuk tahun 2004 jika terhadap pengunjung dikenakan harga karcis masuk yang berlaku sekarang ini yaitu Rp. 1500,- jumlah pengunjung yang datang adalah sebanyak 12.889 orang/tahun dengan jumlah penerimaan penjualan karcis sebesar Rp. 19.333.500,-/tahun. Harga karcis yang paling optimal yang akan mendatangkan penerimaan karcis yang maksimal adalah Rp. 54.000. Pada tingkat harga karcis ini akan diperoleh penerimaan hasil penjualan karcis sebesar Rp. 275.400.000,- /tahun. Nilai ini jauh lebih besar dari penerimaan yang akan diperoleh pada tingkat harga karcis yang sekarang (Tabel 1).

Tabel 1. Permintaan Terhadap Manfaat Rekreasi Tahura Dr. Muhammad Hatta, Surplus Konsumen, dan Rata-rata Kesediaan Membayar pada Berbagai Tingkat Harga Karcis Masuk. Harga Karcis Masuk Jumlah Kunjungan (orang) Penurunan Jumlah Kunjungan (orang) Hasil Penjualan Karcis Penurunan Kesediaan Membayar Jumlah Kesediaan Membayar Rata-rata Kesediaan Membayar Surplus Konsumen (1) (2) (3) (4)=(1)x(2) (5) (6) (7)=(6):(2) (8)=(6)-(4) 1.500 12.889 19.333.500 585.074.250 45.393 565.740.750 712 2.670.000 6.000 12.177 73.062.000 582.404.250 47.828 509.342.250 1.899 22.788.000 18.000 10.278 185.004.000 559.616.250 54.448 374.612.250 2.734 73.818.000 36.000 7.544 271.584.000 485.798.250 64.395 214.214.250 2.444 109.980.000 54.000 5.100 275.400.000 375.818.250 73.690 100.418.250 1.990 122.385.000 69.000 3.110 214.590.000 253.433.250 81.490 38.843.250 1.527 114.525.000 81.000 1.583 128.223.000 138.908.250 87.750 10.685.250 1583 138.908.250 94.500 0 0 0 0 0 Menaikkan harga karcis, menuntut suatu konsekuensi dari pengelola kawasan rekreasi untuk meningkatkan pelayanannya terhadap pengunjung baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya (sarana dan prasarana). Tanpa adanya peningkatan pelayanan, akan menyebabkan menurunnya nilai kesediaan membayar para pengunjung. Hal ini akan menurunkan nilai manfaat Tahura yang bersangkutan. 2. Prospek Pengelolaan Pengelolaan Tahura ditujukan untuk melestarikan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya agar dapat memenuhi fungsinya. Sasaran pengelolaan Tahura adalah terbentuknya Tahura yang terkelola dengan baik dan memberikan manfaat baik langsung maupun tidak langsung, bagi masyarakat pada umumnya, dan masyarakat di sekitar Tahura pada khususnya secara maksimal dan berkelanjutan. Menurut Sunarminto (1996), khusus dalam hal pengembangan wisata alam di kawasan hutan, ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian yang lebih seksama, yaitu : 1). Organisasi atau institusi pengatur Pengembangan kegiatan wisata alam masih belum memadai. 2). Biaya investasi awal untuk penyelenggaraan wisata alam dan biaya tetapnya sangat tinggi. 3). Kemampuan daya beli (kemampuan membayar) penduduk Indonesia relatif belum tinggi. 4). Pengelolaan wisata alam memerlukan suatu pengetahuan yang luas dalam hal ekologi dan ekosistem. 5). Masyarakat sekitar kawasan masih belum memiliki cukup kesiapan untuk berperanserta dalam pengelolaan wisata alam. Untuk mengelola suatu kawasan Tahura, diperlukan dana investasi yang cukup besar disertai dengan tenaga yang terampil dan ahli di bidang pariwisata ekologi serta ekosistemnya, agar proses pengembangannya berjalan dengan lancar sehingga diperoleh hasil yang optimal. Krisis moneter yang terjadi di pertengahan tahun 1997 diperkirakan berdampak langsung dan tidak langsung terhadap aspek-aspek yang mempengaruhi keberlangsungan Tahura, baik aspek ekonomi, sosial maupun ekologi. Aspek utama yang berpengaruh oleh krisis moneter adalah ketersediaan dana yang pada gilirannya mempengaruhi kinerja pengelolaan dan kelestarian fungsi suatu kawasan. Dampak krisis moneter terhadap ketersediaan dana menurut Hadi dkk, (2001) dapat diukur dari berbagai variabel, yaitu besarnya anggaran pembangunan, alokasi dana untuk berbagai kegiatan pengelolaan, implementasi program, dan kelestarian fungsi. Sehubungan dengan rencana pengelolaan Tahura Dr. Muhammad Hatta Provinsi Sumatera

Barat selama lima tahun ke depan dalam rangka pengembangan Tahura yang berskala Nasional dan bermulti guna sebagai sarana pendidikan konservasi alam dan pusat pengembangan ilmu pengetahuan, di samping sebagai tempat rekreasi yang aman, nyaman, asri dan bersih lingkungan, diperlukan dana investasi untuk lima tahun ke depan sebesar Rp. 4.175.500.000,-. Biaya (Rupiah) 1800000000 1600000000 1400000000 1200000000 1000000000 800000000 600000000 400000000 200000000 0 1753700000 854200000 639200000 614200000 314200000 2004-2005 2005-2006 2006-2007 2007-2008 2008-2009 Tahun Anggaran Gambar 1. Alokasi Biaya Rencana Pengelolaan Tahura Dr. Muhammad Hatta Besarnya investasi yang dibutuhkan untuk pengembangan Tahura selama 20 tahun ke depan sebesar Rp. 15.486.000.000,- (disesuaikan dengan Master Plan rencana pengelolaan Tahura oleh BKSDA Provinsi Sumatera Barat). Dari biaya tersebut dialokasikan penggunaannya untuk pengembangan dan pembangunan gedung pusat informasi, rumah penginapan, arboretum seluas 6 Ha, patung Dr. Muhammad Hatta dengan plaza seluas 1.405 m 2, dua lokasi parkir kendaraan masing-masing seluas 3.275 m 2, kebun buah-buahan seluas 6 Ha, jalan utama dan jalan penunjang sepanjang 850 m 2, areal kemping 2 unit seluas 6 Ha, kopel sebanyak 10 unit, gedung posko sebanyak 4 unit, 1 unit restoran, 1 unit musholla dan pintu gerbang sebanyak 3 unit. Dalam jangka waktu 20 tahun pengunjung yang datang diperkirakan sebanyak 257.780 orang (berdasarkan jumlah pengunjung pada tingkat harga karcis yang berlaku sekarang ini, yaitu Rp. 1500,- sebanyak 12.889 orang/tahun), dengan asumsi rata-rata satu orang pengunjung mengeluarkan dana untuk pembelian karcis, restoran, penyewaan gedung/aula dan penginapan sebesar Rp. 68.000,-. Penerimaan Tahura Dr. Muhammad Hatta untuk lima tahun ke depan sesuai dengan komponen-komponen yang direncanakan, sebagaimana telah diuraikan sebelumnya diperkirakan sebesar Rp. 4.406.400.000,- dengan asumsi rata-rata pengunjung 36 orang/hari dan rata-rata pengeluaran pengunjung Rp. 68.000,-/hari. Berdasarkan data tersebut didapat penerimaan sebesar Rp. 881.280.000,-/tahunnya. Apabila kondisi ini berjalan normal dan dikelola secara professional maka untuk tahun ke-6 hingga tahun ke-20, total penerimaan Tahura akan mampu meraih pemasukan sebesar Rp. 17.529.040.000,-. Tabel 2. Perkiraan Besarnya Penerimaan Bruto dari Pengelolaan Tahura Dr. Muhammad Hatta Provinsi Sumatera Barat. Lokasi Ladang Padi Kodya Padang Provinsi Sumatera Barat Tujuan Wisata Tahura Dr. Muhammad Hatta Volume/ Banyaknya Pengunjung (orang) Rata-rata Pengeluaran Pengunjung (rupiah) Jumlah Penerimaan (rupiah) 257.780 68.000 17.529.040.000

Berdasarkan pada analisis ekonomi rencana pengelolaan Tahura Dr. Muhammad Hatta untuk jangka waktu 20 tahun yang didiskonto dengan tingkat suku bunga 10%, dapat diketahui bahwa besar perkiraan pendapatan yang akan diperoleh nantinya adalah sebesar Rp. 6.748.490.340,- dan biaya pengelolaan sebesar Rp. 4.116.246.200,- sehingga pengelola mendapat keuntungan sebesar Rp. 2.632.244.140,-. Nilai NPV dari hasil perhitungan untuk jangka waktu 20 tahun pada kawasan Tahura Dr. Muhammad Hatta adalah positif, yaitu sebesar Rp. 2.632.244.140,-. Nilai BCR diperoleh sebesar 1,63 dan nilai IRR sebesar 20,093%. Berdasarkan kriteria analisa kelayakan investasi maka kawasan Tahura Dr. Muhammad Hatta tersebut adalah layak untuk dikelola. Tabel 3. Hasil Analisis NPV, B/C, dan IRR pada Berbagai Suku Bunga No Tingkat Suku Bunga NPV B/C IRR (%) 1 10 % 2.632.244.140 1,63 20,093 2 20% 576.703.560 1,19 3 30% -39.554.220 0,98 3. Alternatif Arah Pengembangan dan Dampak Pengelolaan Tahura Dr. Muhammad Hatta Berdasarkan proposal proyek pengusahaan obyek wisata alam Tahura Dr. Muhammad Hatta (Sekolah Tinggi Pariwisata, 2003), beberapa alternatif yang disarankan adalah pengembangan aktivitas dan pengembangan fasilitas. Pengembangan aktivitas di kawasan Tahura Dr. Muhammad Hatta didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan seperti daya tarik, daya dukung dan ketersediaan lahan. Jenis aktivitas yang dilakukan di kawasan konservasi seperti Tahura Dr. Muhammad Hatta tidak boleh merusak atau mengganggu keadaan alami dari fisik lingkungan dan tidak boleh membahayakan keberadaan flora dan fauna yang ada di kawasan. Bentuk kegiatan yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan potensi hutan hujan tropis sebagai area penjelajahan serta pengenalan terhadap lingkungan alam yang memiliki karakteristik flora dan fauna, melihat pemandangan, berkemah, fotografi, piknik, mengamati flora dan fauna, penelitian, trekking, menelusuri sungai. Ada beberapa fasilitas wisata yang perlu ditambahkan di kawasan Tahura Dr. Muhammad Hatta. Dalam rangka mendukung pengembangan kegiatan-kegiatan wisata di dalam kawasan ini, maka pengembangan fasilitas dan sarana dan prasarana perlu diarahkan, yaitu bangunan atau fasilitas wisata yang dibangun menggunakan arsitektur lokal, pengembangan fasilitas perlu mengacu pada konteks dan karakter lingkungan setempat, pengembangan fasilitas diharapkan mampu menawarkan pengalaman total terhadap tema area rekreasi hutan dan minat khusus, rancangan bangunan harus menggunakan teknik konstruksi bahan-bahan dan gambaran kebudayaan setempat, sejauh pendekatan tersebut tidak merusak lingkungan, bentuk bangunan diusahakan agar selaras dan harmonis dengan lingkungan, pemeliharaan ekosistem harus merupakan prioritas pengembangan kawasan, peningkatan infrastruktur setempat untuk kondisi standar internasional minimal, mencakup: toilet, tempat penginapan tamu, kualitas kebersihan makanan, minuman dan sebagainya, memberikan jaminan bagi kerjasama dengan masyarakat lokal dan keuntungan masyarakat. Jenis fasilitas yang belum dimiliki oleh kawasan ini antara lain : pusat pengunjung, toko cendramata, museum kecil, ruang audio-visual, pos pertolongan pertama, area pemandangan, area piknik, tanda-tanda informasi dan petunjuk. Fasilitas tersebut merupakan pemenuhan kebutuhan pengunjung terhadap fasilitas yang perlu ada dalam suatu kawasan konservasi. Pengembangan suatu kawasan atau obyek taman wisata harus memperhatikan kondisi fisik, sosial ekonomi dan budaya yang ada di sekitarnya. Rencana pengembangan yang mencakup pengembangan fisik, sarana dan prasarana harus tetap memperhatikan sejauh mana daya tampung kondisi fisik lingkungan. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi dampak negatif yang mungkin timbul terhadap kawasan Sebagian besar fasilitas yang ada di kawasan Tahura Dr. Muhammad Hatta perlu dilakukan perbaikan. Hal ini diperlukan agar tercipta kondisi serta situasi yang nyaman, bersih

dan menyenangkan, sehingga para pengunjung betah berada di dalam kawasan Tahura. Pembangunan dan pengembangan kawasan harus memperhatikan peraturan dan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat maupun daerah seperti peraturan mengenai pengelolaan kawasan lindung, pengusahaan pariwisata alam di zona pemanfaatan Tahura dan peraturan tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Jika pengelolaan Tahura tersebut memenuhi ketentuan dan kriteria seperti yang telah dijelaskan di atas maka kegiatan pengelolaan Tahura ini akan memberikan dampak yang baik bagi aspek kondisi ekonomi masyarakat, aspek ekologis dan aspek sosial. Sebagai gambaran, perbaikan kondisi ekonomi pada taraf pendapatan masyarakat jelas meningkat. Seiring dengan peningkatan perekonomian daerah, serta untuk menumbuhkan dan menciptakan lapangan kerja baru serta dapat menekan dampak dari urbanisasi. KESIMPULAN 1. Model Penduga persamaan permintaan rekreasi berdasarkan metode biaya perjalanan untuk Tahura Dr. Muhammad Hatta adalah : Y = 25, 63 0, 00016 ( x ), Y = permintaan rekreasi dan x = biaya perjalanan rata-rata. 2. Nilai NPV untuk jangka waktu 20 tahun pada kawasan Tahura Dr. Muhammad Hatta adalah positif, yaitu sebesar Rp. 2.632.244.140,-. Nilai BCR diperoleh sebesar 1,63 dan nilai IRR sebesar 20,093%. Berdasarkan kriteria analisa kelayakan investasi maka kawasan Tahura Dr. Muhammad Hatta tersebut dinyatakan layak untuk dikelola. 3. Alternatif arah pengembangan Tahura Dr. Muhammad Hatta adalah pengembangan aktivitas wisata di kawasan Tahura Dr. Muhammad Hatta dan pengembangan fasilitas wisata di kawasan Tahura Dr.Muhammad Hatta. Sedangkan dampak dari pengelolaan kawasan Tahura adalah akan berdampak positif apabila dalam pengelolaan dan pengembangannya mengikuti peraturan dan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat maupun daerah, serta mempertimbangkan dari aspek ekonomis, sosial dan ekologis kawasan tersebut. DAFTAR PUSTAKA Balai Konservasi Sumber Daya Alam. 1997. Final Report : Pengembangan Kawasan Konservasi Propinsi Sumatera Barat. Reka Cipta Konsultan. Padang. Fandeli, C. dan Mukhlison. 2000. Pengusahaan Ekowisata. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Hadi S.,Fitri N., dan M. Zahrul M. 2001. Info Sosial Ekonomi: Studi Dampak Krisis Moneter terhadap Kinerja Pengelolaan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Budaya dan Ekonomi Kehutanan. Bogor. Indonesia. Vol 2. No.2. Sekolah Tinggi Pariwisata. 2003. Field Project Study: Studi Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Kawasan Tahura Dr. Muhammad Hatta. Bandung. Sunarminto. T. 1996. Pengembangan Rekreasi Alam di Kawasan Hutan : Outdoor Recreation Development Inforest Land. Media Konservasi Vol. V. No.