VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Penerimaan Usahatani Padi dengan dan Tanpa Pupuk Organik

dokumen-dokumen yang mirip
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kelayakan Usahatani Padi Semi Organik dan Anorganik Petani Penggarap

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan

perembesan zat pencemar dari limbah yang berasal dari aktivitas domestik.

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

VII ANALISIS PENDAPATAN

VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

IV. METODE PENELITIAN. daerah yang memiliki luas areal yang cukup potensial dalam pengembangan padi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

IV METODE PENELITIAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. tanggungan keluarga, luas lahan, status kepemilikan lahan, pengalaman bertani,

VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

BAB IV METODE PENELITIAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang tidak mengalami kelangkaan pupuk dilihat berdasarkan produktivitas dan

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PETANI TERHADAP PENGGUNAAN BENIH PADI DI KECAMATAN NISAM KABUPATEN ACEH UTARA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

IV. METODE PENELITIAN

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

VI. HASIL dan PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

VIII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU. Umumnya petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan seluruh lahan

Lampiran 1. Karaketeristik Sampel Petani Padi Sawah Metode SRI di Kecamatan Beringin Tahun 2015

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI

sosialisasi kepada kelompok tani.

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN SEMIDANG ALAS MARAS KABUPATEN SELUMA

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga,

II. TINJAUAN PUSTAKA

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN

menggunakan BLP Organik dan setelah menggunakan BLP Organik.

KAJIAN MANFAAT IRIGASI WADUK PELAPARADO DI KABUPATEN BIMA TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DAN KESEMPATAN KERJA

VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya.

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - RAWA PASANG SURUT Individu petani

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI KABUPATEN SELUMA ABSTRAK PENDAHULUAN

RESPON PETANI TERHADAP PROGRAM PEMERINTAH MENGENAI ASURANSI USAHATANI PADI (AUTP) PENDAHULUAN

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin)

Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu HP:

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian

ANALISIS USAHATANI PADI DAN PALAWIJA PADA LAHAN KERING DI KALIMANTAN SELATAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh dari wawancara yang dilakukan kepada 64 petani maka dapat diketahui

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI PADI ORGANIK DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI (Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan)

Lampiran 1. Tingkat Partisipasi Petani Dalam Mengikuti Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu No. Pertanyaan Sampel

VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MARKETED SURPLUS PADI

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Desa Penelitian Letak Geografis dan Topografis Desa

III. METODE PENELITIAN. dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup

diterangkan oleh variabel lain di luar model. Adjusted R-squared yang bernilai 79,8%

Universitas Sumatera Utara

1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Kelompok tani sehamparan

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

IV METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - TADAH HUJAN Individu petani

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH

VI. ANALISIS PERSEPSI RUMAHTANGGA TERHADAP KONDISI KELAYAKAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL DI DEKAT JALUR KRL

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

Transkripsi:

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Penerimaan Usahatani Padi dengan dan Tanpa Pupuk Organik Padi dengan pupuk organik menunjukkan produktivitas yang lebih tinggi daripada produktivitas padi tanpa pupuk organik di Desa Purwasari dan Desa Sukajadi yang dilakukan 2 kali musim tanam pada tahun 2010-2011. Pada Tabel 15, rata-rata produksi perhektar padi dengan dan tanpa pupuk organik masing-masing adalah 4.102,5 kg/ha dan 3.977,9 kg/ha Gabah Kering Panen (GKP). Dengan demikian, produktivitas padi dengan pupuk organik 3,1% lebih tinggi daripada produktivitas padi tanpa pupuk organik. Tabel 15. Penerimaan Usahatani Padi dengan dan Tanpa Pupuk Organik perhektar Desa Purwasari dan Sukajadi Selama 2 Kali Musim Tanam Kabupaten Bogor Tahun 2010-2011 Uraian Usahatani Padi dengan Pupuk Organik Usahatani Padi Tanpa Pupuk Organik %Selisih MT1 MT2 Rata-rata MT1 MT2 Rata-rata Rata-rata Produksi (Kg/Ha) 4.074,8 4.130,1 4.102,5 3.792,3 4.163,4 3.977,9 3,1 Harga GKP (Rp/Kg) 2.325 2.325 2.325 2.195 2.195 2.195 5,9* Penerimaan (Rp/Ha) 9.571.410 9.628.114 9.599.762 8.296.182 9.123.974 8.710.078 10,2 * Menunjukkan signifikan berbeda nyata secara statistik pada tingkat peluang 5% Sumber : Diolah, Data Primer 2011 Produktivitas padi dengan pupuk organik pada penelitian ini yaitu 4.102,5 kg/ha. Ternyata produk tivitas padi dengan pupuk organik di Kecamatan Dramaga dan Tamansari masih jauh dibawah produk tivitas padi orga nik pada penelitian Mayrowani dan Supriyati ( 2008) di S ragen yang mencap ai 6,4 ton/ha GKP. Sebenarny a potensi produksi padi organ ik mampu mencapai 10,8 ton /ha GKP pada saat panen perdana untuk padi varietas intani tahun 2010 di daerah Toyogo, Sragen. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa produksi padi dengan pupuk 43

organik di Desa Purwasari dan Sukajadi masih jauh dibawah dari produksi padi organik di daerah lain yang sudah lama menerapkan usahatani padi organik. Harga gabah untuk padi dengan pupuk organik bervariasi diantara petani berdasarkan kondisi gabah yang dihasilkan petani. Harga gabah yang diterima petani padi dengan pupuk organik adalah Rp 2.325 per kg dan harga gabah yang diterima petani padi tanpa pupuk organik adalah Rp 2.195 per kg. Dengan demikian, rata-rata harga gabah untuk padi dengan pupuk organik adalah 5,9% lebih tinggi daripada harga gabah rata-rata padi tanpa pupuk organik. Secara statistik, harga gabah padi dengan pupuk organik berbeda nyata dengan harga gabah padi tanpa pupuk organik pada taraf nyata 5%. Informasi tersebut menunjukkan bahwa pada rata-rata musim tanam tersebut, padi dengan pupuk organik mempunyai keunggulan dalam harga gabah (Lampiran 2). Penerimaan petani padi merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi gabah yang dihasilkan dan harga gabah yang diterima petani padi. Berdasarkan produktivitas dan harga yang diterima petani, rata-rata penerimaan yang diterima petani padi dengan pupuk organik lebih tinggi dibandingkan rata- rata penerimaan yang diterima petani padi tanpa pupuk organik. Tabel 15 menunjukkan bahwa keunggulan usahatani padi dengan pupuk organik perhektar dalam produktivitas mencapai 3,1% dan harga gabah mencapai 5,9% dibandingkan dengan usahatani padi tanpa pupuk organik. 6.2 Biaya Usahatani Padi dengan dan Tanpa Pupuk Organik Biaya usahatani merupakan nilai barang atau jasa yang digunakan untuk kegiatan usahatani untuk menghasilkan produk usahatani. Berdasarkan sifatnya, biaya usahatani dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu biaya tunai 44

(dibayarkan) dan biaya diperhitungkan (tidak dibayarkan). Biaya tunai merupakan kelompok biaya dengan melakukan pembayaran selama kegiatan usahatani berlangsung baik berupa uang tunai maupun barang seperti gabah hasil panen. Dalam penelitian ini dapat diidentifikasi enam jenis pengeluaran yang masuk ke dalam kategori biaya tunai, diantaranya adalah upah TKLK (Tenaga Kerja Luar Keuarga), biaya pupuk, biaya benih, biaya pestisida, pajak, dan iuran pengairan (Lampiran 5 dan Lampiran 6). Biaya diperhitungkan merupakan jenis biaya yang pada kenyataannya petani tidak mengeluarkan uang atau alat pembayaran lainnya untuk melakukan pembayaran terhadap kegiatan usahatani. Pada penelitian ini dapat ditentukan dua jenis biaya diperhitungkan, yaitu biaya TKDK (Tenaga Kerja Dalam Keluarga) dan biaya penyusutan alat. Biaya tenaga kerja dalam keluarga adalah upah yang seharusnya dibayarkan petani kepada petani itu sendiri dan anggota keluargannya yang telah menyelesaikan suatu pekerjaan dalam usahatani. Pada kenyataannya upah TKDK tidak dibayarkan petani kepada TKDK. Biaya penyusutan alat menyatakan pengurangan nilai dari alat yang dimiliki petani karena peralatan tersebut telah digunakan dalam usahatani. Nilai ekonomis alat yang dimiliki petani, dari waktu ke waktu mengalami kecenderungan untuk turun. Oleh karena itu, walaupun tidak dikeluarkan secara nyata, biaya penyusutan peralatan perlu dimasukkan sebagai salah satu komponen biaya. 45

6.2.1 Biaya Tenaga Kerja Biaya tenaga kerja luar keluarga (TKLK) adalah jenis biaya yang mempunyai persentase paling tinggi baik untuk usahatani padi dengan maupun tanpa pupuk organik di Desa Purwasari dan Desa Sukajadi. Biaya TKLK untuk usahatani padi dengan pupuk organik lebih besar daripada biaya untuk padi tanpa pupuk organik. Biaya TKLK untuk usahatani padi dengan pupuk organik mencapai Rp 8.520.800 atau 81,00% dari biaya total usahatani padi dengan pupuk organik dan biaya TKLK untuk usahatani padi tanpa pupuk organik adalah sebesar Rp 5.486.792 atau 60,24% dari biaya total usahatani padi tanpa pupuk organik. Tabel 16. Biaya Usahatani Padi dengan dan Tanpa Pupuk Organik perhektar Desa Purwasari dan Desa Sukajadi Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2010-2011 Usahatani Padi dengan Pupuk Organik Usahatani Padi Tanpa Pupuk Organik Jenis Biaya Nilai (Rp/Ha) % Nilai (Rp/Ha) % Biaya Tunai 1. TKLK 8.353.350 81,00 5.486.792 60,24 2. Bibit 84.802 0,81 397.559 4,36 3. a) Pupuk Kompos 190.786 1,82 0 0,00 b) Pupuk Kimia 130.815 1,24 759.492 8,33 4. Pestisida 83.845 0,80 161.077 1,77 5. Pajak Bumi dan Bangunan 581.129 5,52 733.691 8, 05 6. Biaya pengairan 68.000 0,65 85.299 0,94 Total Biaya Tunai 9.660.177 91,84 7.623.910 83,69 Biaya Diperhitungkan 1. TKDK 782.798 7,44 1.384.955 15,20 2. Penyusutan Peralatan 75.795 0,72 99.976 1,10 Total Biaya diperhitungkan 858.593 8,16 1.484.931 16,30 Total Biaya 10.518.770 100,00 9.108.841 100,00 Sumber : Diolah, Data Primer 2011 46

Selain menggunakan tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga petani, usahatani padi di Desa Purwasari dan Sukajadi juga melibatka n tenaga kerja dari dalam keluarga petani. Biaya TKDK memiliki persentase yang k ecil, jika dibandingkan dengan biaya TKLK. Biaya TKDK pada usahatani padi dengan pupuk organik hanya sepersepuluh dari TKLK usahatani padi dengan pupuk o rganik, sedangkan biaya TKDK pada usahatani pa di tanpa pupuk organik hanya seperempat dari TKLK usahatani padi tanpa pupuk organik. Pada usahatani padi dengan pupuk organik, upah TKDK sebesar Rp 782.798 atau senilai 7,44% dari total biaya usahatani padi dengan pupuk organik. Nilai upah TKDK untuk usahatani padi tanpa pupuk organik adalah Rp 1.384.955 atau senilai 15,20% dari total biaya usahatani padi tanpa pupuk organik. Jenis pekerjaan yang memiliki upah tenaga kerja terbesar untuk usahatani padi dengan dan tanpa pupuk organik diaplikasikan untuk pemanenan. Pekerjaan pada pemanenan padi meliputi pemotongan padi, perontokan gabah, dan penimbangan gabah. Kebanyakan usahatani padi di Desa Purwasari dan Sukajadi harus membayar seperlima dari hasil panen. Upah yang diberikan untuk TKLK pada pemanenan bukan berupa uang tunai tetapi berupa gabah kering panen. Selain pemanenan, pekerjaan mengolah tanah juga memiliki upah tenaga kerja terbesar yang dilaksanakan dengan traktor tangan (hand tractor) dan tenaga manusia. Upah untuk hand tractor di Purwasari sebesar Rp 150.000 per 6 jam, sedangkan di Desa Sukajadi upahnya lebih murah sebesar Rp 100.000 per 6 jam. Setelah pekerjaan pengolahan tanah, selanjutnya dilakukan kegiatan penanaman yang dilakukan oleh TKLK wanita. 47

Tabel 17. Rincian Biaya Hand Tractor di Desa Purwasari dan Sukajadi Jenis Biaya Jumlah Biaya (Rp) Desa Purwasari Desa Sukajadi Upah operator 50.000 50.000 Upah angkut traktor 25.000 25.000 Biaya Solar 30.000 25.000 Uang kas sebagai biaya jika terjadi kerusakan 45.000 - Total 150.000 100.000 Sumber : Data Primer (Diolah), 2011 Penyemprotan pestisida biasanya dilakukan oleh TKDK dan beberapa TKLK bagi petani yang memiliki lahan yang luas. Penyemprotan pestisida pada usahatani padi tanpa pupuk organik memerlukan kerja dan upah yang lebih besar daripada usahatani padi dengan pupuk organik. Hal ini dikarenak an usahatani padi tanpa pupuk organik melakukan penyemprotan pestisida yang lebih intensif untuk menghindari kerugian yang besar dari serangan hama. Sementara dengan usahatani padi dengan pupuk organik ada beberapa petani yang tidak menggunakan pestisida nabati, sehingga petani tersebut sering menghadapi permasalahan hama, seperti wereng coklat dan tungro. Pekerjaan persemaian dan pemupukan tidak membutuhkan kerja yang banyak. Kebanyakan petani hanya melibatkan TKDK dalam melakukan kegiatan persemaian dan pemupukan. Dari segi tingkat upah tenaga manusia, upah tenaga kerja laki-laki di Desa Purwasari dan Sukajadi secara umum lebih besar dibandingkan perempuan, yaitu sebesar Rp 25.000 per 6 jam. Hal ini dikarenakan, pekerjaannya yang lebih berat dibandingkan tenaga kerja perempuan. Sementara itu, terjadi perbedaan upah tenaga kerja perempuan di Purwasari dan Sukajadi. Upah tenaga kerja perempuan di Desa Purwasari sebesar Rp 20.000 per 6 jam ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan upah tenaga kerja perempuan di Sukajadi sebesar Rp 15.000 per 6 jam. 48

6.2.2 Biaya Pajak Bumi dan Bangunan Biaya pajak merupakan biaya terbesar kedua dari semua biaya usahatani padi dengan maupun tanpa pupuk organik di Desa Purwasari dan Sukajadi. Biaya pajak usahatani padi dengan pupuk organik mencapai Rp 581.129 atau 5,52% dari biaya total usahatani padi dengan pupuk organik dan biaya pajak usahatani padi tanpa pupuk organik mencapai Rp 733.691 atau senilai 8,05% dari biaya total usahatani padi tanpa pupuk organik. Biaya pajak di Desa Purwasari dan Sukajadi memiliki biaya yang cukup tinggi, dikarenakan wilayahnya yang berada di dataran tinggi dan dekat dengan kawasan wisata curug nangka yang masuk di wilayah Desa Sukajadi. Kawasan wisata ini memicu adanya kawasan penginapan dan rumah makan sehingga beberapa kawasan persawahan berubah menjadi kawasan pemukiman dan perdagangan. 6.2.3 Biaya Pupuk Biaya pupuk merupakan biaya terbesar selanjutnya setelah biaya pajak. Biaya pupuk untuk usahatani padi dengan pupuk organik ternyata lebih rendah daripada biaya pupuk untuk usahatani padi tanpa pupuk organik. Beberapa petani padi dengan pupuk organik membuat sendiri pupuk organik yang diambil dari bahan-bahan alami di sekitar lingkungan desa, sehingga tidak memerlukan biaya pupuk yang cukup mahal. Selain itu, sebagian besar petani Desa Purwasari mendapatkan bantuan pupuk organik dari pemerintah berupa program Go Organic dari tahun 2007. Sisanya ada petani yang membeli pupuk organik dengan harga pupuk kompos sebesar Rp 700 per kg dan harga pupuk kandang sebesar Rp 200 per kg. 49

Purwasari dan Sukajadi. Tabel Pupuk yang digunakan tidak sepenuhnya berasal dari pupuk organik, sekitar 10% - 25% pupuk kimia masih digunakan dalam usahatani padi dengan pupuk organik. Oleh karena itu, biaya pupuk pada usahatani padi dengan pupuk organik dibagi menjadi dua biaya pupuk, yaitu biaya pupuk organik dan kimia. Biaya pupuk organik sebesar Rp 190.786, sedangkan biaya pupuk kimia sebesar Rp 130.815. Tabel 18 merupakan gambaran pemakaian komposisi pupuk usahatani padi dengan dan tanpa pupuk organik dalam perhektar di Desa 18. Komposisi Pupuk Usahatani Padi dengan dan Tanpa Pupuk Organik perhektar di Desa Purwasari dan Sukajadi Tahun 2010-2011 Jenis Pupuk Usahatani Padi dengan Pupuk Organik Usahatani Padi Tanpa Pupuk Organik 1. Pupuk Organik Pupuk Kompos (Kg/Ha) 2.284,7 0,0 Pupuk Kandang (Kg/Ha) 1.600,0 0,0 Pupuk Cair (MOL) (L/Ha) 5,0 0,0 2. Pupuk Kimia Urea (Kg/Ha) 53,2 207,9 TSP (Kg/Ha) 10,0 90,8 KCL (Kg/Ha) 10,0 56,5 Ponska (Kg/Ha) 17,5 128,2 NPK (Kg/Ha) 0,0 100,0 Sumber : Data Primer (Diolah), 2011 Penggunaan komposisi pupuk kimia sekitar 10% - 25% pada usahatani padi dengan pupuk organik dikarenakan lahan padi tanpa pupuk organik masih berdekatan dengan lahan padi dengan pupuk organik. Hal ini mengakibatkan air irigasi yang digunakan bercampur dengan zat-zat kimiawi yang berasal dari padi tanpa pupuk organik. Selain itu, tanah yang digunakan oleh padi dengan pupuk organik masih belum pulih sepenuhnya dari sifat kimiawi karena pelaksanaan padi 50

dengan pupuk organik di Desa Purwasari dan Sukajadi yang masih dini, yaitu dimulai tahun 2007. 6.2.4 Biaya Bibit Biaya bibit merupakan biaya terbesar selanjutnya. Persentase biaya bibit usahatani padi dengan pupuk organik sebesar 0,81% dari total biaya usahatani padi dengan pupuk organik, sedangkan biaya bibit usahatani padi tanpa pupuk organik mencapai 4,36% dari total biaya usahatani padi tanpa pupuk organik. Biaya bibit padi tanpa pupuk organik dalam satu hektar lebih besar daripada padi dengan pupuk organik. Hal ini dikarenakan jumlah penggunaan bibit dalam perhektar pada usahatani padi tanpa pupuk organik mencapai 63,89 kg, sedangkan pada usahatani padi dengan pupuk organik sebesar 30,85 kg. Serupa dengan pupuk organik, bantuan bibit untuk usahatani padi dengan pupuk organik juga dilakukan oleh pemerintah. Bantuan varietas yang diberikan pemerintah yaitu varietas inpari 9 dan inpari 10 (Lampiran 3). Bantuan bibit hanya pada usahatani padi dengan pupuk organik di Desa Purwasari, sedangkan usahatani padi di Desa Sukajadi dan usahatani padi tanpa pupuk organik di Desa Purwasari tidak mendapatkan bantuan. Usahatani padi yang tidak mendapatkan bantuan, rata-rata menggunakan varietas IR-64 dan Ciherang (Lampiran 4). Pemilihan kedua jenis varietas padi tersebut didasarkan pada kecocokan tanah dan keadaan cuaca di Desa Purwaari dan Sukajadi. Akan tetapi, varietas tersebut memiliki harga yang lebih tinggi jika petani membelinya di toko/warung sekitar Desa Purwasari dan Sukajadi, dibandingkan dengan harga bibit bila petani membelinya langsung di Bogor. 51

6.2.5 Biaya Pestisida Biaya pestisida yang dikeluarkan petani untuk usahatani padi tanpa pupuk organik sekitar dua kali lebih besar daripada biaya pestisida usahatani padi dengan pupuk organik. Biaya pestisida usahatani padi dengan pupuk organik mencapai Rp 83.845 atau 0,80% dari total biaya dan biaya pestisida usahatani padi tanpa pupuk organik mencapai 1,77% dari total biaya usahatani padi tanpa pupuk organik atau senilai Rp 161.077. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kelompok tani di Desa Purwasari membuat sendiri pestisida nabati dengan menggunakan tanaman atau buah yang memiliki bau menyengat yang tidak disukai oleh hama, seperti nimba, cabai, bawang putih, bawang merah dan lain-lain. Kemudian diberikan merata kepada petani-petani padi dengan pupuk organik sehingga tidak memerlukan biaya pestisida yang cukup mahal. Akan tetapi, petani padi dengan pupuk organik di Desa Sukajadi membeli pestisida nabati dengan harga Rp 80.000/liter, biasanya petani padi dengan pupuk organik di Desa Sukajadi memakai hingga 5 liter pestisida nabati dalam setahun atau selama 2 musim tanam. 6.2.6 Biaya Penyusutan Peralatan Biaya penyusutan peralatan petani padi tanpa pupuk organik lebih besar dibandingkan dengan biaya penyusutan peralatan petani padi dengan pupuk organik (Tabel 16). Hal ini mengindikasikan bahwa petani pada usahatani padi tanpa pupuk organik memiliki peralatan usahatani lebih banyak, sementara petani pada usahatani padi dengan pupuk organik memiliki peralatan usahatani lebih sedikit. 52

6.2.7 Biaya Pengairan Biaya pengairan yang ditanggung petani padi tanpa pupuk organik lebih besar daripada biaya pengairan yang ditanggung oleh petani padi dengan pupuk organik. Biaya pengairan yang ditanggung petani padi tanpa pupuk organik sebesar Rp 85.299 dan yang ditanggung petani padi dengan pupuk organik sebesar Rp 68.000. Pengairan di Desa Purwasari dikelola oleh BP3K (Badan Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan) Mitra Cai yang didirikan oleh Gapoktan Desa Purwasari. Air berasal dari sungai Cihideung yang berjarak 2 km dari Desa Purwasari. Upah pengairan yang dibayarkan dengan alat pembayaran berupa gabah, yaitu sebanyak 50 kg/ha. Akan tetapi, ada beberapa petani yang tidak mengerti dengan sistem pengairan ini, sehingga mereka tidak mau membayar biaya pengairan. Hal ini tentunya merugikan BP3K Mitra Cai. Sementara itu, hal yang berbeda terjadi di Desa Sukajadi, sistem pengelolaan pengairan di Desa Sukajadi ternyata mendapat bantuan dari pemerintah yang juga berasal dari sungai Cihideung. Oleh sebab itu, petani di Desa Sukajadi tidak mengeluarkan biaya pengairan. 6.3 Pemasaran Usahatani Padi dengan dan Tanpa Pupuk Organik Pemasaran usahatani padi dengan pupuk organik di Desa Purwasari dan Sukajadi mayoritas dipasarkan langsung ke pelanggan tetap, pasar, tengkulak lokal dan dijual langsung ke warung sekitar lingkungan desa. Petani padi dengan pupuk organik yang menjual langsung ke pelanggan tetap dan pasar, menerima harga jual sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan petani padi tanpa pupuk organik. Sementara itu, petani padi dengan pupuk organik yang menjual hasil 53

panen langsung ke tengkulak lokal dan warung sekitar desa, dipatok dengan harga jual yang sama dengan usahatani padi tanpa pupuk organik. Pada petani padi tanpa pupuk organik kebanyakan menggunakan hasil usahatani padi untuk keperluan pribadi dan sisanya dijual ke tengkulak lokal atau warung sekitar lingkungan desa. Hal ini dikarenakan, mayoritas luas lahan petani padi tanpa pupuk organik kurang dari 2.000 m 2, sehingga hasil yang diterima hanya cukup untuk keperluan hidup sehari-hari. 6.4 Pendapatan Usahatani Padi dengan dan Tanpa Pupuk Organik Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan usahatani dan biaya usahatani, dimana penerimaan usahatani lebih besar daripada biaya usahatani. Dalam penelitian ini, analisis pendapatan diperlukan untuk melihat perbandingan tingkat pendapatannya. Pada penelitian ini pendapatan dibagi menjadi dua macam yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total usahatani. Pendapatan atas biaya tunai merupakan selisih antara penerimaan usahatani dan biaya tunai usahatani. Pendapatan atas biaya total adalah hasil pengurangan penerimaan usahatani dan biaya total usahatani. Usahatani padi dengan pupuk organik menghasilkan penerimaan usahatani senilai 10,2% lebih besar dari penerimaan usahatani padi tanpa pupuk organik di Desa Purwasari dan Sukajadi selama 2 kali musim tanam. Hal ini menunjukkan bahwa penerimaan yang diperoleh oleh usahatani padi dengan pupuk organik memberikan kontribusi besar dalam penerimaan padi di Desa Purwasari dan Sukajadi tahun 2010-2011. Pada Tabel 19 memperlihatkan bahwa ternyata pendapatan usahatani padi dengan pupuk organik tidak jauh berbeda dengan usahatani padi tanpa pupuk 54

organik atas biaya tunai maupun biaya total. Pada usahatani padi dengan pupuk organik, biaya tunai dan biaya total masing-masing sebesar 26,7% dan 15,4% lebih tinggi dari usahatani padi tanpa pupuk organik. Padahal usahatani padi dengan pupuk organik sudah mendapatkan subsidi dari pemerintah berupa bibit dan pupuk. Sementara biaya diperhitungkan pada usahatani padi dengan pupuk organik senilai 42,1% lebih rendah dari usahatani padi tanpa pupuk organik. Tabel Uraian 19. Pendapatan Usahatani Padi dengan dan Tanpa Pupuk Organik perhektar Desa Purwasari dan Sukajadi Kabupaten Bogor Tahun 2010-2011 Usahatani Padi dengan Pupuk Organik Usahatani Padi Tanpa Pupuk Organik Selisih (%) Penerimaan (Rp/Ha) 19.199.524 17.420.156 10,2 Biaya Tunai (Rp/Ha) 9.660.177 7.623.910 26,7 Biaya Diperhitungkan (Rp/Ha) 858.593 1.484.931-42,1 Biaya Total (Rp/Ha) 10.518.770 9.108.841 15,4 Pendapatan atas Biaya Tunai (Rp/Ha) 9.539.347 9.796.246-2,6 Pendapatan atas Biaya Total (Rp/Ha) 8.680.754 8.311.315 4,4 Sumber: Data Primer, Diolah (2011) Penerimaan usahatani padi dengan pupuk organik memang lebih besar daripada usahatani padi tanpa pupuk organik. Akan tetapi, tingginya biaya tunai pada usa hatani padi dengan pupuk organik mengakibatkan pendapat an atas biaya tunai pada usahatani padi dengan pupuk organik senilai 2,6% leb ih kecil dari usahatani padi tanpa pupuk organik. Sementara pendapatan atas bia ya total pada usahatani padi dengan pupuk organik hanya sebesar 4,4% lebih tinggi dari usahatani padi tanpa pupuk organik. Hal ini dikarenakan rendahnya biaya diperhitungkan pada usahatani padi dengan pupuk organik. Jadi, ternyata pendapatan usahatani padi dengan pupuk organik yang dilaksanakan di Desa Purwasari dan Sukajadi tahun 2010-2011 tidak jauh berbeda dibandingkan 55

pendapatan usahatani padi tanpa pupuk organik. Hal ini dikarenakan pelaksanaan usahatani padi dengan pupuk organik yang masih baru yaitu pada tahun 2007 sehingga masih menggunakan pupuk yang tidak sepenuhnya berasal dari pupuk organik, sekitar 10% - 25% pupuk kimia masih digunakan dalam usahatani padi dengan pupuk organik. Oleh karena itu, harga yang ditetapkan pada usahatani padi dengan pupuk organik di Desa Purwasari dan Sukajadi tahun 2010-2011 tidak jauh berbeda dengan padi tanpa pupuk organik. Hal ini tentunya mempengaruhi pendapatan pada usahatani padi dengan pupuk organik yang memiliki biaya tunai jauh lebih besar dibandingkan usahatani padi tanpa pupuk organik. Penerimaan, biaya total, dan pendapatan dapat diketahui berdasarkan kategori luas lahan yang dimiliki masing-masing petani, diantaranya kelompok luas lahan kurang dari 2.000 m 2, 2.000-5.000 m 2, dan lebih dari 5.000 m 2. Berdasarkan kelompok luas lahan kurang dari 2.000 m 2, usahatani padi dengan pupuk organik memiliki rata-rata penerimaan, biaya total, dan pendapatan dalam perhektar masing-masing sebesar Rp 24.633.333, Rp 13.172.775, dan Rp 11.460.558, sedangkan pada usahatani padi tanpa pupuk organik masing-masing hanya sebesar Rp 17.642.940, Rp 9.134.889, dan Rp 8.508.051. Padahal jumlah petani padi tanpa pupuk organik yang memiliki luas lahan kurang dari 2.000 m 2 lebih banyak dibandingkan dengan petani padi dengan pupuk organik. Berdasarkan luas lahan 2.000 5.000 m 2, usahatani padi dengan pupuk organik memiliki rata-rata penerimaan, biaya total, dan pendapatan masing-masing sebesar Rp 17.730. 769, Rp 9.501.892, da n Rp 8.228.877, 56

sementara pada usahatani padi tanpa pupuk organik masing-masing sebesar Rp 17.002.593, Rp 9.369.518, dan Rp 7.633.075. Tabel 20. Penerimaan, Biaya Total, dan Pendapatan Padi dengan dan Tanpa Pupuk Organik Berdasarkan Kelompok Luas Lahan Garapan Kelompok Luas Rata-rata Penerimaan Biaya Total Pendapatan Lahan Garapan Luas (Ha) (Rp/Ha) (Rp/Ha) (Rp/Ha) Padi dengan Pupuk Organik < 2.000 m 2 0,13 24.633.333 13.172.775 11.460.558 2.000 m 2 5.000 m 2 0,37 17.730.769 9.501.892 8.228.877 > 5.000 m 2 1,09 20.844.762 11.431.254 9.413.508 Padi Tanpa Pupuk Organik < 2.000 m 2 0,10 17.642.940 9.134.889 8.508.051 2.000 m 2 5.000 m 2 0,31 17.002.593 9.369.518 7.633.075 > 5.000 m 2 0,88 18.296.667 7.818.583 10.478.084 Sumber : Data Primer, diolah (2011) Berdasarkan luas lahan lebih besar dari 5.000 m 2, usahatani pad i dengan pupuk organik m emiliki rata-rata penerimaan, biaya total, dan pendapatan masing-masing sebesa r Rp 20.844.762, Rp 11.431. 254, Rp 9.413.508, sedangkan pada usahatani padi tanpa pupuk organik masing-masing sebesar Rp 18.296.667, R p 7.818.583, dan Rp 10.478. 084. Hal ini memperlihatkan bahwa kelo mpok luas lahan 2.000-5.000 m 2 pada usahatani padi dengan ma upun tanpa pup uk organik dalam perhektar memberikan pendapatan yang paling rendah dibandingkan dengan kelompok luas lahan lainnya. Oleh karena itu, perlu adanya bimbingan untuk petani padi yang memiliki pendapatan rendah, dengan harapan dapat memberikan pendapatan yang layak bagi petani padi. 6.5 Identifikasi Faktor-faktor Penentu Penggunaan Pupuk Organik pada Usahatani Padi Usahatani padi dengan pupuk organik merupakan usahatani yang berkelanjutan secara lingkungan, ekonomi, serta sosial. Usahatani ini 57

dikembangkan karena sebelumnya hampir semua usahatani padi dikuasai oleh usahatani padi tanpa pupuk organik yang menyebabkan tanah menjadi tidak subur lagi dan mengganggu kesehatan. Usahatani padi dengan pupuk organik mulai berkembang di Kecamatan Dramaga dan Tamansari sejak tahun 2007 dengan adanya bantuan program Go Organic 2010 dari pemerintah, sehingga hanya beberapa petani saja yang beralih ke usahatani padi dengan pupuk organik. Tidak seluruhnya petani beralih ke usahatani padi dengan pupuk organik karena alasan kesehatan lingkungan, ada juga alasan petani beralih karena adanya bantuan dari program Go Organic 2010. Selain itu, biaya tenaga kerja yang tinggi pada usahatani padi dengan pupuk organik menjadi pertimbangan petani untuk beralih ke usahatani padi dengan pupuk organik. Akan tetapi, bila semakin banyak petani yang menerapkan usahatani padi dengan pupuk organik maka akan semakin baik keadaan lingkungan, sosial, dan ekonomi. Pada analisis ini akan dibahas faktorfaktor penentu penggunaan pupuk organik pada usahatani padi. Faktor-faktor penentu penggunaan pupuk organik pada usahatani padi dianalisis menggunakan model regresi logistik. Variabel indpeneden yang menjadi faktor-faktor yang diduga berpengaruh adalah umur petani (X1), lama pendidikan petani (X2), luas lahan (X3), jumlah tanggungan petani (X4), pengalaman petani (X5), pendapatan luar usahatani padi (X6). Sementara variabel dependennya adalah keputusan petani menggunakan pupuk organik yang bernilai satu dan keputusan petani tidak menggunakan pupuk organik yang bernilai nol (Lampiran 7). Pengolahan model regresi logistik menggunakan program Minitab 14.0 for Windows (Lampiran 8). Berikut ini adalah hasil estimasi faktor-faktor penentu penggunaan pupuk organik (Tabel 21). 58

Tabel 21. Hasil Estimasi Faktor-faktor Penentu Penggunaan Pupuk Organik Parameter Koefisien P-Value Odds Ratio Konstanta 5,84 0,07 Umur Petani (X1) -0,07 0,18 0,93 Lama Pendidikan Petani (X2) -0,47 0,03* 0,62 Luas Lahan (X3) 6,56 0,01* 703,22 Jumlah Tanggungan Petani (X4) 0,05 0,86 1,05 Pengalaman Petani (X5) Pendapatan Luar Usahatani Padi (X6) Log-Likelihood = -19,90-0,04-0,04 Test that all slopes are zero: G = 15,64, DF = 6, P-Value = 0,016 Goodness-of-Fit Tests Method Chi-Square DF Pearson 35,72 33 0,34 Deviance 39,81 33 0,19 Hosmer-Lemeshow 5,54 8 0,67 Sumber : Data Primer, diolah (2011) *Keterangan : P-Value Kurang dari ( =5%) Model regresi logistik didapat dari model berikut ini : P 0,30 0,63 Z i = 5,84 0,07X1 0,47X2 + 6,56X3 + 0,05X4 0,04X5 0,04X6 0,96 0,96 Pengujian mode l regresi logit dapat dilakukan dengan menggunakan statistik uji-g yang menyebar menurut sebaran Khi-kuadrat (χ 2 ) dengan derajat bebas (k-1). Akan tetapi, bila dengan menggunakan program Minitab 14 for windows dapat langsung dilihat dari nilai P. Berdasarkan Tabel diatas didapatkan nilai Log-Likelihood sebesar -19,90 menghasilkan nilai G sebesar 15,64 dan nilai P sebesar 0,016. Jika nilai P jauh dibawah taraf nyata 5 persen ( = 5%), maka model regresi logistik dapat dijelaskan bahwa petani bersedia untuk menggunakan pupuk organik pada usahatani padi. Pada uji Goodness-of-fit dengan melihat metode Pearson, Deviance, dan Hosmer-Lemeshow, ternyata nilai P dari ketiga 59

metode tersebut lebih besar dari taraf nyata 5 persen. Oleh karena itu, dapat dijelaskan bahwa model regresi logistik tersebut cukup layak untuk digunakan. Pada hasil olahan data model regresi logistik dengan Minitab 14.0 for Windows ditampilkan ukuran hubungan antara nilai aktual peubah dependen dengan dugaan peluangnya atau nilai pada peubah independen (Lampiran 8). Hal itu dapat dilihat pada nilai Concordan, Discordan dan Ties. Nilai Concordan sebesar 82,3 persen dapat disimpulkan bahwa sebesar 82,3 persen pengamatan petani yang bersedia menggunakan pupuk organik mempunyai peluang lebih besar daripada petani yang tidak bersedia menggunakan pupuk organik. Nilai Discordan sebesar 17,3 persen dapat berarti bahwa sebesar 17,3 persen pengamatan petani yang tidak bersedia menggunakan pupuk organik mempunyai peluang lebih besar daripada petani yang tidak bersedia menggunakan pupuk organik. Nilai Ties sebesar 0,5 persen memiliki arti bahwa sebesar 0,5 persen pengamatan dengan peluang petani yang bersedia menggunakan pupuk organik sama besar dengan peluang petani yang tidak bersedia menggunakan pupuk organik. Berdasarkan ukuran ringkas hubungannya (Somers D, Goodman-Kruska Gamma dan Kendall s Tau-a) yang menyatakan ukuran baik atau tidaknya daya prediksi model, cukup dikatakan besar. Semakin besar nilainya mendekati nilai 1, maka semakin baik daya prediksinya. a) Variabel Signifikan Pada penelitian ini, variabel yang berpengaruh signifikan adalah variabel lama pendidikan (X2) dan luas lahan garapan (X3). Variabel lama pendidikan signifikan secara statistik pada taraf nyata 5 persen dengan nilai P sebesar 0,03. Nilai odds ratio sebesar 0,62 yang berarti peluang petani yang menggunakan 60

pupuk organik akan menjadi 0,62 kali lebih besar, jika lama pendidikan petani naik sebesar 1 tahun, ceteris paribus. Variabel lama pendidikan berpengaruh pada taraf nyata 5 persen dengan arah negatif. Hal ini berarti semakin rendah lama pendidikan petani di Desa Purwasari dan Sukajadi maka peluang petani untuk menggunakan pupuk organik semakin besar. Hal ini dikarenakan sebesar 65% petani yang bersedia menggunakan pupuk organik memiliki tingkat pendidikan sampai tamat SD (lampiran 7). Variabel luas lahan garapan juga signifikan secara statistik pada taraf nyata 5 persen dengan nilai P sebesar 0,01. Nilai odds ratio sebesar 703,22 yang berarti peluang petani yang menggunakan pupuk organik akan menjadi 703,22 kali lebih besar, jika luas lahan garapan petani naik sebesar 1 hektar, ceteris paribus. Variabel luas lahan garapan berpengaruh pada taraf nyata 5 persen dengan arah positif. Hal ini berarti semakin luas lahan garapan petani di Desa Purwasari dan Sukajadi maka peluang petani untuk menggunakan pupuk organik semakin besar. Pada kenyataannya petani yang memiliki luas lahan sawah yang besar adalah petani yang bersedia menggunakan pupuk organik, yaitu senilai 90% petani memiliki luas lahan garapan sebesar 2.000 5.000 m 2 dan lebih dari 5.000 m 2. b) Variabel Tidak Signifikan Variabel yang diduga berpengaruh, tetapi setelah diuji secara statistik variabel tersebut tidak berpengaruh signifikan dalam keputusan petani menggunakan pupuk organik. Hal ini dikarenakan nilai P yang lebih besar dibandingkan taraf nyata 5 persen, sehingga variabel tersebut diabaikan secara statistik. Variabel tersebut adalah umur (X1), jumlah tanggungan petani (X4), pengalaman petani (X5), dan pendapatan luar usahatani padi (X6). Variabel umur 61

tidak berpengaruh signifikan karena nilai P sebesar 0,18. Ternyata pada pengamatan di lapangan rata-rata petani yang bersedia dan tidak bersedia menggunakan pupuk organik berusia 50-60 tahun, yaitu berjumlah 19 responden dari 40 responden. Rata-rata usia ini merupakan usia kurang produktif untuk melakukan aktifitas usahatani (lampiran 7). Hal ini memperlihatkan bahwa kurangnya minat pemuda di desa dalam usahatani padi. Tentunya perlu adanya tindakan berupa penyuluhan/pendidikan tentang usahatani padi untuk pemuda desa agar dapat meneruskan keberlanjutan usahatani padi di Desa Purwasari dan Sukajadi. Variabel jumlah tanggungan petani tidak berpengaruh signifikan karena nilai P sebesar 0,86. Berdasarkan keadaan di lapangan bahwa tidak ada pengaruh jumlah tanggungan pada petani yang bersedia maupun tidak bersedia menggunakan pupuk organik. Rata-rata petani berumur 50 tahun keatas, sehingga banyak anaknya yang sudah tidak menjadi tanggungan keluarga lagi, bahkan mereka membantu petani dalam memenuhi keperluan hidup keluarga. Kemudian, variabel yang tidak berpengaruh signifikan adalah variabel pengalaman petani. Berdasarkan keadaan di lapangan bahwa tidak ada pengaruh pengalaman usahatani pada petani yang bersedia maupun tidak bersedia menggunakan pupuk organik. Sebagian besar petani padi dengan dan tanpa pupuk organik melakukan usahatani padi sudah lebih dari 10 tahun dan sudah menjadi keahlian dari turun-temurun. Selanjutnya, variabel yang tidak berpengaruh signifikan adalah pendapatan luar usahatani padi. Petani yang tidak bersedia menggunakan pupuk organik memiliki rata-rata pendapatan luar usahatani padi lebih besar dibandingkan petani yang bersedia menggunakan pupuk organik. 62