4. PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Pertama. Tabel 6. Komposisi Kimia TDTLA Pedaging

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengkukusan kacang hijau dalam pembuatan noga kacang hijau.

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perbandingan Tepung Tapioka : Tepung Terigu :

Tekstur biasanya digunakan untuk menilai kualitas baik tidaknya produk cookies.

5.1 Total Bakteri Probiotik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MUTU ORGANOLEPTIK DAN KIMIAWI STIK RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii DENGAN FORTIFIKASI TEPUNG UDANG REBON (Mysis sp.) ARTIKEL JURNAL OLEH

HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rendemen merupakan suatu parameter yang penting untuk mengetahui nilai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian dan (1.7) Tempat dan Waktu Penelitian. Jamur tiram putih atau dalam bahasa latin disebut Plerotus

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan pangan semakin meningkat dengan bertambahnya. jumlah penduduk. Berbagai jenis pangan diproduksi dengan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I. PENDAHULUAN. harus diberi perhatian khusus karena menentukan kualitas otak bayi kedepan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kadar Air (%) Tempe Dengan Penambahan Tepung Belut dan Variasi Konsentrasi Usar Tempe

4. PEMBAHASAN 4.1. Aktivitas Antioksidan

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka menjadi adonan yang kemudian dibentuk menjadi bola-bola seukuran bola

4. PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Analisa Proksimat Kadar Air

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepung terigu yang ditambahkan dengan bahan bahan tambahan lain, seperti

II. TINJAUAN PUSTAKA Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang

4. PEMBAHASAN. (Depkes RI, 2014).

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pendahuluan

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Sifat Fisikokimia Kadar Air

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang

KAJIAN SIFAT FISIKOKIMIA DAN SENSORI TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas blackie) DENGAN VARIASI PROSES PENGERINGAN

BAB III METODE PENELITIAN

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KUALITAS MIE BASAH DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG BIJI KLUWIH (Artocarpus communis G.Forst)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari

BAHAN MAKANAN SETENGAH JADI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang

PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT (Na2S2O5) DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG KECAMBAH KEDELAI

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung 83-87,5 g air; 3,3 4,9 g protein dan; 4 7,3 g lemak. Susu kambing

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

PEMANFAATAN JANTUNG PISANG KEPOK KUNING (Musa paradisiaca) TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA BAKSO DAGING SAPI

PAPER BIOKIMIA PANGAN

TINJAUAN PUSTAKA. kacang-kacangan lainnya yang dibuat secara tradisional dengan bantuan jamur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Produk Biskuit Brokoli dan Jambu Biji Fresh dan Bubuk B1 B2 B3 B4

I. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan pangan menurut Indrasti (2004) adalah dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tepung Sorghum. Tepung sorghum yang dihasilkan dianalisis sifat fisik, sifat fungsional dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di

LEMBAR KUESIONER PENILAIAN SENSORIS PRODUK SUSU UHT FULL CREAM PADA RESPONDEN DEWASA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. dan dikenal dengan nama latin Cucurbita moschata (Prasbini et al., 2013). Labu

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian,

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan

4. PEMBAHASAN 4.1. Analisa Kimia

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

I. PENDAHULUAN. produk yang praktis dan digemari adalah chicken nugget. Chicken nugget

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,

TINJAUAN PUSTAKA. Kacang merah atau kacang jogo tergolong pangan nabati. Kacang merah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada anak-anak membuat anak buta setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah keadaan di mana simpanan. pada malam hari (rabun senja). Selain itu, gejala kekurangan vitamin A

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

3. PEMBAHASAN 3.1.Karakteristik Fisik Mi Jagung Bayam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN TEPUNG DARI BUAH SUKUN. (Artocarpus altilis)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

PEMANFAATAN BIJI TURI SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM BAHAN BAKU PEMBUATAN KECAP SECARA HIDROLISIS DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK PEPAYA DAN NANAS

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Transkripsi:

4. PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Pada penelitian ini dilakukan pengujian karakteristik fisik meliputi kekerasan, warna (L*a*b*), dan kemampuan pembasahan dari flakes yang dibuat dari tujuh konsentrasi berbeda. Menurut Astuti & Andarwulan (2014), definisi dari kekerasan atau hardness adalah gaya tekan yang menunjukkan daya tahan produk pangan untuk berubah bentuk (deformasi) akibat gaya tekan yang diberikan. Kekerasan ditentukan dari gaya ketika tekanan pertama diberikan. Kekerasan flakes kacang hijau sangrai yang paling mendekati dengan kekerasan dari flakes kontrol. Hal ini disebabkan karena kadar air kacang hijau sangrai yang rendah yaitu 4%. Selain itu juga dipengaruhi oleh protein dalam bahan mentah. Nanyen et al., (2016) yang mengemukakan bahwa semakin tinggi penambahan kacang hijau akan menyebabkan penurunan tingkat kekerasan pada produk. Proses pemanasan pada saat pembuatan flakes dapat mengakibatkan protein terdenaturasi dan kehilangan kemampuannya mengikat air sehingga menyebabkan tekstur menjadi renyah. (Fellows, 2000). Kemudian dari segi warna, Nilai L* tertinggi terdapat pada kontrol kemudian diikuti oleh flakes berbahan baku kacang hijau sangrai. Flakes kacang hijau non sangrai memiliki nilai L* lebih rendah dari pada flakes kacang hijau sangrai, lalu flakes beras merah non sangrai dengan nilai yang lebih tinggi; flakes beras merah + kacang hijau non sangrai (1 : 1) dan beras merah + kacang hijau sangrai (1 : 1) memiliki nilai L* yang tidak berbeda jauh, terakhir nilai L* yang paling rendah dimiliki oleh flakes dengan bahan baku beras merah sangrai. Untuk nilai a*, nilai terbesar dimiliki oleh flakes dengan bahan baku beras merah sangrai dan beras merah non sangrai ; kemudian diikuti oleh flakes dengan bahan baku beras merah sangrai + kacang hijau sangrai (1 : 1). Nilai a* pada flakes berbahan baku beras merah + kacang hijau non sangrai (1 : 1) dan kontrol memiliki nilai a* yang tidak berbeda, lalu untuk flakes berbahan baku kacang hijau sangrai yang memiliki nilai a* 34

35 lebih tinggi dari pada flakes berbahan baku kacang hijau non sangrai yang memiliki nilai terendah. Untuk nilai b*, nilai tertinggi dimiliki oleh flakes dengan bahan baku kacang hijau non sangrai yaitu, diikuti kontrol, kemudian nilai b* pada flakes berbahan baku kacang hijau sangrai dengan flakes berbahan baku beras merah + kacang hijau non sangrai (1 : 1) tidak berbeda jauh yaitu. Berikutnya nilai b* pada flakes berbahan baku beras merah + kacang hijau sangrai (1 : 1); flakes berbahan baku beras merah non sangrai dan nilai b* terendah dimiliki oleh flakes berbahan baku beras merah sangrai. Penambahan tepung beras merah sangat mempengaruhi nilai L* dibandingkan kacang hijau. Sedangkan nilai a* dan b* juga demikian. Warna merupakan salah satu atribut penting mutu pangan selain rasa dan nilai gizi. Nilai L* menunjukkan tingkat kecerahan warna dengan kisaran 0 (hitam) 100 (putih). Makin cerah warna sampel maka nilai L* makin tinggi dan sebaliknya. Nilai a* menunjukkan ragam warna merah - hijau, sedangkan Nilai b* menunjukkan ragam warna kuning - biru. Perlakuan panas yang tinggi dapat meningkatkan warna coklat akibat reaksi maillard. Reaksi maillard yaitu reaksi antara gugus amino protein dengan gugus karbonil gula pereduksi yang menghasilkan senyawa berwarna coklat yang disebut melanoidin (Winarno, 2008). Kemampuan pembasahan paling tinggi dimiliki oleh flakes berbahan baku kacang hijau sangrai kemudian kemampuan pembasahan yang paling rendah dan mendekati kontrol adalah flakes berbahan baku beras merah non sangrai. Hal ini dikarenakan kemampuan rehidrasi flakes beras merah non sangrai yang rendah. Winarno (2004) menyatakan bahwa pati kering yang sudah tergelatinisasi memiliki kemampuan untuk menyerap air kembali (rehidrasi) dengan mudah. Selain itu kandungan protein pada kacang hijau juga berpengaruh terhadap kemampuan pembasahan flakes. Cheewapramong et al., (2002), mengatakan bahwa semakin tinggi kandungan protein hidrofilik dalam suatu bahan pangan akan menyebabkan terjadinya peningkatan kelarutan dalam zat cair karena semakin banyak gugus hidrofilik yang menyebabkan kemampuan pengikatan air meningkat seperti lisin, triptofan, asparagin, glutamin dan histidin.

36 Hasil formulasi terbaik dimiliki oleh flakes kacang hijau sangrai yang mendekati karakteristik flakes kontrol. Flakes yang terbuat dari tepung yang di sangrai memiliki karakteristik fisik yang lebih baik dari flakes yang terbuat dari tepung yang di non sangrai dan paling mendekati kontrol. 4.2. Karakteristik Kimia Karakteristik kimia pada flakes meliputi proksimat dan kadar antioksidan pada flakes. Kadar air pada flakes dengan berbagai penambahan konsentrasi tepung beras merah dan kacang hijau mengalami kenaikan. Kenaikan kadar air tidak menyatakan adanya perbedaan yang nyata. Keberadaan kadar air pada flakes akan menunjukan daya simpan produk tersebut. Winarno (2004) menyatakan bahwa komponen air akan mempengaruhi tekstur dan penampakan dari produk pangan. Nilai kadar air yang paling tinggi flakes dengan bahan baku kacang hijau non sangrai kemudian yang paling rendah adalah flakes beras merah sangrai. Hal ini disebabkan karena flakes beras merah sangrai sudah terlebih dahulu tergelatinisasi melalui proses penyangraian sehingga tidak membutuhkan air yang terlalu banyak dalam proses pembuatannya. Fellows (2000) menyatakan bahwa kandungan air akan teruapkan pada saat proses pemanggangan akibat suhu yang tinggi. selain itu tinggi nya kadar protein pada kacang hijau menyebabkan kandungan air pada flakes kacang hijau menjadi tinggi Kandungan protein pada tepung kacang hijau ini bersifat hidrofilik, yaitu mempunyai daya serap air yang tinggi, hal ini sesuai dengan diungkapkan oleh Cheewapramong et al., (2002), sehingga jika kadar air protein di dalam kacang hijau tinggi maka memungkinkan kadar air pada produk juga tinggi. Kadar abu menunjukkan besarnya jumlah mineral yang terkandung dalam bahan. Sesuai dengan pernyataan Andarwulan et al. (2014) yang menyatakan bahwa semakin tinggi kadar abu menandakan tingginya kandungan mineral seperti kalsium, kalium, dan besi. Kadar abu yang tinggi pada flakes kontrol disebabkan oleh bahan baku flakes kontrol yang terbuat dari jagung. Jagung sendiri memiliki kadar abu sekitar 1,10 2,95 % (Enyisi et al., 2014).

37 Kadar lemak flakes paling tinggi yaitu flakes dengan bahan baku kombinasi beras merah dan kacang hijau non sangrai (1:1) serta paling mendekati kadar lemak kontrol. Retnaningsih (2008) menunjukkan bahwa kandungan tepung kacang hijau memiliki kandungan lemak yang lebih tinggi dibandingkan beras merah sehingga semakin banyak bahan baku yang digunakan maka kadar lemak flakes yang dihasilkan semakin tinggi. Untuk kadar protein, ada beda nyata antar masing- masing bahan baku tepung. Kandungan protein paling tinggi dimiliki oleh tepung berbahan baku kacang hijau sangrai dan yang paling rendah adalah tepung berbahan baku beras merah non sangrai. Hal ini disebabkan bahan baku yang digunakan memiliki kandungan protein yang berbeda, pada kacang hijau memiliki kandungan protein yang lebih tinggi yaitu 22g/100g (Retnaningsih, 2008) sedangkan pada beras merah mengandung 7,3g (Depkes, 1996). Kadar protein yang tinggi pada flakes berbahan baku kacang hijau non sangrai disebabkan karena flakes dibuat tanpa ada campuran tepung beras merah (Papunas et al., 2013) menyatakan bahwa kadar protein akan semakin meningkat pada perlakuan dengan konsentrasi tepung kacang hijau yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan bahan baku yang digunakan memiliki kandungan protein yang berbeda-beda. Karbohidrat merupakan sumber kalori utama bagi manusia. Pada penelitian ini kadar karbohidrat ditentukan dengan by difference yaitu dengan menjumlahkan kadar protein, lemak, abu, air lalu dikurangkan dengan 100% (Winarno, 2004). Kadar karbohidrat pada flakes yang dihasilkan dipengaruhi oleh proses pengolahan (Hildayanti, 2012). Kandungan karbohidrat tertinggi pada tepung dimiliki oleh tepung beras merah sangrai dan yang paling rendah adalah tepung kacang hijau non sangrai. Hal ini disebabkan karena beras merah memiliki kandungan karbohidrat yang lebih tinggi yaitu 76,2 g (Depkes, 1996) dibandingkan dengan kacang hijau yang memiliki kandungan karbohidrat sebesar 56,8 g (Retnaningsih, 2008) sehingga pada hasil penelitian tersebut kandungan carbohydrate by difference tertinggi dihasilkan pada tepung beras merah.

38 Flakes berbahan dasar beras merah baik non sangrai maupun sangrai memiliki kadar karbohidrat tertinggi dibandingkan dengan flakes lainnya, sedangkan flakes berbahan baku kacang hijau baik dinon sangrai maupun disangrai memiliki kadar karbohidrat terendah dan paling mendekati karbohidrat kontrol. Hal ini disebabkan karena kadar karbohidrat dihitung secara by difference dan dipengaruhi oleh komponen nutrisi lain yaitu kandungan protein, lemak, air, dan abu. Kadar serat kasar tepung paling tinggi dimiliki oleh tepung kacang hijau non sangrai, diikuti oleh tepung beras merah non sangrai, tepung kacang hijau sangrai, dan yang paling rendah adalah tepung beras merah sangrai. Kadar serat kasar flakes tertinggi dimiliki oleh flakes berbahan dasar kacang hijau non sangrai. Flakes berbahan baku kacang hijau non sangrai memiliki kandungan serat yang lebih tinggi dikarenakan kandungan serat pada kacang hijau mentah yaitu 7,5 g / 100 g bahan (Slamet & Tarwotjo, 1980) dibandingkan dengan beras merah yaitu 0,8 g / 100 g bahan (Depkes, 1996). Beras terutama beras merah, di samping merupakan sumber utama karbohidrat, juga mengandung, beta-karoten, antioksidan dan zat besi. Beras dengan warna pericarp yang lebih gelap memiliki kandungan total fenol yang lebih tinggi, kandungan total fenol ini berhubungan positif dengan kandungan antioksidan di dalamnya (Suardi, 2005). Menurut Frei (2004) dalam Suardi (2005) beras merah selain sangat mendukung penyerapan partikel ke dalam tubuh dan konversi beta-karoten ke dalam vitamin A, juga merupakan senyawa antioksidan dan antiinflamatori yang dalam tubuh dampaknya mengarah kepada antikanker. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa ada beda nyata antar masing- masing bahan baku. Kandungan antioksidan tertinggi terdapat pada tepung beras merah sangrai diikuti tepung beras merah non sangrai, kemudian tepung kacang hijau sangrai dan yang paling rendah adalah tepung kacang hijau non sangrai.

39 Flakes yang dibuat dari bahan baku yang disangrai baik beras merah, kacang hijau maupun campuran keduannya rata- rata memiliki kandungan antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan dengan flakes yang terbuat dari bahan baku yang dinon sangrai dan kandungan antioksidannya lebih tinggi dari kontrol. Persen Discoloration tertinggi terdapat pada flakes berbahan baku beras merah sangrai sebesar 44,833 ± 1,188 %. Kandungan antioksidan yang tinggi pada flakes yang terbuat dari tepung disangrai disebabkan karena tepung telah mengalami proses inaktivasi enzim dan memiliki kadar air yang rendah shingga kandungan nutrisi pada tepung tidak banyak yang hilang oleh aktivitas enzim maupun reaksi oksidasi. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Vergnes et al. (1987) dalam Van Den Ende et al. (2003) bahwa tepung serealia instant (disangrai terlebih dahulu) memiliki daya cerna dan kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan tepung serealia biasa, selain itu juga tidak mudah tengik karena kandungan lemaknya berkurang, serta Arpah (1993) yang menyatakan bahwa tepung memiliki masa simpan yang lebih lama dikarenakan kadar air yang sedikit. Hasil formulasi terbaik dimiliki oleh flakes beras merah sangrai dari segi kandungan gizi dan antioksidan yang menandakan bahwa tepung yang disangrai memiliki kandungan gizi yang lebih baik daripada tepung yang dinon sangrai. 4.3. Tingkat Kesukaan Uji organoleptik merupakan pengujian yang panelisnya melakukan penilaian berdasarkan kesukaan (Kartika, 1988). Pengujian kesukaan dilakukan dengan menggunakan metode hedonik yaitu pengujian yang panelisnya menggunakan responnya yang berupa senang atau tidaknya terhadap sifat produk hasil eksperimen. Uji sensori menunjukkan bahwa tidak ada beda nyata antara tingkat kesukaan pada atribut warna, rasa dan overall pada setiap perlakuan. Warna merupakan komponen yang sangat penting untuk menentukan kualitas atau derajat penerimaan suatu bahan pangan. Suatu bahan pangan meskipun dinilai enak dan teksturnya sangat baik, tetapi memiliki warna yang tidak menarik atau memberi kesan telah menyimpang dari warna yang seharusnya, maka seharusnya tidak akan

40 dikonsumsi. Penentuan mutu suatu bahan pangan pada umumnya tergantung pada warna, karena warna tampil terlebih dahulu (Winarno, 2004). Berdasarkan hasil penelitian dari segi warna yang paling disukai adalah flakes kontrol, sedangkan yang paling tidak disukai adalah flakes kacang hijau non sangrai. Ini menunjukkan warna flakes yang dihasilkan cukup bagus, sehingga panelis menyukai warna dari flakes yang dihasilkan. Tekstur memiliki pengaruh penting terhadap produk misalnya dari tingkat kerenyahan, tipe permukaan, kekerasan,dan sebagainya. Panelis cenderung lebih menyukai tekstur yang renyah dan menarik. Sebaliknya, panelis akan memberi skor yang lebih rendah terhadap flakes yang teksturnya kurang renyah. Tekstur merupakan sensasi tekanan yang dapat diamati dengan mulut (pada waktu digigit, dikunyah, dan ditelan) ataupun perabaan dengan jari (Kartika, 1988) Pada atribut tekstur terdapat beda nyata antara flakes beras merah sangrai, flakes kacang hijau sangrai, flakes kacang hijau non sangrai, dan flakes beras merah + kacang hijau non sangrai (1 : 1). Terdapat beda nyata antara flakes kacang hijau sangrai dan kontrol. Kemudian ada beda nyata antara kontrol dengan flakes kacang hijau non sangrai dan flakes beras merah + kacang hijau non sangrai (1 : 1). Dari segi tekstur yang paling disukai adalah flakes beras merah sangrai dan flakes beras merah non sangrai, sedangkan yang paling tidak disukai adalah flakes kacang hijau sangrai. Pemakaian tepung beras merah sebagai salah satu bahan utama dalam pembuatan flakes menghasilkan produk dengan tekstur yang renyah. Rasa adalah faktor berikutnya yang dinilai panelis setelah tekstur, warna dan aroma. Rasa lebih banyak melibatkan indera lidah. Rasa yang enak dapat menarik perhatian sehingga konsumen lebih cenderung menyukai makanan dari rasanya. Cita rasa dari bahan pangan sesungguhnya terdiri dari tiga komponen, yaitu bau, rasa, dan rangsangan mulut (Rampengan dkk., 1985).

41 Tingkat rasa produk flakes dipengaruhi oleh beberapa faktor selain dari bahan utama, bahan tambahan juga berpengaruh, seperti jumlah penggunaan garam, gula dan vanili dalam komposisi flakes, selain itu proses pengolahanpun tidak kalah penting, seperti proses pengukusan dan pemanggangan. Panelis menilai rasa flakes dengan cara merendam atau menyeduh flakes dengan susu kemudian mencicipinya. Untuk dapat mengetahui nilai rasa dari flakes, perhitungan tingkat rasa produk flakes dapat dinilai dengan metode sensori. Berdasarkan hasil penelitian uji sensori dari segi rasa yang paling disukai adalah flakes beras merah + kacang hijau sangrai (1:1) dan yang paling tidak disukai adalah flakes beras merah non sangrai dan flakes beras merah + kacang hijau non sangrai (1:1). Berdasarkan hasil uji sensori dari segi overall yang paling disukai adalah flakes kontrol sedangkan yang paling tidak disukai adalah flakes kacang hijau sangrai. Flakes kontrol paling banyak diminati oleh para panelis dibandingkan dengan flakes berbahan baku lainnya, hal itu ditunjukkan dengan bentuk segi empat yang paling besar di antara sampel lain. Kemudian yang paling mendekati nilai keseluruhan yang dimiliki oleh flakes kontrol adalah flakes berbahan baku beras merah sangrai. Hal ini disebabkan karena flakes kontrol adalah flakes yang telah disukai masyarakat di pasaran dan telah sesuai dengan SNI. Ditinjau dari segi bentuk maupun rasa lebih enak. Sedangkan untuk penambahan beras merah dan dan kacang hijau lebih disukai penambahan beras merah terutama beras merah sangrai karena selain rasanya yang lebih enak daripada penambahan bahan baku lainnya, beras merah sangrai ini juga lebih lembut dan lebih enak untuk disantap. Yao et al. (2006) menyatakan bahwa proses pengolahan seperti sangrai memiliki pengaruh signifikan terhadap karakteristik fisikokimia dan sensori dari produk akhir.