BAB VI PERSEPSI PESERTA POSDAYA TERHADAP PROGRAM POSDAYA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VIII HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PESERTA POSDAYA DENGAN MOTIVASI BERPERANSERTA PADA POSDAYA MANDIRI TERPADU

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN

BAB VI PERSEPSI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB VII MOTIVASI BERPERANSERTA PESERTA POSDAYA PADA POSDAYA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V POTRET BURAM PEREMPUAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT WONOREJO. A. Profil Gerakan Perempuan dan Lingkungan Hidup di Wonorejo

DESKRIPSI KARAKTERISTIK PETANI, KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

dilaksanakan sebulan sekali bersamaan dengan penimbangan Balita kecamatan serta Dinas/Instansi terkait.

4. HASIL PENELITIAN. Pengetahuan ibu..., Niluh A., FK UI., Universitas Indonesia

GRAFIK CAKUPAN TEMPAT BEROBAT BILA ANGGOTA KELUARGA SAKIT

KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PRAKTEK KADARZI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA

BAB VII HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI DENGAN SIKAP TERHADAP MAKANAN POKOK NON BERAS

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo ± 4 km. Jumlah penduduk pada tahun 2011 adalah Jiwa

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB III MENELUSURI WILAYAH DAN MASYARAKAT DESA RENDENG. berbatasan dengan Desa Tileng, Sebelah Timur Desa Malo dan sebelah barat

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah: : Desa Purworejo, Kecamatan Pacitan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009.

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

sekolah dengan upaya promotif dan preventif (Simon, 2007).

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN

KUESIONER UNTUK KADER

IbM POSDAYA (Pos Pemberdayaan Keluarga) Mitra Tani Desa Cikarawang Bogor (Oleh : Ratri Virianita, Yannefri Bakhtiar & Saepul Asikin)

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN

Nama pewawancara :. Tanggal wawancara :./../

PERTANYAAN PENELITIAN KETERAMPILAN BIDANG BOGA PADA PELAKSANAAN KKN POSDAYA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BOGA

PERSEPSI DAN MOTIVASI BERPERANSERTA DALAM PROGRAM POS PEMBERDAYAAN KELUARGA (POSDAYA) (Kasus: Peserta Posdaya Mandiri Terpadu, Desa Cikarawang,

PROGRAM STUDI ILMU GIZI UNIVERSITAS ESA UNGGUL

Rumah Bersalin Gratiis Rumah Zakat

Karakteristik sosial-ekonomi keluarga: Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Besarnya keluarga. Pengetahuan, sikap, dan praktik ibu contoh.

BAB IV HASIL PENELITIAN. Karanganyar terdapat 13 perusahaan tekstil. Salah satu perusahaan di daerah

PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK RUMAH TANGGA DALAM PEMBUATAN PUPUK BOKASHI DI KELURAHAN TUAH KARYA, KECAMATAN TAMPAN, PEKANBARU

SEMANGAT PAGI CERIA SELALU

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sampah adalah semua material yang dibuang dari kegiatan rumah tangga,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian No. Responden :

KUESIONER PENELITIAN

LEMBAR PERSETUJUAN ORANGTUA

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Jumlah dan Cara penarikan Contoh

BAB I PENDAHULUAN. dididik, dan dibesarkan sehingga seringkali anak memiliki arti penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak

KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PERILAKU ORANGTUA TERHADAP ANAK BALITA PENDERITA GIZI BURUK DI KABUPATEN ACEH BARAT DAYA TAHUN 2009

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan

BAB II TARGET DAN LUARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KUESIONER UNTUK PEDAGANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan

BAB II IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH

BAB I PENDAHULUAN menjadi 228 kasus pada Angka kematian bayi menurun dari 70

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

Jurnal FamilyEdu Persepsi Kader PKK Tentang Daur Ulang... 1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di

Kuesioner Penelitian

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI

BAB VIII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN DAN KESETARAAN GENDER DALAM BMT SWADAYA PRIBUMI

BAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Mulai. Sistem Pengolahan Sampah Organik dan Anorganik. Formulasi Masalah. Menentukan Tujuan sistem. Evaluasi Output dan Aspek

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

KUESIONER PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI DAN KADARZI PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 I.

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS KEPANJEN Jalan Raya Jatirejoyoso No. 04 Telp. (0341) Kepanjen

V PERANAN UNSUR-UNSUR DALAM PENGEMBANGAN

BAB V PENUTUP. pemberian hak pada anak yang tidak mengistimewakan pada jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahlah yang bertanggung jawab dalam pengelolaan sampah.

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia

BAB V HASIL PENELITIAN. Selama periode penelitian dijumpai 35 anak yang dirawat di bangsal

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. umur. Karakteristik umur berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas gula semut

BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN. 5.1 Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB

SATUAN ACARA PENYULUHAN. Sub Pokok Bahasan : Pegelolaan Sampah : Masyarakat RW 04 Kelurahan Karang Anyar

BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN

BAB VI TINGKAT PARTISIPASI DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERUBAHAN PERILAKU PESERTA PROGRAM

PERAN PEREMPUAN DAYA AIR, SANITASI DAN HIGIENE UNTUK KESEJAHTERAAN ETTY HESTHIATI LPPM UNIV. NASIONAL

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden merupakan ciri yang menggambarkan identitas

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

2015 STUDI TENTANG PEMBERDAYAAN PARTISIPATIF DALAM MEMBANGUN KEMANDIRIAN EKONOMI DAN PERILAKU WARGA MASYARAKAT

PERENCANAAN PARTISIPATIF PJM PRONANGKIS DESA SINDANGLAYA

e-journal Boga, Volume 04, Nomor 09, Edisi Yudisium Periode Maret 2015, hal 71-75

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN, TINGKAT KEPEDULIAN DAN EKUITAS MEREK

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

DUKUNGAN PKK DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT DENGAN BER PHBS TP PKK PUSAT

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH KOMUNIKASI PERSUASIF BIDAN TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN SUSU FORMULA PADA BAYI USIA0-6

Diarsi Eka Yani. ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terpadu kepada masyarakat dalam upaya untuk mengatasi masalah kesehatan serta

KUESIONER PENELITIAN. Bersama ini saya memohon kesediaan Ibu untuk membantu saya dalam pengisian dan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Konsumen

Transkripsi:

BAB VI PERSEPSI PESERTA POSDAYA TERHADAP PROGRAM POSDAYA 6.1 Persepsi Peserta Posdaya Dalam subbab ini akan dibahas persepsi responden terhadap keseluruhan program Posdaya serta Posdaya itu sendiri dan akan diuraikan lebih jelas di bawah ini dengan dimensi-dimensi yang ada, yaitu dimensi evaluasi, dimensi potensi, dan dimensi aktivitas. 6.1.1 Persepsi Peserta Posdaya Terhadap Posdaya Persepsi responden terhadap Posdaya adalah pandangan responden terhadap Posdaya Mandiri Terpadu yang memiliki peranan dan mengembangkan fungsi keluarga. Persepsi responden terbagi menjadi tiga dimensi, yaitu dimensi evaluasi, dimensi potensi, dan dimensi aktivitas. Dimensi evaluasi terdapat lima stimulus yang terdiri dari buruk-baik, tidak bermanfaat-bermanfaat, tidak pentingpenting, tidak menarik-menarik, dan membosankan-menyenangkan. Jika digambarkan dalam bar chart (Gambar 23), maka diperoleh jumlah responden beragam dari masing-masing stimulus. Gambar 23. Jumlah Responden Berdasarkan Persepsi Terhadap Posdaya dalam Dimensi Evaluasi

57 Terdapat 4 responden yang memiliki pandangan baik terhadap Posdaya dan 2 responden berpandangan netral terhadap Posdaya. Hal ini menunjukkan bahwa Posdaya berjalan dengan baik dan sesuai dengan peranan Posdaya serta dapat mengembangkan fungsi keluarga dalam setiap pelaksanaan programnya. Terdapat 41 responden yang berpandangan bahwa Posdaya itu bermanfaat untuk masyarakat karena dapat membangkitkan kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat seperti kelompok tani wanita yang terbentuk di Desa Cikarawang, PAUD, terbentuknya posbindu, dan lain-lain. Stimulus ketiga, terdapat 36 responden berpandangan bahwa Posdaya penting dan 6 responden lainnya berpandangan netral. Hal ini dapat terlihat dari sebelum Posdaya terbentuk di Desa Cikarawang, kelompok tani yang berada di Desa Cikarawang tidak dapat berkembang karena terhambat oleh modal sehingga hasil pertanian tidak dapat dimanfaatkan secara efektif. Saat Posdaya dibentuk, Desa Cikarawang menjadi maju dan dinobatkan sebagai desa percontohan. Tabel 4. Uraian Persepsi Peserta Posdaya terhadap Posdaya beserta Program Posdaya No. Uraian Jumlah Responden 1. Posdaya penting dan bermanfaat bagi masyarakat 1 2. Program Posdaya dipandang penting bagi masyarakat 1 3. Program Posdaya baik dan bermanfaat bagi masyarakat 15 4. Program Posdaya dipandang menyenangkan bagi masyarakat 2 5. Program Posdaya membuat masyarakat menjadi mandiri 15 6. Program Posdaya dapat meningkatkan persaudaraan dalam 25 masyarakat 7. Program Posdaya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat 12 Terdapat 37 responden yang berpandangan bahwa Posdaya itu menarik dan 5 responden berpandangan biasa saja. Hal ini disebabkan pelatihan-pelatihan yang diberikan oleh Posdaya menarik perhatian para responden. Selain itu juga, materi pelatihan yang diberikan oleh Posdaya tidak mengecewakan para responden. Berbeda dengan stimulus kelima, dimana terdapat 1 responden yang berpandangan bahwa Posdaya itu membosankan, 7 responden berpandangan netral, dan 34 responden berpandangan bahwa Posdaya itu menyenangkan. Responden yang berpandangan bahwa Posdaya itu membosankan karena responden tersebut tidak ingin terikat oleh organisasi sedangkan untuk responden

58 yang berpandangan bahwa Posdaya itu menyenangkan karena Posdaya merupakan suatu wadah untuk mempertemukan masyarakatnya dalam program-program yang diberikan. Tabel 5. Uraian Persepsi Peserta Posdaya terhadap Posdaya beserta Program Posdaya No. Uraian Jumlah Responden 1. Program Posdaya tidak sesuai dengan permasalahan yang ada 2 2. Program Posdaya dapat menurunkan kerjasama 2 3. Program Posdaya tidak bermanfaat 3 4. Program Posdaya tidak sesuai dengan kebutuhan 2 Gambar 24, ditunjukkan jumlah responden yang memiliki persepsi terhadap Posdaya dalam dimensi potensi, yang terdiri dari tiga stimulus. Pada stimulus pertama, terdapat 4 responden yang berpandangan bahwa Posdaya tidak sesuai dengan permasalahan yang ada karena mereka merasakan permasalahan yang ada di desa bukan pelatihan-pelatihan yang sudah dilaksanakan. Terdapat 33 responden yang berpandang bahwa Posdaya sesuai permasalahan yang ada karena mereka merasakan suatu wadah untuk terjalinnya komunikasi yang baik antar kelompok-kelompok yang ada di desa dan terdapat 5 responden yang berpandangan netral. Stimulus yang kedua, terdapat 2 responden yang berpandangan bahwa Posdaya tidak sesuai dengan potensi masyarakat. Uraian pada stimulus ini sama dengan uraian yang diberikan responden pada stimulus sebelumnya. Selain itu, terdapat 6 responden yang berpandangan netral dan 34 responden yang berpandangan bahwa Posdaya sesuai dengan potensi masyarakat. Masyarakat desa dilihat sebagai subjek yang memiliki pengetahuan rendah, keterampilan yang minimum serta pendapatan yang rendah. Oleh karena itu, diberikan suatu pelatihan agar masyarakat memiliki keterampilan dan dapat secara mandiri menghasilkan pendapatan tambahan.

59 Gambar 24. Jumlah Responden Berdasarkan Persepsi Terhadap Posdaya dalam Dimensi Potensi Stimulus yang ketiga dalam dimensi potensi, terdapat 1 responden yang berpandangan bahwa Posdaya tidak sesuai dengan kebutuhan dan terdapat 11 responden yang memiliki pandangan netral. Pelatihan-pelatihan yang diberikan oleh Posdaya dirasakan tidak sesuai dengan kebutuhan karena responden merasakan kebutuhan ekonomi sudah tercukupi dan tidak terlalu penting untuk kehidupannya. Selain itu, terdapat 3 responden yang memiliki pandangan bahwa Posdaya sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan. Pelatihan-pelatihan yang diberikan dapat menambah pengetahuan dan memiliki keterampilan sehingga mandiri dalam mendapatkan pendapatan tambahan dari keterampilan yang dimiliki. Selain itu juga, responden merasakan mendapatkan rasa kekeluargaan yang erat. Gambar 25, menunjukkan jumlah responden berdasarkan dimensi aktivitas yang terdiri dari empat stimulus. Stimulus pertama, terdapat 8 responden yang memiliki pandangan netral terhadap Posdaya dalam hal membuat mandiri dan terdapat 34 responden yang berpandangan bahwa Posdaya membuat mandiri masyarakat. Hal ini sesuai dengan tujuan pembentukan Posdaya Mandiri Terpadu untuk menjadikan masyarakat mandiri dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan. Stimulus kedua, terdapat 1 responden yang berpandangan bahwa Posdaya menurunkan kerjasama dan 4 responden yang berpandangan netral. Hal ini dikarenakan responden merasakan konflik internal dalam kepengurusan Posdaya. Terdapat 37 responden yang berpandangan bahwa Posdaya itu

6 meningkatkan kerjasama masyarakat. Hal ini sesuai dengan tujuan Posdaya untuk menyegarkan modal sosial seperti hidup bergotong royong dalam masyarakat. Gambar 25. Jumlah Responden Berdasarkan Persepsi Terhadap Posdaya dalam Dimensi Aktivitas Stimulus yang ketiga, terdapat 1 responden yang memiliki pandangan bahwa Posdaya melemahkan persaudaraan dan 3 responden yang memiliki pandangan netral karena responden merasakan ada konflik. Setelah ditelusuri ada pihak tertentu yang merasa tidak diikutsertakan dalam pelaksanaan program Posdaya karena terjadi kesalahpahaman antara responden. Stimulus yang sama, terdapat 38 responden yang memiliki pandangan bahwa Posdaya memperkuat persaudaraan. Hal ini sesuai dengan tujuan Posdaya, yaitu memelihara lembaga sosial kemasyarakatan terkecil, yaitu keluarga, yang dapat menjadi perekat masyarakat sehingga tercipta kehidupan yang rukun, damai dan memiliki dinamika yang tinggi. Stimlus yang terakhir adalah pandangan responden terhadap Posdaya apakah dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat atau tidak. Gambar 25 menunjukkan jumlah responden yang memiliki pandangan bahwa Posdaya dapat meningkatkan kesejahteraan, yaitu sebesar 37 responden dan responden yang berpandangan netral sebesar 5 responden. Hal ini menunjukkan bahwa Posdaya berjalan sesuai dengan tujuannya yang ketiga, yaitu memberi kesempatan kepada setiap keluarga untuk memberi atau menerima pembaharuan yang dapat dipergunakan dalam proses pembangunan keluarga yang bahagia dan sejahtera.

61 6.1.2 Persepsi Peserta Posdaya Terhadap Posyandu Dimensi pertama adalah dimensi evaluasi yang terdiri dari lima stimulus. Pada Gambar 26, ditunjukkan jumlah responden berdasarkan persepsi terhadap posyandu dalam dimensi evaluasi dan diperoleh responden yang berpandangan baik terhadap posyandu. Hal ini sesuai dengan pelaksanaan posyandu yang memeriksa gizi balita dengan melakukan penimbangan, penyuluhan kesehatan, dan pemberian vitamin secara gratis secara rutin dalam waktu sebulan sekali sehingga kesehatan anak pun menjadi terpantau. Terdapat responden yang berpandangan bahwa posyandu bermanfaat. Hal ini disebabkan posyandu dapat memberikan manfaat kepada ibu-ibu karena di posyandu diberikan penyuluhan tentang kesehatan untuk anak dan keluarga. Selain itu juga, balita mendapatkan pemeriksaan gratis sebulan sekali. Gambar 26. Jumlah Responden Berdasarkan Persepsi Terhadap Posyandu dalam Dimensi Evaluasi Jumlah responden yang memandang bahwa posyandu itu penting ialah sebesar responden. Responden memandang posyandu itu penting karena kesehatan anak merupakan salah satu tabungan keluarga buat masa depan. Selain itu, PMT yang diberikan saat posyandu dilaksankan membuat masyarakat mengerti akan makanan yang baik untuk balita. Terdapat 36 responden memandang bahwa posyandu menarik karena penyuluhan yang diberikan saat posyandu membuat responden tertarik serta pemberian vitamin dan imunisasi secara gratis dan 6 responden memandang posyandu netral. Stimulus yang terakhir, terdapat 37 responden yang memandang bahwa posyandu menyenangkan

62 dan 5 responden berpandangan netral. Posyandu dipandang menyenangkan karena ibu-ibu dapat bertemu dan mengobrol ringan serta tertawa melihat tingkah para balita. Terdapat beberapa responden yang berpandangan netral pada dimensi evaluasi. Hal ini disebabkan responden tidak terlibat langsung dalam pelaksanaan posyandu. Dimensi yang kedua adalah dimensi potensi yang terdiri dari tiga stimulus. Pada Gambar 27, ditunjukkan jumlah responden berdasarkan dimensi potensi. Terdapat 3 responden berpandangan netral dan 39 responden yang berpandangan bahwa posyandu sesuai dengan permasalahan yang ada di masyarakat karena kesehatan merupakan hal yang utama dan pendapatan responden sebagian besar tergolong rendah sehingga posyandu dapat membantu masyarakat dalam bidang kesehatan. Stimulus kedua dalam dimensi potensi, terdapat 5 responden yang berpandangan netral dan terdapat 37 responden yang memandang bahwa posyandu sesuai dengan potensi masyarakat karena jumlah bayi dan balita terus meningkat sehingga diperlukan posyandu. Stimulus terakhir dalam dimensi potensi, diperoleh jumlah responden sebesar 4 responden yang berpandangan bahwa posyandu sesuai dengan kebutuhan yang ada di masyarakat dan 2 responden berpandangan netral. Hal ini disebabkan karena posyandu sesuai dengan keadaan kondisi yang ada di Desa Cikarawang, terutama pada RW 1. Jumlah penduduk usia ibu muda di RW 1 lebih banyak dibandingkan dengan RW lainnya sehingga jumlah balitanya pun lebih banyak. Data jumlah balita yang terdaftar di kader Posyandu Teratai di Desa Cikarawang pun mendukung bukti tersebut sehingga posyandu dipandang sangat dibutuhkan untuk masyarakat.

63 Gambar 27. Jumlah Responden Berdasarkan Persepsi Terhadap Posyandu dalam Dimensi Potensi Pada Gambar 28, diperoleh jumlah responden dalam dimensi aktivitas. Terdapat 36 responden berpandangan bahwa posyandu dapat membuat mandiri masyarakat dan 6 orang berpandangan netral. Posyandu memberikan penyuluhan tentang kesehatan seperti ASI eksklusif, penyuluhan tentang keluarga berencana, makanan yang bergizi, dan lain-lain yang berhubungan dengan kesehatan. Hal ini membuat masyarakat menjadi mandiri dalam menangani kesehatan. Terdapat 4 responden memandang bahwa posyandu dapat meningkatkan kerjasama masyarakat dan 2 responden berpandangan netral. Jumlah tersebut serupa dengan jumlah responden yang berpandangan bahwa posyandu dapat memperkuat persaudaraan. Posyandu diadakan hanya satu bulan sekali sehingga waktu tersebut dimanfaatkan oleh ibu-ibu untuk mengobrol dan bertukar informasi. Selain itu juga, dapat memperat tali silahturahmi karena mempertemukan mereka yang jarang bertemu dan berinteraksi. Stimulus terakhir ditunjukkan jumlah responden yang berpandangan bahwa posyandu dapat meningkatkan kesejahteraan adalah sebesar 4 responden dan 2 responden berpandangan netral. Posyandu dapat meningkatkan kesejahteraan bagi balita karena kesehatannya terpantau dan pemberian vitamin secara gratis membuat anak-anak memiliki kekebalan tubuh yang kuat. Selain pemberian vitamin secara gratis, diberikan juga imunisasi mulai dari lahir hingga sembilan bulan.

64 Gambar 28. Jumlah Responden Berdasarkan Persepsi Terhadap Posyandu dalam Dimensi Aktivitas Jika dilihat secara keseluruhan, pada ketiga dimensi dalam posyandu, terdapat beberapa responden yang memiliki pandangan netral terhadap posyandu karena responden tidak merasakan langsung dampak dari pelaksanaan kegiatan Posyandu tersebut dan tidak terlibat langsung dalam pelaksaan posyandu. Hal ini dikarenakan responden tidak memiliki balita. 6.1.3 Persepsi Peserta PosdayaTerhadap Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Persepsi responden terhadap PAUD terdiri dalam tiga dimensi. Dimensi pertama, yaitu dimensi evaluasi yang terdiri dari lima stimulus. Jika digambarkan dalam bar chart (Gambar 29), maka jumlah yang didapatkan hampir setara. Terdapat responden yang berpandangan bahwa PAUD itu baik karena PAUD memberikan pembelajaran dan pengetahuan sejak dini. Selain itu, terdapat 41 responden yang berpandangan bahwa PAUD tersebut bermanfaat dan 1 responden berpandangan netral. Hal ini disebabkan masyarakat mulai sadar akan pentingnya pendidikan usia dini, walaupun masih banyak masyarakat yang tidak terlalu mementingkan pendidikan karena terhambat oleh ekonomi. Terdapat pula responden yang berpandangan bahwa PAUD penting karena dalam PAUD diajarkan keagamaan dan tata cara berperilaku dalam kehidupan sehari-hari Terdapat 39 responden memandang bahwa PAUD menarik dan 3 responden berpandangan netral. Selain itu juga, terdapat 4 responden yang berpandangan bahwa PAUD menyenangkan dan 2 responden berpandangan

65 netral. PAUD memang harus menarik dan menyenangkan karena usia anak-anak yang mengikuti PAUD adalah 2 sampai 5 tahun sehingga mereka dapat bertemu serta bermain sambil belajar dengan teman-temannya. Kegiatan belajar mengajar pun harus memberikan semangat dan rasa senang buat anak-anak agar tidak menimbulkan kebosanan. Selain itu juga, menyenangkan buat para orang tua yang sedang menunggu anaknya selesai belajar di PAUD. Para ibu-ibu meluangkan waktu untuk mengobrol dan melihat tingkah laku anak-anaknya sehingga dapat melepaskan kejenuhan di rumah. Gambar 29. Jumlah Responden Berdasarkan Persepsi Terhadap PAUD dalam Dimensi Evaluasi Gambar 3 menunjukkan jumlah responden pada dimensi potensi. Terdapat 1 responden yang berpandangan bahwa PAUD tidak sesuai dengan permasalahan yang ada dan 7 responden berpandangan netral. Responden beranggapan bahwa PAUD terbentuk karena adanya anjuran dari pemerintah bukan karena permasalahan yang terjadi di desa. Selain itu juga, responden berpandangan bahwa PAUD seharusnya gratis tetapi pada kenyataan masayrakat tetap bayar, padahal ekonomi masyarakat sebagian besar tergolong rendah. Hal ini dikarenakan responden tidak terlibat dan tidak mencari informasi yang lebih dalam tentang dibentuknya PAUD, tetapi sebagian besar jumlah responden yang memandang PAUD itu sesuai dengan permasalahan yang ada masih dominan yaitu sebesar 34 responden. Hal ini disebabkan masyarakat sudah merasakan pentingnya pendidikan.

66 Terdapat 37 responden yang memandang bahwa PAUD sesuai dengan potensi masyarakat dan 5 responden berpandangan netral. Anak pada usia dini lebih mudah di didik sejak awal karena pikiran mereka mudah terbentuk. Selain itu, terdapat 36 responden yang berpandangan bahwa PAUD sesuai dengan kebutuhan dan 6 responden berpandangan netral. Pendidikan merupakan salah satu penyebab yang mempengaruhi kesejahteraan masyarakat. Jika anak-anak sudah di didik sejak awal, maka mereka akan merasakan pentingnya pendidikan. Gambar 3. Jumlah Responden Berdasarkan Persepsi Terhadap PAUD dalam Dimensi Potensi Dimensi aktivitas merupakan dimensi terakhir yang terdiri dari empat stimulus. Terdapat 39 responden yang berpandangan bahwa PAUD membuat mandiri dan 3 responden berpandangan netral. Pembelajaran yang diajarkan di PAUD membuat anak-anak menjadi berdaya dan menjadi mandiri seperti mencuci tangan sebelum makan atau mandi setelah selesai bermain. Terdapat 37 responden yang berpandangan bahwa PAUD dapat meningkatkan kerjasama dan 5 responden berpandangan netral. Selain itu, terdapat 4 responden berpandangan bahwa PAUD meningkatkan persaudaran dan 2 responden berpandangan netral. Dalam kegiatan belajar di PAUD, diajarkan kerjasama dan pentingnya rasa persaudaraan karena ada permainan yang menguji kerjasama dan rasa persaudaraan mereka. Selain itu juga, rasa kerjasama dan rasa persaudaraan ini juga tidak dirasakan oleh anak-anak yang bersekolah di PAUD tetapi juga dirasakan oleh para orangtua yang mengantarkan anaknya ke PAUD.

67 Saat menunggu anaknya belajar di PAUD, mereka menggunakan waktu tersebut untuk mengobrol. Gambar 31. Jumlah Responden Berdasarkan Persepsi Responden Terhadap PAUD dalam Dimensi Aktivitas Pandangan responden bahwa PAUD dapat meningkatkan kesejahteraan berjumlah sebesar 38 responden dan 4 responden memandang netral. Kesejahteraan dalam hal ini dipandang dari sudut anak-anak. Mereka menjadi memiliki pengetahuan sejak dini dan dapat bermain sambil belajar serta bertemu dengan banyak teman. Responden yang memiliki berpandangan nertal untuk PAUD pada setiap dimensi karena mereka tidak merasakan dan tidak terlibat dalam kegiatan PAUD. 6.1.4 Persepsi Peserta Posdaya Terhadap Pelatihan Menyulam Gambar 32, menunjukkan jumlah responden pada dimensi evaluasi. Terdapat 4 responden yang memandang bahwa pelatihan menyulam baik dan 2 responden memandang netral. Jumlah responden tersebut serupa dengan jumlah responden yang memandang bahwa pelatihan menyulam bermanfaat. Pelatihan menyulam, terutama bagi kaum perempuan merupakan pelatihan yang baik dan bermanfaat karena responden memiliki keterampilan dan dapat mengembangkan keterampilan yang sudah dimiliki seperti keterampilan menjahit. Selain itu, jika responden memiliki waktu luang, maka waktu tersebut dapat digunakan untuk

68 menyulam sehingga hasil yang didapatkan dapat dijual atau digunakan oleh sendiri. Responden yang berpandangan bahwa pelatihan menyulam penting, yaitu sebesar 33 responden karena responden mendapatkan pengetahuan baru dan memiliki keterampilan. Stimulus yang sama, terdapat 9 responden berpandangan netral karena pelatihan menyulam tersebut biasa saja dan tidak terlalu penting baginya. Responden hanya ingin tahu dan responden juga merasakan pelatihan menyulam tersebut tidak bermanfaat terhambat pada modal dan pemasarannya. Gambar 32. Jumlah Responden Berdasarkan Persepsi Terhadap Pelatihan Menyulam dalam Dimensi Evaluasi Gambar 33, menunjukkan dimensi potensi yang terdiri dari tiga stimulus. Pada stimulus pertama, terdapat 34 responden yang berpandangan bahwa pelatihan menyulam sesuai dengan permasalahan yang ada karena responden memerlukan suatu keterampilan sedangkan 8 responden lainnya berpandangan netral karena responden hanya ingin tahu pelatihan menyulam tersebut. Terdapat 38 responden yang berpandangan bahwa pelatihan menyulam sesuai dengan potensi masyarakat dan 4 responden berpandangan netral. Hal ini disebabkan masyarakat merasa mampu untuk menjalankan pelatihan tersebut karena dalam pelaksanaan pelatihan menyulam seluruh fasilitasnya diberikan oleh Posdaya. Selain itu juga, sasaran pelatihan menyulam adalah kaum perempuan yang lebih sering melalukan aktivitas di dalam rumah.

69 Stimulus yang terakhir terdapat 1 responden yang berpandangan bahwa pelatihan menyulam tidak sesuai dengan kebutuhan, 5 responden berpadangan netral, dan 26 responden berpandangan bahwa pelatihan menyulam sesuai dengan kebutuhan. Responden yang memiliki pandangan bahwa pelatihan menyulam tidak sesuai dengan kebutuhan karena responden hanya sekedar ingin tahu saja. Responden berpandangan bahwa pelatihan menyulam sesuai dengan kebutuhan karena responden membutuhkan suatu keterampilan agar dapat mandiri mendapatkan pendapatan tambahan dari hasil menyulam tersebut. Dari ketiga stimulus di atas, responden yang berpandangan netral memiliki uraian lain, yaitu karena pelatihan menyulam tidak direncanakan dahulu dan sasaran yang ditentukan tidak jelas sehingga ada responden yang merasa bahwa pelatihan menyulam hanya untuk ingin tahu padahal masih banyak masyarakat yang ingin mengikuti pelatihan tersebut karena sesuai dengan kebutuhannya. Gambar 33. Jumlah Responden Berdasarkan Persepsi Terhadap Pelatihan Menyulam dalam Dimensi Potensi Gambar 34, menunjukkan jumlah responden dalam dimensi aktivitas yang terdiri dari empat stimulus. Stimulus pertama, terdapat 39 responden berpandangan bahwa pelatihan menyulam dapat membuat mandiri dan 3 responden netral. Hal tersebut sesuai dengan tujuan awal dilaksanakannya pelatihan menyulam yang bertujuan akhir untuk membuat masyarakat menjadi mandiri dalam mencari penghasilan tambahan, yaitu dengan cara menyulam.

7 Stimulus kedua, terdapat 4 responden yang berpandangan bahwa pelatihan menyulam dapat meningkatkan kerjasama dan terdapat 2 responden yang memiliki pandangan netral. Demikian pula dengan jumlah responden yang terdapat pada stimulus ketiga, yaitu 4 orang yang berpandangan bahwa pelatihan menyulam itu memperkuat persaudaraan dan 2 responden lainnya berpandangan netral. Tenaga pelatih menyulam begitu minim sehingga membuat peserta pelatihan yang sudah terampil dan mengerti menyulam, mengajarkan kepada peserta pelatihan lainnya. Hal ini yang membuat kerjasama peserta meningkat, begitu juga dengan persaudaraan yang mereka rasakan. Gambar 34. Jumlah Responden Berdasarkan Persepsi Terhadap Pelatihan Menyulam dalam Dimensi Aktivitas Untuk stimulus terakhir, terdapat 38 responden yang memiliki pandangan bahwa pelatihan menyulam dapat meningkatkan kesejahteraan. Hal ini dikarenakan responden yang sudah terlatih dalam menyulam dan hasil sulaman tersebut dapat dijual sehingga mendapatkan pendapatan tambahan. Dari kelima stimulus tersebut responden yang memiliki pandangan netral memiliki uraian yang sama, yaitu responden hanya ingin sekedar tahu dan tidak terlalu merasakan kerjasama dan persaudaraan dalam pelatihan tersebut. Selain itu, tidak merasakan adanya perubahan peningkatan kesejahteraan.

71 6.1.5 Persepsi Peserta Posdaya Terhadap Pelatihan Daur Ulang Persepsi responden tehadap pelatihan daur ulang terdiri dari tiga dimensi. Dimensi pertama yaitu dimensi evaluasi yang ditunjukkan pada Gambar 35. Terdapat 1 responden yang memiliki pandangan bahwa pelatihan daur ulang buruk. Hal ini disebabkan pelatihan tersebut membutuhkan mesin jahit yang tidak dimiliki oleh semua orang. Demikian pula dengan responden yang memandang bahwa pelatihan daur ulang tersebut tidak bermanfaat. Hal ini sesuai dengan uraian responden yang terdapat pada Tabel 5. Sebagian besar responden berpandangan bahwa pelatihan daur ulang baik dan bermanfaat, yaitu dengan jumlah 41 responden. Pelatihan daur ulang membutuhkan keahlian dalam menjahit dengan menggunakan mesin jahit tetapi ini bukan merupakan hambatan dari responden yang berpandangan baik dan bermanfaat karena responden melihat hasil yang didapatkan memuaskan dan bermanfaat untuk digunakan. Jika hasil tersebut rapi, maka dapat dijual atau digunakan untuk pribadi. Hal ini sesuai dengan uraian responden yang terdapat pada Tabel 4. Terdapat 1 responden yang berpandangan bahwa pelatihan daur ulang tidak penting, tidak menarik, dan membosankan. Uraian yang diberikan responden sama dengan uraiannya pada stimulus pertama dan kedua. Kemudian terdapat 35 responden yang memiliki pandangan bahwa pelatihan daur ulang itu penting karena pelatihan tersebut menggunakan limbah sehingga penting bagi masyarakat agar lingkungan tetap terjaga dan 6 responden berpandangan netral karena responden hanya ingin sekedar tahu. Terdapat 39 responden berpandangan bahwa pelatihan daur ulang menarik karena peserta yang mengikuti pelatihan daur ulang tersebut memiliki semangat yang tinggi sehingga menarik responden untuk terus mengikuti pelatihan daur ulang. Selain itu juga, materi pelatihan daur ulang menarik responden karena memanfaatkan suatu limbah untuk menjadi sesuatu benda yang memiliki nilai ekonomis. Terdapat 2 responden yang berpandangan bahwa pelatihan daur ulang netral karena responden hanya ingin tahu saja. Stimulus terakhir, terdapat 38 responden berpandangan bahwa pelatihan daur ulang tersebut menyenangkan karena responden dapat bertemu dengan peserta lainnya sehingga dapat bertukar

72 informasi dan dapat melepaskan kejenuhan. Terdapat 3 responden berpandangan netral pada stimulus yang sama karena responden hanya ingin sekedar tahu. Responden yang berpandangan netral, hampir semuanya memiliki alasan yang sama, yaitu hanya ingin tahu. Gambar 35. Jumlah Responden Berdasarkan Persepsi Terhadap Pelatihan Daur Ulang dalam Dimensi Evaluasi Gambar 36, menunjukkan jumlah responden dalam dimensi potensi, dimana terdapat 1 responden yang berpandangan bahwa pelatihan daur ulang tidak sesuai dengan permasalahan yang ada, 1 responden yang memandang bahwa pelatihan daur ulang tidak sesuai dengan potensi masyarakat, dan 2 responden memiliki pandangan bahwa pelatihan daur ulang tidak sesuai dengan kebutuhan. Hal ini disebabkan karena pelatihan daur ulang tidak melihat potensi masyarakat dan pemasalahan yang ada di masyarakat karena dalam proses pelaksanaannya membutuhkan mesin jahit yang tidak dimiliki semua orang di desa. Selain itu juga, responden merasakan pelatihan daur ulang tidak sesuai dengan kebutuhannya karena responden memiliki kebutuhan yang lain. Selain itu, terdapat 4 responden yang berpandangan netral pada stimulus pertama dalam dimensi potensi, terdapat 5 reponden yang berpandangan netral pada stimulus kedua dan terdapat 7 responden yang memiliki pandangan netral pada stimulus ketiga. Hal ini dikarenakan responden merasakan pelatihan daur ulang, tidak merubah kondisi responden karena responden hanya ingin tahu. Jumlah responden yang memandang bahwa pelatihan daur ulang sesuai dengan permasalahan yang ada didapatkan sebesar 37 responden karena sebagian

73 besar masyarakat belum peduli terhadap lingkungan sehingga masih banyak yang membuang sampah sembarangan, terutama jajanan anak sekolah karena di desa tersebut dekat dengan Sekolah Dasar. Terdapat 36 responden yang memandang bahwa pelatihan daur ulang sesuai dengan potensi masyarakat karena responden dapat melaksanakan pelatihan tersebut walaupun memerlukan mesin jahit dan hal tersebut tidak menjadi hambatan untuk responden. Terdapat 33 responden memandang bahwa pelatihan daur ulang sesuai dengan kebutuhan karena masyarakat masih membuang sampah sembarangan sehingga dibutuhkan suatu pelatihan daur ulang untuk menjadikan sampah sebagai sesuatu yang bernilai ekonomis seperi dibuat tas atau dompet. Gambar 36. Jumlah Responden Berdasarkan Persepsi Terhadap Pelatihan Daur Ulang dalam Dimensi Potensi Gambar 37, menunjukkan jumlah responden dalam dimensi aktivitas yang terdiri dari empat stimulus. Terdapat 7 responden yang berpandangan netral pada stimulus pertama dalam dimensi aktivitas, 3 responden yang berpandangan netral pada stimulus kedua, 4 responden yang berpandangan netral pada stimulus ketiga dan pada stimuluas terakhir terdapat 6 responden yang berpandangan netral. Uraian yang diberikan oleh responden berpandangan netral hampir serupa dengan argumen yang ada pada dimensi evaluasi dan potensi karena mereka hanya ingin tahu sehingga merasakan biasa saja terhadap pelatihan tersebut. Terdapat 35 responden yang berpandangan bahwa pelatihan daur ulang membuat mandiri. Hal ini terlihat dari pelatihan yang diberikan oleh Posdaya

74 selalu mengacu kepada kemandirian masyarakat untuk mendapatkan hasil yang lebih baik serta membuat masyarakat memiliki suatu keterampilan tertentu seperti awalnya tidak bisa menjadi bisa serta responden yang awalnya tidak mengerti menjadi mengerti. Pada stimulus kedua, terdapat 39 responden yang berpandangan bahwa pelatihan daur ulang dapat meningkatkan kerjasama dan terdapat 37 orang yang berpandangan bahwa pelatihan daur ulang dapat meningkatkan persaudaraan. Hal ini dikarenakan dalam setiap pertemuan responden dapat bersilahturahmi dengan peserta lainnya sehingga ikatan persaudaraan semakin kuat, sesuai dengan uraian responden pada Tabel 4. Selain itu, suatu pelatihan dibutuhkan kerjasama antar peserta pelatihan seperti mencari informasi yang memiliki mesin jahit dan mengumpulkan sampah plastik serta membersihkan sampah plastik tersebut sehingga responden merasakan adanya kerjasama dalam pelatihan daur ulang tersebut. Gambar 37. Jumlah Responden Berdasarkan Persepsi Terhadap Pelatihan Daur Ulang dalam Dimensi Aktivitas Stimulus yang terakhir terdapat 36 responden yang berpandangan bahwa pelatihan daur ulang dapat meningkatkan kesejahteraan. Kesejahteraan bukan dilihat dari segi ekonomi saja tetapi bisa dilihat dari segi kesehatan. Pelatihan daur ulang dalam prosesnya membutuhkan sampah plastik yang sudah tidak terpakai. Hal ini membuat sampah-sampah yang dibuang sembarangan menjadi berkurang dan lingkungan pun menjadi bersih serta sehat.

75 6.1.6 Persepsi Peserta Posdaya Terhadap Pelatihan Pengolahan Ubi Gambar 38, menunjukkan jumlah responden berdasarkan persepsi responden terhadap pelatihan pengolahan ubi yang terdiri dari lima stimulus. Pada stimulus pertama, terdapat 41 responden yang berpandangan bahwa pelatihan pengolahan ubi baik karena merupakan suatu inovasi terbaru dalam bahan untuk makanan dan 1 responden berpandangan netral. Stimulus kedua, jumlah responden pun hampir setara dengan jumlah responden pada stimulus pertama, yaitu 4 responden berpandangan bahwa pelatihan pengolahan ubi bermanfaat karena masyarakat dapat merasakan inovasi yang baru dari olahan tepung ubi tersebut dan 2 responden berpandangan netral. Tepung ubi dapat dibuat menjadi olahan makanan buat cemilan seperti donat, es krim, dan brownies. Hal inilah yang membuat masyarakat berpandangan bahwa pelatihan ubi tersebut baik dan bermanfaat, sesuai dengan uraian responden yang terdapat pada Tabel 4. Terdapat 34 responden yang berpandangan bahwa pelatihan pengolahan ubi itu penting, 7 responden berpandangan netral, dan 1 responden berpandangan tidak penting. Responden yang berpandangan tidak penting karena dalam pengolahan ubi memerlukan modal untuk mendapatkan bahan-bahannya sedangkan responden yang berpandangan bahwa pelatihan pengolahan ubi penting karena responden mendapatkan sesuatu inovasi yang baru dan menjadi tidak bosan terhadap makanan yang diolah dengan tepung terigu biasa. Stimulus keempat, diperoleh 37 responden yang berpandangan bahwa pelatihan pengolahan ubi tersebut menarik dan 5 orang berpandangan netral. Tidak berbeda jauh dengan jumlah responden pada stimulus kelima, terdapat 36 responden yang memandang bahwa pelatihan tersebut menyenangkan karena peserta pelatihan dapat bertemu dengan peserta latihan lainnya sehingga menimbulkan kesenangan pada diri responden bertemu dengan orang lain dan materi yang diberikan pun menarik.

76 Gambar 38. Jumlah Responden Berdasarkan Persepsi Terhadap Pelatihan Pengolahan Ubi dalam Dimensi Evaluasi Gambar 39, menunjukkan jumlah responden dalam dimensi potensi yang terdiri dari tiga stimulus. Terdapat 1 responden yang berpandangan bahwa pelatihan pengolahan ubi tidak sesuai dengan permasalahan yang ada. Hal ini disebabkan karena responden merasakan bahwa permasalahan yang ada didaerahnya bukan merupakan penghasil ubi tetapi jambu kristal. Jadi, responden merasakan pelatihan pengolahan jambu kristal menjadi sesuatu olahan makanan yang dapat dijadikan sebagai buah tangan merupakan pelatihan yang tepat. Selain itu pada stimulus pertama, terdapat 34 responden yang berpandangan bahwa pelatihan pengolahan ubi sesuai dengan permasalahan yang ada karena responden memerlukan suatu inovasi yang baru agar dapat memasuki dunia bisnis dan 7 responden berpandangan netral. Jumlah responden diatas tidak berbeda jauh pada stimulus kedua dalam dimensi potensi, yaitu terdapat 36 responden yang memiliki pandangan bahwa pelatihan ubi sesuai dengan potensi masyarakat dan 6 responden berpandangan netral pada stimulus kedua tersebut. Sasaran pelatihan pengolahan ubi adalah kaum perempuan dan sebagian besar kaum perempuan melakukan aktivitas di rumah sehingga pelatihan pengolahan ubi yang diberikan dapat menjawab ermasalahan pada kaum perempuan agar memiliki kegiatan. Pada stimulus terakhir, terdapat 33 responden yang berpandangan bahwa pelatihan ubi sesuai dengan kebutuhan dan 9 responden berpandangan netral. Hal ini sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang menginginkan ada inovasi baru dan dapat dijadikan peluang untuk berbisnis.

77 Gambar 39. Jumlah Responden Berdasarkan Persepsi Terhadap Pelatihan Pengolahan Ubi dalam Dimensi Potensi Dimensi terakhir pada persepsi responden terhadap pengolahan ubi adalah dimensi aktivitas yang terdiri dari empat stimulus dan ditunjukkan pada Gambar 4. Terdapat 37 responden berpandangan bahwa pelatihan pengolahan ubi membuat mandiri dan 5 responden berpandangan netral. Hal ini sesuai dengan tujuan awal pelatihan pengolahan ubi saat dilaksanakan, yaitu memandirikan masyarakat dengan pelatihan-pelatihan yang ada agar dapat memiliki keterampilan tertentu dan dapat menambah penghasilan tambahan. Gambar 4. Jumlah Responden Berdasarkan Persepsi Terhadap Pelatihan Pengolahan Ubi dalam Dimensi Aktivitas Stimulus kedua, terdapat 38 responden yang berpandangan bahwa pelatihan pengolahan ubi dapat meningkatkan kerjasama dan 4 responden berpandangan netral. Stimulus ketiga, diperoleh jumlah responden sebesar 39 dan 3 responden berpandangan netral. Responden merasakan adanya kerjasama dalam

78 pelatihan pengolahan ubi tersebut dan memperkuat rasa persaudaraan karena dalam pelatihan pengolahan ubi dibutuhkan kebersamaan yang tinggi, terutama jika ada perlombaan memasak seperti membuat donat ubi, es krim ubi, brownies ubi, dan lain-lain. Perlombaan tersebut dibutuhkan kekompakan tim dan kerjasama yang tinggi. Jumlah pada stimulus keempat serupa dengan stimulus ketiga, yaitu terdapat 39 responden berpandangan bahwa pelatihan pengolahan ubi dapat meningkatkan kesejahteraan karena hasil olahan dari tepung ubi tersebut dapat dijual dan terdapat 3 responden lainnya berpandangan netral. Terdapat responden yang memiliki pandangan netral dalam ketiga dimensi tersebut. Uraian yang diberikan oleh responden yang memiliki pandangan netral sudah terjawab pada penjelasan awal, yaitu diperlukannya modal untuk pengolahan ubi dan belum lagi jika harga ubi sedang naik turun, pengeluaran pun menjadi tidak menentu. Selain itu juga, responden hanya ingin mengetahui sehingga menimbulkan persepsi yang netral terhadap pelatihan pengolahan ubi. 6.1.7 Persepsi Peserta Posdaya Terhadap Pelatihan Pupuk Kompos Persepsi responden terhadap pelatihan pupuk kompos terbagi menjadi tiga dimensi. Dimensi pertama adalah dimensi evaluasi yang terdiri dari lima stimulus. Jika dilihat pada Gambar 41, pada tiga stimulus pertama jumlah responden memiliki angka yang sama, yaitu 4 responden berpandangan bahwa pelatihan pupuk kompos baik, bermanfaat, dan penting. Pupuk kompos terbuat dari sampah rumah tangga yang termasuk sampah organik kemudian dicampur dengan kotoran hewan lalu diendapkan selama beberapa minggu sehingga sampah tersebut menjadi pupuk kompos. Menurut responden pelatihan pupuk kompos memberikan manfaat yang multi guna, yaitu menjadikan lingkungan bersih serta sehat dan pupuk kompos dapat digunakan untuk lahan pertanian atau orang-orang yang memiliki hobi menanam bunga. Ketiga stimulus tersebut, untuk masing-masing stimulus, terdapat 2 responden yang berpandangan netral. Hal ini disebabkan responden tidak memiliki lahan pertanian sehingga pelatihan pupuk kompos dirasakan tidak terlalu penting. Stimulus selanjutnya terdapat 2 responden yang berpandangan bahwa pelatihan pupuk kompos tidak menarik karena responden tidak tahan terhadap bau

79 sampah yang sudah lama didiamkan dan terdapat 3 orang berpandangan netral. Terdapat 37 responden pada stimulus yang sama berpandangan bahwa pelatihan pupuk kompos menarik karena responden mendapatkan pengetahuan baru tentang pengolahan sampah yang hasil akhirnya dapat memiliki manfaat. Gambar 41. Jumlah Responden Berdasarkan Persepsi Terhadap Pelatihan Pupuk Kompos dalam Dimensi Evaluasi Stimulus yang terakhir dalam dimensi evaluasi, terdapat 1 responden yang memiliki pandangan bahwa pelatihan pupuk kompos tidak menyenangkan dan 5 responden berpandangan netral. Uraian yang diberikan oleh responden yang memandang bahwa pelatihan pupuk kompos itu membosankan serupa dengan uraian pada stimulus sebelumnya, yaitu tidak tahan terhadap bau sampah sedangkan responden yang memiliki pandangan netral, tidak terlalu merasakan bahwa pelatihan pupuk kompos tersebut menarik dan menyenangkan. Hal ini terjadi karena responden tidak memiliki lahan pertanian dan lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah (bekerja). Terdapat 36 responden pada stimulus yang sama berpandangan bahwa pelatihan pupuk kompos tersebut menyenangkan. Berdasarkan uraian responden dalam pelatihan pupuk kompos tersebut, responden dapat bertemu dan berkumpul sehingga menjalin tali silahturahmi. Gambar, menunjukkan jumlah responden dalam dimensi potensi yang terdiri dari tiga stimulus. Stimulus pertama, terdapat 38 responden yang berpandangan bahwa pelatihan pupuk kompos sesuai dengan permasalahan yang ada dan 4 responden berpandangan netral. Jumlah responden di atas, tidak berbeda

8 jauh dengan jumlah responden pada stimulus kedua yaitu 37 responden berpandangan bahwa pelatihan pupuk kompos sesuai dengan potensi masyarakat dan 5 responden berpandangan netral. Responden yang berpandangan netral, merasakan bahwa permasalahan yang ada di desa dan potensi masyarakat bukan karena sampah tetapi ada masalah lain. Responden yang memiliki pandangan bahwa pelatihan pupuk kompos sesuai dengan permasalahan yang ada dan sesuai dengan potensi masyarakat, merasakan bahwa sebagian besar masyarakat masih membuang sampah sembarangan. Sejak berlangsungnya pelatihan pupuk kompos, di Desa Cikarawang dibuat bak sampah khusus sampah rumah tangga yang akan diolah menjadi pupuk kompos. Gambar. Jumlah Responden Berdasarkan Persepsi Terhadap Pelatihan Pupuk Kompos dalam Dimensi Potensi Stimulus terakhir pada dimensi potensi terdapat 1 responden yang memandang bahwa pelatihan pupuk kompos tidak sesuai dengan kebutuhan karena responden merasa terganggu dengan sampah. Hal ini sesuai dengan uraian responden pada Tabel 5. Terdapat 32 responden pada stimulus yang sama, berpandangan bahwa pelatihan pupuk kompos sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan dan 9 responden berpandangan netral. Responden yang memandang bahwa pelatihan pupuk kompos tersebut sesuai dengan kebutuhannya karena sebagian besar responden memiliki lahan pertanian. Bagi responden pupuk adalah sesuatu bahan yang wajib digunakan dalam lahan pertanian dan modal yang dikeluarkan pun tidak terlalu besar untuk membuat pupuk kompos sedangkan responden yang berpandangan netral memiliki uraian yang sama pada stimulus

81 sebelumnya dalam dimensi evaluasi, yaitu responden tidak memiliki lahan pertanian. Dimensi aktivitas merupakan dimensi terakhir dari persepsi responden terhadap pelatihan pupuk kompos. Pada stimulus pertama diperoleh 1 responden yang berpandangan bahwa pelatihan pupuk kompos tersebut tidak membuat mandiri. Demikian pula dengan stimulus kedua, terdapat 1 responden yang berpandangan bahwa pelatihan tersebut dapat menurunkan kerjasama. Tidak hanya ketiga stimulus tersebut, pada stimulus kelima pun diperoleh 1 responden yang memiliki pandangan bahwa pelatihan pupuk kompos tersebut dapat menurunkan kesejahteraan. Hal ini disebabkan karena responden merasa kecewa terhadap pelatihan tersebut. Pemandangan yang responden dapatkan dari dalam rumah menjadi tidak enak dilihat karena adanya penumpukan sampah dan bau sampah yang sangat menyengat. Gambar 43. Jumlah Responden Berdasarkan Persepsi Terhadap Pelatihan Pupuk Kompos dalam Dimensi Aktivitas Selain memiliki persepsi negatif, didapatkan pandangan yang netral dari semua stimulus dalam dimensi aktivitas dari responden terhadap pelatihan pupuk kompos. Gambar 43, menunjukkan terdapat 6 responden pada stimulus pertama yang berpandangan netral, terdapat 4 responden yang berpandangan netral dalam stimulus kedua, pada stimulus ketiga diperoleh 5 responden yang berpandangan netral dan pada stimulus terkahir terdapat 3 responden yang berpandangan netral. Responden yang berpandangan netral terhadap pelatihan pupuk kompos hampir semuanya memiliki alasan yang serupa dengan alasan-alasan sebelumnya.

82 Gambar 43, dapat dilihat jumlah responden yang memiliki persepsi positif pada dimensi aktivitas dalam setiap stimulus hampir beragam. Stimulus pertama, diperoleh 35 responden memandang bahwa pelatihan pupuk kompos dapat membuat mandiri. Hal ini sesuai dengan tujuan pelatihan yang diberikan kepada masyarakat agar menjadikan mandiri. Terbukti bahwa masyarakat dapat membuat pupuk kompos tersebut karena ada beberapa orang melanjutkan pelatihan pupuk kompos tersebut di rumahnya. Stimulus kedua, diperoleh 37 responden yang memiliki pandangan bahwa pelatihan tersebut dapat meningkatkan kerjasama karena dalam pengolahan pupuk kompos tersebut dibutuhkan tenaga kerja yang banyak. Untuk mengumpulkan sampah rumah tangga dari masyarakat, kemudian membolak-balikan sampah yang sudah didiamkan beberapa minggu agar menjadi pupuk yang halus. Jumlah responden pada stimulus ketiga pun serupa dengan stimulus kedua yaitu 37 responden berpandangan bahwa pelatihan tersebut dapat memperkuat persaudaraan karena pelatihan yang diberikan mempertemukan anggota kelompok tani yang jarang untuk bertemu. Stimulus yang terakhir, diperoleh 38 responden berpandangan bahwa pelatihan pupuk kompos dapat meningkatkan kesejahteraan. Hal ini karena responden merasakan adanya kesejahteraan yang meningkat terutama dalam kesehatan dan hasil pertaniannya, sesuai dengan uraian responden yang terdapat pada Tabel 4. Stimulus yang ada dalam tiga dimensi tersebut, pada setiap programnya dirata-ratakan untuk ditarik garis. Hal ini untuk mengetahui persepsi responden terhadap Posdaya. Setelah menarik garis, diketahui bahwa yang mendekati persepsi responden terhadap Posdaya adalah persepsi responden terhadap pelatihan daur ulang dan pelatihan pupuk kompos. Disimpulkan bahwa dalam pandangan responden jika mendengar pelatihan daur ulang dan pelatihan pupuk kompos dalam pikiran responden, pelatihan tersebut adalah Posdaya.

83 7 6 5 4 3 2 1 Baik Bermanfaat Buruk Tidak bermanfaat Penting Tidak penting Menarik Menyenangkan Sesuai permasalahan yang ada Sesuai potensi masyarakat Sesuai kebutuhan Membuat mandiri Meningkatkan kerjasama Memperkuat persaudaraan Meningkatkan kesejahteraan Tidak menarik Membosankan Tidak sesuai permasalahan yang ada Tidak sesuai potensi masyarakat Tidak sesuai kebutuhan Membuat ketergantungan Menurunkan kerjasama Melemahkan persaudaran Menurunkan kesajahteraan Keterangan: : Posdaya : Posyandu : PAUD : Menyulam : Daur Ulang : Pengolahan Ubi : Pupuk Kompos Gambar 44. Skala Diferensial Semantik Persepsi Peserta Posdaya Terhadap Posdaya dan Program Posdaya 6.2 Persespsi Responden Menurut Faktor Internal dan Faktor Eksternal Responden Subbab ini akan dibahas persepsi responden menurut faktor internal dan eksternal responden. Dimana faktor internal terdiri dari jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan, pendapatan, status dalam Posdaya, pengetahuan dan pengalaman responden. Faktor eksternal responden ialah lingkungan sosial yang terdiri dari lingkungan tetangga, keluarga, dan pengurus Posdaya. 6.2.1 Persepsi Peserta Posdaya Menurut Faktor Internal 6.2.1.1 Persepsi Peserta Posdaya Menurut Jenis Kelamin Responden berjenis kelamin perempuan lebih banyak memiliki persepsi yang positif dibandingkan dengan responden laki-laki karena dalam penelitian ini

84 responden perempuan memang lebih banyak yaitu dengan persentase sebesar 69 persen atau setara dengan 29 orang. Tabel 6, menunjukkan jumlah dan persentase persepsi responden terhadap setiap program Posdaya dan keseluruhan porgram Posdaya berdasarkan jenis kelamin. Tabel 6. Persepsi Peserta Posdaya Menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin Total Persepsi Responden Laki-laki Perempuan n % n % n % Posdaya 13 31 29 69 1 Total 13 31 29 69 1 Posyandu 13 31 29 69 1 PAUD Menyulam Daur Ulang Rendah Tinggi Pengolahan Ubi Pupuk Kompos Total 13 31 29 69 1 13 31 29 69 1 Total 13 31 29 69 1 1 2,4 12 28.6 29 69 1 Total 13 31 29 69 1 1 2,4 1 2,4 13 31 28 66,6 41 97,6 Total 13 31 29 69 1 13 31 29 69 1 Total 13 31 29 69 1 1 12 2,4 28,6 29 69 1 Total 13 31 29 69 1 Persepsi Keseluruhan Program 13 31 29 69 1 Total 13 31 29 69 1 Persepsi responden jika dilihat pada Tabel 6, memiliki persepsi yang positif terhadap keseluruhan program. Jika dilihat pada setiap programnya, hanya 1 responden perempuan yang memiliki persepsi negatif terhadap pelatihan menyulam, daur ulang, dan pupuk kompos. Pelatihan menyulam menggunakan alat dan bahan yang diberikan gratis oleh Posdaya tetapi pada pelaksanaannya

85 peserta harus membayar untuk mendapatkan alat dan bahan. Selain itu, peserta yang mengikuti pelatihan tersebut pun terbatas. Pelaksanaan pelatihan daur ulang, diperlukan alat mesin jahit dalam proses pembuatannya sedangkan responden tidak memiliki mesin jahit dan peserta lainnya juga tidak memiliki mesin jahit. Saat pelatihan daur ulang tersebut memang terdapat kesulitan dalam mencari mesin jahit, ketika mendapatkan mesin jahit dan dicoba, hasilnya tidak memuaskan karena peserta yang memiliki keterampilan menjahit sedikit sehingga responden merasakan bahwa pelatihan daur ulang tidak terlalu penting dan bermanfaat. Pelatihan pupuk kompos, memerlukan sampah rumah tangga yang termasuk sampah organik. Diperlukan beberapa minggu agar sampah terolah menjadi pupuk. Saat proses tersebut, responden tidak setuju dengan sampah yang menumpuk dan aroma sampah tersebut. Untuk melihat nyata atau tidaknya hubungan jenis kelamin dengan persepsi responden, digunakan uji statistik Chi-Square pada taraf nyata (α = 1 % atau,1) dan hasil yang diperoleh disajikan pada Tabel 7. Berdasarkan hasil uji Chi-Square pada Tabel 7 diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara jenis kelamin dengan persepsi responden terhadap Posdaya (ᵡ2 hitung = 22,5 < ᵡ2 tabel = 24,8), dan tidak terdapat hubungan nyata antara jenis kelamin dengan persepsi responden terhadap program posyandu (ᵡ2 hitung = 11,9 < ᵡ2 tabel = 18,5). Tabel 7. Nilai Korelasi Antara Jenis Kelamin dengan Persepsi Peserta Posdaya Chi- Square Posdaya Posyandu PAUD Menyulam Daur Ulang Pengolahan Ubi Pupuk Kompos Keseluruhan Program ᵡ2 hit 22,5 11,9 14,4 15,6 14,9 16,7 14,7 29,3 ᵡ2 tabel 24,8 18,5 22,3 19,8 23,5 21,1 21,1 4,1 Asymp. Sig.,16,448,498,269,527,271,399,556 Tidak terdapat hubungan yang nyata antara jenis kelamin dengan persepsi responden terhadap program PAUD (ᵡ2 hitung = 14,4 < ᵡ2 tabel = 22,3), tidak terdapat hubungan yang nyata antara jenis kelamin dengan persepsi responden terhadap pelatihan menyulam (ᵡ2 hitung = 15,6 < ᵡ2 tabel = 19,8), dan tidak

86 terdapat hubungan nyata antara jenis kelamin dengan persepsi responden terhadap pelatihan daur ulang (ᵡ2 hitung = 14,9 < ᵡ2 tabel = 23,5). Demikian pula dengan hubungan antara jenis kelamin dengan persepsi responden terhadap pelatihan pengolahan ubi tidak menunjukkan hubungan yang nyata (ᵡ2 hitung = 16,7 < ᵡ2 tabel = 21,1) dan hubungan antara jenis kelamin dengan persepsi responden terhadap pelatihan pupuk kompos juga tidak menunjukkan hubungan yang nyata (ᵡ2 hitung = 14,7 < ᵡ2 tabel = 21,1). Apabila persepsi responden dilihat secara menyuluruh, dapat disimpulkan bahwa, tidak terdapat hubungan yang nyata antara jenis kelamin dengan persepsi responden terhadap keseluruhan program (ᵡ2 hitung = 29,2< ᵡ2 tabel = 4,1), karena responden memiliki pandangan tersendiri tentang program Posdaya dan melihat dampak dari program tersebut secara keseluruhan, baik program tersebut ditujukan untuk perempuan, seperti menyulam maupun ditujukan untuk laki-laki, seperti pelatihan pupuk kompos sehingga tidak terdapat perbedaan persepsi antara responden laki-laki dan perempuan. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Madrie (1986) yang menyatakan bahwa jenis kelamin dapat mempengaruhi persepsi responden. 6.2.1.2 Persepsi Peserta Posdaya Menurut Tingkat Pendidikan Responden dalam penelitian ini sebagian terdapat pada responden yang mencapai pendidikannya hingga SMA sebesar 4,5 persen. Persentase tersebut tidak berbeda jauh dengan jumlah responden yang mencapai pendidikannya hingga SD sebesar 38,1 persen. Jumlah dan persentase persepsi responden menurut tingkat pendidikan ditunjukkan pada Tabel 8 sehingga dapat terlihat persepsi responden positif terhadap keseluruhan program untuk semua tingkat pendidikan. Jika dilihat pada setiap program, terdapat 1 responden yang jenjang pendidikannya hingga SMA memiliki persepsi negatif terhadap program pelatihan menyulam, daur ulang, dan pupuk kompos. Hal ini dikarenakan responden memandang pelatihan ini secara luas, tidak melihat jenjang pendidikan karena dalam pelatihan tersebut memerlukan suatu keterampilan dimana semua masyarakat tidak memiliki keterampilan tersebut. Alasan yang menguatkan

87 persepsi responden tersebut sudah diuraikan pada subbab sebelumnya, yaitu persepsi responden menurut jenis kelamin. Tabel 8. Persepsi Peserta Posdaya Menurut Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Total Persepsi SD SMP SMA Sarjana Responden n % n % n % n % n % Posdaya 16 38,1 6 14,3 17 4,5 3 7,1 1 Total 16 38,1 6 14,3 17 4,5 3 7,1 1 Posyandu 16 38,1 6 14,3 17 4,5 3 7,1 1 PAUD Menyulam Daur Ulang Total 16 38,1 6 14,3 17 4,5 3 7,1 1 16 38,1 6 14,3 17 4,5 3 7,1 1 Total 16 38,1 6 14,3 17 4,5 3 7,1 1 1 2,4 16 38,1 6 14,3 16 38,1 3 7,1 1 Total 16 38,1 6 14,3 17 4,5 3 7,1 1 1 2,4 16 38,1 6 14,3 16 38,1 3 7,1 1 Total 16 38,1 6 14,3 17 4,5 3 7,1 1 Pengolahan ubi 16 38,1 6 14,3 17 4,5 3 7,1 1 Total 16 38,1 6 14,3 17 4,5 3 7,1 1 Pupuk Kompos 16 38,1 6 14,3 1 16 2,4 38,1 3 7,1 1 Total 16 38,1 6 14,3 17 4,5 3 7,1 1 Persepsi Keseluruhan Program 16 38,1 6 14,3 17 4,5 3 7,1 1 Total 16 38,1 6 14,3 17 4,5 3 7,1 1 Untuk melihat nyata atau tidaknya hubungan tingkat pendidikan dengan persepsi responden, digunakan uji statistik Chi-Square pada taraf nyata (α = 1 % atau,1) dan hasil yang diperoleh disajikan pada Tabel 9. Berdasarkan hasil uji Chi-Square pada Tabel 9 diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara tingkat pendidikan dengan persepsi responden terhadap Posdaya (ᵡ2 hitung = 56,4 < ᵡ2 tabel = 63,2), dan tidak terdapat hubungan yang nyata antara tingkat