BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Obyek Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan 100 kuesioner kepada Wajib Pajak orang pribadi di kota Surakarta. Dari 100 kuesioner yang disebarkan, semua kuesioner langsung dikembalikan kepada peneliti dan semua kuesioner dapat diolah. Tabel 4.1 Distribusi Kuesioner Kuesioner yang disebar 100 Kuesioner yang kembali 100 Tingkat pengembalian kuesioner 100% Kuesioner yang dapat diolah 100 Persentase kuesioner yang diolah 100% 4.2 Deskripsi Data Sumber : Data primer yang diolah Responden yang mengisi kuesioner adalah para wajib pajak di kota Surakarta. Berdasarkan obyek penelitian, deskripsi responden dalam penelitian dapat dilihat melalui usia, jenis kelamin, pekerjaan dan tingkat pendidikan. Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa responden terbesar dilihat dari jenis kelamin adalah laki-laki sebanyak 65 orang (65%) dan perempuan sebanyak 35 orang (35%). Dilihat dari pekerjaan, responden terbesar bekerja sebagai pegawai negeri sebanyak 52 orang (55,91%). Sebanyak 36 orang 38
39 (38,71%) responden pegawai swasta, dan 5 orang (5,38%) wiraswasta. Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir, responden terbesar adalah S1 yaitu sebanyak 42 orang (45,16%) responden yang lain 36 orang (38,71%) berpendidikan D3, 10 orang (10,75%) S2, 3 orang (3,23%) S3 dan 2 orang (2,15%) SMA/sederajat. Tabel 4.2 Deskripsi Data Data Deskriptif Keterangan Jumlah Prosentase Jenis Kelamin Laki-laki 65 65% Perempuan 35 35% Pekerjaan Pegawai Negeri 54 54% Pegawai Swasta 39 39% Wiraswasta 7 7% Lainnya 0 0% Pendidikan Terakhir SMA/Sederajat 3 3% D3 37 37% S1 44 44% S2 12 12% S3 4 4% Lainnya 0 0% Sumber : Data primer yang diolah
40 4.3. Analisis Data dan Pembahasan 4.3.1. Uji Instrumen Penelitian Uji instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji validitas dan uji reliabilitas. Hasil uji validitas dan uji reliabilitas tersebut adalah sebagai berikut: 4.3.1.1 Uji Validitas Pengujian instrument yaitu pengujian validitas dan reliabilitas perlu dilakukan sebelum analisis data dilakukan. 1) Validitas item pertanyaan untuk variabel Sistem Perpajakan Variabel sistem perpajakan terdiri dari 6 item pertanyaan. Pengujian validitas menggunakan teknik korelasi Pearson s Product Moment yaitu dengan membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel. Hasil uji validitas dapat dilihat pada tabel 4.3 Tabel 4.3 Korelasi item pertanyaan terhadap variabel sistem perpajakan Item Pernyataan r hitung rtabel Keterangan SP1 0,748 0,1966 Valid SP2 0,714 0,1966 Valid SP3 0,704 0,1966 Valid SP4 0,783 0,1966 Valid SP5 0,789 0,1966 Valid SP6 0,534 0,1966 Valid Sumber: Data Primer yang diolah
41 Tabel 4.3 di atas menunjukkan nilai r hitung dari item-item pernyataan variabel sistem perpajakan lebih besar dari r tabel sehingga 10 pernyataan dinyatakan valid. 2) Validitas item pertanyaan untuk variabel Kualitas Pelayanan Variabel kualitas pelayanan terdiri dari 10 item pertanyaan. Pengujian validitas menggunakan teknik korelasi Pearson s Product Moment yaitu dengan membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel. Hasil uji validitas dapat dilihat pada tabel 4.4 Tabel 4.4 Korelasi item pertanyaan terhadap variabel kualitas pelayanan Item Pernyataan r hitung rtabel Keterangan KL1 0,654 0,1966 Valid KL2 0,641 0,1966 Valid KL3 0,647 0,1966 Valid KL4 0,780 0,1966 Valid KL5 0,670 0,1966 Valid KL6 0,692 0,1966 Valid KL7 0,765 0,1966 Valid KL8 0,685 0,1966 Valid KL9 0,700 0,1966 Valid KL10 0,774 0,1966 Valid Sumber: Data Primer yang diolah
42 Tabel 4.4 di atas menunjukkan nilai r hitung dari item-item pernyataan variabel kualitas pelayanan lebih besar dari r tabel sehingga 10 pernyataan dinyatakan valid. 3) Validitas item pertanyaan untuk variabel Pengenaan Sanksi Perpajakan. Variabel pengenaan sanksi perpajakan terdiri dari 8 item pertanyaan. Pengujian validitas menggunakan teknik korelasi Pearson s Product Moment yaitu dengan membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel. Hasil uji validitas dapat dilihat pada tabel 4.5 Tabel 4.5 Korelasi item pertanyaan terhadap variabel pengenaan sanksi perpajakan Item Pernyataan r hitung rtabel Keterangan PSP1 0,668 0,1966 Valid PSP2 0,323 0,1966 Valid PSP3 0,407 0,1966 Valid PSP4 0,615 0,1966 Valid PSP5 0,782 0,1966 Valid PSP6 0,769 0,1966 Valid PSP7 0,653 0,1966 Valid PSP8 0,453 0,1966 Valid Sumber: Data Primer yang diolah Tabel 4.5 di atas menunjukkan nilai r hitung dari item-item pernyataan variabel pengenaan sanksi perpajakan lebih besar dari r tabel sehingga 8 pernyataan dinyatakan valid.
43 4) Validitas item pertanyaan untuk variabel Kepatuhan Wajib Pajak Variabel kepatuhan wajib pajak terdiri dari 5 item pertanyaan. Pengujian validitas menggunakan teknik korelasi Pearson s Product Moment yaitu dengan membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel. Hasil uji validitas dapat dilihat pada tabel 4.6. Tabel 4.6 Korelasi item pertanyaan terhadap variabel kepatuhan wajib pajak Item Pernyataan r hitung rtabel Keterangan KWP1 0,566 0,1966 Valid KWP2 0,527 0,1966 Valid KWP3 0,571 0,1966 Valid Sumber: Data Primer yang diolah Tabel 4.6 di atas menunjukkan nilai r hitung dari item-item pernyataan variabel kepatuhan wajib pajak lebih besar dari r tabel sehingga 5 pernyataan dinyatakan valid. 4.3.1.2 Uji Reliabilitas Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi atau keterpercayaanhasil ukur yang mengandung kecermatan pengukuran. Reliabilitas menunjukan bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Untuk uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik Cronbach Alpha. Jika nilai Cronbach Alpha di atas 0.6 maka instrumen dapat dikatakan reliabel (handal).
44 Dengan melihat nilai koefisien Cronbach Alpha pada tabel 4.7, maka dapat dinyatakan bahwa semua instrumen tersebut reliabel karena memiliki nilai koefisien Cronbach Alpha di atas 0,60 sehingga dapat digunakan untuk mengumpulkan data dan dapat mengukur secara konsisten dari waktu ke waktu. Variabel Tabel 4.7 Hasil Uji Reliabilitas Alpha Kriteria Cronbach Hasil Sistem Perpajakan (X1) 0,890 Alpha reliabel Kualitas Pelayanan(X2) 0,919 Cronbach >0,60 reliabel Pengenaan Sanksi (X3) 0,844 reliabel Kepatuhan Wajib Pajak (Y) 0,730 Reliable Sumber: Data primer yang diolah 4.3.2. Uji Asumsi Klasik 4.3.2.1 Uji Normalitas Data Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi berdistribusi normal. Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji kolmogorovsmirnov. Dengan menggunakan tingkat signifikan 5% (0,05) maka jika nilai Asymp.Sig (2-tailed) diatas nilai signifikan 5% artinya variabel residual berdistribusi normal.
45 Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Data dan Normal Probability Plot Keterangan Unstandardized Residual Kolmogorov-Smirnov Z 0,958 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,318 Sumber : Data primer yang diolah Gambar 4.1 PP Plot Regression Standardized Residual Tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai Asymp.Sig (2-tailed)= 0,318 lebih besar dari level of significance (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa data sampel berdistribusi normal dan asumsi dalam statistik parametrik dapat dipenuhi, hal ini didukung juga oleh kurva plot yang memperlihatkan titik-titik data tersebar di sekitar garis lurus.
46 4.3.2.2 Uji Multikolinearitas Pengujian multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan linear antar variabel independen dalam model regresi. Uji multikolinearitas dilakukan dengan Variance Inflation Factor (VIF) yang hasilnya dapat dilihat dalam tabel 4.9. Tabel 4.9 Hasil Uji Multikolinearitas Variabel Tolerance VIF Sistem Perpajakan 0,999 1,001 Kualitas Pelayanan 0,993 1,007 Pengenaan Sanksi 0,992 1,008 Sumber : Data primer yang diolah Tabel 4.9 menunjukkan nilai VIF untuk setiap variabel tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance lebih besar dari 0,1 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas antar variabel bebas. Dengan kata lain dinyatakan bahwa tidak ada hubungan linear atau korelasi antar variabel independen dalam model regresi pada data yang akan kita uji ini sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi. 4.3.2.3 Uji Autokorelasi Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokolerasi, yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Prasyarat yang harus dipenuhi adalah tidak adanya autokorelasi dalam model
47 regresi. Metode pengujian pada penelitian ini adalah dengan Uji Durbin-Watson (Uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Jika du DW (4-dU) maka dapat disimpulkan tidak terjadi gejala autokorelasi 2) Jika DW <dl atau DW> (4-dL) maka dapat disimpulkan terjadi autokorelasi. 3) Jika dl DW du atau (4-dU) DW (4-dL) maka tidak dapat disimpulkan terjadi autokorelasi atau tidak. Hasil pengujian autokorelasi dengan menggunakan Durbin-Watson dapat dilihat pada tabel 4.10.Dari tabel Durbin Watson dengan n (jumlah data) = 100 dan k (jumlah variabel independen) = 3, diperoleh nilai dl sebesar 1,6131 dan nilai du sebesar 1,7364. Dari hasil pengujian, nilai Durbin Watson yang diperoleh (2,208) berada diantara nilai du (1,7364) dan 4 du (2,2636) sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat gejala autokorelasi. 4.3.2.4 Uji Heteroskedastisitas Tabel 4.10 Hasil Uji Autokorelasi Model Durbin-Watson 1 2,208 Sumber : Data primer yang diolah Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya ketidaksamaan varian dari residual pada model regresi. Uji heterokedastisitas dalam penelitian ini menggunakan Uji Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan cara meregresikan antara variabel independen dengan nilai absolut residualnya. Jika
48 nilai signifikansi antara variabel independen dengan absolut residual lebih dari 0,05 maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas (Setyadharma, 2010). Hasil uji heterokedastisitas dapat dilihat dalam tabel 4.11 sebagai berikut : Tabel 4.11 Hasil Uji Heterokedastisitas dan Scatterplot Model t hitung Sig. Konstanta -0,153 0,879 Sistem Perpajakan 1,294 0,199 Kualitas Pelayanan 1,839 0,069 Pengenaan Sanksi -1,224 0,224 Sumber : Data primer yang diolah Gambar 4.2 Scatter Plot Nilai Sig. masing-masing variabel pada tabel 4.11 menunjukkan nilai yang lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah
49 heterokedastisitas. Hasil itu didukung dengan kurva scatterplot yang menunjukkan penyebaran yang tidak membentuk suatu pola (acak). 4.3.3. Pengujian Hipotesis 4.3.3.1 Regresi Linier Berganda Tabel 4.12 Hasil Uji Regresi Berganda Model B t Sig Konstanta 2,401 1,116 0,267 Sistem Perpajakan 0,136 2,359 0,020 Kualitas Pelayanan 0,069 2,652 0,009 Pengenaan Sanksi Perpajakan 0,077 2,182 0,032 R = 0,398 R Square = 0,159 Adjusted R Square = 0,132 F = 6,040 Sig. F = 0,001 Sumber : Data primer yang diolah Hasil pengujian regresi berganda dapat dilihat pada tabel 4.12. Hasil analisis regresi linier berganda pada tabel 4.12 dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Persamaan Regresi Linier Berganda Persamaan regresi linier berganda yang dihasilkan adalah sebagai berikut : Y = 2,401 + 0,136X1 +0,069 X2 + 0,077X3+ e
50 2) Interpretasi Persamaan Regresi Linier Berganda Persamaan regresi linier berganda di atas dapat diinterpretasikan sebagai berikut : α = 2,401 menunjukkan bahwa jika variabel independen yaitu sistem perpajakan (X1), kualitas pelayanan (X2), dan pengenaan sanksi perpajakan (X3) dianggap konstan atau nol, maka kepatuhan wajib pajak sebesar 2,401. β1 = 0,136 menunjukkan bahwa variabel sistem perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak.artinya setiap peningkatan variabel sistem perpajakan sebesar satu satuan maka kepatuhan wajib pajak akan meningkat sebesar 0,136. β2 = 0,069 menunjukkan bahwa variabel kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak, artinya setiap peningkatan variabel kualitas pelayanan sebesar satu satuan maka kepatuhan wajib pajakmeningkat sebesar 0,069. β3 = 0,077 menunjukkan bahwa variabel pengenaan sanksi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Artinya setiap peningkatan variabel pengenaan sanksi perpajakan sebesar satu satuan maka kepatuhan wajib pajakakan meningkat sebesar 0,077. 4.3.3.2 Koefisien Determinasi (R 2 ) Pengujian dengan menggunakan uji koefisien determinasi (R 2 ) adalah untuk melihat besarnya pengaruh variabel independen yaitu sistem perpajakan (X1), kualitas pelayanan (X2), dan pengenaan sanksi perpajakan (X3) terhadap
51 variabel dependen yaitu kepatuhan wajib pajak (Y). Dari hasil perhitungan pada tabel 4.12 diperoleh nilai R 2 (Adjusted R square) sebesar 0,132. Hal itu berarti prosentase sumbangan yang diberikan variabel independen yaitu sistem perpajakan (X1), kualitas pelayanan (X2), dan pengenaan sanksi perpajakan (X3) terhadap variabel dependen yaitu kepatuhan wajib pajak (Y) sebesar 13,2%, sedangkan sisanya 86,8% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. 4.3.3.3 Uji F Berdasarkan hasil olah data pada tabel 4.12 diketahui besarnya nilai Sig. F 0,001< 0,05. Kesimpulannya adalah Ho ditolak, yang artinya sistem perpajakan, kualitas pelayanan dan pengenaan sanksi perpajakan berpengaruh secara bersamasama (simultan) terhadap kepatuhan wajib pajak. 4.3.3.4 Uji t Hasil uji t yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel 4.12 di atas dengan kesimpulan sebagai berikut : 1) Variabel sistem perpajakan (X1) apabila dilihat dari nilai Sig. 0,020 < 0,05, maka Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh positif antara sistem perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak. 2) Variabel kualitas pelayanan (X2) apabila dilihat dari nilai Sig. 0,009 < 0,05, maka Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh positif antara kualitas pelayanan terhadap kepatuhan wajib pajak.
52 3) Variabel pengenaan sanksi perpajakan (X3) apabila dilihat dari nilai Sig. 0,032 < 0,05, maka Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh positif antara pengenaan sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak. 4.3.4. Pembahasan Berdasarkan hasil pengujian dengan regresi berganda mengenai pengaruh sistem perpajakan, kualitas pelayanan dan pengenaan sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak, maka dapat diiterpretasikan sebagai berikut : 4.3.4.1 Sistem Perpajakan Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem perpajakan mempunyai pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal ini menunjukkan bahwa jika ada peningkatan sistem perpajakan maka kepatuhan wajib pajak akan meningkat. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Fasmi dan Misra (2012) yang menemukan adanya pengaruh modernisasi sistem perpajakan terhadap tingkat kepatuhan pengusaha kena pajak namun berbeda dengan hasil penelitian Irawan (2010) yang menemukan tidak adanya pengaruh signifikasi pada sistem perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak. 4.3.4.2 Kualitas Pelayanan Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pelayanan mempunyai pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal ini menunjukkan bahwa jika ada peningkatan kualitas pelayanan maka kepatuhan wajib pajak akan meningkat. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Arum (2012) yang menunjukkan bahwa pelayanan fiskus memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak namun berbeda dengan hasil penelitian Viani dan Budi
53 (2012) menunjukkan hasil bahwa kualitas layanan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. 4.3.4.3 Pengenaan Sanksi Perpajakan Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengenaan sanksi perpajakan mempunyai pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal ini menunjukkan bahwa jika ada peningkatan pengenaan sanksi perpajakan maka kepatuhan wajib pajak akan meningkat. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Arum (2012) yang menunjukkan bahwa sanksi pajak memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak namun berbeda dengan hasil penelitian Maryati (2014) yang menemukan bahwa secara parsial sanksi pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak.