BAB 1 PENDAHULUAN. ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala pemusatan

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. derajat kesehatan dilakukan dengan berbagai upaya salah satunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. bidang, termasuk kesehatan dituntut agar lebih berkualitas. Rumah sakit juga berubah

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan di seluruh sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta,

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat menjadi lebih selektif dalam memilih jasa pelayanan dari suatu rumah

BAB I PENDAHULUAN. nyata penyediaan layanan publik di bidang kesehatan adalah adanya rumah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOETOMO SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan. Salah satu misi tersebut adalah memelihara dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan perangkat keilmuannya masing-masing berinteraksi satu sama lain (Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan rumah sakit baik milik pemerintah maupun swasta serta

BAB 1 : PENDAHULUAN. juga untuk keluarga pasien dan masyarakat umum. (1) Era globalisasi yang menjadi

INDIKATOR KINERJA UTAMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pemerintah sebagai abdi masyarakat merupakan pihak yang bertanggung

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan non profit, yaitu unit usaha yang bertujuan tidak untuk mencari

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan (health service). Sarana Pelayanan Kesehatan merupakan tempat

BAB I PENDAHULUAN. memenuhinya serta meminimalkan kesalahan yang membuat pasien kecewa.

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan

INDIKATOR KINERJA UTAMA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

BAB I PENDAHULUAN. Kep. Menkes RI No. 983/Menkes/SK/XI/1992, rumah sakit merupakan salah. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan dengan fungsi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana salah satu upaya yang dilakukan oleh rumah sakit adalah mendukung rujukan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Tahun Pemerintah berkewajiban mengupayakan tersedianya pelayanan

EVALUASI KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PATUT PATUH PATJU KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 3 ANALISA KECENDERUNGAN INTERNAL

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI. GAMBARAN KUNJUNGAN PASIEN RAWAT JALAN PADA 10 BESAR ANGKA KUNJUNGAN PASIEN DI POLIKLINIK RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dan

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu mewujudkan kesehatan optimal. Sedangkan sasaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 44 tahun 2009 menyatakan bahwa rumah sakit. merupakan pelayanan kesehatan yang paripurna (UU No.44, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan jasa kesehatan. Keberhasilan sebuah rumah sakit dinilai dari mutu

Tahun-1 (2015) Tahun-2 (2016) Tahun-3 (2017) Tahun-4 (2018) Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

BAB 1 PENDAHULUAN. orang, tetapi seluruh masyarakat. Angka kesakitan (morbiditas) pada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pusat latihan tenaga kesehatan, serta untuk penelitian biososial.

BAB 1 PENDAHULUAN. sakit dan unit kesehatan. Rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan

EFISIENSI RUMAH SAKIT DI SUKOHARJO DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan yang lambat proses pelayananya. kepada pelanggan maka semakin besar pula waktu kerja yang harus disediakan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang memuaskan (satisfactory healty care). (Depkes RI, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghasilkan dampak pada kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan

Indonesia Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Kuat Atau Sebaliknya?

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Rumah sakit Umum Daerah Mandailing Natal

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

Sekapur Sirih. Padangsidimpuan, 2 Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Sta s k Kabupaten Tapanuli Selatan. Ir.Hj.Tu Hidaya, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu tujuan dari pembangunan kesehatan di Indonesia adalah upaya

LAPORAN KINERJA TRIWULANAN RSUD LAWANG TAHUN 2015

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. berada dalam kawasan Kabupaten Tapanuli Selatan. Namun saat ini, kabupaten

LAPORAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI PEMBANTU (PPID PEMBANTU) RSUD UNGARAN TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PORSEA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Dep Kes RI (2008), rumah sakit adalah sarana kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN. 4.1 Visi dan Misi Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan a.

BAB I PENDAHULUAN. upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu

BAB I PENDAHULUAN. Berkeadilan. Untuk mencapainya, perlu diusahakan upaya kesehatan yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. padat modal dan padat teknologi, disebut demikian karena rumah sakit memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan (1, 2)

BAB 1 PENDAHULUAN. yang profit maupun yang non profit, mempunyai tujuan yang ingin dicapai melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit Umum Daerah Cicalengka sampai saat ini memiliki fasilitas pelayanan kesehatan sebagai berikut :

BAB 3 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan tantangan yaitu peningkatan persaingan dalam berbagai upaya. Salah

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Salah satu profesi yang mempunyai peran penting di rumah

Perbedaan puskesmas dan klinik PUSKESMAS

BAB 1 PENDAHULUAN. tentang perlunya melakukan Primary Health Care Reforms. Intinya adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Doktrin New Public Management (NPM) atau Reinveting

Perbedaan jenis pelayanan pada:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. of Hospital Care yang dikutip Azwar (1996) mengemukakan beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN. gawat darurat. Sedangkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. pencegahan penyakit serta upaya perbaikan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. sehat. Namun saat ini rumah sakit bukan hanya sebagai fasilitas sarana kesehatan

TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI : BERKUALITAS DI SEMUA LINI PELAYANAN MISI TUJUAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan secara serasi dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. bermutu serta pemerataan pelayanan kesehatan yang mencakup tenaga, sarana dan

BAB I PENDAHULUAN. penting guna menunjang aktifitas sehari-hari. Demi terpenuhinya. kesehatan. Undang Undang Nomor 44 tahun 2009 mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit yang merupakan salah satu dari sarana kesehatan, merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, pelayanan prima merupakan elemen utama di rumah

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit merupakan instansi penyedia layanan kesehatan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penting dari pembangunan nasional. Tujuan utama dari pembangunan di bidang

Transkripsi:

BAB PENDAHULUAN.. Latar Belakang Terbentuk dan tumbuh kembangnya suatu kota dapat dicirikan dengan adanya pertumbuhan penduduk dan perkembangan aktivitas kota. Banyak versi yang berbeda untuk mendefinisikan sebuah kota. Ditinjau dari geografi (Sutaatmaja, 2008), kota dapat diartikan sebagai sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan yang tinggi dan diwarnai dengan strata ekonomi yang heterogen dan coraknya yang materialistis, atau dapat pula diartikan sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah belakangnya. Perkembangan penduduk dan kegiatan perkotaan (ekonomi sosial) akan berdampak pada perkembangan kota dengan peningkatan kebutuhan fasilitas baik fasilitas umum maupun fasilitas sosial. Biasanya kebutuhan penduduk kota meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Salah satunya adalah kebutuhan akan kesehatan yang merupakan faktor penting dalam menjaga kelangsungan hidup manusia. Menurut Bloom (98) dalam Budihardjo (2008), paradigma kesehatan dipengaruhi oleh beberapa aspek, walaupun besarnya kepentingan relatif dari masingmasing aspek tersebut tidak sama. Berturut-turut besarnya pengaruh tersebut yaitu

)lingkungan, yang meliputi lingkungan fisik dan sosiokultural, 2) aspek perilaku, sikap, tingkah laku serta adat istiadat, 3)aspek pelayanan kesehatan yang meliputi pencegahan, pengobatan, perawatan dan rehabilitasi, dan ) aspek keturunan atau herediter. Pada era globalisasi, pelayanan prima merupakan elemen utama di rumah sakit dan unit kesehatan. Rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan yang memenuhi standar pelayanan yang optimal. Hal tersebut sebagai akuntabilitas rumah sakit supaya mampu bersaing dengan rumah sakit lainnya. Rumah sakit adalah bentuk organisasi pelayanan kesehatan yang bersifat komprehensif, mencakup aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, serta sebagai pusat rujukan kesehatan masyarakat. Rumah sakit menjadi ujung tombak pembangunan dan pelayanan kesehatan masyarakat, namun tidak semua rumah sakit yang ada di Indonesia memiliki standar pelayanan dan kualitas pelayanan yang sama. Semakin banyak rumah sakit di Indonesia serta semakin tingginya tuntutan masyarakat akan fasilitas kesehatan yang berkualitas dan terjangkau, rumah sakit harus berupaya survive di tengah persaingan yang semakin ketat sekaligus memenuhi tuntutan-tuntutan tersebut. Hal ini menjadi salah satu dasar rumah sakit untuk memberikan pelayanan prima pada setiap jenis pelayanan yang diberikan baik untuk pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap, maupun pelayanan gawat darurat. Pelayanan yang optimal pada dasarnya ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada pasien. Dalam usaha memberikan pelayanan tersebut, ditinjau dari aspek praktis memiliki beberapa kriteria

yaitu masalah kesederhanaan pelayanan, kejelasan dan kepastian pelayanan, bagaimana keamanan dan kenyamanan yang diberikan oleh rumah sakit dan bagaimana rumah sakit ini memberikan informasi kepada pasien. Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan merupakan rumah sakit Kelas C yang berada di ibukota Kabupaten Tapanuli Selatan yaitu Sipirok yang memberikan pelayanan kesehatan ±287.33 Jiwa (Kantor Catatan Sipil dan Kependudukan Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan, 2008). Selama ini memberikan perawatan rawat inap yaitu rawat inap (unit paru dan syaraf), rawat inap 2 (unit bedah dan anak), rawat inap 3 (unit penyakit dalam) dan rawat inap VIP. Rumah sakit ini mempunyai tugas melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan serta pencegahan dan melaksanakan upaya perujukan (Profil RSUD Kabupaten Tapsel, 20). Berdasarkan hasil penelitian Pudjiantoro (2008), tentang pengembangan pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang mengungkapkan bahwa masyarakat yang paling banyak menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan adalah masyarakat yang berdomisili dekat dengan sarana pelayanan kesehatan. Demikian juga dengan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan, jumlah kunjungan pasien rawat jalan dan rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan yang diamati dari tahun 20 berdasarkan domisili menunjukkan angka yang tidak berimbang antara pasien yang berasal dari Kota Sipirok dan pasien yang berasal dari luar Kota Sipirok seperti Arse, Saipar Dolok Hole, dan lain-lain.

Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan didominasi oleh masyarakat yang tinggal di Kecamatan Sipirok atau yang dekat dengan letak rumah sakit. seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini : Tabel.. Jumlah Kunjungan Pasien Ruang Rawat Inap dan Rawat Jalan Berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Selatan dan Sekitarnya Tahun 20 No 2 3 5 6 7 8 9 0 2 3 Nama Kecamatan Jumlah Kunjungan Tahun 20 Rawat Inap Rawat Jalan 362 2.022 68 680 5 52 6 32 9 29 0 3 6 5 8 85 9 8 5 9 37 52 Sipirok Arse Saipar Dolok Hole Aek Bilah Angkola Timur Angkola Barat Angkola Selatan Batangtoru Batang Angkola Sayur Matinggi Marancar Muara Batangtoru Simangumban Total 603.030 Sumber : Profil RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 20 Salah satu yang menjadi faktor penyebab tersebut adalah jauhnya jarak antara rumah sakit dengan tempat tinggal penduduk, terutama masyarakat yang tinggal di luar Kecamatan Sipirok, untuk kecamatan yang wilayahnya berada dekat dengan kota Padangsidimpuan seperti Kecamatan Angkola Barat, Angkola Selatan, Batangtoru, Batang Angkola, Sayur Matinggi lebih memilih berobat ke RSUD Kota Padangsidimpuan dan sarana pelayanan kesehatan lainnya di Kota Padang sidimpuan, karena untuk sampai ke RSUD Kab. Tapanuli Selatan terlebih dahulu harus melewati

Kota Padangsidimpuan. Bahkan sebagian masyarakat di Kecamatan Sayur Matinggi ada yang berobat ke RSUD Panyabungan dikarenakan Kecamatan Sayur Matinggi dekat dengan Kab. Mandailing Natal. Alat transportasi yang belum memadai seperti transportasi kendaraan yang sangat terbatas hanya kali dalam minggu dan jalan yang harus ditempuh masih berbatu dan bergunung-gunung, dan ketidakmampuan ekonomi masyarakat. Hal ini diketahui dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap pasien dan keluarga yang membawa pasien ke rumah sakit dalam keadaan sudah sangat gawat dan selalu dengan alasan jarak tempuh yang jauh antara letak rumah sakit dengan desa tempat tinggal pasien dan alat transportasi yang sangat terbatas. Seperti yang diungkapkan Kepala Desa Pangaribuan kepada harian Metro Tabagsel yang terbit pada hari Senin tanggal 9 April 202 mengatakan jika ada warga yang sakit, bidan desa dari desa lain akan dipanggil atau warga ditandu ke rumah sakit di Sipirok. Tetapi mengingat jalur jalan yang dilewati berupa hutan terkadang menjadi kendala. Sehingga kerap kali warga yang kondisinya sudah parah hanya dibawa ke puskesmas. Pembangunan kesehatan yang telah diselenggarakan dalam beberapa dekade ini, telah berhasil menyediakan sarana kesehatan di seluruh pelosok tanah air. Setiap kecamatan di Indonesia telah memiliki paling sedikit sebuah puskesmas. Lebih dari 0% desa telah dilayani oleh sarana pelayanan kesehatan pemerintah (Hapsara, 200). Jumlah puskesmas di Indonesia pada tahun 20 sebanyak 8.93 dan 22.650 puskesmas pembantu, dan 7.32 puskesmas keliling. Rasio puskesmas per 00.000 penduduk pada tahun 2009 sebesar 3,50 pada tahun 20 meningkat menjadi 3,78 (Maradona, 20).

Sarana pelayanan kesehatan seperti puskesmas di Kabupaten Tapanuli Selatan sudah ada di setiap kecamatan namun sarana dan prasarana yang ada masih sangat terbatas dan tenaga kesehatan yang terbatas di puskesmas mengakibatkan masyarakat kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada sehingga banyak pasien yang berobat ke rumah sakit sudah dalam keadaan kritis atau gawat karena kurang mendapatkan penanganan di puskesmas. Demikian juga halnya dengan jumlah sumber daya manusia kesehatan yang ada di kecamatan belum memadai. Penyebaran SDM kesehatan juga belum menggembirakan, sekalipun sejak tahun 992 telah diterapkan kebijakan penempatan dokter dan bidan dengan sistem PTT. Kebijakan pegawai tidak tetap (PTT) belum mampu menempatkan tenaga kesehatan (dokter umum, dokter gigi, bidan) secara merata, khususnya di daerah dengan geografi sulit. Seperti yang diungkapkan Kepala desa Pangaribuan kepada Metro Tabagsel bahwa 36 Kepala Keluarga (KK) yang tersebar di 3 dusun sangat mengharapkan kehadiran bidan desa, karena selama ini untuk mendapatkan pelayanan kesehatan masih dilakukan oleh bidan desa terdekat yaitu desa Dolok Sordang Julu. Padahal jaraknya cukup jauh sehingga pasien maupun bidan desa mengalami kesulitan tertentu dalam mendapatkan dan memberikan pelayanan kesehatan. Hapsara (200) juga mengatakan pemerataan sarana pelayanan kesehatan dasar juga diikuti dengan penambahan sarana pelayanan kesehatan rujukan (rumah sakit) dengan penyediaan upaya pelayanan medis spesialistis. Pemerintah telah melengkapi sarana tersebut dengan tenaga dokter spesialis, khususnya spesialis penyakit dalam, penyakit anak, bedah dan kebidanan. Lebih dari 80% RSU kelas C di kabupaten dan kota telah mempunyai dokter spesialis dasar.

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan sebagai satu-satunya rumah sakit yang ada di daerah Kabupaten Tapanuli Selatan selalu berusaha meningkatkan kualitas pelayanannya baik dari segi medis, peralatan dan lain sebagainya. Dari segi tenaga medis RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan memiliki dokter umum sebanyak orang, dokter spesialis sebanyak 9 orang, dari segi tenaga paramedis RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan memiliki 0 orang tenaga para medis dengan latar belakang pendidikan S- Keperawatan, D-III Keperawatan, D-III Kebidanan dan SPK. RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan juga memiliki peralatan CT-Scan dan Haemodialisa yang belum dimiliki oleh rumah sakit di sekitar Kabupaten Tapanuli Selatan. Tabel.2. Jumlah Tenaga Medis dan Para Medis Rumah Sakit Umum Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 20 No Kualifikasi Pendidikan Jumlah. 2. 3.. 5. 6. 7. 8. 9. 0. Dokter Umum Dokter Spesialis Penyakit Dalam Dokter Spesialis Anak Dokter Spesialis (PPDS) Bedah Dokter Spesialis (PPDS) Kebidanan/Peny. Kandungan Dokter Spesialis Anastesi Dokter Spesialis (PPDS) Radiologi Dokter Spesialis Paru Dokter Spesialis Syaraf Dokter Spesialis Patologi Klinik. 2. 3.. Jumlah 3 Sarjana Keperawatan Diploma III Keperawatan 73 SPK 6 Diploma III Kebidanan 30 Jumlah 0 Sumber : Profil RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan, 20

Masalah lain yang sering dihadapi secara umum oleh rumah sakit adalah rumah sakit belum mampu memberikan sesuatu hal yang benar-benar diharapkan pengguna jasa. Faktor utama tersebut karena pelayanan yang diberikan berkualitas rendah sehingga belum dapat menghasilkan pelayanan yang diharapkan pasien. rumah sakit merupakan organisasi yang menjual jasa, maka pelayanan yang berkualitas merupakan suatu tuntutan yang harus dipenuhi. Bila pasien tidak menemukan kepuasan dari pelayanan yang diberikan maka pasien cenderung mengambil keputusan tidak melakukan kunjungan ulang pada rumah sakit tersebut. Hal ini diketahui dari survey pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti terhadap 20 orang pasien yang di rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan yang menyatakan pentingnya pelayanan kesehatan yang berkualitas. Masih kurang baiknya kualitas pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan sering didengar dari keluhan keluarga pasien yang mengatakan kurangnya perhatian dokter terhadap pasien, dokter hanya masuk 2 kali seminggu dan sering tidak berada di tempat, pergantian shift dinas perawat tidak tepat waktu, dan perawat kadang-kadang datang terlambat. Hal tersebut berdampak pada kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan. Pada tahun 20 BOR (Bed Occupancy Rate) RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan mencapai 37,8%. Hal ini dapat dilihat dari hasil kunjungan pasien rawat inap, dimana hasil pencapaian BOR cenderung menurun dan belum mencapai target yaitu 60-85%. LOS (length of Stay) RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan adalah 5 hari, BTO (Bed Turn Over) adalah 0 kali, dan TOI (Turn Over Interval) adalah 8 hari.

Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Hendrajana (2005) tentang pengaruh kualitas pelayanan medis, paramedis, dan penunjang medis terhadap kepuasan pelanggan rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara berbagai variabel kualitas pelayanan terhadap keputusan pelanggan rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Penelitian lainnya tentang mutu pelayanan terhadap kepuasan pernah dilakukan oleh Saprijal (2005) yang mendapatkan hasil bahwa ada pengaruh persepsi mutu pelayanan kesehatan terhadap pemanfaatan pelayanan pasien askes di ruang rawat inap Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan. Sedangkan penelitian lainnya yang dilakukan oleh Yuliardi (2007) bahwa ada pengaruh persepsi pasien tentang mutu pelayanan Rumah Sakit terhadap kunjungan ulang pasien rawat inap Kelas I dan II di RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai. Studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Umum daerah Kabupaten Tapanuli Selatan didapatkan adanya gejala penurunan jumlah kunjungan pasien rawat inap maupun rawat jalan. Jumlah pasien rawat inap pada tahun 200 sebanyak 608 menurun menjadi 603 atau 2,% pada tahun 20 walaupun sudah ada penambahan ruang rawat inap III baru yang digunakan sejak bulan April 20. Pasien rawat jalan pada tahun 200 sebanyak.29 menurun pada tahun 20 menjadi.030 atau turun sebesar 3,2%. Terjadinya penurunan jumlah pasien tersebut disebabkan oleh banyak faktor, namun beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap penurunan jumlah kunjungan tersebut karena letak geografis rumah sakit yang jauh dari tempat tinggal pasien, dan kualitas

pelayanan yang diberikan tenaga kesehatan di rumah sakit pada pasien yang melakukan rawat inap dan rawat jalan sehingga pasien mengambil keputusan kurang memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di rumah sakit tersebut. Adapun jumlah kunjungan pasien rawat inap dan rawat jalan tahun 200 dan 20 dapat dilihat sebagai berikut. Tabel.3. Jumlah Kunjungan Pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan di RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 200-20 No Bulan Tahun 200 20 Rawat Rawat Rawat Rawat Inap Jalan Inap Jalan 2 3 5 6 7 8 9 0 2 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember 0 39 0 53 53 59 6 6 9 52 55 50 372 32 28 293 298 358 35 27 9 302 389 38 57 3 65 66 52 5 3 28 72 368 263 30 32 59 382 362 336 293 30 320 330 Jumlah 68 62 603 030 Rata-rata Per Bulan 52 37 50 336 Jumlah Penurunan dalam Persen (%) 2,% 3,2% Sumber : Profil RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan Mengingat adanya permasalahan berkaitan dengan letak geografis dan kualitas pelayanan tenaga kesehatan maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh letak geografis dan kualitas pelayanan kesehatan terhadap pemanfaatan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan, sehingga ke depannya

masalah administratif dan klinis yang mempengaruhi kualitas pelayanan dan pemanfaatan rumah sakit oleh masyarakat sekitar dapat ditingkatkan..2. Permasalahan Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan yang telah diungkapkan dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu : Apakah letak geografis dan kualitas pelayanan kesehatan berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan?.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh letak geografis dan kualitas pelayanan terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan... Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh letak geografis dan kualitas pelayanan terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan..5. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak:. Bagi kepentingan Ilmu Pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian dan memberikan gambaran mengenai pengaruh letak geografis dan kualitas pelayanan terhadap pemanfaatan

pelayanan kesehatan oleh pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan. 2. Bagi Kepentingan Program : RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan untuk menyusun rencana strategi dan jenis pelayanan yang sesuai dengan apa yang diharapkan pasien. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan perumusan kebijakan dalam rangka pengembangan mutu pelayanan kesehatan pada masa mendatang. 3. Bagi Peneliti Menambah ilmu pengetahuan tentang pengaruh letak geografis dan kualitas pelayanan kesehatan terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan.. Bagi Peneliti lain Dapat dijadikan sebagai bahan rujukan untuk mengembangkan penelitian sejenis yang berkaitan dengan pengaruh letak geografis dan kualitas pelayanan kesehatan terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan.