1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoan ayam terhadap pertumbuhan Tanaman Sawi masing-masing menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, presentase tajuk rusak dan bobot basah. 1. Tinggi Tanaman Hasil pengamatan tinggi tanaman dan analisis sidik ragam (Lampiran 1) menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik kontoran ayam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 7 HST, umur 14 HST, 21 HST dan 28 HST. Rataans pertumbuhan tinggi tanaman sawi dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rataan tinggi tanaman sawi melalui pemberian pupuk organik kotoran ayam Tinggi Tanaman (Cm) 7 HST 14 HST 21 HST 28 HST 6.63 a 11.2 17.67 a 29.4 a 5 ton/ha 7.57 a 26.63 22.77 b 39.9 ab 1 ton/ha 11.3 b 16.3 23.57 b 43.67 b 15 ton/ha 7.67 a 15.83 23.83 b 39.97 ab 2 ton/ha 14.9 b 19.4 26.2 b 47.7 b BNT5 % 5.58 3.78 3.53 1.2 Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama dan kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNJ taraf α = 5%. Berdasarkan Tabel 1 di atas, maka dijelaskan bahwa pertumbuhan tinggi tanaman dipengaruhi oleh perlakuan pupuk organik kotoran ayam terutama pada dosis pupuk 2ton/ha. pada semua umur pengamatan. Hal ini dijelaskan pada Gambar 1.
2 6 5 Tinggi Tanaman (cm) 4 3 2 1 ton/ha 5 ton/ha 1 ton/ha 15 ton/ha 2 ton/ha 7 14 21 28 Pengamatan (HST) Gambar 1 : Grafik Rataan Tinggi Tanaman Caisim Selama Pengamatan 2. Jumlah daun Hasil pengamatan jumlah daun dan analisis sidik ragam ( Lampiran 2) menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik kontoran ayam berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada umur umur 14 HST dan 28 HST, namun pada umur 7 HST dan 21 HST tidak berpengaruh nyata Rataan pertumbuhan jumlah daun tanaman sawi dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rataan jumlah daun tanaman sawi melalui pemberian pupuk organik kotoran ayam Jumlah daun (Cm) 7 HST 14 HST 21 HST 28 HST 2.67 2.97 a 5.17 8.37 a 5 ton/ha 3.8 3.93 ab 5.2 11. b 1 ton/ha 4.37 4.8 bc 6.87 11.33 b 15 ton/ha 4.23 3.6 ab 6.6 11.1 b 2 ton/ha 4.33 6.23 c 7.9 12.8 b
3 BNT5 % 1.44 2.35 KK (%) 28.41 17.7 25.2 11.43 Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata terhadap jumlah daun tanaman sawi 14 12 Jumlah daun (helai) 1 8 6 4 2 7 14 21 28 Pengamatan (HST) Gambar 2 : Grafik Rataan Jumlah Daun Caisim Selama Pengamatan Hasil uji BNT 5% pada Tabel 1 menunjukkan bahwa pengaruh pupuk organik kotoran ayam terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi (Brassica juncea L.), rataan pertumbuhan jumlah daun tanaman sawi tertinggi pada umur 7 HST diperoleh pada perlakuan pupuk organik kotoran ayam 1 ton/ha yaitu 4.37 cm dan terendah terdapat pada perlakuan tanpa pupuk yaitu 2.67 cm. pupuk organik kontoran ayam 5 ton/ha, 1 ton/ha, 15 ton/ha, dan 2 ton/ha. Pada umur 14 HST rataan tertinggi tanaman sawi terdapat pada perlakuan 2 ton/ha yaitu 6.23 cm dan terendah terdapat pada tanpa perlakuan pupuk yaitu 2.97 cm. Tabel 1 pada umur 21 HST menunjukkan rataan tertinggi tanaman sawi terdapat pada perlakuan pupuk organik 2 ton/ha yaitu 7.9 cm dan terendah terdapat pada tanpa perlakuan pupuk organik yaitu 5.17 cm. Umur 28 HST menunjukkan rataan tertinggi tanaman sawi terdapat pada perlakuan pupuk organik 2 ton/ha yaitu 12.8 cm dan terendah terdapat pada tanpa perlakuan pupuk organik yaitu 8.37cm.
4 3. Persentase Tajuk Rusak Berdasarkan Tabel 3 dibawah ini hasil pengamatan presentase tajuk rusak (%).diperoleh bahwaa perlakuan tanpa pupuk organik kotoran ayam dengan perlakuan pupuk organik kotoran ayam pada tanaman sawi memberikan pengaruh tidak berbeda nyata. Tabel 3 : presentase tajuk rusak (%) berdasarkan perlakuan pupuk organik kotoran ayam. Presentase Tajuk Rusak (%) 63.68 5 ton/ha 6.26 1 ton/ha 48.68 15 ton/ha 37.38 2 ton/ha 54.27 Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama dan kolom yang samaa menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNJ taraf α = 5%. Berdasarkan Tabel 3 diatas, maka dijelaskan bahwa presntse tajuk rusak dipengaruhi oleh perlakuan pupuk organik kotoran ayam terutama pada dosis pupuk 2 ton/ha. Hal ini dijelaskan pada Gambar 3. 8 Presentase Tajuk Rusak (%) 6 4 2 5 1 15 2 Presentase tajuk rusak (%) ton/ha Gambar 3. Presentase tajuk rusak (%) selama pengamatan
5 4. Berat Basah Hasil pengamatan Berat Basah dan analisis sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan pupuk organik kotoran ayam tidak berbeda nyata terhadap berat basah tanaman sawi pada setiap perlakuan. Rataan berat basah yang tertinggi terdapat pada perlakuan dosiss pupuk organik kotoran ayam1 ton/ha (237.83) dan yang terendah pada perlakuan pupuk 5 ton/ha (195.77), dapat dijelaskan pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan Berat Basah Caisim (g) Selama Pengamatan Rataan 237.5 5 ton/ha 195.77 1 ton/ha 237.83 15 ton/ha 234.5 2 ton/ha 215. 25 Bobot Basah (g) 2 15 1 5 C CI 5 C21 C315 C42 Gambar 4 : Grafik Berat Basah (g) Caisim Selama Pengamatan 4.2 Pembahasan Berdasarkan hasil analis tanah, terlihat bahwa ketersediaan nitrogen, posfor dan kalium termasuk dalam kategori rendah, sehingga perlu dilakukan pemupukan untuk menunjang ketersediaan unsur hara di dalam tanah, maka dalam
6 penelitian ini menggunakan pupuk organik kotoran ayam. Pupuk organik kotoran ayam dapat menyediakan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman, diantaranya nitrogen, posfor dan kalium. Penggunaan pupuk organik padat dari kotoran ayam memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan vegetatif. 1. Tinggi Tanaman Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati, baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan. Ini didasarkan kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan ukuran pertumbuhan yang paling mudah dilihat (Hakim, 29). Pemberian pupuk organik padat berpengaruh nyata pada tinggi tanaman sawi dengan perlakuan tanpa pupuk organik kotoran ayam. di bandingkan dengan perlakuan lainnya.pengaruh pupuk tersebut mulai nampak pada waktu tanaman berumur 7 HST, 14 HST, 21HST, dan 28HST. Hal ini disebabkan peran pupuk organik kotoran ayam pada konsentrasi 3% sesuai untuk pertumbuhan tanaman sawi. Hanolo (1997) menyatakan bahwa, unsur hara nitrogen pada pupuk organik memacu pertumbuhan tanaman, karena nitrogen membentuk asam-asam amino menjadi protein. Protein yang terbentuk digunakan untuk membentuk hormon pertumbuhan. Menurut Soepardi (Aria Bara et al., 29), pupuk kandang merupakan sumber nitrogen yang memberikan pengaruh paling cepat dan menyolok pada pertumbuhan tanaman dibandingkan unsur lainnya, dalam penelitian ini dosis pupuk organik padat 2 ton/ha memiliki nilai tertinggi (47,7 cm) karena nitrogen yang tersedia di dalam tanah dan mencukupi kebutuhan tanaman, dapat meningkatkan tinggi tanaman, sehingga jagung dapat tumbuh dengan baik. Sebaliknya tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik jika unsur hara nitorgen tidak tercukupi pada tanaman. Pernyataan ini diperkuat oleh Sutejo (Ari Purwanti et al, 29), bahwa kekurangan unsur hara nitrogen menyebabkan tanaman tumbuh kerdil dan pertumbuhannya tersendat, serta daun berwarna hijau muda dan akhirnya kuning.
7 2.Jumlah Daun Hasil pengamatan jumlah daun tanaman sawi yang dilakukan sebanyak empat kali (7 HST, 14 HST, 21 HST, dan 28 HST) menunjukan bahwa tidak semuanya memberikan pengaruh yang nyata, tetapi hanya pada umur 14 HST dan 28 HST, yang berpengaruh nyata. Berdasarkan Hasil Uji BNJ (Beda Nyata Ju jur) pada taraf α = 5% Daun merupakan organ tanaman tempat mensintesis makanan untuk kebutuhan tanaman maupun sebagai cadangan makanan. Daun memiliki klorofil yang berperan dalam melakukan fotosintesis. Semakin banyak jumlah daun, maka tempat untuk melakukan proses fotosintesis lebih banyak dan dan hasilnya lebih banyak juga. Kedudukan batang caisim pada poros utamanya menyebar secara merata. Oleh karena itu jumlah daun yang optimum memungkinkan distribusi/pembagian cahaya antar daun lebih merata. pemberian pupuk kotoran ayam melalui daun memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman yang lebih baik dibanding melalui tanah (Rizqiani, 26). 2. Presentase Tajuk Rusak Bagian caisin yang bernilai ekonomi tinggi adalah tajuk. Karena dijual dalam bentuk segar, maka parameter berat segar menjadi parameter yang penting dalam penelitian ini. Oleh karena itu, perlakuan yang menyebabkan berat segar tajuk caisin tertinggi dianggap lebih baik. Berat kering total merupakan akibat efisiensi penyerapan dan pemanfaatan energi matahari yang tersedia sepanjang musim tanam (Gardner et al., 1991). Pemberian sungkup tidak berpengaruh terhadap berat kering tajuk caisin, baik pada umur 7HST maupun 4 minggu. Hasil penelitian Anita Maryam et al., 28, menyatakan bahwa panjang daun maupun lebar daun caisin dan pakcoi serta lebar daun selada dengan perlakuan pupuk kandang ayam menunjukkan hasil tertinggi diantara perlakuan
8 jenis pupuk organik lain. Hal ini diduga karena kandungan nitrogen pupuk kandang ayam lebih tinggi dibandingkan pupuk kandang sapi dan kompos, nitrogen lebih optimum dalam menunjang pertumbuhan bagian vegetatif dibandingkan bagian generatif dan penting bagi tanaman sayuran yang dikonsumsi bagian tajuknya dan menuliskan pula bahwa pemberian nitrogen dalam jumlah yang cukup, dapat menghasilkan tanaman yang vigor dan ukuran daun yang besar. 3. Berat Bobot Basah (g) Hasil pengaruh pemberian pupuk organik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi caisim pengamatan rata-rata berat bobot basah dan pengolahan data dapat dilihat pada lampiran 4. Berdasarkan analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan pupuk organik kotoran ayam memberikan pengaruh tidak berbeda nyata meningkatkan berat basah tanaman caisim. Tinggi tanaman dan jumlah daun berpengaruh pada berat basah tanaman. Semakin besar tinggi tanaman dan semakin banyak jumlah daun, maka berat basah tanaman caisim semakin meningkat. Kelembaban tanah yang baik akan meningkatkan metabolisme tanaman yang diikuti dengan meningkatnya pertumbuhan tanaman. Hal ini disebabkan karena proses penyerapan zat hara dapat berlangsung baik. Pada kelembaban tanah yang baik akar akan lebih mudah menyerap zat Nitrogen dan Phospat. Kelembaban udara dan kelembaban tanah yang sesuai akan memberikan pertumbuhan tanaman yang baik dan produksi yang tinggi (Cahyono, 23).