I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan bahan restorasi juga semakin meningkat. Bahan restorasi warna

Transkripsi

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, perkembangan bahan restorasi juga semakin meningkat. Bahan restorasi warna gigi terus mengalami perkembangan untuk memenuhi harapan pasien akan estetik (Annusavice, 2003). Resin komposit merupakan salah satu material yang paling populer dalam dunia kedokteran gigi karena sifatnya yang sangat baik, kekuatan yang adekuat, dan kemampuannya dalam berikatan dengan dan dentin. Kepopuleran resin komposit berhubungan dengan tingginya tuntutan pasien akan restorasi warna gigi (Tuncer dkk., 2013). Resin komposit digunakan untuk menggantikan struktur gigi yang hilang dan memodifikasi warna gigi dan kontur sehingga meningkatkan estetik (Annusavice, 2003). Resin komposit hanya digunakan untuk merestorasi gigi anterior saja pada awal penggunaannya, karena warnanya yang menyerupai gigi asli sehingga mendukung estetik wajah. Seiring dengan perkembangan waktu, resin komposit semakin disempurnakan sifatnya sehingga tidak hanya digunakan untuk merestorasi gigi anterior saja, tetapi juga gigi posterior (Powers dan Sakaguchi, 2006). Resin komposit memiliki beberapa sifat fisik dan mekanik. Sifat fisiknya antara lain polymerization shrinkage, konduktivitas termal, penyerapan air, kelarutan dan kekasaran (Hatrick dkk., 2011). Pengembangan sifat fisik dan mekanik dari resin komposit telah dilakukan sejak lama, baik pada ukuran partikel 1

2 2 maupun bahan pengisi dari resin komposit. Resin komposit telah berkembang pesat, dari makrofil menjadi mikrofil dan dari hibrid menjadi mikrohibrid. Selain itu beragam jenis komposit seperti resin komposit flowable dan nanokomposit telah diciptakan. Masing-masing dari jenis resin komposit tersebut memiliki keunggulan dan kerugiannya masing-masing (Hamouda dan Elkader, 2012). Jenis resin komposit yang saat ini banyak digunakan adalah resin komposit nanofil. Resin komposit nanofil memiliki partikel dengan ukuran 0,005-0,01µm, sehingga restorasi yang dihasilkan mempunyai permukaan yang halus dan baik dalam hal estetik (Kumala dkk., 2011). Resin komposit nanofil memiliki kemampuan mencegah terjadinya pengerutan polimerisasi yang berlebih, memiliki resistensi yang tinggi terhadap kompresi, kemungkinan terjadinya patah dan atrisi yang rendah. Hal tersebut tentu akan meningkatkan kontinuitas antara struktur gigi dengan partikel nanofil dan memberikan keseimbangan yang baik antara jaringan keras gigi dengan bahan restorasi (de Carvalho-Rocha, 2010). Resin komposit memang memiliki banyak keunggulan, namun juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu adanya pengerutan pada saat polimerisasi yang dapat menyebabkan microleakage (Kidd dkk., 2003). Resin komposit juga pada dasarnya merupakan bahan yang cukup porus, dengan begitu menyebabkan adanya kemungkinan yang besar untuk mengalami diskolorasi dan terjadinya akumulasi plak (Keun-Lee dkk., 2011). Diskolorasi resin komposit disebabkan oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik dapat disebabkan oleh bahan resin komposit itu sendiri yaitu: jenis bahan pengisi (filler), sifat mekanis resin komposit, tipe polimerisasi,

3 3 dan oksidasi monomer sisa yang tidak terpolimerisasi (Soares dkk., 2007; Topcu dkk., 2009). Faktor ekstrinsik disebabkan karena absorbsi bahan pewarna akibat dari kontaminasi bahan eksogen (Guler dkk., 2009). Bahan eksogen tersebut dapat berupa nikotin pada rokok dan agen antimikroba, selain itu juga minuman yang dikonsumsi sehari-hari, seperti teh, kopi, wine, dan lain-lain. Berbagai jenis minuman seperti kopi, teh, dan sebagainya tersebut memiliki zat pewarna yang menyebabkan perubahan warna resin komposit (Omata dkk., 2006). Salah satu minuman yang sering dikonsumsi dan dapat menyebabkan perubahan warna pada resin komposit adalah kopi. Menurut para ahli gizi mengkonsumsi kopi secara berlebihan mengakibatkan efek yang buruk karena bahan-bahan berbahaya yang terkandung di dalamnya. Kandungan kimia yang terdapat didalam kopi adalah kafein, ethyphenol, quinic acid, dicaffeoylquinic acid, dimethyl disulfide, acetylmethylcarbinol, putrescine, trigonelline, niacin. Kafein atau zat tanin yang terdapat pada kopi dapat menyebabkan diskolorisasi pada restorasi resin komposit. Perubahan warna tersebut akibat adanya adsorbsi dan penetrasi dari zat tanin yang terkandung dalam kopi (Effendi dkk., 2012). Kopi banyak digemari oleh berbagai kalangan masyarakat karena memiliki citarasa dan aroma yang khas (Spillane, 1990). Konsumsi kopi di dunia mencapai 70% berasal dari spesies kopi arabika dan 26% berasal dari spesies kopi robusta (Rahardjo, 2012). Jenis kopi yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah kopi robusta dan kopi arabika. Kopi robusta berasal dari tanaman Coffea canephora, sedangkan kopi arabika berasal dari tanaman Coffea arabica (Fuferti dkk., 2013). Kopi arabika dikenal memiliki citarasa yang lebih baik jika dibandingkan

4 4 dengan kopi robusta (Widyotomo, 2013). Kandungan yang terdapat pada biji kopi arabika sama dengan kopi robusta, yaitu kafein, kaffeol, asam trigonelin, asam amino, karbohidrat, asam alifatik, asam klorogenat, minyak, mineral, komponen volatile, dan komponen karbonil (Panggabean, 2011). Kopi arabika mengandung kadar kafein yang lebih rendah dibandingkan kopi robusta sehingga harganya lebih mahal (Widyotomo, 2013). Kafein atau zat tanin yang terdapat pada kopi inilah yang dapat menyebabkan diskolorisasi pada restorasi resin komposit (Effendi dkk., 2012). Sebagian besar orang yang mengkonsumsi kopi dapat menghabiskan 1 sampai 2 cangkir kopi dalam sehari, namun sebaiknya meminum kopi tidak melebihi dua cangkir setiap harinya atau setara dengan 180 ml kopi, karena untuk setiap 180 ml kopi jenis arabika setara dengan 600 mg kafein (Spillane, 1990). Sekarang ini kopi tidak hanya disajikan dalam suhu yang panas, namun sudah banyak kopi yang disajikan dalam bentuk kemasan praktis yang dapat diminum dalam suhu dingin. Suhu minuman kopi yang biasa diminum adalah 50 sampai 60 o C untuk suhu panas dan 0 sampai 4 o C untuk suhu dingin (Rajkumar dkk., 2011). Biasanya orang mengkonsumsi kopi dengan suhu rata-rata 54 o C karena pada suhu tersebut tidak akan melukai jaringan di rongga mulut (Brown dan Diller, 2007). Perendaman jangka panjang resin komposit dalam suhu larutan yang tinggi dapat menyebabkan perubahan sifat resin komposit (Hui dkk., 2014). Resin komposit yang direndam pada larutan suhu panas akan mengalami ekspansi fase polimer meningkatkan laju perubahan warna pada permukaan resin komposit (Van Noort, 2007). Larutan yang panas juga akan menyebabkan degradasi matriks

5 5 organik sehingga perubahan warna pada resin komposit akan meningkat, sedangkan resin komposit yang direndam pada suhu dingin akan mengalami pembengkakan polimer sehingga akan menyebabkan peningkatan degradasi monomer sisa (Sopelana dkk., 2013; Hui dkk., 2014). B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diajukan suatu permasalahan, yaitu: apakah terdapat perbedaan perubahan warna resin komposit nanofil setelah direndam dalam larutan kopi arabika dengan suhu 4 o C dan 54 o C. C. Keaslian Penelitian Penelitian sebelumnya Rajkumar dkk. (2011) meneliti tentang stabilitas warna dua jenis resin komposit berbeda (resin komposit yang mengandung TEGDMA dan resin komposit yang tidak mengandung TEGDMA) yang direndam dalam larutan kopi bersuhu dingin dan panas. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa, perubahan suhu minuman kopi menyebabkan perubahan warna permukaan resin komposit dan resin komposit yang mengandung TEGDMA menunjukan perubahan warna yang lebih besar dibandingkan dengan resin komposit yang tidak mengandung TEGDMA. Penelitian lain oleh Imamura dkk. (2008) meneliti tentang perbedaan perubahan warna resin komposit dengan bahan pengisi yang berbeda-beda. Hasil dari penelitian tersebut resin komposit dengan bahan pengisi jenis microfine silica

6 6 lebih tahan terhadap perubahan warna daripada resin komposit dengan bahan pengisi nano-sized silica. Penelitian ini memiliki perbedaan dibandingkan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini menggunakan bahan resin komposit yang berbeda yaitu resin komposit nanofil dan kopi yang berbeda yaitu kopi arabika. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan perubahan warna resin komposit nanofil setelah direndam dalam larutan kopi arabika suhu 4 o C dan 54 o C. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai perbedaan perubahan warna resin komposit setelah direndam dalam larutan kopi bersuhu panas dan dingin dan sebagai sumber informasi dalam bidang kedokteran gigi sehingga ilmu pengetahuan ini dapat digunakan untuk pengembangan penelitian selanjutnya.