KEGIATAN BELAJAR 3 Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan : Menerapkan prinsip dan prosedur pencatatan transaksi keuangan perusahaan dagang Pokok-pokok Materi : 1. Metode Pencatatan Periodik 2. Metode Pencatatan Perpetual 3. Asumsi arus biaya 4. Identifikasi Khusus (Specific Identification) 5. Rata-rata (Average) 6. Masuk Pertama Keluar Pertama (First In First Out/FIFO) 7. Masuk Terakhir Keluar Pertama (Last In First Out/LIFO) Uraian Materi A. Pendahuluan Saat ini di Indonesia sudah tersebar sangat banyak perusahaan dagang seperti dealer, toserba, toko kelontong, pasar, dan lain sebagainya. Berbagai usaha perdagangan sudah menjamur di masyarakat baik yang sudah berkembang menjadi perusahaan besar maupun yang masih menjadi perusahaan kecil dengan bermacam-macam produk yang dijual. Demi kelancaran dan kemajuan bagi perusahaan dagang, diperlukan pencatatan berbagai transaksi yang terjadi di perusahaan untuk menyusun laporan keuangan sehingga dapat diketahui perkembangan dari perusahaan tersebut. Dalam praktiknya ada dua metode pencatatan akuntansi terhadap persediaan (persediaan barang dagangan) yang mempengaruhi prosedur akuntansinya, yaitu metode periodik/fisik dan metode perpetual. Pada metode periodik kartu persediaan tidak diselenggarakan sehingga pada akhir perioda harus dilakukan perhitungan fisik yang bertujuan untuk menentukan persediaan akhir, sedangkan pada metode perpetual, setiap jenis persediaan dibuatkan satu kartu yang memonitor perubahan fisik persediaan dan biaya perolehannya. (Sodikin & Riyono, 2016).
B. Metode Periodik Metode periodik, jumlah persediaan ditentukan secara berkala (periodik) dengan melakukan penghitungan fisik dan mengalikan jumlah unit tersebut dengan harga satuan untuk memperoleh nilai persediaan yang ada pada saat itu. Dalam metode ini, setiap kali ada pembelian persediaan akan dicatat pada akun Pembelian. Sedangkan pada saat penjualan hanya dibukukan Penjualan sejumlah harga penjualan, dan tidak dihitung harga pokok penjualan untuk setiap transaksi. Pada akhir periode usaha untuk menyusun laporan keuangan, harus dilakukan perhitungan fisik persediaan untuk mengetahui nilai Persediaan Akhir dan Harga Pokok Penjualan. Ilustrasi Metode Periodik : Toko Cat Panca Warna selama Januari 2017 menunjukkan saldo persediaan dan transaksi perdagangan cat Vinex sebagai berikut: Persediaan Awal 1 Januari Berdasarkan perhitungan fisik akhir tahun lalu pada tanggal 31 Desember 2016 adalah 100 kaleng @ Rp30.000,00 = Rp3.000.000,00 Pembelian kredit selama Januari 1.000 kaleng harga jual @ Rp30.000=Rp30.000.000 Keterangan D/K Debit (Rp) Kredit (Rp) Pembelian D 30.000.000 Utang Usaha K 30.000.000 Penjualan tunai selama Januari 800 kaleng harga jual @ Rp35.000 = Rp28.000.000 Keterangan D/K Debit (Rp) Kredit (Rp) Kas D 28.000.000 Penjualan K 28.000.000 Pada akhir Januari 2017 untuk menyusun laporan keuangan, harus dilakukan perhitungan fisik persediaan. Dari perhitungan fisik diketahui persediaan akhir adalah sebanyak 300 kaleng. Nilai persediaan akhir dengan demikian adalah Rp 9.000.000,00 (300 x Rp30.000,00). Berdasarkan data tersebut di atas maka dapat dilakukan perhitungan Persediaan akhir dan Harga Pokok Penjualan selama Januari 2017 sebagai berikut:
Persediaan Awal 1 Januari 2017 Rp 3.000.000,00 Ditambah: Pembelian 30.000.000,00 Persediaan yang tersedia untuk dijual selama periode Rp33.000.000,00 Dikurangi: Persediaan Akhir ( 9.000.000,00) Harga Pokok Penjualan Rp 24.000.000,00 ============= Berdasarkan perhitungan tersebut dilakukan ayat jurnal penyesuaian sebagai berikut: Keterangan D/K Debit (Rp) Kredit (Rp) Persediaan Akhir D 9.000.000 Harga Pokok Penjualan D 24.000.000 Persediaan Awal K 3.000.000 Pembelian K 30.000.000 Kelebihan penggunaan metode periodik adalah mudah untuk diterapkan. Sedangkan kelemahannya adalah perusahaan tidak mengetahui dengan pasti kuantitas dan total biaya perolehan persediaan sampai dilakukannya penghitungan fisik. Berikut penjelasan akuntansi pembelian dan penjualan barang dagangan dengan menggunakan sistem periodik. 1. Persediaan dan Pengadaan Berikut merupakan akun-akun yang digunakan untuk mencatat kegiatan pengadaan barang dagangan : a. Persediaan Akun ini digunakan untuk mencatat nilai persediaan yang masih tersisa pada awal dan akhir perioda. Di dalam akun ini, pembelian dan penjualan yang mengakibatkan bertambah dan berkurangnya persediaan tidak dicatat, namun penambahan dan pengurangan yang timbul dari setoran tambahan dan pengambilan pribadi pemilik dicatat. b. Pembelian Akun ini digunakan untuk mencatat jumlah harga beli barang dagangan yang dibeli selama satu perioda. Harga beli adalah harga beli bersih diluar trade discount.
c. Biaya Angkut Pembelian/Pengangkutan Pembelian Akun ini digunakan untuk mencatat jumlah biaya angkut barang barang yang dibeli jika ditanggung oleh perusahaan. Di dalam laporan laba rugi, akun ini dilaporkan sebagai penambah akun pembelian (adjunct account akun bersifat menambah akun lain). d. Potongan Pembelian Akun ini digunakan untuk mencatat potongan harga yang diterima dari penjual karena perusahaan membayar harga barang dalam masa potongan (potongan tunai). Potongan pembelian dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Trade discount adalah potongan harga yang diberikan oleh penjual dari harga resmi yang tertera pada daftar harga atau katalog. Alasan pemberian potongan ini karena pembelian dalam partai besar, dan bisa juga karena harga beli dari pemasok sering berfluktuasi sehingga harga jual harus sering disesuaikan. 2. Cash discount adalah potongan yang diberikan oleh penjual kepada pembeli karena pembeli membayar dalam masa potongan tunai sebagaimana tertera dalam syarat pembayaran. e. Retur Pembelian Akun ini digunakan untuk mencatat jumlah harga barang yang dikembalikan kepada pemasok karena alasan tertentu. 2. Kegiatan Penjualan Akun akun yang digunakan untuk mencatat penjualan bagi perusahaan yang menggunakan metode pencatatan persediaan barang dagangan periodik : a. Penjualan Akun ini digunakan untuk mencatat pendapatan dari penjualan barang dagangan. Jumlah yang dicatat dalam akun ini adalah sebesar harga jual yang dibebankan kepada pelanggan di luar trade discount, bukan sebesar biaya perolehan dari barang yang dijual tersebut. b. Potongan Penjualan Akun ini digunakan untuk mencatat jumlah potongan tunai atau cash discount yang diberikan kepada pelanggan karena dia membayar dalam masa potongan sebagaimanan tertera dalam syarat pembayaran.
c. Retur Penjualan Akun ini digunakan untuk mencatat jumlah harga barang yang diterima kembali dari pelanggan karena alasan tertentu, seperti misalnya barang tidak cocok dengan pesanan. d. Biaya/Beban Angkut Penjualan Akun ini digunakan untuk mencatat jumlah beban pengangkutan barang-barang yang dijual yang ditanggung perusahaan. Akun ini dilaporkan di laporan Laba Rugi bukan sebagai pengurang akun penjualan, melainkan sebagai satu pos dalam kelompok beban pemasaran/penjualan. e. Harga Pokok Penjualan Akun ini digunakan untuk mencatat biaya perolehan yang melekat pada persediaan yang sudah dijual selama satu perioda akuntansi. Akun ini diselenggarakan pada akhir perioda melalui jurnal penyesuaian, setelah diketahui beban pokok penjualan pada akhir perioda. HPP = persediaan awal + pembelian bersih persediaan akhir C. Metode Perpetual Dalam metode perpetual, catatan persediaan selalu dimutakhirkan (updated) setiap kali terjadi transaksi yang melibatkan persediaan, sehingga perusahaan selalu mengetahui kuantitas dan nilai persediaanya setiap saat. Setiap kali dilakukan pembelian barang maka perusahaan akan mendebit akun Persediaan (bukan akun Pembelian). Setiap kali terjadi penjualan, selain membukukan Penjualan sejumlah harga jual, sekaligus juga dihitung dan dibukukan Harga Pokok Penjualan dengan mengurangi langsung akun Persediaan sejumlah harga pokok, dengan mendebet akun Harga Pokok Penjualan dan mengkredit akun Persediaan. Untuk dapat melaksanakan metode perpetual, akun kontrol (controlling account) Persediaan harus ditunjang dengan Buku Tambahan Persediaan (Inventory Subsidiary Ledger) untuk mencatat setiap arus masuk keluar masing-masing jenis barang baik unit maupun harga satuan. Tetapi untuk meningkatkan pengendalian intern, perhitungan fisik sebaiknya tetap dilakukan, walaupun perusahaan menggunakan metode perpetual. Mengapa? Karena metode apa pun yang digunakan oleh perusahaan, selalu ada risiko barang yang hilang atau kesalahan dalam pencatatan yang menyebabkan terdapat perbedaan antara catatan persediaan dan nilai aktual persediaan. Sebaliknya jika digunakan metode perhitungan
fisik, tetap harus dibuat kartu gudang dan Buku Tambahan Persediaan untuk mencatat arus barang dan harga pokok setiap pembelian, selain untuk tujuan pengendalian, juga akan memudahkan menghitung nilai persediaan akhir dan harga pokok penjualan pada akhir periode. Jika toko Cat Panca Warna menggunakan metode perpetual, maka pencatatan persediaan barang dagangan persediaan barang dagangan selama Januari 2017 adalah sebagai berikut: llustrasi Metode Perpetual Persediaan cat per 31 Desember 2016 adalah 100 kaleng @ Rp30.000=Rp3.000.000,00, sehingga persediaan barang dagangan (cat) menunjukkan saldo awal 1 Januari 2017 sebesar Rp 3.000.000,00. Pembelian kredit selama Januari 1.000 kaleng. Harga beli @ Rp30.000 = Rp30.000.000 Ayat jurnal untuk pembelian kredit selama Januari: Keterangan D/K Debit (Rp) Kredit (Rp) Persediaan Barang Dagangan D 30.000.000 Utang Usaha K 30.000.000 Penjualan tunai selama Januari 800 kaleng harga jual @ Rp35.000 = Rp28.000.000 Ayat jurnal untuk penjualan tunai selama Januari: Keterangan D/K Debit (Rp) Kredit (Rp) Kas D 28.000.000 Penjualan K 28.000.000 Selain jurnal di atas, juga harus segera dihitung dan dicatat dalam buku jurnal besarnya harga pokok barang yang dijual (Harga Pokok Penjualan/HPP): Keterangan D/K Debit (Rp) Kredit (Rp) Harga Pokok Penjualan D 24.000.000 Persediaan K 24.000.000
D. Asumsi Arus Biaya Umumnya, dalam suatu periode tertentu, perusahaan membeli persediaan barang dagangan sebanyak beberapa kali dengan harga beli atau harga perolehan yang berbedabeda. Pertanyaan yang timbul adalah harga beli/harga perolehan mana yang digunakan perusahaan untuk menilai persediaan dan untuk mencatat harga pokok penjualan? Penilaian atas persediaan barang dagangan dan harga pokok penjualan berdasarkan harga perolehan (acquisition cost) dapat dilakukan dengan 3 (tiga) macam metode: Identifikasi Khusus (Specific Identification) Rata-rata (Average) Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP/FIFO) Metode Identifikasi Khusus, hanya cocok dan diperlukan untuk perdagangan barang yang bersifat heterogen/bervariasi, tapi unik dan spesifik, misalnya gaun malam atau stelan jas rancangan khusus. Permasalahannya adalah cara tersebut menimbulkan biaya yang cukup mahal dan sulit untuk dilakukan apa jumlah persediaan sangat banyak dan terdapat perputaran persediaan yang tinggi. Pada hal metode identifikasi khusus memang tidak perlu digunakan untuk penghitungan persediaan barang dagangan yang homogen, misalnya kemeja atau stelan jas yang diproduksi secara massal. Untuk itu perusahaan lazimnya menggunakan asumsi arus biaya untuk menentukan nilai persediaan dan harga pokok penjualan. Perusahaan dapat memilih metode manapun untuk menentukan nilai persediaan, tapi perusahaan harus menerapkan secara konsisten (memenuhi prinsip konsistensi). Satu hal penting yang juga harus diingat adalah asumsi arus harga pokok persediaan tidak harus sama dengan arus fisik barang. Jadi terlepas dari metode arus harga pokok mana yang akan digunakan, menurut logika yang benar, untuk barang yang mudah rusak atau berlaku tanggal kedaluwarsa (expired date), arus fisik umumnya berlaku masuk pertama keluar pertama, tapi untuk besi beton atau barang lain yang berat dan tak mudah rusak, arus fisik barang yang dikeluarkan pertama adalah yang paling mudah diangkut pada saat itu, lazimnya terdepan atau tertumpuk paling atas.
1. Metode Identifikasi Khusus Metode identifikasi khusus lazimnya diaplikasikan untuk persediaan barang dagangan yang memiliki ciri khusus atau unik dan lazimnya bernilai tinggi, misalnya barang antik, barang-barang kerajinan yang merupakan hand made, perhiasan, baju atau gaun dengan rancangan khusus, dan lain lain barang dagangan yang unik dan variatif yang dimiliki perusahaan dagang. Dalam akuntansi biaya kita kenal metode biaya pesanan (job order costing) untuk menghitung biaya pokok produk khusus sejenis ini. Ilustrasi Metode Identifikasi Khusus Berikut adalah arus persediaan barang dagang Toko Mustika selama bulan Januari 2017: Tanggal Transaksi Jenis/Kode Barang Unit Harga Satuan (Rp) Harga Perolehan (Rp) 5 Jan Pembelian Cincin mirah C1 1 5.000.000 5.000.000 8 Jan Pembelian Gelang intan G1 1 25.000.000 30.000.000 10 Jan Pembelian Cincin saphir C2 1 7.000.000 37.000.000 11 Jan Pembelian Cincin mirah C2 1 6.000.000 43.000.000 15 Jan Penjualan Cincin mirah C1 1 (5.000.000) 38.000.000 18 Jan Pembelian Cincin mutiara C3 2 1.000.000 40.000.000 23 Jan Penjualan Cincin mutiara C3 1 (1.000.000) 39.000.000 26 Jan Penjualan Cincin saphir C2 1 (7.000.000) 32.000.000 31 Jan Pembelian Gelang Mutiara G2 1 2.000.000 34.000.000 2. Metode Rata-Rata Dalam metode rata rata atau metode rata rata tertimbang (weighted average), harga perolehan barang tersedia untuk dijual (persediaan awal dan pembelian) dibagi dengan unit tersedia untuk dijual, untuk mendapatkan harga perolehan rata-rata per unit. Apabila perusahaan menggunakan metode pencatatan periodik, maka biaya ratarata per unit hanya akan dihitung di akhir periode saja, sedangkan dalam metode pencatatan perpetual, setiap kali dilakukan pembelian, maka akan dihitung biaya rata-
rata per unit yang baru. Untuk metode pencatatan perpetual, asumsi arus biaya ratarata dikenal dengan nama metode biaya rata-rata bergerak (moving average method). Oleh karena metode pencatatan periodik menghitung harga perolehan rata-rata hanya 1 kali saja di akhir periode, sedangkan metode pencatatan perpetual menghitung harga perolehan rata-rata setiap kali terjadi pembelian, maka nilai persediaan akhir dan harga pokok penjualan akan berbeda antara metode pencatatan periodik dan metode pencatatan perpetual. Ilustrasi Metode Rata-Rata Periodik versus Perpetual Toko Bangunan Basuki Jaya berdagang bahan dan peralatan bangunan. Selama Januari 2017 mulai berdagang produk baru yaitu semen dengan brand Empat Roda sebagai berikut: Pembelian Jumlah Unit Harga Satuan Total Harga Perolehan 2 Januari 3.000 Rp 20.000 Rp 60.000.000 15 Januari 5.000 Rp 21.000 Rp 105.000.000 31 Januari 3.000 Rp 22.000 Rp 66.000.000 Penjualan 20 Januari 3.000 a. Metode Rata-Rata-Periodik Tanggal Faktur Jumlah Unit Harga Satuan Total Harga Perolehan 2 Januari 3.000 Rp 20.000 Rp 60.000.000 15 Januari 5.000 Rp 21.000 Rp 105.000.000 31 Januari 3.000 Rp 22.000 Rp 66.000.000 Total barang tersedia 11.000 Rp 231.000.000 Biaya per unit rata-rata = Rp 231.000.000 11.000 Rp 21.000 Persediaan akhir, dalam unit 8000 unit Nilai pesediaan akhir = Rp 21.000 x 8000 unit = Rp 168.000.000
Barang tersedia untuk dijual Rp 231.000.000 Dikurangi: Persediaan akhir (Rp 168.000.000) Harga Pokok Penjualan Rp 63.000.000 b. Metode Rata-rata-Perpetual Tanggal Persediaan Masuk/Dibeli Persediaan keluar/dijual Saldo Harga Kuantitas Total Harga Kuantitas Total Harga Kuantitas Total Jan, 2 3.000 20.000 60.000.000 3.000 20.000 60.000.000 15 5.000 21.000 105.000.000 8.000 20.625 165.000.000 20 3.000 20.625 61.875.000 5.000 20.625 103.125.000 31 3.000 22.000 66.000.000 8.000 21.140,63 169.125.000 3. Masuk Pertama Keluar Pertama (First In First Out/FIFO) Metode ini mengasumsikan bahwa barang yang pertama dibeli merupakan barang yang pertama terjual. Keunggulan metode ini terletak pada nilai persediaan yang dilaporkan di laporan posisi keuangan (neraca). Karena barang yang dibeli pertama diasumsikan dijual pertama, maka nilai barang yang dilaporkan sebagai persediaan di neraca mencerminkan harga perolehan yang terbaru, sehingga dalam keadaan perputaran persediaan normal, nilai persediaan di neraca lazimnya lebih mendekati nilai sekarang dari persediaan. Tetapi, kelemahan metode ini adalah pada nilai harga pokok penjualan yang dilaporkan di laporan laba rugi. Harga pokok penjualan merupakan biaya perolehan masa lalu yang ditandingkan dengan pendapatan sekarang. Sehingga jika tingkat inflasi cukup tinggi dapat timbul laba semu, terutama untuk barang yang perputarannya agak lambat. Metode ini akan menghasilkan nilai persediaan akhir dan harga pokok penjualan yang sama, baik menggunakan metode pencatatan periodik maupun metode pencatatan perpetual.
Ilustrasi Metode FIFO Periodik versus Perpetual a. Metode FIFO-Periodik Tanggal Faktur Jumlah Unit Harga Satuan Total Harga Perolehan 2 Januari 3.000 Rp 20.000 Rp 60.000.000 15 Januari 5.000 Rp 21.000 Rp 105.000.000 31 Januari 3.000 Rp 22.000 Rp 66.000.000 Total barang tersedia 11.000 Rp 231.000.000 Persediaan akhir, dalam unit 8.000 unit Nilai persediaan akhir = Rp 21.000 x 5.000 unit Rp 22.000 x 3.000 unit Rp 171.000.000 Barang tersedia untuk dijual Rp 231.000.000 Dikurangi persediaan akhir (Rp 171.000.000) Harga Pokok Penjualan Rp 60.000.000 b. Metode FIFO-Perpetual Tanggal Persediaan Masuk/Dibeli Persediaan keluar/dijual Saldo Harga Kuantitas Total Harga Kuantitas Total Harga Kuantitas Total Jan, 2 3.000 20.000 60.000.000 3.000 20.000 60.000.000 15 5.000 21.000 105.000.000 3.000 5.000 20.000 21.000 60.000.000 105.000.000 20 3.000 20.000 60.000.000 5.000 21.000 105.000.000 31 3.000 22.000 66.000.000 5.000 3.000 21.000 22.000 105.000.000 66.000.000
4. Masuk Terakhir Keluar Pertama (Last In First Out/LIFO) Dalam metode ini, diasumsikan barang yang dibeli terakhir adalah barang yang dijual pertama, sehingga persediaan yang tersisa di persediaan akhir adalah barang yang paling awal diperoleh. Hal ini umumnya tidak mencerminkan penyajian yang andal dari arus aktual persediaan. IAS 2 dan PSAK 14 melarang penggunaan metode LIFO. Penggunaan LIFO dalam pelaporan keuangan seringkali disebabkan karena faktor pajak. Dalam keadaan tren harga barang menunjukkan kenaikan, khususnya dalam inflasi, metode LIFO umumnya menghasilkan harga pokok penjualan yang lebih tinggi dan laba netto yang lebih rendah dibandingkan metode lainnya, sehingga beban pajak perusahaan juga lebih rendah. International Accounting Standard Board (IASB) sebagai Dewan Penyusun Standard Akuntansi Internasional memutuskan untuk menghilangkan metode LIFO karena metode tersebut secara umum tidak mencerminkan penyajian yang andal dari arus aktual persediaan. Di beberapa negara, penggunaan metode LIFO diperbolehkan untuk tujuan pajak hanya jika metode tersebut juga digunakan untuk tujuan akuntansi, tetapi IASB berpendapat pertimbangan pajak tidak menjadi dasar konseptual yang memadai untuk memilih perlakukan akuntansi yang sesuai, sehingga tidak dapat diterima untuk memperbolehkan perlakuan akuntansi yang inferior semata-mata karena peraturan perpajakan di negara-negara tertentu. Rangkuman Berbagai usaha perdagangan sudah menjamur di masyarakat baik yang sudah berkembang menjadi perusahaan besar maupun yang masih menjadi perusahaan kecil dengan bermacam-macam produk yang dijual. Demi kelancaran dan kemajuan bagi perusahaan dagang, diperlukan pencatatan berbagai transaksi yang terjadi di perusahaan untuk menyusun laporan keuangan sehingga dapat diketahui perkembangan dari perusahaan tersebut. Ada dua metode untuk mencatat persediaan barang dagangan yaitu metode Periodik/Fisik dan metode Perpetual. Metode periodik/fisik, jumlah persediaan ditentukan secara berkala (periodik) dengan melakukan penghitungan fisik dan mengalikan jumlah unit tersebut dengan harga satuan untuk memperoleh nilai persediaan yang ada pada saat itu. Dalam metode ini, setiap kali ada pembelian persediaan akan dicatat pada akun Pembelian. Sedangkan pada saat penjualan hanya dibukukan Penjualan sejumlah harga penjualan, dan tidak dihitung harga pokok penjualan untuk setiap transaksi. Pada akhir periode usaha untuk
menyusun laporan keuangan, harus dilakukan perhitungan fisik persediaan untuk mengetahui nilai Persediaan Akhir dan Harga Pokok Penjualan. Metode perpetual, catatan persediaan selalu dimutakhirkan (updated) setiap kali terjadi transaksi yang melibatkan persediaan, sehingga perusahaan selalu mengetahui kuantitas dan nilai persediaanya setiap saat. Setiap kali dilakukan pembelian barang maka perusahaan akan mendebit akun Persediaan (bukan akun Pembelian). Setiap kali terjadi penjualan, selain membukukan Penjualan sejumlah harga jual, sekaligus juga dihitung dan dibukukan Harga Pokok Penjualan dengan mengurangi langsung akun Persediaan sejumlah harga pokok, dengan mendebet akun Harga Pokok Penjualan dan mengkredit akun Persediaan. Penilaian persediaan dan harga pokok penjualan berdasarkan biaya perolehan (acquisition cost) dapat dilakukan dengan 3 (tiga) macam metode: Identifikasi Khusus (Specific Identification), Rata-rata (Average), Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP/FIFO). Metode LIFO menurut IAS 2 dan PSAK 14 dilarang untuk digunakan. Metode LIFO umumnya tidak mencerminkan penyajian yang andal dari arus aktual persediaan. Penggunaan LIFO dalam pelaporan keuangan seringkali disebabkan karena faktor pajak. Dalam keadaan tren harga barang menunjukkan kenaikan, khususnya dalam inflasi, metode LIFO umumnya menghasilkan harga pokok penjualan yang lebih tinggi dan laba netto yang lebih rendah dibandingkan metode lainnya, sehingga beban pajak perusahaan juga lebih rendah, oleh karena itu IASB memutuskan untuk menghilangkan metode LIFO karena metode tersebut secara umum tidak mencerminkan penyajian yang andal dari arus aktual persediaan. DAFTAR PUSTAKA Accounting Principles Board. (1970). Basic Concepts and Accounting Principles Underlying Financial Statements of Business Enterprises. Accounting Principles Board Statement No. 4. New York: AICPA. Warren, Fess, and Reeve. (2016). Accounting Principles. 21 th ed. Ohio: South-Western Publishing, Co. Yusuf, Al. Haryono. (2011). Dasar-Dasar Akuntansi Jilid 1. Edisi7. Yogyakarta: STIE YKPN.