IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ISPO DI INDONESIA. Forest Watch Indonesia, 2018

dokumen-dokumen yang mirip
Focus Group Discussion Pertama: Penyusunan Kajian Kritis Penguatan Instrumen ISPO

KERTAS POSISI Kelompok Masyarakat Sipil Region Sulawesi Sistem Sertifikasi Bukan Sekedar Label Sawit Berkelanjutan

PENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN

PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT: PERSPEKTIF LINGKUNGAN. Mukti Sardjono, Saf Ahli Menteri Pertanian Bidang Lingkungan,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/Permentan/OT.140/3/2015 TENTANG

sertifikat ISPO tidak diikuti oleh perbaikan tata kelola industri kelapa sawit, yang ditandai dengan masih banyaknya persoalan seperti :

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir, produk kelapa sawit merupakan produk perkebunan yang. hampir mencakup seluruh daerah tropis (RSPO, 2009).

Policy Brief Tata Kelola Kehutanan

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia menjadi potensi besar sebagai paru-paru dunia,

BAB I PENDAHULUAN. pada 2020 dan berdasarkan data forecasting World Bank diperlukan lahan seluas

PAPER KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Pmencerminkan kepatuhan terhadap prinsipprinsip

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan tropis yang luas dan memiliki keanekaragaman hayati yang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

KORUPSI MASIH SUBUR HUTAN SUMATERA SEMAKIN HANCUR OLEH: KOALISI MASYARAKAT SIPIL SUMATERA

24 Oktober 2015, desa Sei Ahass, Kapuas, Kalimantan Tengah: Anak sekolah dalam kabut asap. Rante/Greenpeace

SILANG SENGKARUT PENGELOLAAN HUTAN DAN LAHAN

05/12/2016 KUALA PEMBUANG

CATATAN AWAL TAHUN CERITA HUTAN KEMARIN & HARAPAN HUTAN ESOK

Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun. dan menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat yang memiliki fungsi

1 TAHUN PELAKSANAAN INPRES 10/2011: Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola pada Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut

I. PENDAHULUAN. Pengembangan kelapa sawit telah memberikan dampak yang sangat positif bagi

KETIMPANGAN PENGUASAAN LAHAN OLEH REZIM HGU

Daya Saing dan Prospek Industri Minyak Sawit Indonesia M. FADHIL HASAN GABUNGAN PENGUSAHA KELAPA

Kepala Bidang Perkebunan Berkelanjutan Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur

Transparansi merupakan komponen kunci

BAB 1. PENDAHULUAN. peningkatan pesat setiap tahunnya, pada tahun 1967 produksi Crude Palm Oil

Rasionalitas Moratorium Sawit

KERTAS POSISI Kelompok Masyarakat Sipil Region Tanah Papua dan Maluku Utara Sistem Sertifikasi Bukan Sekedar Label Sawit Berkelanjutan

I. PENDAHULUAN. digunakan baik untuk konsumsi makanan maupun nonmakanan. Total produksi

PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN

Peluang untuk Meningkatkan Produktivitas dan Profiabilitas Petani Kecil Kelapa Sawit di Kalimantan Tengah

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.

BAB V KESIMPULAN & SARAN. pemanasan global ini. Cuaca bumi sekarang ini tidak lagi se-stabil dahulu. Cuaca

Sawit Indonesia Mau Kemana? Kesiapan dan Hambatan Regulasi Industri Sawit Bagi Pelaku Usaha

Monitoring Implementasi Renaksi GN-SDA oleh CSO. Korsup Monev GN-SDA Jabar Jateng DIY Jatim Semarang, 20 Mei 2015

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

MISKINYA RAKYAT KAYANYA HUTAN

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Gambar 1 Produksi dan ekspor CPO tahun 2011 (Malaysian Palm Oil Board (MPOB))

Tata Kelola Hutan Yang Baik Membutuhkan Informasi Kehutanan Yang Baik

Policy Brief Perbaikan Regulasi Lahan Gambut Dalam Mendukung Peran Sektor Industri Kelapa Sawit Indonesia 2017

LINGKUNGAN BISNIS PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN CHARTER OF THE ESTABLISHMENT OF THE COUNCIL OF PALM OIL PRODUCING COUNTRIES (CPOPC)

Pemantauan Pembakaran Hutan dan Lahan di Perkebunan PT Bertuah Aneka Yasa Oktober 2015

Oleh Prof. Dr. Bungaran Saragih, MEc

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perkebunan memegang peranan penting dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan terjadinya krisis ekonomi global yang melanda dunia bisnis di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. sawit di Kebun Botani di Buitenzorg, sekarang dikenal sebagai Kota Bogor, di Pulau Jawa pada

SILANG SENGKARUT PENGELOLAAN HUTAN DAN LAHAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan konsumsi yang cukup pesat. Konsumsi minyak nabati dunia antara

BAB I PENDAHULUAN. pada sektor pertanian. Wilayah Indonesia yang luas tersebar diberbagai. meningkatkan perekonomian adalah kelapa sawit. Gambar 1.

BAB V PENUTUP. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional

Dampak moratorium LoI pada hutan alam dan gambut Sumatra

Laporan Investigatif Eyes on the Forest Desember 2015

INDIKASI KERUGIAN NEGARA AKIBAT DEFORESTASI HUTAN. Tim Penulis: Egi Primayogha Firdaus Ilyas Siti Juliantari Rachman

DEFORESTASI DAN SAWIT. Fakta danmelangkah ke depan

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT PADA IUPHHK-HTI. Oleh : Dr. Bambang Widyantoro ASOSIASI PENGUSAHA HUTAN INDONESIA

Lembar Fakta. Tata kelola buruk: Masyarakat Adat Terdampak Bencana Asap

Pemantauan Pembakaran Hutan dan Lahan di Perkebunan PT Bumi Reksa Nusa Sejati November 2015

SKEMA LISENSI PENILAI NKT: KEMAJUAN SELAMA DUA TAHUN

REGULASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBERIAN HAK ATAS TANAH UNTUK PERKEBUNAN

Ekspansi Industri Pulp: Cara Optimis Penghancuran Hutan Alam

SUMBER DAYA ALAM INDONESIA: DI BAWAH CENGKRAMAN MAFIA

WAHANA LINGKUNGAN HIDUP INDONESIA [WALHI] KALIMANTAN TENGAH

PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN

CPO Indonesia ditolak Uni Eropa, Kenapa?

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sawit nasional karena kelapa sawit merupakan salah satu komoditas unggulan di Indonesia dan

POSISI BUKU MITOS VS FAKTA : BAHAN ADVOKASI INDONESIA MENGHADAPI GERAKAN ANTI SAWIT GLOBAL DAN PROMOSI INDUSTRI MINYAK SAWIT INDONESIA

LAPORAN TRIWULAN BADAN RESTORASI GAMBUT RI KEPADA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA JULI SEPTEMBER 2016

BAB I PENDAHULUAN. sangat diunggulkan, baik di pasar dalam negeri maupun di pasar ekspor. Kelapa

EKSPANSI PERKEBUNAN KAYU YANG MENGHILANGKAN HUTAN ALAM DAN MENIMBULKAN KONFLIK SOSIAL (Studi Kasus Provinsi Sumatera Utara dan Riau) PRESS BRIEFING

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penting dalam perekonomian nasional. Pada tahun 2012, sumbangan sektor

Evaluasi Tata Kelola Sektor Kehutanan melalui GNPSDA (Gerakan Nasional Penyelamatan Sumberdaya Alam) Tama S. Langkun

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tinjauan Pasar Minyak Goreng

LESTARI BRIEF KETERPADUAN DALAM PENANGANAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN USAID LESTARI PENGANTAR. Penulis: Suhardi Suryadi Editor: Erlinda Ekaputri

DEFORESTASI DAN DEGRADASI HUTAN DI INDONESIA FOREST DEFORESTATION AND DEGRADATION IN INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tanaman

RINGKASAN EKSEKUTIF. Studi Bersama Persamaan dan Perbedaan Sistem Sertifikasi ISPO dan RSPO

Peremajaan Kelapa Sawit Rakyat Tantangan dan Hambatan Di Masa Depan. Oleh : Asmar Arsjad APKASINDO

Menggali Kehancuran di Sunda Kecil

Rizka Yuni Kartika, Dhio Teguh Ferdian, Agung Ady Setyawan, Anggi Putra Prayoga, Gamin Lampor, Isnenti Aprian

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat. Dinas Perkebunan KEGIATAN PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Rasionalisasi. Anggaran Prioritas Untuk Perbaikan Tata Kelola Hutan dan Lahan di Provinsi Riau Tahun Anggaran 2016

Tata kelola hutan yang baik tidak dapat

PEMBANGUNAN PERKEBUNAN BERKELANJUTAN DI KALIMANTAN TENGAH

Boks 1. DAMPAK PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT DI JAMBI: PENDEKATAN INPUT-OUTPUT

PIDATO UTAMA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Moratorium Hutan Berbasis Capaian

Urgensi Kebijakan Moratorium Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

Resiko Korupsi dalam REDD+ Oleh: Team Expert

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk

Transkripsi:

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ISPO DI INDONESIA Forest Watch Indonesia, 2018 Twitter: @fwindonesia fanpage: Forest Watch Indonesia Facebook: Pemantau Hutan

Pasar Minyak Nabati Global 70,0 60,0 200,0 50,0 150,0 100,0 50,0 0,0 2013 2014 2015 2016 2017 Coconut oil Cottonseed oil Olive oil 40,0 30,0 Produsen 20,0 Minyak Sawit 10,0 Global, 2017 (Juta MT) 0,0 2013 2014 2015 2016 2017 Indonesia Malaysia Thailand Colombia Nigeria Other Palm oil Palm kernel Peanut oil Rapeseed oil Soybean oil Sunflower oil Indonesia Produksi Minyak Nabati Global, 2017 (Juta MT) Produsen Minyak Nabati Global, 2017 (Juta MT) 27% 5% 5% 6% 10% 21% 12% 14% China Malaysia European Union United States Argentina Brazil Other Sumber: USDA, Indexmundi, MPOC (2013-2017) Diperkirakan kebutuhan minyak kelapa sawit dunia akan mencapai 78 juta ton dalam empat tahun ke depan (Oil World Outlook, 2015).

Kebutuhan pasar global terhadap minyak kelapa sawit mendorong Indonesia mempercepat ekspansi perkebunan kelapa sawit skala besar. Data Direktorat Jenderal Perkebunan menunjukkan bahwa dalam kurun sepuluh tahun, luas perkebunan kelapa sawit meningkat hampir dua kali lipat dari 6,7 juta hektare pada tahun 2007, menjadi 11,6 juta hektare pada tahun 2016. Perluasan perkebunan kelapa sawit tentu membutuhkan lahan, di sinilah hutan menjadi korban.

Luas hutan alam tahun 2009 dan 2013

Deforestasi tahun 2009-2013 Deforestasi di dalam perkebunan kelapa sawit setara dengan 22% total deforestasi di dalam wilayah konsesi. 63% atau 327,5 ribu ha di antaranya berada di dalam konsesi-konsesi perkebunan kelapa sawit di Pulau Kalimantan.

Kajian CIFOR yang dikutip buku Potret Keadaan Hutan Indonesia (PKHI) memperkirakan bahwa setidaknya 4 juta haectare kebun kelapa sawit produktif yang ada saat ini, lahannya berasal dari deforestasi

Pantauan FWI menemukan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, dari 2006-2016, jumlah titik api terbanyak berada di area perkebunan kelapa sawit Menurut pemerintah, 2,6 juta hektare lahan dan hutan telah terbakar antara bulan Juni dan Oktober 2015 (KLHK 2015, dalam Pertemuan Forum Komunikasi Data dan Informasi Bencana di Jakarta, 10 November 2015). membuka lahan dengan cara membakar menjadi pilihan favorit dan murah. Potensi korupsi yang tinggi. Di sepanjang tahun 2015, Konsorsium Pembaruan Agraria mencatat telah terjadi sedikitnya 252 konflik agraria dengan total luasan wilayah konflik 400 ribu hektare dan melibatkan setidaknya 108.714 kepala keluarga (KK). Setengahnya atau 127 konflik di antaranya terjadi di sektor perkebunan dengan total luas area konflik 302 ribu hectare. Firms 2006-2016, confident level >70%

Peraturan Menteri Pertanian No. 19 Tahun 2011 junto No. 11 Tahun 2015 Tentang Sistem Sertifikasi Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia atau Indonesian Suistanable Palm Oil (ISPO). Pemerintah mewajibkan seluruh perusahaan perkebunan kelapa sawit untuk memiliki sertifikat ISPO dengan batas akhir 31 Desember 2014, dan kemudian diperpanjang sampai September 2015. Namun hingga tenggat waktu perpanjangan habis, hanya ada 225 dari 2.302 perusahaan perkebunan kelapa sawit yang sudah bersertifikat ISPO dengan total luas 1,5 juta hektare, dan total jumlah produksi CPO 7,4 juta ton. Area perkebunan kelapa sawit yang belum memperoleh sertifikat ISPO jauh lebih luas, yaitu 10,1juta hektare. Perusahaan yang ingin mendapatkan sertifikat ISPO diwajibkan memiliki sertifikat Hak Guna Usaha (HGU) Perkebunan yang sudah menerapkan sistem ISPO pun, ternyata belum dapat dijamin telah terbebas dari deforestasi dan konflik sosial. Artinya, potensi kehancuran hutan alam dan eskalasi konflik sosial pada sektor pembangunan kelapa sawit di Indonesia masih tidak akan berubah secara signifikan.

Beberapa Temuan Dalam Sistem ISPO Komisi ISPO sebagai pusat kekuasaan Lembaga Sertifikasi tidak memiliki independensi dalam mengeluarkan sertifikasi ISPO Minimnya partisipasi publik dalam ISPO Minimnya akses informasi bagi publik dalam ISPO Belum ada mekanisme konsultasi publik yang jelas Kurangnya keterbukaan dalam proses penilaian

2009-2013: Deforestasi seluas 7,8 ribu ha atau lebih dari 55% dari total luas konsesi Perusahaan 14 ribu ha (FWI, 2014). 2006-2013: deforestasi seluas 8,4 ribu ha (KLK, 2015. Chain Reaction Research Report, hal 1). 2014-2016: deforestasi seluas 92,15 ha. Selain itu, juga ada tumpang tindih seluas 1.005 ha dengan IUPHHK-HT PT Swadaya Perkasa

Firms 2014-2015, confident level >70%

Perubahan tutupan hutan tahun 2005, 2013, 2015, dan 2017 pada rentang tahun 2013-2016 terjadi deforestasi seluas 2.706 hektare di dalam area konsesi PT Teluk Nauli.

2.000.000 Perizinan di Dalam Wilayah Moratorium dan KHG 1.888.619 1.800.000 1.600.000 1.677.922 1.583.032 1.666.019 1.400.000 1.200.000 1.000.000 800.000 600.000 400.000 200.000 0 521.029 419.419 318.035 257.790 187.795 106.877 25.983 0 63 0 0 605 IUPHHK-HA IUPHHK-HT Kebun Sawit Tambang IUP-KK IUP-PKP2B IUP KK PKP2B Peta Penundaan Izin Baru Revisi XI (Ha) Kesatuan Hidrologis Gambut (Ha) 4,4 juta ha izin di dalam wilayah moratorium, dan 4,2 juta ha izin di dalam KHG

KESIMPULAN Perbaikan Tata Kelola Moratorium Review Status fungsi Lahan Belum kuatnya Sistem ISPO Meminimalisir adanya kawasan-kawasan yang bernilai penting di dalam perizinan Meminimalisir Deforestasi, Kebakaran, Konflik Sosial, dan Permasalahan lain Perbaikan Sistem ISPO Menjalankan instrument Pengendali lingkungan Amdal, RKL, RPL Implementasi HCV untuk kawasan-kawasan yang memiliki nilai penting Program HCV harus dijalankan bukan karena tuntutan pasar globar. Sehingga tidak menjadi syarat administratif