BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTETIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Atletik Dalam dunia olah raga, dikenal banyak sekali cabang olahraga, antara lain adalah atletik, permainan, senam, dan beladiri. Dari keempat cabang olahraga tersebut, atletik mempunyai peranan penting karena gerakan-gerakannya merupakan gerakan dasar bagi cabang olah raga lainnya. Istilah atletik berasal dari bahasa Yunani athlon yang berarti berlomba atau bertanding. Atletik merupakan kegiatan manusia sehari-hari yang dapat dikembangkan menjadi kegiatan bermain dan berolahraga yang diperlombakan dalam bentuk jalan, lari, lompat, dan lempar. (Saputra, 2001:2) 2.1.1 Hakikat Tolak Peluru Tolak peluru merupakan salah satu komponen dalam nomor lempar pada cabang olahraga atletik yang dapat dilakukan oleh pria maupun wanita. Meskipun cabang olahraga ini termasuk nomor lempar, akan tetapi istilah yang dipergunakan bukan lempar peluru tetapi tolak peluru hal ini sesuai dengan peraturan tentang cara melepaskan peluru, ialah dengan cara mendorong atau menolak dan bukan melempar. Istilah dalam bahasa inggrisnya adalah he Short Put (Muhajir,2007:147) Saputra (2001:73) berpendapat bahwa tolak peluru merupakan salah satu jenis keterampilan menolak benda berupa peluru sejauh mungkin dengan tujuan untuk mencapai
jarak tolakan sejauh-jauhnya. Selanjutnya Djumair Widya, (2001:84) mengatakan bahwa tolak peluru adalah suatu gerakan menyalurkan tenaga pada suatu benda yang menghasilkan kecepatan pada benda tersebut dan memiliki daya dorong ke muka yang kuat, perbedaan dengan melempar terletak pada saat melepas benda, pada masalah pergelangan tangan tidak bergerak dan tenaga diperoleh dari gerak meluruskan siku. Hal senada yang dikatakan oleh Ninggala, Asep Kurnia (2001:35) bahwa tolak peluru adalah suatu gerakan menyalurkan tenaga untuk memberikan daya dorong pada sebuah benda sehingga pada benda tersebut menghasilkan kecepatan. Tolak dapat dilakukan melalui pergelangan tangan tapi diperoleh dari gerakan meluruskan siku. Dalam pelaksanaannya peluru harus ditolak dari bahu dengan satu tangan. Pada saat atlet bersiap di dalam lingkaran untuk melakukan tolakan, peluru harus menyentuh atau dekat sekali dengan leher atau dagu dan tangan tidak boleh turun dari posisi ini pada saat tolakan berlangsung, peluru tidak boleh berada di belakang garis bahu (PB PASI, 2006:172). Dari beberapa pendapat sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa tolak peluru adalah salah satu nomor lempar yang perlombakan dalam cabang olahraga atletik, yang dilakukan oleh lengan dengan cara menolak atau mendorong peluru dengan tenaga yang maksimal sehingga dapat mencapai titik tolakan yang sejauh-jauhnya. 2.1.2 Hakikat Teknik Dasar Tolak Peluru Menurut Roji (2007:90) ada dua macam gaya yang sering digunakan pada tolak peluru, yaitu gaya lama atau gaya Ortodoks adalah teknik menolak peluru dengan gaya menyamping arah sektor tolakan dan yang kedua adalah gaya O Brien. yaitu teknik menolak peluru dengan gaya membelakangi arah sektor tolakan yang pertama kali diperkenalkan oleh Parri O Brien.
Mukholid (2004:109) menjelaskan teknik untuk tolak peluru yang perlu dikuasai adalah: a) cara memegang peluru dan meletakkan peluru; b) sikap awal pada waktu menolak peluru; c) cara menolak peluru; dan d) sikap akhir setelah menolak peluru. a) Cara memegang peluru Cara memegang peluru ada 3 macam yaitu: (1) Jari-jari agak renggang. Jari kelingking ditekuk berada di samping peluru, sehingga dapat membantu untuk menahan supaya peluru tidak mudah tergeser dari tempatnya. Untuk menggunakan cara ini penolak peluru harus memiliki jari-jari yang kuat dan panjang-panjang, (2) Jari-jari agak rapat, ibu jari di samping, jari kelingking berada di samping belakang peluru. Jari kelingking yang lain berfungsi untuk menahan jangan sampai peluru mudah tergeser, juga membantu menekan pada waktu peluru ditolakkan. Cara ini banyak dipakai dari pada cara pertama, (3) Bagi mereka yang tangannya agak kecil dan jari-jarinya agak pendek, dapat menggunakan cara ketiga ini, yaitu jari-jari seperti pada cara yang kedua tetapi lebih renggang. Kelingking di belakang peluru sehingga dapat ikut menolak peluru, ibu jari dapat menahan geseran ke samping. Oleh karena tangan pelempar kecil dan berjari-jari pendek, peluru diletakkan hampir pada seluruh lekuk tangan. Gambar 1. Cara Memegang Peluru (sumber: Roji; Pendidikan Jasmani Olahraga dan kesehatan kelas VII; 38)
b) Cara Menempatkan Peluru Pada Bahu Peluru tidak diletakkan tepat di atas bahu, tetapi agak turun sedikit ke depan. Telapak tangan menghadap depan agak ke atas. Siku pemegang peluru lurus ke samping sejajar dengan bahu. Tangan yang satunya siku ditekuk berada di depan dahi. Gambar 2 : Teknik Meletakkan Peluru pada Leher (sumber: Roji; Pendidikan Jasmani Olahraga dan kesehatan kelas VII; 38) c) Cara Melakukan Gerakan Tolak Peluru Gaya Menyamping Dalam gaya menyamping ini, arah tolakan berada disamping kiri penolak. 1. Gerakan Pendahuluan Dengan berdiri dengan berat badan bertumpu pada kaki kanan, lutut sedikit ditekuk, badan membungkuk, kaki kiri diayunkan ke samping 2. Gerakan Tolakan Setelah ayunan dirasa enak, kaki kanan ikut bergeser kearah kiri, begitu kaki kiri mendarat bersamaan dengan kaki kanan, lengan kiri memutar badan ke kiri diikuti menolakkan peluru kearah atas depan. Sudut tolakan kurang lebih 40 derajat. 3. Gerakan Lanjutan
Setelah peluru didorong ke depan, posisi kaki berubah yaitu kaki kanan ke depan, kaki kiri lurus ke belakang. Gerakan lanjutan ini bertujuan untuk menjada keseimbangan dan agar badan tidak terjerumus keluar lingkaran. Gambar 3 : Teknik Menolak Peluru (sumber: Roji; Pendidikan Jasmani Olahraga dan kesehatan kelas VII; 38) d) Hal-hal yang harus dihindari dalam tolak peluru 1) Sikap / posisi awal yang tidak seimbang 2) Gerakan menolak peluru yang tidak betul dilakukan dengan lompatan dengan kaki kanan. 3) Mengangkat tubuh terlalu tinggi dalam gerakan meluncur
4) Tidak menarik kaki kanan cukup jauh ke bawah badan 5) Mendarat dengan kaki kanan menghadap ke belakang 6) Gerakan kaki kiri terlalu kearah samping kiri 7) Terlalu cepat menegakan badan 8) Mendarat dengan badan menghadap ke samping atau ke depan. e) Hal-hal yang harus diutamakan dalam tolak peluru 1) Pelihara kaki kiri selalu rendah 2) Lakukan gerakan kaki yang seimbang, sempurna dengan kaki kri mendorong ke belakang 3) Bagian atas badan selalu rileks sedang bagian bawah selalu bergerak 4) Usahakan gerakan yang cepat dalam menjangkau jauh dari kaki kanan 5) Putarlah kaki kanan ke dalam selama meluncur / menolak peluru 6) Usahakan pinggang kiri dan bahu menghadap ke belakang sejauh mungkin 7) Usahakan lengan kiri dalam posisi tertutup 8) Tahanlah kuat dengan kaki kiri untukk menjaga keseimbangan badan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam menolak peluru diperlukan suatu cara ataupun teknik di dalam pelaksanaannya supaya dapat menghasilkan tolakan yang maksimal. Dalam tolak peluru, peran komponen kondisi fisik yang dominan sangat perlu dikembangkan, hal ini dilakukan agar otot-otot memiliki kekuatan, kecepatan dan daya tahan, oleh karena itu disamping memberikan pembelajaran tentang materi tolak peluru, guru juga harus memiliki pengetahuan tentang pengembangan biomotorik.
2.1.3 Hakikat Modifikasi Media Pembelajaran Pada hakikatnya modifikasi media pembelajaran tidak terlepas dari pada pengertian dari pada pendekatan dan pengertian modifikasi itu secara umum. Menurut Sagala, Syaiful (2008: 68) menjelaskan bahwa pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan peserta didik dalam mencapai tujuan intruksional untuk suatu satuan intruksional tertentu. Selanjutnya dalam http://pojokpenjas.blogspot.com dijelaskan bahwa modifikasi merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh para guru agar proses pembelajaran dapat mencerminkan Developentally Appropriate Practice. Artinya bahwa tugas ajar yang disampaikan harus memerhatikan perubahan kemampuan atau kondisi anak, dan dapat membantu mendorong kearah perubahan tersebut. Sejalan dengan itu Rusli Lutan (Dalam Ramlah Adam 2008: 23) mengartikan bahwa : Modifikasi sebagai perubahan dari keadaan lama semula, menjadi keadaan baru, perubahan tersebut dapat berubah bentuk, fungsi, cara penggunaan, dan manfaat, tanpa sepenuhnya menghilangkan karakteristik semula. Dari pernyataan tersebut di atas jelas bagi kita bahwa yang dimaksud dengan pendekatan modifikasi adalah suatu cara yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan merubah sesuatu menjadi hal lain yang mirip dengan aslinya tanpa menghilangkan sifat dan fungsi serta penggunaannya dengan maksud menyesuaikan dengan perubahan atau kondisi anak dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Tidak bisa dipungkiri dalam proses pembelajaran metode belajar juga turut menentukan. Dalam prakteknya metode pembelajaran dapat dikatakan sebagai suatu cara yang spesifik untuk menyungguhkan tugas-tugas belajar secara sistematis yang terdiri dari seperangkat tindakan guru, penyediaan kondisi belajar yang efektif serta bimbingan yang
difokuskan pada penguasaan isi dari pengalaman belajar yang diarahkan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Metode dan tehnik pembelajaran memegang peranan penting dalam penyusunan strategi dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Modifikasi merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh para guru agar proses pembelajaran dapat mencerminkan DAP. Esensi modifikasi adalah menganalisis sekaligus mengembangkan materi pelajaran dengan cara menuntunkannya dalam bentuk aktivitas belajar yang potensial sehingga dapat memperlancar peserta didik dalam belajarnya. Selanjutnya menurut Aussie (dalam Samsudin 2008 : 62) komponen-komponen yang dapat di modifikasi meliputi (1) Ukuran, berat, atau bentuk peralatan yang digunakan; (2) lapangan permainan; (3) waktu bermain atau lamanya permainan; (4) peraturan permainan; dan (5) jumlah pemain. Dalam pembelajaran pendidikan jasmani, modifikasi alat pembelajaran olahraga bukan untuk mengubah isi kurikulum yang telah ditetapkan, akan tetapi dengan pendekatan modifikasi alat dapat menyesuaikan materi dengan kamampuan peserta didik, yakni materi yang ada di dalam kurikulum dapat disajikan secara sistimatis, sesuai dengan tahap-tahap perkembangan pendidikan jasmani dapat dilakukan secara intensif (Moeslim, 1997: 66). Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa modifikasi pembelajaran sangat penting untuk diterapkan dalam proses pembelajaran atletik khususnya pada nomor tolak peluru, peserta didik akan lebih mudah, rileks dan aman melakukan gerakan tolak peluru dengan jalan mengganti peluru dengan alat lain seperti bola, sehingga aktivitas fisik dalam tuntutan rangkaian gerakan tolak peluru yang sebenarnya dapat dikuasai dengan sepenuhnya.
Tugas gerak untuk tolak peluru di sekolah dasar adalah dengan menggunakan peluru yang ringan karena dengan itu hasil nyata dapat dicapai. Alat sederhana untuk menggantikan peluru sangat perlu untuk dilakukan oleh guru pendidikan jasmani agar dapat menjamin keselamatan mereka serta tuntutan tugas gerak dalam tolak peluru dapat dilakukan dengan lebih efisien. Alat sederhana untuk tolak atau lempar dapat dibuat dengan menggunakan bola tenis, keuntungannya karena penggunaan bola tersebut ringan tidak diperlukan pengamanan seperti halnya pemakaian peluru yang sesungguhnya sebagai contoh sebuah bentuk permainan dengan posisi peserta didik saling berhadapan diantara dua teman, (Subroto, 2002: 83). Hal penting yang harus diperhatikan saat menolak bola tenis, bola voli atau benda lain yang sejenis sebagai alat pengganti peluru adalah bentuk gerakan tersebut harus lebih menekankan pada pembentukan sikap menolak dan jangan dibiasakan peserta didik melakukan sikap melempar. Upaya ini dapat membentuk pola gerak menolak yang sesuai perkembangan usia mereka dan keinginan mereka secara umum dalam melakukan aktivitas semakin meningkat dan turut memberikan kebugaran fisik, (Saputra, 2002: 96). Dengan demikian modifikasi olahraga sebagai alternatif dalam pembelajaran pendidikan jasmani mutlak harus dilakukan, dan guru harus mampu untuk melakukan modifikasi keterampilan yang hendak diajarkan agar sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Sebagaimana apa yang dikemukakan dalam http://pojokpenjas.blogspot.com/ mengartikan bahwa pendekatan modifikasi dapat digunakan sebagai suatu alternatif pembelajaran pendidikan jasmani, oleh karenanya pendekatan ini mempertimbangkan tahaptahap perkembangan dan karakteristik anak, sehingga anak akan mengikuti pelajaran
pendidikan jasmani dengan senang dan gembira. Pendapat tersebut memberikan gagasan kepada guru bahwa dalam proses pembelajarannya perkembangan motorik anak merupakan tanggung jawab guru mata pelajaran. Oleh karena itu guu pendidikan jasmani harus mengetahui bagaimana sistem motorik anak itu berkembang. Tugas utama guru adalah membantu peserta didik bergerak secara efisien, meningkatkan kualitas unjuk kerjanya (performance), kemampuan belajarnya dan kesehatan, karena gerak merupakan unsur pokok dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Berkaitan dengan belajar gerak tersebut (Wiranto, 1998: 13) mengemukakan bahwa pendekatan olahraga modifikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah-sekolah sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar gerak anak, akibatnya proses belajar anak terlaksana dengan baik dan efisien. Dengan demikian penguasaan keterampilan olahraga termasuk dalam tehnik-tehnik dasar tolak peluru merupakan gejala belajar yang terjadi dalam diri seseorang. Gejala belajar itu berhubungan dengan motivasi, perubahan perilaku dalam psikomotor atau keterampilan yang mengandung unsur gerak dalam olahraga. Oleh karena itu dalam konteks pembelajaran modifikasi pada pembinaan olahraga melalui pendidikan jasmani dapat dilakukan khususnya pada nomor tolak peluru, sehingga peningkatan hasil belajar yang ingin dicapai dapat diwujudkan. 2.1.4 Pembelajaran Tolak Peluru Melalui Modifikasi Media Pembelajaran Proses pelaksanaan modifikasi media pembelajaran dapat dilakukan dalam bentuk permainan, yakni dilakukan secara individu, secara berpasangan dan secara berkelompok, dengan menggunakan bola besar maupun kecil, pada mulanya tolakan dapat dilakukan
dengan dua tangan kemudian dilakukan dengan satu tangan yaitu tangan yang terkuat untuk melakukan tolakan sambil menirukan gerakan yang dibutuhkan dalam tolak peluru. Tugas latihan yang dilakukan secara individu dilakukan dengan jalan mendorong bola kedepan pada arah tertentu dan menangkap kembali bola tersebut setelah bola dipantulkan badan bidang sasaran dengan mempertahankan sudut lemparan 45 derajat. Dalam modifikasi media pembelajaran selain dapat dilakukan secara individu juga dapat dilakukan dengan jalan berpasangan, hal ini dilakukan agar peserta didik dapat merasa tertarik dan tidak mudah jenuh selama proses pembelajaran, dengan demikian peserta didik dapat dengan mudah merasakan bagaimana melakukan tehnik tolak peluru dengan benar, latihan ini dilakukan dengan salah satu peserta didik mendorong bola atau menolak bola tersebut pada temannya sebagai sasaran, demikian selanjutnya peserta didik yang menerima bola kembali mendorong bola tersebut kepada temannya, hal ini dilakukan dengan menentukan jarak antara peserta didik yang satu dengan lainnya kemudian jarak tersebut lebih diperbesar sampai pada batas kemampuan tolakan dari pada peserta didik tersebut. Latihan ini dilakukan secara berulang-ulang sehingga peserta didik dapat melakukan tolakan dengan rileks dan bertenaga. Latihan menolak ini dapat dilakukan dengan satu tangan maupun dengan kedua tangan, baik dari arah yang saling berhadapan, dalam posisi duduk, berlutut dan berdiri dari arah menyamping maupun membelakangi sasaran tolakan, yang terpenting adalah guru selalu dapat menilai dan mengoreksi dan memberikan penjelasan bahwa setiap gerakan yang dilakukan agar selalu menyerupai gerak dasar tolak peluru. Bentuk latihan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara.
Dalam pelaksanaan latihan dengan model pembelajaran modifikasi, peserta didik berdiri membuat dua barisan saling berhadapan, bola ditolak kearah teman yang satunya dengan menentukan jarak antara peserta didik yang satunya dengan peserta didik yang lainnya, kemudian jarak tersebut di perbesar sampai pada batas kemampuan maksimal tolakan. Setelah guru memberikan penjelasan mengenai cara pelaksanaan gerak dasar tolak peluru dan peserta didik sudah dapat memahami gerak dasar tolak peluru tersebut dengan pendekatan pembelajaran modifikasi secara berpasangan, maka dapat dilakukan dengan membuat batas di antara kedua barisan baik itu berupa palang melintang yang ditopang oleh kedua tiang maupun dengan melakukan tolakan diatas tali. Dengan demikian setelah peserta didik dapat melakukan dengan benar gerak dasar tolak peluru melalui pendekatan modifikasi baik alat maupun cara pembelajarannya, maka latihan selanjutnya dapat dilakukan dengan menggunakan peluru yang sebenarny, akan tetapi guru perlu memperhatikan dan mengawasi baik itu berkenaan dengan berat peluru, jarak tolakan maupun tehnik-tehnik dasar tolak peluru dan yang terpenting adalah guru selalu dapat menjaga keamanan peserta didik dalam proses pembelajaran pada saat menggunakan peluru yang sesungguhnya. 2.2 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teoritis yang telah diuraiakan diatas, maka dapat diajukan hipotesis penelitian tindakan dalam penelitian ini sebagai berikut :
Jika menggunakan modifikasi media pembelajaran, maka kemampuan dasar tolak peluru gaya menyamping arah sektor tolakan pada peserta didik kelas VII di SMP Negeri 1 Bonepantai dapat meningkat. 2.3 Indikator Kinerja Bertolak dari permasalahan yang ada, maka yang menjadi indikator kinerja dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah : Jika kemampuan peserta didik dalam hal penguasaan gerak dasar tolak peluru gaya menyamping dari 47% meningkat 75% mencapai kriteria baik, maka penelitian dinyatakan selesai.