BAHAN DAN METODE. Alat dan bahan

dokumen-dokumen yang mirip
LAMPIRAN 1 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sebelum Aktivasi

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methylene Blue

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS. A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006)

Bab III Metodologi Penelitian

BAB IV PROSEDUR KERJA

Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methyl Violet = 5

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2013 di Laboratorium

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

BAB IV METODE PENELITIAN

x100% LAMPIRAN PROSEDUR ANALISIS A.1. Pengujian Daya Serap Air (Ganjyal et al., 2006; Shimelis et al., 2006)

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009).

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014 bertempat di

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi.

Lampiran 1. Pembuatan Larutan Methyl Red

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan September 2010 di

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian (Ruang

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini sudah dilaksanakan dari bulan Februari sampai bulan Juli 2013 di

METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

Metodologi Penelitian

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Timbangan analitik EB-330 (Shimadzu, Jepang), spektrofotometer UV

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika

Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Tepung Empulur Sagu

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III. (HCl), 40 gram NaOH, asam fosfat, 1M NH 4 OH, 5% asam asetat (CH 3 COOH),

BAB III METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pengujian dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan

Lampiran 1. Prosedur Analisis

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Hasil identifikasi sampel

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Labolatorium Ilmu Tanah Jurusan Agroteknologi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan-bahan yang digunakan adalah verapamil HCl (Recordati, Italia),

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Panjang Gelombang Maksimum (λ maks) Larutan Direct Red Teknis

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah nata de ipomoea. Objek penelitian ini adalah daya adsorpsi direct red Teknis.

Metodologi Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga April Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. laboratorium Biomassa, laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi

METODE. Penentuan kapasitas adsorpsi dan isoterm adsorpsi zat warna

3. Metodologi Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Riset (Research Laboratory),

3 METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN. Lampiran 1. Umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) Lampiran 2. Pati umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 6. Kerangka penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Biokimia Hasil Pertanian,

III. METODOLOGI PENELITIAN. di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

BAB III. BAHAN DAN METODE

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober sampai Februari 2014, dengan

Transkripsi:

BAHAN DAN METODE Alat dan bahan Adapun instrumen analitik yang digunakan pada penelitian ini di antaranya, difraktometer sinar-x (DSX) (Shimadzu 4.5, filter Ni, sumber radiasi Cu-Kα, λ = 1.54060 Å, V = 40 kv, I = 30.0 ma), mikroskop pemayaran elektron (MPE) (Zeiss-7000), ph-meter (TOA HM-20S), spektrofotometer TFIM (Vector-33), dan spektrofotometer UV/Vis (Spectronic 20D+). Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini di antaranya berupa Sg (~26% amilosa) yang dibeli dari pasar tradisional Laladon, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Reagen Hg(NO 3 ) 2.H 2 O, NaH 2 PO 4.H 2 O, dan Na 2 HPO 4.2H 2 O, diperoleh dari Merck (Darmstadt, Jerman). Enzyplex (α-amilase) diperoleh dari PT Medifarma Laboratories (Westmont Pharmaceuticals Ltd, USA). Semua reagen kimia umum yang digunakan pada penelitian ini memenuhi standar laboratorium. Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bersama, Kimia Anorganik, dan Kimia Fisik-Lingkungan, Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian berlangsung dari bulan Maret- Juni 2011. Metode Penelitian Metode penelitian ini dibagi ke dalam dua tahap (Lampiran 1). Tahap pertama adalah sintesis dan karakterisasi fisikokimia SgP sebelum proses adsorpsi. Tahap kedua adalah aplikasi SgP sebagai bioadsorben Hg(II), baik dalam larutan berair maupun dalam sistem pencernaan manusia secara in vitro.

Fosforilasi pati sagu taut silang fosfat (SgP) (Romengga dkk. siap terbit) Sg disuspensikan menjadi 35% dalam larutan 0,1 M Na 2 HPO 4 dan larutan 0,1 M NaH 2 PO 4 (3:2) (ph awal 6,89), serta diatur ph-nya hingga 6,50 dengan penambahan beberapa tetes 0,01 M HCl dan 0,01 M NaOH. Suspensi tersebut dipanaskan pada suhu 40 o C dan diaduk dengan kecepatan 300 rpm selama 20 menit. Selanjutnya, endapan yang terbentuk dipisahkan dari filtrat dengan disaring menggunakan kertas saring Whatmann 40. Endapan tersebut dikeringkan di dalam oven (80 + 5 o C) selama 24 jam, dan diayak dengan ayakan 10 μm. Butiran SgP yang diperoleh selanjutnya disimpan dalam wadah kedap udara sebelum digunakan lebih lanjut selama penelitian berlangsung. Penentuan nilai derajat substitusi fosfat (DSp) (Igura & Okazaki 2010, dengan sedikit modifikasi) Penentuan nilai DSp juga dapat dihitung berdasarkan rasio absorbansi relatif regangan C-O-P yang didapat pada spektra TFIM SgP dengan menggunakan DSp = A1200 cm -1 /1325 cm -1 A990 cm -1 /1325 cm -1 Persamaan 7 Pembuatan larutan stok Hg(II) Sebanyak 1,71 g Hg(NO 3 ) 2.H 2 O dan 10 g NaCl dilarutkan ke dalam wadah berisi 1 L akuades disertai penambahan beberapa tetes 0,1 M HNO 3. Variasi konsentrasi setiap larutan sampel berkisar 50-250 mg/l diperoleh dengan metode pengenceran. Konsentrasi sampel sebelum dan sesudah adsorpsi ditentukan dengan spektrofotometer UV/Vis pada λ maks = 575 nm dengan penambahan larutan KI-I 2 2%. Pembuatan larutan stok α-amilase (Alias et al. 2008, dengan modifikasi pada komposisi larutan). Sebanyak 1 butir salut Enzyplex (α-amilase ~10.000 IU) dilarutkan dalam air deionisasi hingga volume 500 ml. Selanjutnya, larutan tersebut ditambah 1 g NaCl-KCl (3:2), dan larutan buffer fosfat (ph = 6,60-6,80). Larutan tersebut diinkubasi dalam lemari es pada suhu 4 o C dan dipanaskan pada suhu 38 o C selama 30 menit sebelum digunakan dalam bioadsorpsi Hg(II) oleh SgP secara in vitro.

Analisis spektrofotometer TFIM Penentuan gugus fungsi dari sampel diuji dengan spektrofotometer TFIM dalam pelet KBr yang mengandung 1% sampel pada panjang gelombang 4000-400 nm. Mikroskopi pemayaran elektron (MPE) Pemayaran objek sampel diamati dengan perbesaran 500-1500. Analisis difraktometri sinar-x (DSX) Sampel dilekatkan pada lempeng aluminium dengan ditambahkan beberapa tetes etanol dan dimampatkan ke dalam kaca objek. Selanjutnya, sampel tersebut dibiarkan mengering pada suhu ruang selama 20 menit sebelum pemayaran sampel dilakukan. Adapun derajat kristalinitas sampel ditentukan dengan metode Gaussian terhadap luas area di bawah pola DSX kedua sampel. Efek parameter adsorpsi Hg(II) dalam larutan berair (Amitava 2010, dengan sedikit modifikasi) a. Efek konsentrasi adsorbat Sebanyak 25 ml larutan Hg(II) (50, 100, 150, 200, dan 250 ppm) pada wadah terpisah diatur pada ph 4,00. Larutan tersebut ditambahkan sebanyak 0,1 gram SgP dan diaduk dengan kecepatan 150 rpm selama 1 jam. Sebanyak 0,1 M larutan HNO 3 digunakan untuk mengatur nilai ph larutan tersebut. Setelah proses adsorpsi, supernatan disaring dan konsentrasi Hg(II) ditentukan secara spektrofotometri UV/Vis pada λ maks 575 nm. Jumlah Hg(II) yang teradsorpsi oleh SgP dihitung berdasarkan selisih konsentrasi Hg(II) yang tersisa di dalam filtrat. Persentase adsorpsi Hg(II) oleh SgP dihitung berdasarkan Hg(II) teradsorpsi = 100% x [Hg(II)] teradsorpsi (mg/l) [Hg(II)] awal(mg/l) Persamaan 8 b. Efek massa adsorben Sebanyak 0,05; 0,075; 0,10; 0,15; dan 0,20 g SgP diaduk dalam 25 ml larutan sampel Hg(II) (konsentrasi optimum poin (a)) diatur pada ph 5,0, kecepatan 150 rpm, dan waktu kontak selama 1 jam pada wadah terpisah. Jumlah Hg(II) yang teradsorpsi tersebut dihitung dengan cara yang sama pada

c. Efek ph wadah terpisah diatur pada variasi ph 2,0; 3,0; 3,5; 4,0; 5,0; dan 6,0. Larutan tersebut ditambahkan massa optimum SgP yang didapat pada poin (b). suspensi tersebut diaduk dengan laju pengadukan 150 rpm selama 1 jam. Jumlah Hg(II) yang teradsorpsi tersebut dihitung dengan cara yang sama pada d. Efek waktu agitasi wadah terpisah masing-masing diatur ph-nya pada kondisi optimum pada poin (c) dengan penambahan sejumlah massa optimum SgP yang didapat pada poin (b). Larutan tersebut diaduk pada kecepatan 150 rpm selama 0, 5, 10, 20, 30, 45, dan 60 menit. Jumlah Hg(II) yang teradsorpsi tersebut dihitung dengan cara yang sama pada e. Efek laju agitasi wadah terpisah dan diatur ph-nya pada kondisi optimum (poin (c)). Larutan tersebut ditambahkan SgP sebanyak massa optimum (poin (b)), diaduk dengan variasi laju agitasi 50, 100, 150, 200, dan 400 rpm selama waktu kontak optimum (poin (d)). Jumlah Hg(II) yang teradsorpsi tersebut dihitung dengan cara yang sama pada Kinetika adsorpsi Hg(II) Sebanyak 0,1 g SgP dilarutkan ke dalam 50 ml larutan Hg(II) 100 ppm, diatur ph-nya = 3,00 dengan interval waktu 0-60 menit. Selanjutnya, larutan tersebut disaring dan diambil filtratnya untuk menentukan konsentrasi Hg(II) secara kolorimetrik. Adapun persamaan yang digunakan, yaitu Persamaan 9 untuk orde I dan Persamaan 10 untuk orde II. ln (Q e Q t ) = ln Q e - k 1 t Persamaan 9 t/q t = 1/(k 2 Q 2 e ) + t/q e Persamaan 10

Kesetimbangan adsorpsi Sebanyak 50 ml larutan Hg(II) dengan variasi konsentrasi awal (0-250) ppm diatur pada ph = 3,00 sambil diaduk dengan laju pengadukan selama 1 jam. Larutan tersebut selanjutnya disaring dan ditentukan konsentrasi akhirnya ditentukan secara spektrofotometri UV/Vis pada λ maks 575 nm. Jumlah kapasitas adsorpsi Hg(II) oleh SgP dihitung berdasarkan Persamaan 4. Data yang diperoleh selanjutnya dihitung dan diolah secara grafik berdasarkan Persamaan 1, 2, dan 3. Bioadsorpsi Hg(II) oleh SgP dalam sistem pencernaan tiruan Sebanyak 5 ml larutan Hg(II) (100 ppm) ditambahkan 0,300 g SgP dan diencerkan hingga 100 ml. Selanjutnya, ph media bioadsorpsi Hg(II) yang dijaga konstan pada ph 1,50 selama 3 jam; 6,80 selama 2 jam (dengan penambahan 500 IU α-amilase); 5,80 selama 2 jam; dan 8,60 selama 1 jam, secara berturut-turut. Suspensi tersebut diaduk dengan laju 300 rpm pada suhu 38 o C. Selanjutnya, suspensi tersebut disaring untuk memisahkan filtrat dan residunya. Residu yang didapat dikeringanginkan dan dilarutkan ke dalam larutan HNO 3 (0,1 M; 25 ml) pada suhu ruang selama 1 jam. Konsentrasi Hg(II) teradsorpsi dalam SgP tersebut setara dengan konsentrasi Hg(II) yang terdesorpsi ke dalam larutan 0,1 M HNO 3. Jumlah Hg(II) yang teradsorpsi tersebut dihitung dengan cara yang sama pada Analisis data Semua data yang didapat dalam penelitian ini dianalisis secara statistik menggunakan Microsoft Excel 2007, Windows XP Professional, Microsoft Inc., USA dengan prosesor Intel Pentium Dual Core.