I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Peranan sektor perikanan dalam pembangunan ekonomi dapat dilihat dari fungsinya sebagai penyedia bahan baku penunjang agroindustri, peningkatan devisa, penyedia lapangan kerja, peningkatan pendapatan nelayan atau petani ikan dan pembangunan daerah, serta peningkatan kelestarian sumberdaya perikanan dan juga lingkungan hidup. Usaha produk perikanan di Indonesia umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara penangkapan dan dengan cara budidaya kolam. Budidaya perikanan kolam merupakan salah satu kegiatan perikanan darat yang cukup berkembang pesat saat ini. Salah satu ikan budidaya yang cukup digemari adalah ikan gurami (Osphronemus gouramy). Ikan gurami merupakan ikan asli Asia Tenggara yang penyebarannya meliputi beberapa wilayah Indonesia seperti Pulau Jawa, Sumatra dan Kalimantan. Ikan gurami merupakan salah satu komoditas perikanan air tawar yang cukup penting apabila dilihat dari permintaannya yang cukup besar dan merupakan salah satu sumber protein yang cukup tinggi. Ikan gurami dapat tumbuh normal di daerah pada keinggian 50-400 mdpl. Kualitas air pemeliharaannya harus bersih, dasar kolamnya tidak berlumpur dan tidak terlalu keruh. Kedalaman kolam 70-100 cm. Pengairan yang baik akan mempengaruhi pertumbuhan ikan. Masa pemeliharaannya relatif lama sehingga dilakukan dalam beberapa tahap pemeliharaan yaitu tahap pembenihan, tahap pendederan dan tahap pembesaran, dimana pada masing-masing tahapan menghasilkan produk yang dapat dipasarkan secara tersendiri (Sitanggang, 1998). Pembesaran merupakan tahapan akhir dari pemeliharaan yang menghasilkan gurami siap konsumsi. Faktor yang perlu diperhatikan adalah ukuran kolam dengan ukuran bibit yang ditebar, kualitas air kolam/lingkungan, pakan tambahan dan teknis budidayanya menggunakan monokultur atau polikultur. Polikultur adalah cara pemeliharaan ikan gurami secara bersama-sama dengan ikan jenis lain, seperti tawes, mas, nila, atau mujair. Monokultur, pemeliharaan khusus untuk ikan gurami (Respati dan Santoso, 1993). Menurut Saparinto (2011) usaha budidaya ikan gurami merupakan salah satu kegiatan agribisnis yang memiliki nilai keuntungan cukup tinggi usaha budidaya ikan gurami dapat meningkatkan kesejahteraan petani yang membudidayakannya. Hal ini didukung juga dengan meningkatnya kebutuhan konsumsi ikan gurami. Tingkat 1
konsumsi Indonesia untuk ikan gurami diperkirakan akan terus meningkat. Para petani yang membudiyakan ikan gurami dapat memanfaatkan peluang ini untuk meningkatkan penerimaan usaha dan secara tidak langsung dapat mencipatkan lapangan pekerjaan. Berdasarkan data tabel 1.1. jumlah produksi ikan gurami Indonesia dari tahun 2010 hingga tahun 2014 selalu mengalami peningkatan, kecuali pada tahun 2015 karena angka tersebut masih merupakan angka perhitungan sementara hingga triwulan III pada tahun 2015. Menurut Kementrian Kedaulatan dan Perikanan Republik Indonesia (2015). Kenaikan rata-rata produksi budidaya ikan gurami di Indonesia tahun 2010-2014 adalah sebesar 20,50%, Pada tahun 2013-2014 adalah sebesar 25,55%. Angka peningkatan dari tahun 2013-2014 merupakan angka peningkatan terbesar diantara jenis budidaya perikanan lainnya seperti; kakap, nila, patin, lele, rumput laut, bandeng dan lainnya. Tabel 1.1. Produksi Budidaya Ikan Gurami Indonesia Tahun 2010-2015 Tahun Jumlah Produksi (Ton) 2010 56.889 2011 64.252 2012 84.681 2013 94.607 2014 118.776 2015*) 67.906 *) Angka Sementara Triwulan III 2015 Sumber : Ditjen Perikanan Budidaya 2015 Ikan gurami memiliki keunggulan untuk diproduksi dikarenakan harga jual ikan gurami lebih tinggi dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya, sehingga secara ekonomi relatif lebih menguntungkan. Permintaan pasar terhadap ikan gurami cukup tinggi dan masih belum terpenuhi, sehingga peluang pasar masih terbuka lebar. Selain itu, ikan gurami didukung dengan terus meningkatnya kebutuhan masyarakat akan protein hewani serta masih tersedianya sumberdaya alam dan sumberdaya manusia di Indonesia. Tingkat konsumsi masyarakat terhadap konsumsi ikan yang diperkirakan terus meningkat merupakan suatu peluang bagi usaha pembesaran ikan gurami. Para petani dapat memanfaatkan peluang tersebut untuk meningkatkan profit usaha dan secara tidak langsung dapat menciptakan lapangan kerja (Kementrian Kedaulatan dan Perikanan Republik Indonesia, 2014). Wilayah Jawa adalah wilayah yang memiliki jumlah produksi ikan gurami tertinggi di Indonesia. Menurut KKP (2014). Provinsi dengan jumlah produksi ikan 2
gurami tertinggi secara berurutan antara lain; Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Timur, DI Yogyakarta, dan Jawa Tengah. Menurut Dinas Perikanan Jawa Tengah (2009) pengembangan subsektor perikanan budidaya di Kabupaten Banyumas memiliki peluang usaha yang baik dan menunjukkan produktivitas yang cukup tinggi di Jawa Tengah. Kabupaten Banyumas merupakan salah satu wilayah dengan produksi perikanan budidaya tertinggi di Jawa Tengah. Hal tersebut didukung dengan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor 35/KEPMEN-KP/2013 yang dinyatakan sebagai daerah "minapolitan". Minapolitan didefinisikan sebagai konsepsi pembangunan ekonomi kelautan berbasis kawasan bedasarkan prinsip-prinsip terintegrasi, efisiensi, berkualitas dan percepatan. Kabupaten Banyumas memiliki komoditas unggulan perikanan air tawar yaitu ikan gurami. Menurut data dinas perikanan. Kabupaten Banyumas, pada tahun 2010 produksi benih ikan gurami mencapai 287.421.922 ekor dan ikan gurami konsumsi 1.422.534 ekor. Produksi ini adalah produksi tertinggi diantara budidaya komoditas ikan lainnya. Lebih jauh lagi, pembudidayaan ikan gurami ini memiliki sentra diwilayah tertentu di Kabupaten Banyumas seperti salah satunya di Desa Pliken, Kecamatan Kembaran yang dijadikan sentra pembesaran ikan gurami. Menurut Fathurrohman dkk (2010) masih terdapat hambatan dalam perkembangan usaha budidaya ikan gurami yaitu belum terpenuhinya permintaan ikan konsumsi di dalam Kabupaten Banyumas maupun di luar Banyumas serta masalah seperti permodalan dan sarana prasana yang juga menyebabkan terhambatnya perkembangan usaha budidaya ikan gurami ini. Usaha budidaya ikan gurami memiliki dua jenis usaha yaitu pembibitan dan pembesaran. Usaha pembibitan adalah suatu cara pemeliharaan sejak ikan gurami masih menjadi telur hingga menjadi bibit dengan ukuran tertentu atau telah berumur 3-6 bulan. Usaha pembesaran yaitu cara pemeliharaan ikan gurami dari bibit dengan ukuran tertentu hingga menjadi ikan konsumsi selama kurang lebih 5-6 bulan. Menurut data monografi Desa Pliken pada tahun 2014, Desa Pliken memiliki luas lahan untuk kolam seluas 15 ha, dengan jumlah kolam 427 unit. Selain itu, Desa Pliken memiki 106 jumlah usaha budidaya ikan gurami dan menyerap 221 orang tenaga kerja pada usaha pembesaran ikan gurami tersebut. Jumlah penyerapan tenaga kerja dan jumlah usaha pembesaran ikan gurami tersebut memang berada dibawah usaha industri tempe 3
dan pertanian. Tetapi usaha pembesaran ikan gurami di Desa Pliken masih merupakan salah satu jenis usaha yang penting dalam menunjang sektor ekonomi masyarakat di Desa Pliken. Desa Pliken yang terletak di Kecamatan Kembaran adalah salah satu pusat pembesaran ikan gurami di Kabupaten Banyumas. Kelompok petani ikan gurami di Desa Pliken belum pernah menghitung pendapatan yang diperoleh. Petani ikan gurami di Desa Pliken hanya beranggapan bahwa usaha pembesaran yang dijalankan memperoleh pendapatan yang baik tanpa menghitung modal yang digunakan dalam usaha pembesaran ikan gurami tersebut. Selain itu hasil atau nilai tambah dari usaha pembesaran ikan gurami yaitu ikan gurami konsumsi dapat diperoleh dengan waktu yang cukup lama yaitu sekitar 5 hingga 6 bulan. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan kajian tentang analisis pendapatan dan nilai tambah untuk memberikan gambaran keuntungan serta nilai tambah yang dihasilkan dari penggunaan baku dari usaha pembesaraan ikan gurami. 2. Rumusan Masalah Usaha pembesaran ikan gurami di Desa Pliken merupakan salah satu usaha yang banyak dilakukan oleh warga Desa Pliken. Usaha tersebut juga menjadikan Desa Pliken sebagai salah satu sentra pembesaran ikan gurami di wilayah Banyumas. Setiap usaha yang dilakukan, tentu saja diharapkan adanya penambahan pendapatan yang diterima. Usaha pembesaran ikan gurami di Desa Pliken tersebut dimulai sejak tahun 1995. Namun beberapa tahun terakhir semakin banyak petani ikan gurami yang pindah pekerjaan karena menganggap usaha pembesaran ikan gurami tersebut tidak menghasilkan pendapatan yang baik. Sesungguhnya petani ikan gurami belum pernah menghitung pendapatan dan nilai tambah yang diperoleh dalam usaha pembesaran ikan gurami tersebut. Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan beberapa permasalahan, yaitu: 1. Berapa besar nilai tambah dari usaha pembesaran ikan gurami di Desa Pliken? 2. Berapa besar pendapatan usaha pembesaran ikan gurami di Desa Pliken? 3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pendapatan usaha pembesaran ikan gurami di Desa Pliken? 4
3. Tujuan Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui nilai tambah usaha pembesaran ikan gurami di Desa Pliken. 2. Mengetahui pendapatan usaha pembesaran ikan gurami di Desa Pliken. 3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan dari usaha pembesaran ikan gurami di Desa Pliken. 4. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut: 1. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh derajat Sarjana (S1) di Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada dan merupakan sarana untuk mengembangkan ide, gagasan, kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman dibidang sosial ekonomi pertanian, khususnya pendapatan usaha pembesaran ikan gurami. 2. Bagi pelaku usaha pembesaran ikan gurami dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk mengetahui pendapatn dan nilai tambah kegiatan usaha pembesaran ikan gurami yang dijalankan. 3. Bagi pemerintah atau lembaga terkait, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai saran maupun pertimbangan untuk menentukan kebijakan yang tepat untuk kedepannya yang berkaitan dengan pembesaran ikan gurami. 4. Bagi pihak lain, penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan informasi untuk penelitian lebih lanjut. 5