BAB I PENDAHULUAN. Karies adalah penyakit gigi yang paling umum terjadi. Karies merupakan suatu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Beberapa dekade terakhir dalam kedokteran gigi konservatif resin

BAB 2 BAHAN ADHESIF. Kata adhesi berasal dari bahasa latin adhaerere yang berarti menyatukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Teknologi restorasi estetik mengalami perkembangan yang sangat pesat

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. mekanis dari bahan restorasi, kekuatan mekanis dari gigi, estetik, dan bentuk jaringan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. yang paling sering digunakan dibidang kedokteran gigi restoratif. Selain segi

BAB I PENDAHULUAN. karena memiliki warna yang hampir mirip dengan warna gigi asli dan kekuatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan bahan adhesif telah menyebabkan restorasi resin komposit lebih dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adhesif atau bonding sistem (Puspitasari, 2014). Sistem mekanik yang baik

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. telah banyak perbaikan yang dicapai dalam hal warna dan daya tahan terhadap

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Selama beberapa tahun terakhir, perawatan endodontik cukup sering

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawatan saluran akar merupakan salah satu perawatan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah servikal gigi sesuai dengan kualitas estetik dan kemampuan bahan tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung pada kavitas gigi dalam sekali kunjungan. Restorasi tidak langsung

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Restorasi resin komposit telah menjadi bagian yang penting di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Putih kekuning-kuningan, kuning keabu-abuan, dan putih keabu-abuan. warna atau yang dinamakan diskolorisasi gigi (Grossman, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. Abrasi merupakan suatu lesi servikal pada gigi dan keadaan ausnya

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat kumur saat ini sedang berkembang di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Streptococus mutans yang menyebabkan ph (potensial of hydrogen) plak rendah

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena selain dapat menghasilkan senyum yang indah juga sangat membantu

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi. Penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dalam

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dilakukan pada masa kini. Setiap tahap perawatan saluran akar sangat menentukan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. masalah estetik namun juga melibatkan fungsi dari gigi yang akan direstorasi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Hasil studi morbiditas SKRT-Surkesnas menunjukkan penyakit gigi menduduki urutan pertama (60% penduduk)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fungsional gigi dapat menyebabkan migrasi (tipping, rotasi, dan ekstrusi),

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Resin komposit merupakan salah satu restorasi estetik yang paling populer

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahan restorasi yang cepat dan mudah untuk diaplikasikan, dapat melekat dengan

ETSA & B ndinģ AgЁņT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan koronal mahkota klinis gigi asli, yang dapat memperbaiki morfologi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Resin komposit dikenal sebagai salah satu bahan restorasi yang sering

BAB I PENDAHULUAN. efisiensi pengunyahan, meningkatkan pengucapan dan memperbaiki estetika

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. digunakan dikedokteran gigi. Bahan restorasi ini diminati masyarakat karena

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. beberapa tahun terakhir sejalan dengan tuntutan pasien dalam hal estetik. 27 Dewasa

PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat dewasa ini. Akhir-akhir ini bahan restorasi resin komposit

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahan tumpatan warna gigi yang lain (Winanto,1997). Istilah resin komposit dapat

I. PENDAHULUAN. Menurut Powers dan Sakaguchi (2006) resin komposit adalah salah satu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian mengenai perbedaan kekuatan geser antara self adhesif semen

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Resin komposit merupakan bahan restorasi gigi yang telah lama digunakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. silikat dan semen polikarboksilat pertama kali diperkenalkan oleh Wilson dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mahkota (crown) dan jembatan (bridge). Mahkota dapat terbuat dari berbagai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dengan partikel bahan pengisi. Kelemahan sistem resin epoksi, seperti lamanya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baik restorasi indirek maupun pasak. Dibandingkan semen konvensional, semen

BAB V HASIL PENELITIAN. n = 3990 = 363, sampel 3990 (5%) 2 + 1

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semen ionomer kaca banyak dipilih untuk perawatan restoratif terutama

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. estetika yang sangat mempengaruhi penampilan. Hal ini menjadi permasalahan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Restorasi dapat dibedakan menjadi restorasi direk dan indirek. Restorasi direk

I. PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. mengenai , dentin, dan sementum. Penyakit ini disebabkan oleh aktivitas

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memuaskan. Meningkatnya penggunaan resin komposit untuk restorasi gigi

BAB I PENDAHULUAN. Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR) ionomer kaca. Waktu kerja yang singkat dan waktu pengerasan yang lama pada

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencegah timbulnya kembali karies, tetapi juga untuk mengembalikan fungsinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. restorasi resin komposit tersebut. Material pengisi resin komposit dengan ukuran

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mencegah, mengubah dan memperbaiki ketidakteraturan letak gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. dihubungkan dengan jumlah kehilangan gigi yang semakin tinggi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. interaksi antara bahan restorasi dengan jaringan gigi merupakan hal yang penting

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dan bersih menjadi tujuan utamanya. Bleaching merupakan salah satu perawatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar lebih mudah mengalami

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. melindungi jaringan periodontal dan fungsi estetik. Gigi yang mengalami karies,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pasien untuk mencari perawatan (Walton dan Torabinejad, 2008).

toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang dikandungnya masih hangat dibicarakan sampai saat ini. 1,2,3 Resin komposit adalah suatu bahan

BAB IV PEMBAHASAN. seperti semula sehingga dapat berfungsi kembali. Hal ini menunjukkan bahwa

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pergaulan, pasien menginginkan restorasi gigi yang warnanya sangat mendekati

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan bahan restorasi juga semakin meningkat. Bahan restorasi warna

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Komposit terus mengalami peningkatan kualitas dengan adanya bahan filler yang

BAB 2 RESIN KOMPOSIT. yang dihasilkan dari restorasi resin komposit, sebuah restorasi yang paling digemari

BAB I PENDAHULUAN. praktek kedokteran giginya adalah keterampilan. Keterampilan menghasilkan

PEMAKAIAN BAHAN ADHESIF TOTAL ETCHING DAN SELF ETCHING DI KEDOKTERAN GIGI

BAB I PENDAHULUAN. Dokter gigi sering mengalami kesulitan dalam merestorasi gigi pasca

BAB III METODE PENELITIAN. tentang Pengaruh Lama Pengaplikasian Bahan Bonding Total-Etch Terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggantikan gigi hilang. Restorasi ini dapat menggantikan satu atau lebih gigi

BAB 1 PENDAHULUAN. akar. 4 Pasak telah digunakan untuk restorasi pada perawatan endodonti lebih dari 100

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Asma merupakan penyakit inflamasi kronis saluran napas yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yang mengenai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. (RelyX) dan semen ionomer kaca tipe 1 tipe 1 terhadap restorasi veneer

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedokteran gigi mengembangkan berbagai jenis material restorasi sewarna gigi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memunculkan penemuan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karies adalah penyakit gigi yang paling umum terjadi. Karies merupakan suatu penyakit mikrobiologi pada jaringan keras gigi yang menyebabkan terjadinya demineralisasi bahan anorganik gigi dan kerusakan pada substansi organik gigi. Penyebab karies yaitu adanya aksi mikroorganisme dan fermentasi karbohidrat. Karies gigi tidak hanya terjadi pada orang dewasa tetapi juga pada anak-anak, yaitu sekitar 60% sampai 90% anak memiliki karies gigi. 1,2 Proses patologis seperti karies, atrisi, abrasi, dan erosi dapat menyebabkan terbentuknya kavitas. Struktur gigi yang rusak dapat diperbaiki dengan restorasi. Restorasi dapat mengembalikan bentuk asal, fungsi, dan estetik gigi. Salah satu bahan yang bisa digunakan untuk menumpat kavitas gigi yaitu resin komposit. Penggunaan resin komposit menjadi sangat populer karena memiliki sifat fisik, mekanis, dan estetik yang baik. Resin komposit digunakan untuk menggantikan struktur gigi yang hilang dan memodifikasi struktur dan kontur gigi. Resin komposit merupakan suatu sistem yang terdiri dari dua atau lebih makromolekul yang pada dasarnya tidak dapat larut satu sama lain dan memiliki bentuk yang berbeda. Sifat material komposit lebih superior dibandingkan sifat komponen penyusunnya, sebagai contoh fiberglass memiliki matriks resin yang diperkuat oleh fiberglass, menghasilkan resin komposit yang lebih keras dan kaku dibandingkan matriks resin, tetapi lebih brittle dari glass. Resin komposit terdiri dari empat komponen 1

2 utama yaitu matriks organik, partikel pengisi anorganik, coupling agent, dan sistem inisiator-akselerator. Resin komposit dibagi menjadi tiga tipe berdasarkan ukuran, jumlah, dan komposisi dari filler anorganiknya yaitu resin komposit macrofiller, microfiller, dan hybrid. Dua generasi terbaru dari resin komposit hybrid yaitu nanofiller, nanohybrids, dan microhybrids. Komposit nanofiller memiliki ukuran partikel yang lebih kecil dibandingkan komposit microfiller. Komposit nanofiller memiliki kekuatan mekanis setara komposit hybrid dan karakteristik estetis yang baik seperti komposit microfiller. Komposit nanofiller ini memiliki banyak keuntungan yaitu mengurangi polymerization shrinkage, meningkatkan karakteristik optik, retensi yang lebih baik, dan mengurangi wear karena pengurangan perbedaan antara matriks polimer dan ukuran partikel filler dan peningkatan beban filler. 1-5,6 Adhesi atau bonding merupakan suatu proses pembentukan adhesive joint. Substrat inisial disebut dengan adheren, dimana suatu bahan menghasilkan suatu interface yang disebut dengan adhesif. Jika terdapat dua substrat yang bergabung, maka adhesif menghasilkan dua interface sebagai bagian dari adhesive joint. Pada kedokteran gigi, kebanyakan adhesive joint melibatkan dua permukaan. Ada beberapa tahap untuk menciptakan lapisan adhesif dan tahap ini akan melibatkan komponen yang terpisah. Komponen ini disebut dengan bonding agent. Bonding agent saat ini terdiri dari tiga bahan utama yaitu etsa, primer, dan adhesif yang dikemas secara terpisah atau dalam satu botol. Etsa merupakan larutan asam yang kuat yang mengandung asam fosfat. Primer mengandung monomer hidrofilik untuk menghasilkan wetting yang baik. Adhesif mengandung dimethacrylate oligomer

3 yang terdapat pada komposit. Alasan untuk menggunakan bahan adhesif dalam restorasi yaitu untuk mencegah adanya kebocoran, untuk mengurangi resiko terjadinya kerusakan pulpa, dan dapat memberikan preparasi gigi yang lebih konservatif (pengurangan struktur gigi minimal). 4,7 Sistem adhesif yang digunakan untuk bonding resin ke enamel dan dentin telah berkembang melalui beberapa generasi dengan adanya perubahan pada struktur kimia, mekanisme, jumlah botol, teknik aplikasi, dan efektivitas klinisnya. Bonding terdiri dari tiga komponen utama yatitu etsa, primer, dan adhesive. Etsa merupakan asam yang akan melarutkan secara selektif pada struktur gigi untuk memberikan retensi bagi restorasi. Primer merupakan monomer hidrofilik yang biasa terdapat pada solvent. Adhesive terdiri dari oligomer dimetakrilat dan bersifat hidrofobik. Bonding generasi V merupakan versi yang telah disederhanakan dari bonding generasi IV, karena pada bonding ini primer dan adhesif berada pada satu botol sedangkan pada bonding generasi IV, primer dan adhesif dalam botol yang terpisah. Proses etsa akan menghilangkan seluruh smear layer dan membuka tubulus dentin sehingga penetrasi bahan bonding lebih baik. Smear layer yang telah dihilangkan akan menyebabkan jaringan kolagen menjadi kolaps. Maka dari itu, dikembangkanlah sistem adhesif yang menggabungkan etsa, primer, dan adhesif dalam 1 botol yaitu bonding generasi VII. Bonding generasi VII telah disederhanakan dengan mengeliminasi langkah etsa. Pada bonding generasi VII, smear layer yang terbentuk setelah gigi preparasi digunakan sebagai substrat bonding. Bonding generasi VII merupakan pilihan untuk bahan adhesif bagi dokter gigi karena

4 aplikasi bahan lebih mudah dan cocok untuk pasien anak-anak yang kurang kooperatif. 8,9 Ikatan yang kuat dan tahan lama antara bahan restorasi dan substrat gigi sangatlah penting, tidak hanya dari sisi mekanis, tetapi juga biologis dan estetik. Adaptasi margin yang baik akan mengurangi microleakage, stain, iritasi pulpa, dan karies rekuren. Dalam pemilihan sistem adhesif untuk penggunaan klinis, kekuatan ikat, dan kemampuan sealing memiliki peran yang penting. 10 Berdasarkan apa yang telah dipaparkan di atas maka penulis tertarik ingin meneliti perbedaan kekuatan ikat geser resin komposit nanofiller dengan dentin yang diaplikasikan bonding generasi V dan generasi VII. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: Apakah terdapat perbedaan kekuatan ikat geser resin komposit nanofiller pada dentin yang diaplikasikan bonding generasi V dan generasi VII? 1.3. Maksud dan Tujuan Maksud penelitian ini untuk mengetahui perbedaan kekuatan ikat geser resin komposit nanofiller pada dentin yang diaplikasikan bonding generasi V dan generasi VII dan Untuk mengetahui kekuatan ikat geser yang paling baik diantara bonding generasi V dan generasi VII. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kekuatan ikat geser resin komposit nanofiller pada dentin yang diaplikasikan bonding generasi V dan generasi VII.

5 1.4. Manfaat Karya Tulis Ilmiah Manfaat dari penelitian ini terdiri dari manfaat ilmiah dan manfaat praktis yang akan diuraikan sebagai berikut: 1.4.1. Manfaat ilmiah Hasil penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan informasi dalam bidang kedokteran gigi khususnya dalam bidang ilmu biomaterial mengenai perbedaan kekuatan ikat geser resin komposit nanofiller pada dentin yang diaplikasikan bonding generasi V dan generasi VII sehingga dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa calon dokter gigi saat terjun ke dunia kedokteran gigi juga untuk menambah bahan kepustakaan dari institusi pendidikan. 1.4.2. Manfaat praktis Sebagai dasar bagi dokter gigi dalam usaha meningkatkan pelayanan kesehatan gigi masyarakat agar restorasi dapat dipertahankan lebih lama di rongga mulut. 1.4.3. Manfaat akademis Sebagai referensi atau acuan untuk peneliti lain yang akan melakukan penelitian selanjutnya. 1.5. Kerangka Pemikiran Karies yaitu suatu penyakit yang ditandai oleh demineralisasi dari jaringan keras gigi karena aktivitas mikrobial. Karies merupakan penyakit yang dapat dicegah dan dapat diperbaiki pada tahap awal pembentukannya. Lesi karies biasanya terbentuk pada pit dan fissure. Karies merupakan penyakit multifaktorial, empat faktor penyebab terbentuknya lesi karies yaitu bakteri pada plak gigi, subsrat seperti fermentasi karbohidrat (gula), permukaan gigi yang rentan, dan waktu. Untuk

6 mencegah karies diperlukan eliminasi satu atau lebih dari faktor-faktor ini. Bakteri pada plak gigi mampu memfermentasikan karbohidrat yang kemudian akan menghasilkan asam, menyebabkan ph menurun dalam hitungan menit, sehingga terjadi demineralisasi pada jaringan gigi dan membentuk kavitas. Kavitas secara permanen merusak jaringan keras pada gigi dan berkembang dalam bentuk lubang kecil. Kavitas dapat diperbaiki dengan bahan restorasi. 11 Pada era kedokteran gigi estetik, bahan restorasi resin merupakan pilihan yang baik. Restorasi ini terbukti memiliki warna yang sama dengan gigi dan mampu bertahan dalam lingkungan rongga mulut. Bahan restorasi komposit telah dikembangkan untuk meminimalisir kekurangan yang dibuktikan dengan mengembangkan partikel nanofill (1 nm = 1/1000 μm) dalam bentuk nanomeric (NM) and nanocluster (NC). Penggabungan dari dua jenis nanofiller ini menghasilkan kombinasi terbaik dari ketahanan fisik, estetik, dan retensi poles yang lama. Komposit nanofiller memiliki ukuran partikel 5-10 nm. Kelebihan komposit nanofiller yaitu high polish, translusensi gigi yang baik, sifat mekanis yang optimal, stabilitas warna baik, resisten terhadap stain, resisten terhadap high wear, dapat digunakan baik untuk restorasi anterior maupun posterior dan untuk splinting gigi. 1,8 Meningkatnya permintaan untuk restorasi estetika dalam kedokteran gigi telah menyebabkan perkembangan berbagai macam sistem adhesif untuk perlekatan pada enamel dan dentin dengan tahap yang lebih sedikit. Sistem dentin bonding terdiri dari molekul bifungsional yaitu: (1) kelompok methacrylate yang berikatan pada resin restoratif oleh interaksi kimia dan (2) kelompok fungsional yang dapat

7 berpenetrasi pada permukaan dentin yang basah. Dentin adhesive yang tersedia yaitu 3-step, 2-step, dan 1-step adhesives tergantung dari metode penggabungan antara etsa, primer, dan bonding. Beberapa peneliti telah berusaha meningkatkan efisiensi dari bonding agent pada dentin. Etsa pada enamel dan dentin dengan menggunakan bonding generasi V telah menunjukkan efisiensi klinis yang baik. Kemajuan revolusioner bonding agent pada dentin yaitu aplikasi etsa, primer, dan bonding secara simultan dalam sistem bonding generasi VII. 9,12 Bonding generasi V diperkenalkan pada pertengahan tahun 1990, terdiri dari tiga komponen yaitu etsa (asam fosfat), primer (PENTA dan methacrylated phosphonates), dan solvent (acetone dan ethanol/air). Ketika primer/adhesif diaplikasikan, solvent berdifusi ke dalam air. Keuntungannya yaitu primer selfetching yang didesain untuk dentin yang kering. Primer self-etching dapat menggunakan smear layer sebagai substrat bonding. Meskipun bonding ini diaplikasikan pada dentin yang basah, permukaan dentin dapat mengering saat preparasi kavitas karena mineralisasi dentin. Keuntungan lainnya yaitu bonding ini mengetsa jauh ke dalam dentin sampai ke smear layer untuk menghilangkan smear plug pada tubuli. Kekurangan dari bonding agent generasi V yaitu kurangnya beberapa komponen yang diperlukan untuk ikatan multisubstrate. 13 Bonding generasi VII diperkenalkan pada tahun 2002, menggabungkan etsa, primer, dan adhesif dalam satu botol. Keuntungan bonding ini yaitu meningkatkan kenyamanan pada pasien, mengurangi waktu tindakan, mengurangi kontaminasi, meningkatkan efisiensi, dan cocok untuk pasien anak-anak. Bonding ini terdiri dari monomer dimethacrylate (UDMA), 4-META (4-methacryloyloxyethy trimellitate

8 anhydride) dalam acetone/water solvent, dan gluma desensitizer, 4-META monomer. Gluma desensitizer berguna untuk mencegah sensitivitas gigi. Kekurangan bonding agent generasi VII yaitu tidak cocok digunakan dengan komposit self-cured atau semen resin. 9 Struktur gigi yang normal mengirimkan gaya melalui enamel ke dentin sebagai kompresi yang akan didistribusikan melebihi volume internal struktur. Gigi yang telah direstorasi akan mengirimkan tekanan yang berbeda dengan gigi yang masih utuh. Gaya apapun pada restorasi yang menghasilkan kompresi, tekanan atau gaya geser pada gigi/interface restorasi, menyebabkan distribusi gaya yang kompleks, kombinasi dari gaya tekan, tarik, dan geser. Proses mastikasi berkaitan dengan terjadinya pergeseran, kekuatan adhesif pada permukaan suatu bahan dilihat dari kekuatan ikat gesernya. Berdasarkan penelitian oleh Viresh (2009), menunjukkan bahwa bonding two-bottle system (bonding generasi VI) memiliki kekuatan ikat tarik 30 persen lebih besar dibandingkan single-bottle system (bonding generasi VII). Tingginya kekuatan ikat bonding generasi VI dibandingkan bonding generasi VII dikarenakan bonding generasi VI memiliki ph yang lebih rendah, adanya pelarut organik dalam bentuk ethanol, konsentrasi pelarut yang rendah, demineralisasi dan etsa yang terbatas pada dentin, dan derajat polimerisasi yang tinggi. 14,15 Berdasarkan pemaparan di atas maka didapatkan hipotesis dari penelitian ini adalah bahwa adanya perbedaan kekuatan ikat geser resin komposit nanofiller pada dentin yang diaplikasikan bonding generasi V dan generasi VII.

9 1.6. Metodologi Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan menggunakan analisis statistik metode ANAVA satu arah dengan α = 0,05. 1.7. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium Ilmu Teknologi Material Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi dan pengujian kekuatan ikat geser dilakukan di Laboratorium Struktur Ringan Aerodinamika, Institut Teknologi Bandung yang dilaksanakan pada bulan Desember 2016.