BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. cabang olahraga atletik. Dalam cabang olahraga atletik secara garis besar terdapat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. cabang olahraga atletik. Dalam cabang olahraga atletik secara garis besar terdapat"

Transkripsi

1 1 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Teoretis 1. Hakikat Lompat Tinggi a. Pengertian Lompat Tinggi Jenis olahraga lompat tinggi merupakan bagian dari nomor lompat pada cabang olahraga atletik. Dalam cabang olahraga atletik secara garis besar terdapat empat unsur gerak yang mendasarinya, yakni jalan, lari, lompat, dan lempar. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Adi, dkk. (2008: 4) bahwa atletik (athletics) adalah induk dari olahraga dan merupakan sekumpulan olahraga yang meliputi jalan, lari, lempar, dan lompat, yang menjadi aktivitas tertua dalam peradaban manusia. Terkait dengan unsur gerak lompat, maka nomor lompat yang selalu dilombakan ialah loncat galah (pole vault), lompat tinggi (high jump), lompat jauh (long jump), dan lompat jangkit (triple jump). Akan tetapi, pada penulisan ini, hanya akan memfokuskan pada lompat tinggi khususnya lompat tinggi gaya guling perut (straddle style). Definisi lompat tinggi menurut Adi, dkk. (2008: 40) ialah salah satu nomor atletik lompat yang memperagakan keterampilan melompati mistar/palang pada ketinggian tertentu. Ketinggian lompatan yang dicapai tergantung pada kemampuan peloncat dalam mengubah gerakan lari awalan menjadi gerakan bersudut pada saat menumpu, sehingga gerakan maju ke depan menjadi gerakan ke atas. Sehubungan dengan itu, Tamat dan Mirman (2008: 2.59) mengemukakan 6

2 2 tujuan lompat tinggi, yakni memproyeksikan berat badan si pelompat di udara dengan kecepatan bergerak ke depan secara maksimal. Jika kita melihat karakteristik dari nomor lompat jauh ini, terdapat beberapa syarat yang perlu dipenuhi bagi seorang pelompat untuk menjadi pelompat yang baik. Tamat dan Mirman (2008: 2.59) mengemukakan tiga syarat, yakni: (1) postur tubuh yang memungkinkan; (2) ada bakat sebagai pelompat; dan (3) latihan sistematis yang mengakibatkan pengendalian bentuk gerakan yang tepat. Ketiga syarat di atas dianggap tepat karena seseorang pelompat tinggi akan lebih mampu melompat tinggi bila memiliki postur tubuh yang tinggi pula. Artinya, sesorang yang berpostur tinggi akan lebih mudah melewati/melompati ukuran tertentu bila dibandingkan dengan seseorang tang berpostur pendek. Akan tetapi, kepemilikan postur tubuh yang tinggi tidak menjamin menghasilkan lompatan yang tinggi apabila ia tidak memiliki bakat melompat. Artinya, untuk menjadi seorang pelompat yang baik, faktor bakat dapat mempengaruhi. Bakat ialah suatu potensi yang dibawa sejak lahir. Bagaimana seseorang mampu melompat dengan baik jika bakatnya bukan sebagai pelompat. Namun, berkembangtidaknya suatu bakat tergantung faktor latihan. Dengan proses latihan yang disusun secara sistematis dan terprogram, memungkinkan bakat yang dimiliki seseorang akan dapat berkembang dengan baik. Dan tidak menutup kemungkinan ia akan menjadi seorang pelompat tinggi yang berprestasi.

3 3 b. Gaya-Gaya dalam Lompat Tinggi Untuk perlombaan nomot lompat tinggi, terdapat beberapa gaya yang sering dugunakan. Gaya lompat tinggi dimaksud dapat dimanfaatkan seorang pelompat sesuai selera dan kebiasaan si pelompat. Seorang pelompat tidak harus menguasai semua gaya, sebab penguasaan semua gaya lompat tinggi belum tentu menjamin menjadi seorang pelompat tinggi yang baik. Memiliki satu atau dua jenis gaya yang dikuasai, sudah dapat dianggap cukup asalakan gaya tersebut benar-benar ditekuni dengan baik. Namun, akan lebih baik lagi kalau seorang pelompat tinggi dapat menguasai semua gaya dalam lompat tinggi. Gaya-gaya dalam lompat tinggi yang dikemukakan oleh Adi, dkk., (2008: 42-43); serta Tamat dan Mirman, (2008: ) sebagai berikut: (a) gaya guling perut (straddle); (b) gaya guling sisi (western roll); (c) gaya gunting (scissors); dan (d) gaya guling punggung (fosbury flop). c. Gerak Dasar Lompat Tinggi Telah diuraikan sebelumnya bahwa terdapat empat gaya lompat tinggi. Namun, untuk jenjang sekolah dasar (SD), hanya satu gaya saja yang diambil sebagai materi ajar, yakni lompat tinggi gaya guling perut (Tamat dan Mirman, 2008: 2.60). Pernyataan ini sesuai dengan pedoman yang tertuang dalam Standar Isi pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Hal ini mengingat tingkat kesulitan gerak pada gaya ini dianggap lebih rendah dibandingkan dengan gayagaya lainnya. Di samping itu, kemungkinan resiko cedera lebih kecil, termasuk juga tidak membutuhkan alat yang lebih memadai, misalnya matras. Jadi

4 4 walaupun tidak menggunakan matras, pelaksanaan gaya ini bagi siswa SD masih dapat dilakukan. Untuk dapat melakukan lompat tinggi yang baik diperlukan tahapantahapan atau gerak dasar. Tamat dan Mirman (2008: ) dan Sunarsih, dkk., (2007: 72-73) mengemukakan empat tahapan gerakan dan cara pelaksanaannya dalam lompat tinggi gaya guling perut, yakni sebagai berikut. 1) Awalan Melakukan awalan pada lompat tinggi dimaksudkan untuk membangkitkan daya gerak, dari gerak mendarat/horizontal ke arah vertikal. Dalam melakukan lompat tinggi, yang harus diperhatikan oleh si pelompat ialah pada tiga langkah terakhir, yaitu langkah harus panjang dan cepat, sedangkan badan agak condong ke belakang. Cara melakukan awalan agar lebih mudah ialah: a) Apabila kaki tolakan adalah kaki kiri, pengambilan awalan dari samping kiri. Sebaliknya, apabila menggunakan tolakan dengan kaki kanan, pengambilan awalan dari samping kanan. b) Jarak antara kaki tolakan dengan mistar kira-kira setengah lengan. c) Dari tempat tolakan ke tempat permulaan, dimulai dengan melakukan awalan jalan, lari, dan melakukan tiga, lima, atau tujuh langkah dan setersunya, kemudian menekan untuk melewati ketinggian mistar. d) Arah lari sedikit menyerong dari permukaan depan matras pendaratan. e) Sudut awalan dari tempat tolakan ke tempat permulaan kira-kira f) Langkah dari tempat awalan ke tempat tolakan harus tepat dan pada langkah terakhir harus panjang dan cepat.

5 5 2) Tolakan atau tumpuan Tolakan adalah perpindahan gerak dari kecepatan horizontal ke arah vertikal yang harus dilakukan dengan cepat dan tepat. Caranya ialah pada waktu akan menolak/bertumpu, si pelompat pada tiga atau lima langkah terakhir harus sudah mempersiapkan kakinya untuk melakukan tolakan yang sekuat-kuatnya, sehingga dapat mengangkat tubuhnya melayang ke atas. Tolakan dimulai dari tumit, terus ke telapak kaki, dan berakhir pada ujung jari kaki yang dilakukan dengan cepat dan tepat. Ketika titik berat badan berada di atas kaki tolakan, secepat mungkin pergelangan kaki di tolak lurus ke atas, badan dicondongkan ke belakang hingga berat badan berada pada kaki belakang (kaki ayun). Kaki ayun dengan lutut agak dibengkokkan, bersiap-siap untuk berayun ke depan atas mistar. Kedua lengan diayunkan ke depan atas diteruskan ke belakang atas untuk membawa persendian bahu ke atas, hingga seluruh tubuh akan terangkat melayang melewati mistar. 3) Sikap badan di atas mistar Sikap badan di atas mistar berhubungan dengan sudut awalan pada waktu akan melakukan lompatan/tolakan. Jadi, sikap badan di atas mistar dibentuk mulai dari saat lepasnya kaki tolak sampai melayang di atas mistar. Sikap badan di atas mistar pada gaya guling perut adalah: a) Pada saat kaki ayun melewati mistar dan berada pada titik yang tinggi, secepatnya badan berbalik sampai perut menghadap mistar. b) Kaki tolakan segera dilipat pada lututnya, ke samping, ke atas, dan ke belakang.

6 6 c) Kepala ditundukkan ke bawah mistar, sehingga pundak lebih rendah dari pinggul. d) Posisi badan pada waktu di atas mistar, tidur telungkup terus berguling, serta badan dan kepala diturunkan. e) Pada saat badan mulai turun, lutut segera diluruskan ke belakang. 4) Sikap mendarat Sikap mendarat yaitu sikap jatuh setelah melewati mistar. Tetapi sebenarnya bukan merupakan unsur yang menentukan dalam lompat tinggi, sebab tugas si pelompat dapat dikatakan selesai jika ia telah melewati mistar. Hanya saja, guna menghindari kecelakaan ketika mendarat, sebaiknya harus mendarat sebaik mungkin. Cara mendarat yang baik adalah: a) Jika tempat pendaratan di pasir, yang mendarat lebih dahulu ialah kaki ayun (misalnya kaki kanan) kemudian lompat tinggi gaya guling perut, bertumpu pada pundak bahu kanan. Atau dapat pula menggunakan bantuan dengan kedua tangan. b) Jika pendaratan terbuat dari matras, posisi jatuh lebih dahulu ialah sisi bahu atau punggung. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa lompat tinggi adalah keterampilan melompati mistar/palang pada ketinggian tertentu. Untuk dapat melakukan lompat tinggi dengan baik diperlukan penguasaan teknik dasarnya. Teknik dasar dimaksud adalah teknik awalan, tolakan, sikap badan di atas mistar, dan mendarat. Ketika melakukan lompat tinggi, gaya-gaya yang dapat dilakukan

7 7 ialah gaya guling perut (straddle), gaya guling sisi (western roll), gaya gunting (scissors), dan (d) gaya guling punggung (fosbury flop). 2. Materi Tolak Peluru di SD Cabang olahraga atletik yang dibelajarkan di SD berorientasi pada pengembangan keterampilan gerak dasar, peningkatan kebugaran jasmani, pengembangan watak dan emosional dan pola budaya hidup sehat. Pada siswa kelas VI, salah satu bagian dari cabang olahraga atletik yang dibelajarkan pada tingkat ini ialah lompat tinggi sebagaimana tertuang dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang tertuang dalam kurikulum sekolah. Standar kompetensi yang dimaksudkan di atas berbunyi: Mempraktikkan berbagai gerak dasar ke dalam permainan dan olahraga dengan peraturan yang dimodifikasi, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, sedangkan kompetensi dasarnya berbunyi Mempraktikkan pengembangan koordinasi beberapa nomor teknik dasar atletik dengan peraturan yang dimodifikasi, serta nilai sportivitas, percaya diri dan kejujuran (Kurikulum SDN 2 Lawonu Kecamatan Tilango Tahun Pelajaran 2011/2012) Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi di atas, maka indikator yang dikembangkan oleh peneliti adalah siswa dapat melakukan gerak dasar lompat tinggi dengan baik. Inilah yang menjadi dasar peneliti dalam menetapkan judul penelitian.

8 8 3. Hakikat Strategi Pembelajaran Modifikasi a. Konsep Strategi Pembelajaran Istilah strategi pembelajaran berasal kata strategi dan pembelajaran. Sebelum membahas tentang strategi, terlebih dahulu akan dibahas mengenai pembelajaran. Istilah pembelajaran merupakan hasil perpaduan antara belajar dan mengajar atau yang biasa disebut dengan belajar-mengajar, namun dapam tulisan ini, penulis memakai istilah pembelajaran. Konsep pembelajaran menurut Corey adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondosi khusus yang dapat menghasilkan respon. Sedangkan konsep mengajar menurut Burton ialah upaya memberikan stimulus, bimbingan pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar (dalam Sagala, 2009: 61). Pembelajaran merupakan hubungan interaksi antara guru dan siswa serta lingkungannya yang dilakukan untuk mencapai target tertentu. Pembelajaran memerlukan suasana yang kondunsif demi tercapainya kondisi pembelajaran yang dinamis, berkesan, dan menyenangkan. Pada pasal 1 Ketentuan Umum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sehubungan dengan pembelajaran Penjasorkes, tugas utama dalam menyelenggarakan pengajaran adalah membantu siswa untuk menjalani proses pertumbuhan, baik yang berkenaan dengan keterampilan fisik maupun dalam

9 9 aspek sikap dan pengetahuannya. Cara terbaik untuk memahami perubahan tersebut ialah dengan menyimak dan mengamati perubahan yang terjadi. Tujuan akhir dilaksanakan kegiatan pembelajaran Penjasorkes adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha sadar yang dilakukan secara sistematis mengarah kepada perubahan yang positif yang kemudian disebut dengan proses belajar. Sebagai akibat dari proses belajar, maka yang akan terjadi ialah output atau yang disebut dengan hasil belajar. Sudjana (2010: 22) menyatakan hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Selanjutnya Dimyati dan Mudjiono (2009: 3) menjelaskan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Warsito (dalam Depdiknas, 2006: 125) mengemukakan bahwa hasil dari kegiatan belajar ditandai dengan adanya perubahan perilaku ke arah positif yang relatif permanen pada diri orang yang belajar. Rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi Bloom (dalam Abdullah dan Manadji, 1994: 15; Sudjana, 2010: 22) secara garis besar membagi tiga ranah antara lain: ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris. Selanjutnya Gagne (dalam Sudjana, 2010: 22) membagi lima macam kemampuan hasil belajar antara lain: (a) hasil belajar intelektual merupakan hasil belajar terpenting dari sistem lingsikolastik; (b) strategi kognitif yaitu mengatur cara belajar dan berfikir seseorang dalam arti seluas-luasnya termaksuk kemampuan memecahkan masalah; (c) sikap dan nilai, berhubungan dengan arah intensitas emosional dimiliki seseorang sebagaimana

10 10 disimpulkan dari kecenderungan bertingkah laku terhadap orang dan kejadian; (d) informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta; dan (e) keterampilan motorik, yaitu kecakapan yang berfungsi untuk lingkungan hidup serta memprestasikan konsep dan lambang. Hasil belajar yang diperoleh dapat diukur melalui kemajuan yang diperoleh siswa setelah belajar dengan sungguh-sungguh. Melalui proses belajar seseorang siswa berusaha mengumpulkan pengalaman berupa pengetahuan, kecakapan, keterampilan dan penyesuian tingkah laku. Hasil belajar tampak terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur melalui perubahan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya (Hamalik, 2006: 155). Berdasarkan konsepsi hasil belajar yang diuraikan di atas, maka hasil belajar Penjasorkes, olahraga dan kesehatan juga mencakup 3 (tiga) ranah. Hal ini senada bahwa sasaran kompetensi dalam Penjasorkes, olahraga dan kesehatan mencakup kognitif, afektif, dan psikomotor (Lutan, 2002: 20). Hasil belajar pada aspek kognitif menyangkut pengetahuan tentang fakta, konsep, dan lebih penting lagi adalah penalaran dan kemampuan memecahkan masalah. Aspek afektif mencakup sifat-sifat psikologis yang menjadi unsur kepribadian yang kokoh, tidak hanya tentang sikap sebagai kesiapan berbuat yang perlu dikembangkan, tetapi yang lebih penting di antaranya adalah konsep diri dan komponen kepribadian lainnya, seperti intelegensia emosional dan watak. Aspek psikomotorik mencakup aspek kebugaran jasmani dan perseptual motorik, dalam artian bahwa kemampuan

11 11 serta keterampilan gerak/motorik siswa akan terbentuk setelah terlibat dalam proses pembelajaran. Departemen Agama RI (2006: 19) menyatakan, hasil belajar psikomotorik merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Jadi, pembelajaran merupakan interaksi antara guru dan siswa serta lingkungannya yang dilakukan untuk mencapai target tertentu. Guru bertindak sebagai pengajar dan siswa sebagai pebelajar (yang melakukan proses belajar). Dengan adanya proses belajar tersebut menghasilkan output yang selanjutnya disebut hasil belajar, yang berarti perubahan perilaku secara positif serta kemampuan yang dimiliki siswa dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar yang berupa hasil belajar intelektual, strategi kognitif, sikap dan nilai, inovasi verbal, dan hasil belajar motorik. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya. Untuk mengefektifkan proses pembelajaran, diperlukan strategi dalam pelaksanaannya. Strategi pembelajaran menurut Lutan (2002: 47) adalah siasat untuk menggiatkan partisipasi siswa dalam melaksanakan tugas-tugas ajar. Selanjutnya menurut Gerlach dkk (dalam Uno, 2004: 2) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Selanjutnya Gropper menyatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas beberapa jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin

12 12 dicapai, di mana setiap langkah yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan belajarnya harus dapat dipraktekkan (dalam Uno, 2004: 2). Strategi pembelajaran menurut Dajamarah dan Zain (2010: 5) diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan siswa dalam perwujudan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selanjutnya, menurut Uno (2010: 2) bahwa strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar (guru) untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan siswa menerima dan memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di akhir kegiatan belajar. Merujuk pada pengertian strategi pembelajaran, Slameto (dalam Riyanto, 2010: 132) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran mencakup jawaban atas pertanyaan sebagai berikut: (1) Siapa melakukan apa dan menggunakan alat apa dalam proses pembelajaran. Kegiatan ini menyangkut peranan sumber, penggunaan bahan, dan alat-alat bantu pembelajaran; (2) Bagaimana melaksanakan tugas pembelajaran yang telah didefinisikan (hasil analisis) sehingga tugas tersebut dapat memberikan hasil yang optimal. Kegiatan ini menyangkut metode dan teknik pembelajaran; (3) Kapan dan di mana kegiatan pembelajaran dilaksanakan serta berapa lama kegiatan tersebut dilaksanakan. Berdasarkan definisi di atas dapat dipahami bahwa strategi pembelajaran adalah suatu cara atau siasat yang dipilih oleh guru untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu guna mencapai tujuan pembelajaran.

13 13 b. Konsep Pembelajaran Modifikasi Persoalan yang sering ditemui dalam pembelajaran Penjasorkes ialah kurangnya minat dan aktivitas siswa sebagai akibat kebosanan yang ditimbulkan oleh adanya sebuah proses pembelajaran yang menekankan pada bentuk aktivitas cabang olahraga yang sebenarnya (standar baku). Hal ini terjadi akibat kurangnya kreatifitas seorang guru dalam meracang suatu pembelajaran yang efektif dan efisien serta menyenangkan. Semestinya membelajaran suatu cabang olahraga jangan hanya terpaku pada konteks yang sebenarnya (peraturan baku) melainkan juga perlu adanya suatu penyederhanaan atau rekayasa pembelajaran menjadi hal yang baru dengan mempertimbangkan karakteristik siswa, materi, dan lingkungan belajar. Tujuannya ialah agar siswa dapat menyesuaikan dengan baik terhadap tugas ajar yang diberikan oleh guru sehingga motivasi serta kegembiraan akan timbul pada diri siswa. Oleh karena itu, strategi modifikasi patut diterapkan dalam pembelajaran sebagai langkah alternatif menanggulangi permasalah seperti di atas. Pembelajaran modifikasi merupakan sebuah terobosan yang dianggap mampu mengatasi segala persoalan yang ditemui dalam proses pembelajaran, termasuk pembelajaran lompat tinggi pada mata pelajaran Penjasorkes, olahraga dan kesehatan (Penjasorkes), baik di tingkat SD, SMP, dan SMA, bahkan di Perguruan Tinggi sekalipun. Dengan pembelajaran modifikasi dipastikan dapat merangsang motivasi dan aktivitas belajar siswa yang lebih baik. Lutan (2002: 80) mengemukakan bahwa salah satu teknik untuk memotivasi siswa dalam belajar adalah dengan memodifikasi cabang olahraga,

14 14 misalnya tinggi jaringan diperendah, luas lapangan diperkecil, jumlah pemain dikurangi, bisa juga bola yang digunakan lebih besar ukurannya dan ringan, atau sebaliknya lebih kecil ukurannya. Melihat esensi dari modifikasi ini, kreativitas dan inovatif seorang guru dalam memodifikasi pembelajaran Penjasorkes sangat penting. Sehubungan dengan itu, Lutan (dalam Husdarta, 2009: 179) menyatakan, modifikasi dalam mata pelajaran Penjasorkes diperlukan, dengan tujuan agar: (a) siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran, (b) meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi, dan (c) siswa dapat melakukan pola gerak secara benar. Salah satu situs internet dituliskan, modifikasi adalah suatu perubahan dari suatu yang ada menjadi hal baru. Modifikasi merupakan salah satu alternatif dalam menyelesaikan permasalahan yang di hadapai guru dalam pembelajaran Penjasorkes. Modifikasi ini bisa dilakukan pada materi-materi permainan bola besar maupun olahraga bukan permainan (dalam Bachtiar, 2008). Selanjutnya, situs yang lain dikemukakan bahwa modifikasi merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh para guru agar proses pembelajaran dapat mencerminkan DAP (Developentally Appropriate Practice). Artinya bahwa tugas ajar yang disampaikan harus memerhatikan perubahan kemampuan atau kondisi anak, dan dapat membantu mendorong ke arah perubahan tersebut ( Pada dasarnya, esensi modifikasi adalah menganalisis sekaligus mengembangkan materi pelajaran dengan cara meruntunkannya dalam bentuk

15 15 aktivitas belajar yang potensial sehingga dapat memperlancar siswa dalam belajarnya. Cara ini dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan, dan membelajarkan siswa yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, yang tadinya kurang terampil menjadi lebih terampil. Cara-cara guru memodifikasi pembelajaran akan tercermin dari aktivitas pembelajarannya yang diberikan guru mulai awal hingga akhir pelajaran Berdasarkan deskripsi pembelajaran modifikasi di atas, dapat disimpulkan, modifikasi dalam pembelajaran Penjasorkes merupakan langkah efektif dalam upaya meningkatkan keterampilan gerak, motivasi, dan kegemaran siswa. Memodifikasi pembelajaran dapat dilakukan dengan merekayasa atau menyederhanakan sarana dan prasarana belajar termasuk peraturannya menjadi sesuatu yang baru dengan tujuan untuk meningkatkan aktivitas gerak siswa. Ketentuan yang harus dipertimbangkan dalam memodifikasi pembelajaran adalah seorang guru harus mempertimbangkan kakrakteristik dan kemampuan siswa, materi, serta lingkungan belajar. Berdasarkan pengertian strategi pembelajaran dan konsep pembelajaran modifikasi, maka strategi pembelajaran modifikasi adalah suatu cara atau siasat seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran melalui pendekatan modifikasi dengan tujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran. 4. Pembelajaran Lompat Tinggi dengan Modifikasi Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, modifikasi pembelajaran merupakan rekayasa pembelajaran menjadi pembelajaran yang sifatnya sederhana. Tujuannya ialah untuk memudahkan siswa dalam melakukan proses belajar.

16 16 Dalam suasana bermain atletik lompat tinggi, gerak lompat itu sendiri bukan menjadi masalah teknis yang pokok tujuan utamanya adalah untuk membuat pengalaman yang banyak menekankan keterampilan gerak dominan, sebab pada gerak dominan itu menjadi prasyarat bagi pengembangan pembelajaran lompat (Saputra, 2002: 71-72). Dengan demikian, agar memudahkan siswa dalam belajar lompat tinggi, dilakukan modifikasi alat. Saputra (2002: 5) mengatakan bahwa pelaksaanan pembelajaran atletik dapat memanfaatkan alat-alat yang sederhana. Oleh karena itu, alat yang dimodifikasi dalam pembelajaran lompat tinggi ini ialah berupa tempat pendaratan seperti kasur atau bolsak; palang (rintangan yang dilompati) seperti tali rapia, karet yang terbuat dari ban dalam sepeda, dos (kardus), atau bahan sejenisnya yang tidak membahayakan siswa; dan ukuran ketinggian rintangan. Proses belajar lompat tinggi melalui beberapa modifikasi di atas dilaksanakan dengan urutan sebagai berikut: (a) siswa dilatih dengan melompati kardus yang telah dipajang, (b) selanjutnya, siswa dilatih melompat tinggi menggunakan tali elastis, (c) ketinggian lompatan diawali dengan ukuran yang masih rendah kemudian dinaikkan secara bertahap. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan siswa mempelajari gerak dasar lompat tinggi. Selain itu, memberikan keberanian siswa untuk melakukan aktivitas melompat. Termasuk juga mencegah terjadinya kejenuhan dalam beraktivitas, dan menghilangkan prasangka bahwa belajar lompat tinggi tidak menarik.

17 17 B. Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini ialah: Jika strategi pembelajaran modifikasi diterapkan dalam pembelajaran, maka kemampuan gerak dasar lompat tinggi siswa kelas V SDN 2 Lawonu Kecamatan Tilango, akan meningkat. C. Indikator Kinerja Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah: Jika kemampuan siswa (20 orang) terhadap gerak dasar lompat lompat tinggi telah meningkat dari 9 orang atau sebesar 45% menjadi 16 orang atau sebesar 80%, maka penelitian tindakan kelas ini dinyatakan selesai.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN HAKEKAT LOMPAT TINGGI GAYA STRADDLE. straddle.(farida Mulyaningsih dkk, 2010:64)

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN HAKEKAT LOMPAT TINGGI GAYA STRADDLE. straddle.(farida Mulyaningsih dkk, 2010:64) 1 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1. KAJIAN TEORI 2.1.1. HAKEKAT LOMPAT TINGGI GAYA STRADDLE Lompat tinggi termasuk cabang olahraga atletik nomor lompat. Untuk pemula, lompat tinggi yang paling

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan

II. KAJIAN PUSTAKA. peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan 7 II. KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Thursan Hakim (2005:1), belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas

Lebih terperinci

Sriawan Universitas Negeri Yogyakarta, Jl. Kolombo No.1, Karangmalang Yogyakarta

Sriawan Universitas Negeri Yogyakarta, Jl. Kolombo No.1, Karangmalang Yogyakarta Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia Volume 11, Nomor 1, April 2015 Sriawan Diterbitkan Oleh: Jurusan Pendidikan Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta IDENTIFIKASI KESALAHAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. ini juga merupakan salah satu materi permainan yang diajarkan di tingkat SD

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. ini juga merupakan salah satu materi permainan yang diajarkan di tingkat SD 1 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakikat Permainan Kasti Permainan kasti pada hakikatnya merupakan salah satu jenis permainan menggunakan bola dan tergolong ke

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banyak ahli pendidikan jasmani yang menjelaskan tentang pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banyak ahli pendidikan jasmani yang menjelaskan tentang pengertian 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pendidikan jasmani Banyak ahli pendidikan jasmani yang menjelaskan tentang pengertian pendidikan jasmani, salah satu diantaranya Engkos Kosasih (1995 : 2) mengatakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. lain yang menggunakan kata atletik adalah athletics (bahasa Inggris), athletiek

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. lain yang menggunakan kata atletik adalah athletics (bahasa Inggris), athletiek 1 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Atletik Menurut Mukholid, (2004:100) bahwa istilah atletik berasal dari kata athlon (bahasa Yunani) yang artinya berlomba atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Penjasorkes Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa pakar. Para pakar penjasorkes cenderung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendidikan Jasmani merupakan salah satu mata pelajaran dalam kurikulum di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendidikan Jasmani merupakan salah satu mata pelajaran dalam kurikulum di II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani Pendidikan Jasmani merupakan salah satu mata pelajaran dalam kurikulum di sekolah yang beroreantasi pada pelaksanaan misi pendidikan melalui aktivitas jasmani

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. yaitu Athlon yang berarti memiliki makna bertanding atau berlomba (Yudha

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. yaitu Athlon yang berarti memiliki makna bertanding atau berlomba (Yudha 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Atletik BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN Atletik merupakan istilah dalam olahraga yang berasal dari bahasa yunani yaitu Athlon yang berarti memiliki makna bertanding

Lebih terperinci

METHODIK DASAR GERAK ATHLETIK

METHODIK DASAR GERAK ATHLETIK METHODIK DASAR GERAK ATHLETIK Oleh Drs. H.M.Husni Thamrin, M.Pd FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA METHODIK ATHLETIK Mengajar Gerak Dasar Atletik 1. Atletik merupakan aktivitas jasmani

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dan sangat berpengaruh bagi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dan sangat berpengaruh bagi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dan sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup manusia. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar kelak mereka mampu membuat keputusan terbaik tentang aktivitas jasmani

BAB I PENDAHULUAN. agar kelak mereka mampu membuat keputusan terbaik tentang aktivitas jasmani 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan jasmani itu adalah wahana untuk mendidik anak. Para ahli sepakat, bahwa pendidikan jasmani merupakan alat untuk membina anak muda agar kelak mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak dirasakan orang tentang manfaatnya. Oleh karena itu kita perlu

BAB I PENDAHULUAN. banyak dirasakan orang tentang manfaatnya. Oleh karena itu kita perlu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan olah raga dewasa ini semakin pesat dan semakin banyak dirasakan orang tentang manfaatnya. Oleh karena itu kita perlu mengetahui dan memahami makna

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Lompat Jauh a. Pengertian Lompat Jauh Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompatdalam cabang olahraga atletik. Lompat jauh merupakan suatu bentuk gerakan melompat,

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. pendidikan jasmani, salah satu diantaranya Engkos Kosasih (1995 : 2)

KAJIAN PUSTAKA. pendidikan jasmani, salah satu diantaranya Engkos Kosasih (1995 : 2) 6 II. KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Pendidikan Jasmani Banyak ahli pendidikan jasmani yang menjelaskan tentang pengertian pendidikan jasmani, salah satu diantaranya Engkos Kosasih (1995 : 2) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut adalah melalui pendidikan jasmani (Penjas). Pendidikan Jasmani

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut adalah melalui pendidikan jasmani (Penjas). Pendidikan Jasmani 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu terbentuknya tujuan pendidikan nasional adalah terbentuknya manusia yang sehat jasmani dan rohani, dan salah satu upaya untuk mewujudkan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui aktifitas jasmani, olahraga dan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. melalui aktifitas jasmani, olahraga dan kesehatan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani adalah mata pelajaran yang menuntut siswa lebih banyak berbuat dalam arti melakukan gerak, mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan menfasilitasi kegiatan belajar mereka.

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan menfasilitasi kegiatan belajar mereka. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar yang menumbuhkan, mengembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan menfasilitasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran 1. Pengertian Pembelajaran Istilah pembelajaran dalam keseharian di sekolah sering dipahami, sama dengan proses belajar mengajar yang di dalamnya ada interaksi pendidik

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN TEKNIK DASAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI STRATEGI MODIFIKASI

PENINGKATAN KEMAMPUAN TEKNIK DASAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI STRATEGI MODIFIKASI PENINGKATAN KEMAMPUAN TEKNIK DASAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI STRATEGI MODIFIKASI Maijum Guru SDN 002 Pulau Komang maijum226@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lompat jauh gaya jongkok merupakan salah satu nomor yang tergabung dalam

BAB I PENDAHULUAN. Lompat jauh gaya jongkok merupakan salah satu nomor yang tergabung dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lompat jauh gaya jongkok merupakan salah satu nomor yang tergabung dalam cabang olahraga atletik yang memiliki unsur kecepatan, kekuatan, kelentukan dan keseimbangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu kemampuan siswa, faktor lingkungan, faktor guru dan sarana prasarana. Guru selalu diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) merupakan salah satu pelajaran yang memiliki peran penting dari proses pendidikan. Melalui pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakikat Tolak Peluru Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang terdiri atas nomor lari, jalan, tolak dan lempar. Pada nomor

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pembelajaran, dan hasil belajar yang dicapai siswa sangat dipengaruhi oleh

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pembelajaran, dan hasil belajar yang dicapai siswa sangat dipengaruhi oleh 1 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakikat Hasil Belajar Keberhasilan sebuah proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh hasil belajar yang dicapai oleh siswa.

Lebih terperinci

MODUL 2 : MODIFIKASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI PENDAHULUAN

MODUL 2 : MODIFIKASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI PENDAHULUAN 25 MODUL 2 : PENDAHULUAN MODIFIKASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI Drs. Yoyo Bahagia, M. Pd Penyelenggaraan program pendidikan jasmani (Penjas) hendaknya mencerminkan karakteristik program pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan yang mengaktulisasikan potensipotensi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan yang mengaktulisasikan potensipotensi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan yang mengaktulisasikan potensipotensi aktivitas manusia berupa sikap, tindakan dan karya yang diberi bentuk, isi, dan arah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anisha Novianti, Penerapan Modifikasi Media Pembelajaran dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Gerak Dasar Lompat Jauh

BAB I PENDAHULUAN. Anisha Novianti, Penerapan Modifikasi Media Pembelajaran dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Gerak Dasar Lompat Jauh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atletik merupakan salah satu aktivitas fisik yang dapat diperlombakan atau dipertandingkan dalam kegiatan jalan, lari, lempar, lompat. Islilah atletik berasal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang. dengan menggunakan tenaga manusia kini sudah banyak diganti dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang. dengan menggunakan tenaga manusia kini sudah banyak diganti dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang demikian pesat dan canggih, sehingga segala sesuatu yang semula dikerjakan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan media untuk mendorong perkembangan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan dan penalaran penghayatan nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap orang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap orang, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap orang, karena pendidikan merupakan hak setiap orang untuk mendapatkannya. Pendidikan bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar/bekal ilmu untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang dan

BAB I PENDAHULUAN. dasar/bekal ilmu untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses untuk meningkatkan martabat manusia yang memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif, psikomotor) berkembang secara optimal. Pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Atletik adalah salah satu cabang olahraga yang paling kompleks, karena

I. PENDAHULUAN. Atletik adalah salah satu cabang olahraga yang paling kompleks, karena I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Atletik adalah salah satu cabang olahraga yang paling kompleks, karena banyak nomor yang dipertandingkan dalam cabang ini seperti berjalan, berlari, melompat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan. Melalui pendidikan jasmani dikembangkan beberapa aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan. Melalui pendidikan jasmani dikembangkan beberapa aspek yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang mengutamakan gerak fisik yang mempunyai peran penting untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bukan hanya mengembangkan ranah jasmani, tetapi juga mengembangkan. Pembekalan pengalaman belajar diarahkan untuk membina, sekaligus

I. PENDAHULUAN. bukan hanya mengembangkan ranah jasmani, tetapi juga mengembangkan. Pembekalan pengalaman belajar diarahkan untuk membina, sekaligus I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. integral dari pendidikan secara keseluruhan, melalui aktifitas jasmani,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. integral dari pendidikan secara keseluruhan, melalui aktifitas jasmani, BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, melalui aktifitas jasmani, olahraga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani sebagai komponen pendidikan secara keseluruhan telah disadari oleh banyak kalangan. namun dalam pelaksanaannya pengajaran pendidikan jasmani

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. baik (Djumidar A. Widya, 2004: 65). kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya.

BAB II KAJIAN TEORI. baik (Djumidar A. Widya, 2004: 65). kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya. BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Lompat Jauh Gaya Jongkok a. Pengertian Lompat Jauh Lompat adalah suatu gerakan mengangkat tubuh dari suatu titik ke titik yang lain yang lebih jauh atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pembicaraan tentang pembelajaran atau pengajaran tidak dapat dipisahkan

BAB II KAJIAN TEORI. Pembicaraan tentang pembelajaran atau pengajaran tidak dapat dipisahkan BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Pembicaraan tentang pembelajaran atau pengajaran tidak dapat dipisahkan dari istilah kurikulum dan pengertiannya. Hubungan keduanya dapat dipahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik melalui mata pelajaran pendidikan jasmani. Hal tersebut bisa dipahami karena mengarahkan

BAB I PENDAHULUAN. fisik melalui mata pelajaran pendidikan jasmani. Hal tersebut bisa dipahami karena mengarahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan sebagai wadah pendidikan formal mempunyai tugas untuk menyelenggarakan pembinaan mental-spritual, intelektual dan khususnya pembinaan kualitas

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Banyak ahli pendidikan jasmani yang menjelaskan tentang pengertian

I. TINJAUAN PUSTAKA. Banyak ahli pendidikan jasmani yang menjelaskan tentang pengertian I. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pendidikan jasmani Banyak ahli pendidikan jasmani yang menjelaskan tentang pengertian pendidikan jasmani, salah satu diantaranya Engkos Kosasih (1995 : 2) mengatakan bahwa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. jasmani dan pendidikan melalui aktivitas jasmani. Pendidikan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. jasmani dan pendidikan melalui aktivitas jasmani. Pendidikan untuk 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani mengandung dua pengertian yaitu pendidikan untuk jasmani dan pendidikan melalui aktivitas jasmani. Pendidikan untuk jasmani mengandung pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan jasmani telah menjadi bagian dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan maksud untuk mengubah perilaku peserta didik. Dalam hal ini sebagaimana dikemukakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN Hakikat Tolak Peluru dan Aspek-Aspeknya. bermula diletakkan dipangkal bahu.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN Hakikat Tolak Peluru dan Aspek-Aspeknya. bermula diletakkan dipangkal bahu. BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Tolak Peluru dan Aspek-Aspeknya Tolak peluru merupakan salah satu jenis keterampilan menolakkan benda berupa peluru sejauh mungkin.

Lebih terperinci

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot Kebugaran jasmani harus dipenuhi oleh setiap orang. Kebugaran jasmani merupakan pendukung keberhasilan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Latihan kebugaran jasmani meliputi daya tahan, kekuatan, kelenturan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan manusia tidak akan lepas dari pendidikan, karena pendidikan berfungsi untuk meningkatkan kualitas manusia, baik sebagai individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lompat jauh (long jump), lompat jangkit (triple jump), lompat tinggi (high jump),

BAB I PENDAHULUAN. lompat jauh (long jump), lompat jangkit (triple jump), lompat tinggi (high jump), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran pendidikan jasmani adalah suatu kegiatan pembelajaran yang di dalam pengajarannya menekankan aktifitas gerak dan jasmani serta usaha yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan peraturan, pendidikan,pelatihan,pembinaan,pengembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan peraturan, pendidikan,pelatihan,pembinaan,pengembangan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembinaan olahraga sejak dini merupakan satu program kebijakan pembinaan olahraga nasional, seperti tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PenjasOrkes) sebagai bagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PenjasOrkes) sebagai bagian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PenjasOrkes) sebagai bagian integral dari pendidikan keseluruhan tentu saja memusatkan semua usahanya untuk dapat membantu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Mengajar Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan cabang olahraga atletik mempunyai peranan penting dalam pendidikan jasmani. Hal ini karena, gerakan-gerakan dalam cabang olahraga atletik hampir ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pepatah mengatakan didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat.

BAB I PENDAHULUAN. pepatah mengatakan didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pembinaan olahraga sejak dini sangat baik untuk seorang anak, seperti pepatah mengatakan didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Sehingga pembinaan olahraga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Mengajar Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani merupakan suatu pendidikan yang wahana belajarnya melalui aktifitas fisik, tetapi dalam pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan pendidikan jasmani bukan hanya mengembangkan ranah jasmani,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan pendidikan jasmani bukan hanya mengembangkan ranah jasmani, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pendidikan jasmani bukan hanya mengembangkan ranah jasmani, tetapi juga mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas

Lebih terperinci

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas Kekuatan otot adalah tenaga, gaya, atau tegangan yang dapat dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot pada suatu kontraksi dengan beban maksimal. Otot-otot tubuh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Atletik merupakan aktifitas jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Atletik merupakan aktifitas jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritik 1. Pengertian Atletik Atletik merupakan aktifitas jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan dasar yang dinamis dan harmonis yaitu jalan, lari, lompat, dan lempar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari program pendidikan. Tidak ada pendidikan yang lengkap tanpa pendidikan jasmani, dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengintensifkan peyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. mengintensifkan peyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani memiliki peranan yang sangat penting dalam mengintensifkan peyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bahkan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul betul

BAB I PENDAHULUAN. dan bahkan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul betul BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimana pun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. secara sistematis dengan melibatkan gerakan-gerakan yang terpilih dan terencana

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. secara sistematis dengan melibatkan gerakan-gerakan yang terpilih dan terencana 1 2.1 Kajian Teoritis BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1.1 Hakikat Senam Ketangkasan Senam dapat diartikan sebagai setiap bentuk latihan fisik yang disusun secara sistematis dengan melibatkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pendidikan Jasmani mengandung dua pengertian yaitu pendidikan untuk

TINJAUAN PUSTAKA. Pendidikan Jasmani mengandung dua pengertian yaitu pendidikan untuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani Pendidikan Jasmani mengandung dua pengertian yaitu pendidikan untuk jasmani dan pendidikan melalui aktivitas jasmani. Pendidikan untuk jasmani mengandung pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia

BAB I PENDAHULUAN. gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan memiliki sasaran pedadogis, oleh karena itu pendidikan kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial,

BAB I PENDAHULUAN. jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lempar. Selain dari itu gerakan yang terdapat dalam. mengemukakan bahwa atletik ibu dari semua cabang olahraga.

I. PENDAHULUAN. lempar. Selain dari itu gerakan yang terdapat dalam. mengemukakan bahwa atletik ibu dari semua cabang olahraga. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Atletik adalah salah satu cabang olahraga yang paling kompleks, karena banyak nomor yang dilombakan dalam cabang ini, seperti berjalan, lari, lompat dan cabang olahraga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas pembelajaran harus terus menerus dilakukan. Salah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas pembelajaran harus terus menerus dilakukan. Salah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guna tercapainya tujuan pembelajaran secara optimal, upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran harus terus menerus dilakukan. Salah satunya dengan melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang memiliki peran sangat penting terhadap perkembangan perilaku siswa seperti aspek kognitif,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkret,

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkret, 1 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Media Pembelajaran Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkret, baik dalam konsep maupun faktanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan psikis yanglebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan psikis yanglebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, yang bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini berkembang pesat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini berkembang pesat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini berkembang pesat dan berdampak di berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam bidang pendidikan dan olahraga.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mendorong, membimbing mengembangkan dan membina kemampuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mendorong, membimbing mengembangkan dan membina kemampuan 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pendidikan yang diarahkan untuk mendorong, membimbing mengembangkan dan membina kemampuan jasmaniah

Lebih terperinci

Lompat Jauh. A. Pengertian Lompat Jauh

Lompat Jauh. A. Pengertian Lompat Jauh Lompat Jauh A. Pengertian Lompat Jauh Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompat dari cabang olahraga atletik yang paling populer dan paling sering dilombakan dalam kompetisi kelas dunia, termasuk Olimpiade.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan investasi besar jangka panjang yang harus ditata dan disiapkan sebaik mungkin, hal ini diakui oleh semua orang atau suatu bangsa demi untuk

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian Lampiran. Surat Izin Penelitian 63 64 65 66 Lampiran 2. Surat Pernyataan Kolaborator SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : PURWANTO NIM : 060422706 Program Studi : PJKR/PKS D2-S Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai suatu kegiatan telah di kenal dan di sadari atau tidak di lakukan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai suatu kegiatan telah di kenal dan di sadari atau tidak di lakukan oleh 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah adalah suatu proses yang di tandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang dan perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha. Sejak lahir

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kompleks, karena mencakup dimensi bio-sosio-kultural. Ditinjau dari aspek

I. PENDAHULUAN. kompleks, karena mencakup dimensi bio-sosio-kultural. Ditinjau dari aspek I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas dalam pendidikan jasmani dan olahraga merupakan fenomena yang kompleks, karena mencakup dimensi bio-sosio-kultural. Ditinjau dari aspek biologis isi kegiatan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Alokasi Waktu : SMA Negeri 1 Godean : Penjasorkes : XII/Satu : Tolak Peluru : 3 JP (3 X 45 menit) A. Tujuan Pembelajaran

Lebih terperinci

2015 UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR LARI JARAK PENDEK MELALUI TAG GAMES

2015 UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR LARI JARAK PENDEK MELALUI TAG GAMES A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Atletik merupakan salah satu aktivitas fisik yang dapat diperlombakan atau dipertandingkan dalam kegiatan jalan, lari, lempar, lompat. Istilah atletik berasal

Lebih terperinci

2015 MOD IFIKASI PEMBELAJARAN AKTIVITAS PERMAINAN BOLAVOLI D ALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA:

2015 MOD IFIKASI PEMBELAJARAN AKTIVITAS PERMAINAN BOLAVOLI D ALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan jasmani sebagai komponen pendidikan secara keseluruhan telah disadari banyak kalangan. Namun dalam pelaksanaannya pembelajaran pendidikan jasmani berjalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencerdaskan kehidupan bangsa berdasarkan (UUD 1945). Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencerdaskan kehidupan bangsa berdasarkan (UUD 1945). Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan perwujudan manusia yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa berdasarkan (UUD 1945). Pendidikan merupakan suatu

Lebih terperinci

H. Kajian Pustaka 1. Hakekat Belajar Mengajar Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

H. Kajian Pustaka 1. Hakekat Belajar Mengajar Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. H. Kajian Pustaka 1. Hakekat Belajar Mengajar Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Belajar adalah merupakan suatu usaha untuk menambah atau mengumpulkan berbagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan, mata pelajaran ini

TINJAUAN PUSTAKA. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan, mata pelajaran ini II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan, mata pelajaran ini berorientasi pada pelaksanaan misi pendidikan melalui aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan filosofi yang mendasari pendidikan jasmani. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan filosofi yang mendasari pendidikan jasmani. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani adalah bagian penting dari sistem pendidikan. Sebab secara esensi pendidikan jasmani membantu kelancaran proses pembelajaran. Hal ini sejalan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pelajaran yang diajarkannya sebagai suatu pelajaran yang dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pelajaran yang diajarkannya sebagai suatu pelajaran yang dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Pembelajaran Di Dalam pembelajaran guru harus memahami dan menguasai materi pelajaran yang diajarkannya sebagai suatu pelajaran yang dapat mengembangkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ini, belajar adalah merupakan salah satu proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau hasil

TINJAUAN PUSTAKA. ini, belajar adalah merupakan salah satu proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau hasil II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Mengajar Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang diajarkan di sekolah memiliki peranan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TOLAK PELURU

IMPLEMENTASI KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TOLAK PELURU IMPLEMENTASI KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TOLAK PELURU I Made Tinggal Yasa, Nim 1196015037 PENJASKESREK FOK Universitas Pendidikan Ganesha, Kampus Tengah Undiksha Singaraja,

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SMP/MTs :... Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Kelas/Semester : VII (Tujuh )/1 (satu) Alokasi Waktu : 6 x 40 menit (3 x pertemuan ) A. Standar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang bertujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang bertujuan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang bertujuan mengarahkan siswa pada perubahan tingkah laku yang di inginkan. Pengertian ini cukup

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di VI SDN 2 Lawonu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di VI SDN 2 Lawonu 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 1. Setting Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di VI SDN 2 Lawonu Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo pada

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan kegiatan yang menggunakan unsur fisik untuk mendapatkan kesenangan dan menghasilkan kesehatan jasmani maupun rohani, disamping prestasi. Setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak akan lepas dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan manusia dalam meningkatkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Mengajar Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks penelitian. Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks penelitian. Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pada dasarnya merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks penelitian Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan apsek

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Olahraga Atletik Atletik adalah salah satu cabang olahraga yang tertua, gerakan dalam atletik merupakan gerakan yang dilakukan dalam kehidupan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) SATU ACARA PERKULIAH (SAP) Kode dan Mata Kuliah : PO 402. DIDAKTIK D METODIK PENGAJAR ATLETIK (2 SKS) Topik Bahasan : Pengertian didaktik dan metodik pengajaran atletik. serta karakteristik dan struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang dijadikan alat untuk menyampaikan tujuan pendidikan yang pelaksanaannya dapat dilakukan di sekolahsekolah,

Lebih terperinci