BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan dengan bantuan program komputer Statistical Packages of

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian (Usman, 1996: 16).

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN. analisis korelasi product moment untuk mencari hubungan antara. melakukan pengujian terhadap korelasi antar variabel.

BAB V HASIL PENELITIAN. uji linieritas hubungan variabel bebas dan tergantung. diuji normalitasnya dengan menggunakan program Statistical

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. apabila P > 0,05 dan diperoleh hasil sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Persiapan Penelitian. pelaksanaan penelitian, adapun tahap yang dilakukan adalah sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN. A. Persiapan Penelitian. di jalan A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan, Kartasura Surakarta Jawa Tengah

BAB V HASIL PENELITIAN

HUBUNGAN KESIAPAN BELAJAR DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL SISWA KELAS XII SMA NEGERI 16 PADANG

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi pada data penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA

BAB III METODE PENELITIAN. mendidik anak untuk dapat berkembang sesuai dengat tingkat perkembangan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun

BAB V ANALISI DATA DAN HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perasaan dan pendapat kepada orang lain tanpa menyinggung perasaan orang itu,

BAB 2 LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Makna kecerdasan emosional oleh psikolog Peter Salovey dan John Mayer

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kegiatan perusahaan, karena peran karyawan sebagai subyek

BAB V HASIL dan PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. kecerdasan emosi dengan kecenderungan perilaku bullying pada siswa

BAB V HASIL PENELITIAN. normal atau tidak. Uji ini dilakukan dengan menggunakan One. Sample Kolmogorov-Smirnov Tes dan memberikan hasil sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Latin, yaitu stringere, yang memiliki arti keluar dari kesukaan (draw tight).

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Uji Asumsi Sebelum melakukan analisis korelasi product moment. kedua variabel tersebut normal atau tidak

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak terhadap bidang ekonomi, politik, sosial, budaya saja, melainkan

BAB III METODE PENELITIAN. Oleh karena itu, peneliti telah menetapkan tiga variable dalam penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. sejak awal hingga akhir penelitian. Pendekatan kuantitatif yaitu penlitian tentang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Singkat Latar Belakang Obyek Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel. Alat ukur yang

BAB V HASIL PENELITIAN. dan harga diri, peneliti melakukan pengujian hipotesis. Hipotesis diuji dengan menggunakan teknik analisis korelasi Regresi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN. Pengujian hipotesis menggunakan teknik analisis korelasi Product

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI LOSARI NO.153 PASAR KLIWON SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Penelitian ini menggunakan tiga variabel yang terdiri dari satu variabel

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Keberadaan kecerdasan emosional merupakan suatu kondisi yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai gambaran umum subjek, hasil

BAB V PEMBAHASAN. 1) Prokrastinasi Akademik. Kolmogorov Smirnov Z dengan bantuan Statistcal. Packages for Social Sciences (SPSS) Release 16.0.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. ada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB-UB). Jika

DAFTAR ISI. PERNYATAAN i ABSTRAK. ii KATA PENGANTAR. iv UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI. viii

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. data normal atau tidak. Alat yang digunakan adalah One Sample. Uji normalitas pada skala subjective well-being

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. uji asumsi dan uji hipotesis terhadap data penelitian tersebut.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. tidaknya sebaran skor variable serta linier atau tidaknya hubungan. antara variabel bebas dengan variabel tergantungnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kecerdasan emosional

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berupa angket tentang hubungan antara atmosfir sekolah dengan kecerdasan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. membuktikan diri sebagai Bimbingan belajar terbaik dan terbesar di Indonesia.

BAB III METODE PENELITIAN. Obyek Penelitian ini adalah sense of humor dan penyesuaian diri pada remaja

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. 1) Variabel Terikat (Dependent): Konflik Kerja (Y)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. b. Regulasi emosi. B. Definisi Operasional

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 3 Kota Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 3 Doplang, yang beralamat di jalan Bangklean

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang dilakukan dengan uji statistik dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif korelasional.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Data Distribusi Frekuensi Motivasi Intrinsik

BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah :

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat biasanya mengartikan anak berbakat sebagai anak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Konflik. tindakan pihak lain. Apabila dua orang individu masing-masing berpegang pada

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan beserta definisi operasionalnya adalah sebagai berikut : 1. Variabel Independen atau Variabel Bebas (X)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. subjek, yaitu jenis kelamin dan kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN Cabang Sukajadi Pekanbaru dan waktu penelitian ini direncanakan selama 3

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. antara dua atau beberapa variabel. dengan teknik korelasi seorang peneliti

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. variabel bebas dengan variabel tergantungnya. selengkapnya dapat dilihat di lampiran D-1.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Remaja

Transkripsi:

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN D. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Sebelum menguji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang meliputi uji normalitas dan uji linearitas. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran E-1 dan E-2. Seluruh pengujian ini dilakukan dengan bantuan program komputer Statistical Packages of Social Science (SPSS)13.0. a. Uji Normalitas Salah satu syarat analisis korelasi pearson dan regresi adalah data penelitian berdistribusi normal. Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov Smirnov Z karena sampel 50. Normal atau tidaknya suatu distribusi dapat dilihat dari tingkat signifikansinya, apabila signifikansi >0,05 maka dapat dikatakan suatu sampel berdistribusi normal. Adapun hasil uji normalitas variabel x dan y sebagi berikut: 1. Hasil uji normalitas pada variabel y memperoleh skor KS- Z = 0,121 dengan p > 0,05. Hal ini berarti variabel y berdistribusi normal. 2. Hasil uji normalitas pada variabel x memperoleh skor KS- Z = 0.,104 dengan p > 0,05. Hal ini berarti variabel x berdistribusi normal. 40

41 b. Uji Linieritas Tujuan dari uji linieritas untuk mengetahui apakah antara variabel bebas dengan variabel tergantung memiliki hubungan yang bersifat linier. Hasil uji linieritas diperoleh nilai F hitung 61,360 dengan p < 0,05 yang berarti kecerdasaan emosional dengan stres kerja memiliki hubungan yang linier. c. Uji Hipotesis Setelah dilakukan uji asumsi, selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Dengan memakai product momet pearson di peroleh variabel kecerdasan emosional dengan stres kerja berdistribusi normal dan memiliki hubungan yang linier, sehingga untuk mengetahui korelasi kedua variabel tersebut dapat menggunakan analisis parametrik yaitu uji korelasi Pearson. Hasil uji korelasi Pearson diperoleh koefisien korelasi (r) sebesar -0,652 bertanda negatif dengan p < 0,01. Hal ini berarti terdapat hubungan negatif sangat signifikan antara kecerdasan emosional dengan stres kerja yaitu semakin tinggi kecerdasan emosional akan semakin rendah stres kerja karyawan. Dengan demikian maka hipotesis penelitian ini diterima. 41

42 B. Pembahasan Data yang didapatkan dalam penelitian ini memiliki sebaran yang normal dan korelasi yang linear sehingga memungkinkan untuk melakukan analisis menggunakan analisa statistik Uji Korelasi Pearson. Bedasarkan uji hipotesis yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan (r = -0,652 p < 0,01) antara kecerdasan emosi dengan stres kerja karyawan. Dengan demikian, hipotesis penelitian ini diterima. Artinya semakin tinggi kecerdasan emosi pada karyawan maka stres kerja akan semakin rendah. Secara teoritis, karyawan yang memiliki kecerdasan emosi tinggi mampu mengelola perasaan diri sendiri dan mengelola perasaan saat berinteraksi dengan orang lain sehingga akan menentukan pikiran dan tindakan secara tepat dan efektif. Hal itu dapat membuat karyawan mampu menghadapi tuntutan dan tantangan pekerjaan yang menimbulkan stres kerja. Sebaliknya, karyawan yang memiliki kecerdasan emosi yang rendah kurang mampu dalam mengelola perasaan diri dan mengelola perasaan saat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak dapat bertindak secara tepat dan efektif, sehingga karyawan tersebut akan mengalami kesulitan dalam menghadapi tuntutan dan tantangan pekerjaan dan hal itu dapat menimbulkan stres kerja. Sebagian besar karyawan memiliki kategori yang tinggi dalam mengenali emosi diri. Hasil korelasi aspek kecerdasan emosional mengenali emosi diri terhadap stres kerja diperoleh hasil r = -0,449; p < 0,01. Hal ini berarti ada hubungan negatif yang sangat signifikan 42

43 antara mengenali emosi diri dengan stres kerja karyawan. Artinya semakin tinggi mengenali emosi diri maka stres kerja pada karyawan akan semakin rendah. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Salovey menyatakan bahwa mengenali emosi diri merupakan dasar kecerdasan emosi. Penguasaan seseorang akan hal ini memiliki kepekaan atas pengambilan keputusan-keputusan masalah pribadi. Hal penting dalam pembinaan hubungan adalah kemampuan untuk memahami emosi orang lain dan kemudian bertindak bijaksana berdasarkan pemahaman tersebut, serta kemampuan untuk mengekspresikan emosi secara tepat kepada orang lain. Sebagian besar karyawan memiliki kategori yang tinggi dalam mengelola emosi. Hasil korelasi aspek kecerdasan emosional mengelola emosi terhadap stres kerja diperoleh hasil r = -0,529 p < 0,01. Hal ini berarti ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara mengelola emosi dengan stres kerja karyawan. Artinya semakin tinggi mengenali emosi diri maka stres kerja pada karyawan akan semakin rendah Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Salovey menyatakan mengelola emosi adalah bagaian dari kecerdasaan emosi seseorang yang ditunjukan dengan kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan, atau ketersingungan sehingga dia dapat bangkit kembali dengan jauh lebih cepat dari penurunan masalah pekerjaan. Sebagian besar karyawan memiliki kategori yang tinggi dalam memotivasi diri. Hasil korelasi aspek kecerdasan emosional memotivasi diri terhadap stres kerja diperoleh hasil r = -0,595 43

44 p < 0,01. Hal ini berarti ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara memotivasi diri dengan stres kerja karyawan. Artinya semakin tinggi motivasi diri maka stres kerja pada karyawan akan semakin rendah. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Salovey menyatakan kecerdasaan ini berhubungan dengan kemampuan seeorang dalam membangkitkan hasrat, menguasai diri, menahan diri, terhadap kepuasan dan kecemasan. Keberhasilan dalam wilayah ini akan menjadikan seseorang cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan. Sebagian besar karyawan memiliki kategori yang tinggi dalam mengenali emosi orang lain. Hasil korelasi aspek kecerdasan emosional mengenali emosi orang lain terhadap stres kerja diperoleh hasil r = -0,567 p < 0,01. Hal ini berarti ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara mengenali emosi orang lain dengan stres kerja karyawan. Artinya semakin tinggi mengenali emosi orang lain maka stres kerja pada karyawan akan semakin rendah. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Salovey menyatakan mengenali emosi orang lain berkaitan erat dengan empati, salah satu kecerdasan emosi yang merupakan ketrampilan bergaul dasar. Orang yang emptik lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan atau di kehendaki orang lain. Sebagian besar karyawan memiliki kategori yang tinggi dalam membina hubungan dengan orang lain. Hasil korelasi aspek kecerdasan emosional membina hubungan dengan orang lain 44

45 terhadap stres kerja diperoleh hasil r = -0,438 p < 0,01. Hal ini berarti ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara membina hubungan dengan orang lain dengan stres kerja karyawan. Artinya semakin tinggi membina hubungan dengan orang lain maka stres kerja pada karyawan akan semakin rendah. Seni membina hubungan dengan orang lain sangat diperlukan dalam menunjang popularitas dan keberhasilan antar pribadi. Menurut Rauven Bar- On, aspek dari kecerdasan emosional meliputi ketrampilan intra pribadi, ketrampilan antar pribadi, adaptabilitas, strategi pengelolaan stres dan suasana hati yang umum Ciarrochi (dalam Bellinda, 2016, hal. 1-18). Untuk mempertahankan kecerdasan emosi sebagai suatu langkah untuk menghadapi berbagai situasi yang terjadi di tempat kerja khususnya dalam menghadapi stres di tempat kerja. Menurut Goleman adalah senantiasa meningkatkan kesadaran diri dengan cara meningkatkan kemampuan diri agar bisa mengetahui apa yang dirasakan, mampu untuk melakukan pengaturan diri dengan cara meningkatkan kemampuan diri dalam menangani emosi agar berdampak positif terhadap pelaksanaan tugas, meningkatkan motivasi diharapkan agar mampu menggunakan hasrat yang paling baik dalam diri untuk menggerakkan dan menuntun menuju sasaran, membantu mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif serta mampu bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi serta memanfaatkan emosi untuk mencapai kesuksesan hidup, mampu untuk berempati dengan cara meningkatkan kemampuan diri agar 45

46 bisa merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, menumbuhkan sikap saling percaya dan menyelaraskan diri dengan orang lain dan kemampuan untuk memahami cara pandang orang lain, dan meeningkatkan ketrampilan sosial diharapkan dengan meningkatkan kemampuan diri agar dapat mengendalikan emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan (Andewi, Supartha, Putra 2016, hal. 2237-3067) menunjukkan bahwa kecerdasan emosional memiliki pengaruh negatif terhadap stres diterima. Penelitian ini sejalan dengan Darvish, dimana karyawan dengan kecerdasan emosional yang tinggi dapat menangani stres kerja. Kecerdasan emosional ditingkatkan untuk pengambilan keputusan dengan cara mengontrol emosi, meningkatkan kesadaran diri sendiri dan menjaga hubungan dengan orang lain. Penelitian ini membuktikan bahwa kecerdasan emosional telah memiliki pengaruh negatif signifikan dengan stres kerja. Kecerdasan emosional yang semakin tinggi menunjukan stres kerja semakin menurun. Tingkat kecerdasan emosional yang semakin rendah, maka tingkat stres kerja akan semakin meningkat Karambut & Noormijan (2012, h. 655-667). Kecerdasan emosional sangat diperlukan oleh karyawan agar dapat mengatasi stres. Kecerdasan emosional dapat mengatasi masalah karena dapat mengatur emosi diri sendiri sehingga mudah menyelesaikan masalah. Kecerdasan emosional sangat berpengaruh dalam dunia kerja karena kecerdasan emosional memungkinkan karyawan untuk mengelola emosinya dengan baik sehingga 46

47 membawa karyawan tersebut bekerja secara tepat dan efektif untuk mencapai sasaran dan tujuan perusahaan, hal ini dinyatakan pada penelitian Andewi. Menurut Andewi kecerdasan emosional merupakan proses spesifik dari kecerdasan informasi yang meliputi kemampuan dalam mengekspresikan emosi diri sendiri kepada orang lain, pengaturan emosi untuk mencapai tujuan. Kecerdasan emosional yang tinggi akan membantu karyawan dalam mengatasi konflik secara tepat dan menciptakan kondisi kerja yang baik sedangkan kecerdasan emosional yang rendah akan berdampak buruk karena karyawan kurang dapat pengambilan keputusan dan tidak bisa menghadapi konflik secara tepat (Andewi, dkk, 2016, hal. 2233). Selain itu, Stres kerja dapat membuat seorang karyawan dapat meduakan pekerjaanya. Stres yang dialami seseorang bisa dari dalam perusahaan atau luar perusahaan. Masalah stres kerja didalam organisasi menjadi gejala yang penting diamati sejak mulai timbulnya tuntutan untuk efisien didalam pekerjaan. Setiap tenaga kerja bekerja sesuai dengan perananya dalam organisasi, artinya setiap tenaga kerja mempunyai kelompok tugasnya yang harus dilakukan sesuai dengan aturan-aturan yang ada dan sesuai dengan yang diharapkan oleh atasanya. Namun dengan demikian tenaga kerja tidak selalu berhasil untuk memainkan perananya tanpa menimbulkan masalah. Kurang baik berfungsinya peran, yang merupakan pembangkit stres yaitu meliputi konflik peran dan ketaksaan peran (role ambiguity). Hal yang sama dinyatakan 47

48 Goswami membuktikan terdapat hubungan negatif signifikan kecerdasan emosional dengan stres karyawan (dalam Andewi,dkk, 2016, hal. 2337-2260). Peran kecerdasan emosi tampaknya diperlukan dalam menanggulangi stres kerja karyawan khususnya karyawan pada PT. Asuransi. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian bahwa kecerdasan emosi karyawan berada dalam kategori tinggi. Hal ini dapat diartikan bahwa aspek-aspek yang terdapat di dalam kecerdasan emosi yang meliputi kesadaran diri, kemampuan pengaturan diri, motivasi, empati dan ketrampilan sosial cukup berpengaruh dalam menentukan tinggi rendahnya tingkat stres kerja karyawan. Karyawan memiliki kecerdasan emosional dapat menangani stres kerja dan karyawan mampu melakukan pengambilan keputusan secara tepat sejalan dengan pendapat (Nezad & Bahramzade 2013, h. 979-984) kecerdasan emosional ditingkatkan untuk pengambilan keputusan dengan cara mengontrol emosi, meningkatkan kesadaran diri sendiri serta menjaga hubungan orang lain dan kecerdasan emosional bagi karyawan merupakan kemampuan mengontrol emosi yang diperlukan untuk mengelola stres kerja. Hal ini sejalan dengan pendapat Goleman mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki individu dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa (Goleman, 2009, h. 512). Dengan kecerdasan emosional, individu dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasaan dan mengatur 48

49 suasana hati. Individu yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi dapat menanggulangi emosi mereka sendiri dengan baik, dan memperhatikan kondisi emosinya, serta merespon dengan benar emosinya untuk orang lain. Ketika kecerdasan emosional dimiliki oleh karyawan berbakat akan ada peningkatan kerjasama dan inovasi yang dapat meningkatkan kreativitasnya. Nilai rata-rata empiris dari skor kecerdasan emosi subjek adalah 85,60 dengan standar deviasi 5,45 yaitu. Hal ini menunjukkan bahwa subjek penelitian memiliki tingkat kecerdasan emosi yang rendah yaitu berada pada interval 70-80 dengan jumlah subjek 3 orang, tingkat kecerdasan emosi sedang yaitu berada pada interval 80-90 dengan jumlah subjek 36 orang dan tingkat kecerdasan emosi tinggi berada pada interval 90-100 dengan jumlah subjek 11 orang. Sementara itu, berdasarkan data penelitian nilai rata-rata empiris dari skor stres kerja adalah 37,78 dengan standar deviasi 5,00. Hal ini menunjukkan bahwa subjek penelitian ini memiliki tingkat stres kerja yang rendah yaitu berada pada interval 20-30 dengan jumlah subjek 3 orang, tingkat stres kerja yang sedang berada pada interval 30-45 dengan jumlah subjek 44 dan tingkat stres kerja yang tinggi dengan interval 45-50 dengan jumlah subjek 3 orang. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa subjek penelitian memiliki kecerdasan emosi yang tinggi dan memiliki tingkat stress kerja yang rendah. 49

50 Peneliti menyadari dalam penelitian ini tidak terlepas dari adanya kelemahan. Adapun kelemahan dalam penelitian ini yang mungkin dapat mempengaruhi hasil penelitian diantaranya: 1. Subjek tergesa-gesa saat mengisi skala. 2. Subyek terlihat gelisah saat mengisi skala. 3. Pada penulisan item skala kurang tajam (Favorable dan Unfavorable). 4. Kurangnya fokus terhadap target 50