BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menopause yang didefinisikan sebagai terhentinya siklus menstruasi secara permanen selama 12 bulan atau lebih merupakan perubahan fisiologis normal yang dialami oleh wanita paruh baya. Beberapa gejala menopause yang dialami dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Sayangnya, sebagian besar wanita tidak menyadari perubahan yang dapat diakibatkan oleh kejadian menopause. Gejalagejala ini merupakan akibat langsung dari berkurangnya kadar estrogen pada wanita ketika mendekati masa menopause dimana sebagian dari wanita ini mengalami gejala-gejala ini pada tahap perimenopausal awal. 1,2,3 Setiap tahunnya diperkirakan 25 juta wanita di seluruh dunia akan memasuki masa menopause. Jumlah wanita yang berusia 50 tahun ke atas di seluruh dunia akan meningkat dari 500 juta menjadi lebih dari satu miliar pada tahun 2030 (Hill, 1996). Di Asia, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 2025 jumlah wanita berusia tua akan meningkat dari 107 juta menjadi 373 juta. Hal ini didukung dengan Usia Harapan Hidup wanita yang semakin tinggi dan mereka lebih aktif setelah masa menopause. 4
Dari penelitian yang dilakukan oleh Rahman dkk pada tahun 2010, dijumpai sekitar 41.6% keluhan klasik dari masa menopause yang berupa hot flashes, dan berkeringat malam dimana pada peneltian yang dilakukan pada wanita eropa dijumpai keluhan menopasue lebih tinggi yaitu sekitar 45-75%. Penelitian lain yang dilakukan oleh Dhillon dkk dan Ismail dkk menunjukkan angka keluhan menopause sekitar 53% dan 51% Penelitian yang dilakukan oleh Rahman tahun 2010 memperlihatkan bahwa keluhan yang paling banyak diderita wanita masa perimenopause dan pascamenopuase adalah berupa keluhan rasa tidak nyaman pada persendian dan otot sejumlah 80.1% yang diikuti oleh kelelahan fisik dan mental sejumlah 67.1% dan masalah gangguan tidur sejumlah 52.2%. Dari penelitian-penelitian yang dilakukan dijumpai adanya perbedaan tingkat keluhan wanita pada masa perimenopause dan pascamenopause. Pada subskala urogenital yang berkaitan dengan masalah keluhan seksual dan kekeringan vagina, keluhan ini ditemukan lebih banyak pada wanita masa pascamenopause dibandingkan dengan masa perimenopause 3.3 Defisiensi estrogen yang progresif selama masa transisi ke menopause biasanya akan berakibat pada munculnya sejumlah gejala.5,6 dan tanda klinis Pada beberapa populasi wanita di Amerika Latin, intensitas gejala ini, yang dihubungkan dengan kualitas hidup yang semakin terganggu, tidak hanya dihubungkan dengan faktor biologis, tapi.3
juga dihubungkan dengan faktor psikologis dan sosial juga. Walaupun beberapa kesulitan ekonomis dijumpai, terutama di negara-negara yang berkembang, penelitian tentang menopause di negara Amerika Latin sedang berkembang, khususnya di Ekuador. Gejala klimakterik yang umum dialami oleh pasien ini dapat dikelompokkan kedalam gejala vasomotor, fisik, psikologis, atau keluhan seksual. Beberapa wanita pascamenopause juga tercatat dengan defisiensi estrogen jangka panjang, perubahan terhadap sistem kardiovaskular atau tulang yang berakibat pada terjadinya osteoporosis. Gejala menopause juga terbukti mempengaruhi kualitas hidup pasien 7,8 yang mengalaminya. 9,10 Banyak laporan telah menunjukkan gejala menopause yang bervariasi antara wanita Asia dan Kaukasia, dimana wanita Asia menderita gejala somatik serta psikologis yang lebih sedikit dibandingkan wanita di negara barat yang menderita kondisi yang sama. 3,11 Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa wanita perimenopause dan pascamenopasue dijumpai dengan keluhan menopause yang lebih banyak dibandingkan dengan wanita premenopause, dimana pada wanita perimenopause ataupun pascamenopasue dijumpai gejala vasomotor, seksual dan psikologis yang lebih signifikan dibandingkan wanita premenopause. Dari pedoman yang dibuat oleh Departemen Kesehatan, yang menjadi panduan terhadap perhatian yang komprehensif untuk wanita 12,13
masa menopause, yang mana meliputi: etika dalam hubungan antara tenaga profesional dan wanita menopause itu sendiri, fase fisiologis dan psikososial serta masalah seksualitas. Namun, meskipun ada asumsi pedoman yang harus diikuti dalam praktek ini tidak sepenuhnya dilakukan, dimana tindakan profesional dikondisikan oleh kondisi objektif kerja institusional, posisi yang ditempati oleh paramedis menjadi penting. 14 Berkenaan dengan kondisi objektif tersebut, kita menekankan bahwa ini mungkin terkait dengan kurangnya prioritas kebijakan perawatan, pelayanan kesehatan wanita menopause dan akibatnya terkait dengan sumber daya keuangan yang cukup untuk diarahkan ke sektor ini. Dengan kondisi tersebut, kami percaya bahwa perawatan pasien selama menopause, dibawah Strategi Kesehatan Keluarga, diperlukan perilaku profesional paramedis sebagai mitra dari dokter ahli serta hubungan yang baik dengan pasien dalam masa menopause. 15 Berkaitan dengan hal ini, dimana pentingnya peran serta paramedis dalam pengelolan pasien menopause maka perlu dilihat bagaimanakah keluhan-keluhan menopause yang ditemukan pada paramedis. Dari penelitian Siregar MFG dkk tahun 2010 ditemukan keluhan-keluhan psikologis yang lebih tinggi pada paramedis kelompok pascamenopause dibandingkan dengan kelompok perimenopause dimana keluhan terbanyak yang dijumpai adalah gelisah 67,5%, mudah marah 54,5% dan sulit tidur 50,6%. 15
Sampai saat ini, beberapa alat telah dirancang untuk mengukur dan menilai gejala yang dialami selama masa transisi menuju menopause. 16 Beberapa alat telah dinilai ulang, sementara beberapa alat yang lain baru ditemukan setelah dilakukan penelitian analitik yang secara terpisah mengukur gejala psikologis, somatik dan vasomotor yang dialami. 17 Dalam satu penelitian terbaru yang dilakukan di Ekuador, dengan memakai skala klimakterik Greene pada wanita berusia 40-65 tahun dengan pendapatan sosial ekonomi rendah, disimpulkan bahwa ternyata gejala yang paling sering muncul diantara ke 21 gejala yang dinilai meliputi: kesulitan konsentrasi (87%), rasa tidak bahagia atau distress (82%), sakit kepala (83,9%), serta rasa panas (82%). Usia yang lebih tua, jumlah paritas yang lebih banyak, serta tingkat pendidikan yang lebih rendah dihubungkan dengan resiko skor total Greene yang lebih tinggi. 18 Skala Penilaian Menopause (MRS) merupakan skala kualitas hidup yang dihubungkan dengan kesehatan selama masa menopause, dan awalnya dikembangkan pada awal tahun 90an untuk mengukur tingkat keparahan keluhan yang dikaitkan dengan umur menopause, dengan cara menilai sejumlah gejala tertentu. 18,19 Untuk menentukan skala keluhan ataupun gejala yang dialami, analisis faktorial dan metode statistik digunakan untuk mengidentifikasi tiga dimensi gejala/keluhan: faktor psikologis, somatik-vegetatif, dan urogenital, yang dapat menjelaskan 59% variansi total yang terjadi. Hal ini mengindikasikan efisiensi skala
yang tinggi dengan hanya 11 bahan dibandingkan skala internasional lainnya. 18,20 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proporsi keluhan dikalangan paramedis usia perimenopause dan pascamenopause serta adakah perbedaan tingkat keparahan keluhan pada masa perimenopause dan pascamenopause. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah adalah Bagaimana perbedaan keluhan somatis, psikologis dan urogenital dikalangan paramedis masa perimenopause dan pascamenopause dengan menggunakan Skala Penilaian Menopause (Menopause Rating Scale) di RSUP. H. Adam Malik dan RS Jejaring FK USU Medan? 1.3 Hipotesa Penelitian Terdapat perbedaan keluhan menopause pada paramedis masa perimenopause dan pascamenopause yang dinilai dengan menggunakan Menopause Rating Scale 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Mengetahui proporsi keluhan menopause dikalangan paramedis usia perimenopause dan pascamenopause serta adakah perbedaan tingkat keparahan keluhan pada masa perimenopause dan pascamenopause
dikalangan paramedis yang bekerja di RSUP. H. Adam Malik dan RS Jejaring FK USU Medan 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui karakteristik wanita menopause (usia menopause, status pernikahan, pendidikan, paritas, unit kerja dan BMI). 2. Untuk mengetahui proporsi keluhan wanita paramedis usia perimenopause dan pascamenopause yang bekerja di RSUP H. Adam Malik dan RS Jejaring Medan. 3. Membandingkan tingkat keparahan keluhan somatis-vegetatif, psikologis dan urogenital pada masa perimenopause dan pascamenopause dikalangan paramedis yang bekerja di RSUP H. Adam Malik dan RS Jejaring Medan. 4. Membandingkan tingkat keparahan keluhan pada masa perimenopause dan pascamenopause dikalangan paramedis yang bekerja di RSUP H. Adam Malik dan RS Jejaring Medan. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang keluhan-keluhan pada wanita menopause yang dinilai dengan skala penilaian menopasue (Menopause Rating Scale).
2. Dengan mengetahui perbedaan keluhan menopause pada masa perimenopause dan pascamenopause, dapat dijadikan pertimbangan terhadap pemberian terapi sulih hormon. 3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian-penelitian lebih lanjut pada wanita menopause dalam rangka meningkatkan kualitas hidup wanita Indonesia.