BAB I PENDAHULUAN Bab I ini membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, cara pemecahan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Secara lebih rinci akan dijelaskan seperti berikut. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi tumpuan harapan untuk dapat mencerdaskan kehidupan bangsa, karena pendidikan yang berlangsung di sekolah keberadaannya disengaja, direncanakan, serta diatur sedemikian rupa melalui tata cara dan mekanisme yang sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan Standar Kompetensi dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah bahwa Standar Isi IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan atau kumpulan pengetahuan yang berupa fakta fakta, konsep konsep, atau prinsip prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk memepelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari hari. Sedangkan dalam Standar Isi kurikulum KTSP 2006 dinyatakan bahwa IPA adalah pembelajaran yang interaktif, strategi pembelajaran dalam menyajikan materi secara verbal diubah menggunakan strategi pembelajaran yang lebih inovatif, munculnya kesadaran bahwa sumber belajar dan media pembelajaran dapat diperoleh dari berbagai cara serta teknologi pembelajaran berbasis teknologi informasi (TI) sudah mulai diterapkan. Pendidikan merupakan gejala semesta (fenomena universal) dan berlansung sepanjang hayat serta merupakan suatu usaha sadar yang sistematik dan sistemik, yang mana semuanya itu bertolak dari sejumlah landasan dan mengindahkan sejumlah asas-asas tertentu mengingat pendidikan merupakan pilar utama terhadap pengembangan manusia dan masyarakat suatu bangsa tertentu (http://mgmpipskabpandeglang.wordpress.com). 1
2 Usaha yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, khususnya pendidikan IPA di sekolah sudah banyak dilakukan. Salah satunya dengan perubahan kurikulum serta melalui kelengkapan sarana dan prasarana pendidikan. Namun, sampai saat ini mutu pendidikan di Indonesia masih belum mendapatkan hasil yang memuaskan, baik ditinjau dari proses pembelajarannya maupun hasil belajar siswanya. Demikian pula bahwa bagi sebagian orang, istilah science dalam pendidikan dipakai untuk menentukan suatu metode guna mendapatkan pengetahuan objektif dan dapat diuji kebenarannya (Burhanuddin :2012). Secara praktis penggunaan istilah science bersinonim dengan scientific. Penerapan pendekatan scientifik diperlukan ide kreatif dari seorang guru, untuk mengemas kegiatan pembelajaran menjadi menarik dan pendekatan scientifik tidak ditinggalkan. Tanpa adanya guru yang kreatif memunculkan ide untuk mengemas kegiatan pembelajaran maka pendekatan scientifik ini tidak akan muncul, dan kegiatan pembelajaran akan terkesan tidak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menyampaikan pendapat dan berekspresi untuk berkreasi, level pengetahuan hanya sampai pada tahap pemahaman atau hafalan, bahkan teknik pembelajaran hanya mengerjakan soal-soal. Aktif adalah arti dari sebuah kegiatan atau gerak dan kemampuan siswa dalam belajar dikelas. Yang sebelumnya, hanya diam saja mengikuti pembelajaran tanpa bergefikir atau bergerak melakukan kegiatan pembelajaran yang diberikan oleh guru atau diam tidak tahu sama sekali pembelajaran yang sedang berlangsung. Jadi, menciptakan kreasi baru adalah suatu tujuan seorang guru. Ide dan gagasan baru pada siswa itu juga sangat bermanfaat untuk pengembangan keaktifan siswa, jadi guru harus memberikan kesempatan untuk mencoba. Guru harus selalu mendorong dalam kemajuan menuangkan ide untuk perkembangan aktifitas siswa di dalam kelas. Jika guru tidak memiliki kepercayaan yang penuh pada siswa maka kemampuan keaktifan siswa menjadi pasif dan yang dimiliki siswa tidak dapat tumbuh dengan baik. Ketika anak diberikan kepercayaan untuk mengemukakan gagasan-gagasan baru, atau bekerja dengan bakat dan minat sesuai dengan kebutuhannya maka aktifnya siswa bisa tertanam dengan baik pada
3 diri siswa. Perkembangan aktifitas terhadap siswa juga dapat dilihat dengan cara siswa dalam memecahkan masalah dan mencari masalah. Berdasarkan hasil observasi di kelas IV SD Negeri Kutowinangun 10 pada mata pelajaran IPA, tingkat aktif siswa masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil ulangan harian yang belum memuaskan, yaitu banyaknya nilai siswa yang masih dibawah KKM yang telah ditentukan 65, dari jumlah siswa 16 siswa yang belum mencapai KKM Kriteria ketuntasan Minimal 6 siswa (70%),sedangkan yang mencapai KKM hanya 10 siswa (30%) hal ini bisa terjadi karena proses kegiatan pembelajaran yang masih berpusat pada guru, dan anak tidak diberikan peluang atau kesempatan untuk mengekspresikan dan berpendapat sesuai dengan aktif nya siswa masing-masing di kelas dalam menerima pembelajaran. Untuk itu guru perlu menciptakan inovasi terbaru yang menyenangkan agar anak dapat berpeluang banyak didalam proses pembelajaran tersebut. Hal ini bukan termasuk hal yang mudah diterapkan di dalam kelas. Guru dituangkan dengan menciptakan kegiatan yang aktif tidak hanya menjelaskan dan duduk diam saja setelah memberikan latihan terhadap siswa. Guru harus bisa merancang kegiatan maupun pelaksanaan kegiatan pembelajaran agar siswa aktif. Untuk menerapkannya itu tidak mudah, dibutuhkan guru yang benar-benar mempunyai kemampuan dan kompetensi yang sesuai. Salah satu inovasi guru untuk menciptakan pembelajaraan yang akan membuat siswa aktif di kelas, maka bagi siswa diperlukan metode yang dikemas menarik. Berbicara mengenai metode pembelajaran yang menarik, Purwanto (1999: 17) mengatakan bahwa metode pembelajaran problem solving adalah suatu proses dengan menggunakan strategi, cara, atau teknik tertentu untuk menghadapi situasi baru, agar keadaan tersebut dapat dilalui sesuai keinginan yang diciptakan. Problem Solving merupakan metodepembelajaran dengan cara mengajar yang dilakukan dengan cara melatih siswa untuk menghadapi berbagai masalah yang dihadapi didalam kelas dan dipecahkan sendiri atau bersama-sama. Dengan pelaksanaan Pembelajaran Problem Solving ini, diharapkan anak mampu berkerja secara mandiri dan bersama-sama dengan teman dikelas dalam memecahkan suatu masalah tersebut. Pembelajaran ini juga memberikan tantangan kepada anak untuk penyelesaian
4 permasalahan (problem), memberikan keputusan, mengaktifkan siswa dikelas dan juga dapat melatih siswa untuk menghadapi berbagai masalah dan memecahkan masalah dari permasalah itu. Anak ikut berperan dan berpartisipasi langsung dalam kegiatan, guru hanya bertugas mengembangkan kegiatan agar siswanya tidak hanya mendengarkan saja. Dalam hal ini peneliti perlu memperbaiki metode pembelajaran agar siswa lebih aktif dan berani mengemukakan pendapatnya sehingga menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan mendorong siswa untuk berkreasi dalam meningkatkan aktifitas siswa, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Berdasarkan latar belakang diatas penulis akan melakukan penelitian dengan judul Penerapan Metode model Problem Solving Dalam Pembelajaran IPA Untuk Meningkatkan Aktifitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri Kutowinangun 10 Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis merumuskan masalah sebagai berikut: a. Penggunaan metode pembelajaran atau pengajaran yang masih berpusat kepada siswa b. Kesempatan siswa untuk mengungkapkan pendapat masih kurang c. Siswa kurang terlibat aktif d. Tidak ada kesempatan siswa untuk berfikir e. Kreatifitas siswa yang rendah f. Siswa kurang berkreasi untuk menciptakan pembelajaran yang aktif 1.3 Pemecahan Masalah Metode pembelajaran yang digunakan selama ini masih berpusat pada guru, sehingga siswa kurang diberikan kesempatan yang leluasa untuk berekspresi. Kalau hal ini tidak diubah maka anak akan masih mengganggap bahwa pembelajaran guru itu musuh bagi siswa karena tidak ada hal yang menarik bagi siswa dalam mengekspresikan atau menuangkan idenya dalam bentuk karya dan aktifitas belajar siswa. Maka dari itu harus segera diatasi agar siswa menjadi
5 aktifitas dan mampu menciptakan sebuah produk,serta dapat mencapai tujuan pembelajaran seperti yang diharapkan. Sebagai bentuk perbaikan maka penulis akan menggunakan metode pembelajaran problem solving unuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk menciptakan karya maupun produk sesuai dengan aktifitas siswa dalam menerima dan melakukan pembelajaran dikelas. Dan siswa tidak hanya diam saja mendengarkan guru. Disini dijelaskan oleh para ahli, bahwa dimana Problem solving adalah suatu proses belajar mengajar yang berupa penghilangan perbedaan atau ketidaksesuaian yang terjadi antara hasil yangdi peroleh dengan yang diinginkan, (Pranata, 2005 : 3). Sejalan dengan pendapat tersebut Prawiro (1986 : 36) mengatakan bahwa problem solving adalah metode mengajar dengan jalan menghadapkan siswa pada suatu masalah yang harus dipecahkan oleh siswa sendiri dengan mengarahkan segala kemampuan yang ada pada diri siswa tersebut. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah penelitian ini dibatasi yaitu sebagai berikut: a. Bagaimana penerapan model problem solving untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas 4 SD N Kutowinangun 10? b. Apakah dengan penerapan model pembelajaran problem solving dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas 4 SD N Kutowinangun 10? 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian adalah: a. Mendiskripsikan penerapan model problem solving untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA Kelas 4 SD N Kutowinangun 10 b. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA Kelas 4 SD Negeri Kutowinangun 10 dengan model problem solving
6 1.6 Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan referensi untuk mengembangkan penelitian selanjutnya, terutama pada penggunaan metode pembelajaran problem solving untuk menignkatkan hasil belajar siswa. b. Manfaat Praktis 1. Manfaat bagi Siswa - Menumbuhkan minat belajar siswa pada pelajaran IPA di kelas - Tumbuhnya motivasi siswa dalam proses pembelajaran - Siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran - Siswa mampu berekspresi dan berkarya dalam menciptakan karya sesuai dengan kemampuan hasil belajar masing-masing. 2. Manfat bagi Guru Memberikan wawasan kepada guru dalam penggunaan metode pembelajaran dan untuk meningkatkan aktifitas siswa dan hasil belajar siswa terutama pada mata pelajaran IPA. 3. Manfaat bagi Kepala Sekolah Memotivasi kepada guru di sekolah untuk melaksanakan pembelajaran yang menarik, dan inovatif yang dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa.