THE RELATIONSHIP BETWEEN NEGLECTFUL PARENTING OF PARENTS WITH SELF REGULATED LEARNING OF SENIOR HIGH SCHOOL STUDENT. Nurul Hidayati.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self regulated learning. (Najah, 2012) mendefinisikan self regulated learning adalah proses aktif dan

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract

PERAN EFIKASI DIRI TERHADAP REGULASI DIRI PADA PELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI JENIS KELAMIN ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dan sepanjang hidup serta segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU-SISWA DENGAN SELF-REGULATED LEARNING PADA SISWA SMAN 9 SEMARANG

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK DI SMA N 16 PADANG JURNAL

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA

HUBUNGAN ACHIEVEMENT EMOTIONS DAN SELF-REGULATION MAHASISWA DALAM MENGERJAKAN SKRIPSI LIDYA KEMALA SARI PANJAITAN SURYA CAHYADI

REGULASI DIRI DALAM BELAJAR PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 83 JAKARTA UTARA

HUBUNGAN MOTIVASI DAN PERILAKU TERHADAP HASIL BELAJAR MATA KULIAH MATEMATIKA EKONOMI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANGTUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS SATU SEKOLAH DASAR PROGRAM FULLDAY

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KONSENTRASI PATISERI SMK NEGERI 1 SEWON BANTUL

HUBUNGAN ANTARA PENGASUHAN ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA SMA

Educational Psychology Journal

Hubungan Prokrastinasi dan Prestasi Akademik Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Ubaya. Ricky Pangestu Fakultas Psikologi

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN KEMANDIRIAN BELAJAR PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MEDAN AREA ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Self-efficacy PENGOLAHAN PERTAMA Reliability Statistics Cronbach's

Lala Nailah Zamnah. Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Galuh Ciamis ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. variabel yang diteliti (Azwar, 2012, h.5). Variabel Tergantung : Motivasi Berprestasi Pada Siswa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan dilakukan di SMP Methodist-an Pancurbatu.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian. efikasi diri akademik pada remaja yang tinggal di panti asuhan, untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH PERMISSIVE INDIFFERENT DENGAN PENYESUAIAN DIRI PERSONAL PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dibentuk oleh lima kebutuhan konatif (conative needs), yang memiliki karakter

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA SISWA BOARDING SCHOOL

Key words: self-regulated learning on homeschooling students, social support

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.

Abstrak. iii. Universitas Kristen Maranatha

NASKAH PUBLIKASI PERSEPSI TERHADAP OTORITAS ORANG TUA (AYAH DAN IBU) DAN PENGETAHUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA MAHASISWA DI YOGYAKARTA

HUBUNGAN REGULASI DIRI DENGAN PRESTASI BELAJAR KALKULUS II DITINJAU DARI ASPEK METAKOGNISI, MOTIVASI DAN PERILAKU

Hubungan antara Persepsi Pola Asuh Orangtua dan Kontrol Diri Remaja terhadap Perilaku Merokok di Pondok Pesantren

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif dan (b). Penelitian kualitatif (Azwar, 2007: 5). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran di sekolah tersebut. Pendidikan dapat

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED-LEARNING DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS 12 JURUSAN IPA DI SMA KRISTEN 1 SALATIGA OLEH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah MA Darussalam Agung Kota Malang. mengembangkan pendidikan di Kedungkandang didirikanlah Madrasah

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DENGAN REGULASI EMOSI PADA SISWA KELAS XI MAN KENDAL

PEMBELAJARAN REGULASI DIRI PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN MODERN

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA SISWA KELAS XI SMA ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. kecerdasan emosi dengan kecenderungan perilaku bullying pada siswa

PENDAHULUAN. : Puput Kartika Pratiwi (Universitas Negeri Yogyakarta)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel tergantung : Perilaku Seksual Pranikah. 2. Variabel bebas : a.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. Suatu desain penelitian menyatakan struktur masalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. prosedur penelitian, serta metode analisis data. Rancangan penelitian merupakan pedoman dan langkah-langkah yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING (SRL) DENGAN KEMANDIRIAN PADA SISWA PROGRAM AKSELERASI SMA NEGERI 1 PURWOREJO

Pengaruh Metode Modelling Dalam Layanan Klasikal Terhadap Peningkatan Self Regulated Learning

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel Bebas : Keharmonisan Keluarga. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hubungan Antara Self-efficacy Akademik Dengan Hasil Belajar Siswa

Educational Psychology Journal

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian adalah proses yang sistematik, terencana, dan dan terkontrol

INTUISI Jurnal Ilmiah Psikologi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

DUKUNGAN DOSEN DAN TEMAN SEBAYA DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mandiri, disiplin dalam mengatur waktu, dan melaksanakan kegiatan belajar yang

HUBUNGAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI DI SMA NEGERI 1 MARAWOLA

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu:

Abstract

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

DUKUNGAN SOSIAL DAN ADVERSITY QUOTIENT PADA REMAJA YANG MENGALAMI TRANSISI SEKOLAH

HUBUNGAN METAKOGNISI, EFIKASI DIRI AKADEMIK DAN PRESTASI AKADEMIK PADA MAHASISWA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional. Penelitian kuantitatif

Perbandingan Kemampuan Bernalar Fisika Siswa Laki-laki dan Perempuan SMA melalui Pendekatan Learning By Questioning

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel. B. Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN

HUBUNGAN ANTARA QUALITY OF SCHOOL LIFE DENGAN EMOTIONAL WELL BEING PADA SISWA MADRASAH SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini dijelaskan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian. 1. Variabel tergantung : Keberhargaan diri (self esteem) asuhan

HUBUNGAN SELF EFFICACY, MOTIVASI, DAN PROKRASTINASI AKADEMIK DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP SE-KECAMATAN KRATON YOGYAKARTA

Jurnal SPIRITS, Vol.5, No.2, Mei ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai

BAB III METODE PENELITIAN. numerik dan diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada

BAB III METODE PENELITIAN. pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu merupakan

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 PRAMBANAN ARTIKEL E-JOURNAL

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun

Bab 4. Hasil Penelitian Gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin. belajar dan self regulation yaitu siswa yang berjenis kelamin

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS VIII SMP NEGERI 23 PADANG Oleh:

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN F ASILITAS PEMBELAJARAN DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP (PLH)

BAB III METODE PENELITIAN. Unsur yang paling penting di dalam suatu penelitian adalah metode penelitian,

Transkripsi:

THE RELATIONSHIP BETWEEN NEGLECTFUL PARENTING OF PARENTS WITH SELF REGULATED LEARNING OF SENIOR HIGH SCHOOL STUDENT Nurul Hidayati Uly Gusniarti ABSTRACT This study aimed to determine the relationship between neglectul parenting of parents and self regulated learning of senior high school students. The hypotesis said that there was a negative correration between neglectful parenting of parents with self regulated learning of senior high school student. The subject in this study were 70 of senior high school students. The instrument used in this study made based on theory and aspect of neglectful parenting by Hurlock and self regulated learning by Zimmerman. The result from hypotesis analysis using product moment by pearson showed that there is a significant correlation between neglectful parenting of parents with self regulated learning of senior high school students, so the hypotesis was accepted. Key Word : Neglectul parenting, Self regulated learning, Senior high school students

PENGANTAR Latar Belakang Masalah Setiap manusia akan mengalami perubahan perkembangan dari masa ke masa, perubahan tersebut dimulai dari masa anak-anak menuju masa kesewasaan. Perkembangan itu sendiri memiliki tahapan atau masanya masing-masing, salah satu tahap perkembangan yang pasti kita lalui adalah masa remaja. Masa remaja disebut juga dengan masa transisi, yakni tahap dimana perkembangan seseorang mengalami perubahan dari masa anak-anak menuju masa kedewasan yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Savira & Suharsono (2013) mengatakan bahwa masa remaja dianggap sebagai masa periode transisi yaitu masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. Menurut tahap perkembangan Piaget, remaja memasuki tahap dimana perkembangan aspek kognitifnya mencapai taraf operasi formal. Yakni tahap dimana remaja akan memperoleh kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan mampu menarik kesimpulan dari informasi yang ada. Pada tahapan ini individu dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti yang logis, serta nilai-nilai. Rentang umur remaja adalah 13-19 tahun, sedangkan rata-rata umur siswa menengah atas adalah 16-18 tahun, menurut tahap perkembangan Piget siswa menengah atas termasuk dalam tahap perkembangn operasi formal. Pada tahap ini remaja memiliki keinginan untuk sukses dalam kehidupanya, biasanya remaja mempunyai cita-cita dan idealisme yang tinggi. Salah satu tugas perkembangan remaja adalah mengembangkan kemampuan intelektual dan

menjadi orang yang berpendidikan serta mempunyai motif untuk berprestasi yang tinggi. Mulai tahun pelajaran 2013/2014 pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang kurikulum 2013. Kurikulum ini menerapkan pembelajaran berbasis aktivitas, dimana dengan adanya kurikulum ini mampu membentuk remaja yang produktif, kreatif, inovatif dan afektif melalui penguatan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terintegrasi. Untuk itu siswa dituntut untuk lebih kreatif, aktif serta lebih pintar dalam mengelola waktu belajarnya. Sikap yang demikian sangat mempengaruhi prestasi belajar anak, dengan munculnya daya kreatif dan pengelolaan waktu belajar yang tepat akan mempengaruhi motivasi belajar anak. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan mempengaruhi sikapnya dalam belajar, siswa akan lebih giat untuk belajar dan lebih bertanggung jawab dengan jam belajarnya. Oleh karena itu sangat diharapkan siswa-siswi mampu mengatur dan mengarahkan dirinya dalam proses belajar yang baik dan benar. Dalam istilah psikologi, hal ini biasa dikenal dengan istilah self regulated learning. Menurut Boekaerts dkk (2006) self regulated learning adalah proses aktif dan konstruktif dengan jalan siswa menetapkan tujuan untuk proses belajarnya dan berusaha untuk memonitor, meregulasi, dan mengontrol kognisi, motivasi, dan perilaku, yang kemudian semuanya diarahkan dan didorong oleh tujuan dan disesuaikan dengan konteks lingkungan. Adanya self regulated learning yang baik pada siswa, dapat mendorong siswa untuk lebih semangat dalam belajar, yang tentunya akan berdampak juga pada prestasi belajar yang baik.

Sebaliknya, adanya self regulated learning yang rendah pada siswa akan berdampak pula pada rendahnya motivasi siswa dalam belajar, sehingga memungkinkan pencapaian prestasi belajar yang kurang maksimal. Menurut Santrock (Alfiana, 2013) siswa yang memiliki kemampuan self-regulated learning menunjukan karateristik mengatur tujuan belajar untuk mengembangkan ilmu dan meningkatkan motivasi, dapat mengendalikan emosi sehingga tidak mengganggu kegiatan pembelajaran, memantau secara periodic kemajuan target belajar, mengevaluasinya dan membuat adaptasi yang diperlukan. Hal ini sesuai dengan pendapat Zimmerman (1989) bahwa individu yang memiliki self regulated learning merupakan individu yang aktif secara metakognisi, motivasi, dan perilaku di dalam proses belajarnya. Menurut Santrock (2003) siswa yang memiliki kemampuan self-regulated learning menunjukan karateristik mengatur tujuan belajar untuk mengembangkan ilmu dan meningkatkan motivasi, dapat mengendalikan emosi sehingga tidak mengganggu kegiatan pembelajaran, memantau secara periodik kemajuan target belajar, mengevaluasinya dan membuat adaptasi yang diperlukan sehingga menunjang dalam prestasi. Pekrun dkk (2002) telah mengkaji bagaimana pengaruh self regulated learning terhadap emosi emosi akademik yang akhirnya dapat berpengaruh terhadap meningkatnya prestasi akademik anak. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya self regulated learning pada siswa, diantaranya ialah faktor pribadi, faktor perilaku, dan faktor lingkungan. Lingkungan merupakan salah satu faktor yang dianggap sangat mempengaruhi siswa dalam mengarahkan proses belajar. Faktor lingkungan ini

salah satunya bisa diperoleh dari lingkungan keluarga, terutama orang tua. Martinez Pons (1996) telah mengkaji self regulated learning berdasarkan keterlibatan orang tua terhadap prestasi akademik. Hasilnya menunjukkan bahwa keterlibatan orang tua dapat meningkatkan self regulated learning anaknya sehingga prestasi akademiknya meningkat. Menurut Hurlock (Santi, 2013) perlakuan orang tua terhadap anaknya dapat mempengaruhi bagaimana anak itu memandang, menilai, dan mempengaruhi sikap anak tersebut terhadap orang tua serta mempengaruhi kualitas hubungan yang berkembang diantara mereka. Selain mengalami pertumbuhan fisik, seorang anak juga mengalami perkembangan dalam hal intelektual. Kemampuan intelektual anak memungkinkan untuk menilai pengalaman dengan pandangan yang baru. Cara memandang yang baru itu tidak hanya ditunjukkan pada lingkungan sekitarnya saja, melainkan juga pada dirinya sendiri dan orang tuanya. Orang tua memiliki kewajiban untuk mendidik anak-anaknya, sehingga diharapkan ayah ataupun ibu dapat menjalankan peran masing-masing dengan sebaik-baiknya. Kasih sayang orang tua sangat diperlukan dalam mendidik anak dan akan berdampak pada perkembangan anak. Termasuk dalam perkembangan pendidikan anak itu sendiri, kasih sayang yang diberikan orang tua dapat berupa perhatian orang tua yang memperhatikan kegiatan anak dalam kegiatan sehari-hari terutama dalam kegiatan belajar anak. Perhatian tersebut dapat diberikan oleh orang tua dengan melakukan hal-hal kecil yang dapat menumbuhkan rasa nyaman kepada anak.

Contoh lain dari bentuk perhatian orang tua bisa berupa menanyakan kepada anaknya tentang pelajaran yang telah diberikan di sekolah, menanyakan ada tidaknya tugas sekolah, menemani anak saat belajar, memberi pujian kepada anak ketika mendapat nilai bagus dan membantu anak bila mengalami kesulitan belajar. Dengan adanya perhatian tersebut, diharapkan dapat memunculkan motivasi belajar yang tinggi pada anak. Sehingga tanpa disuruh anak memiliki kemandirian dan tanggung jawab dalam proses belajarnya. Terkadang, tidak semua orang tua memiliki waktu untuk bisa memberikan perhatiannya kepada anak-anak mereka. Pola asuh pada orang tua yang kurang memperhatikan perkembangan anaknya, bisa disebut juga dengan pola asuh permisif. Pola asuh permisif merupakan perilaku dimana orang tua kurang memberikan perhatian terhadap anak-anak mereka. Biasanya pola asuh permisif ditandai dengan adanya kebebasan untuk melakukan kegiatan apapun dan berperilaku sesuai dengan keinginan anak serta kurangnya kontrol orang tua terhadap kegiatan yang anak lakukan. Orang tua dengan pola asuh permisif biasanya kurang memberikan pengarahan dan tuntutan kepada anak, serta semua keputusan diserahkan kepada anak. Bahkan orang tua jarang memberikan bimbingan dan melakukan peranya dalam perkembangan pendidikan anak. Pada saat diterapkan pola asuh permisif anak akan merasa orang tua tidak peduli dengan perilaku yang dilakukannya. Dengan adanya pola asuh permisif akan berdampak pada berperilaku anak, yakni anak akan sering berperilaku sesuai dengan keinginannya sendiri.

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan terhadap tiga orang tua siswa SMA pada tanggal 10 November 2015, didapatkan fakta bahwa orang tua cenderung tidak peduli dan kurang memperhatikan perkembangan proses belajar anak-anaknya. Dari hasil wawanacara, mereka menyatakan bahwa jarang sekali mereka mengingatkan anak-anaknya untuk belajar. Mereka menggagap bahwa anak-anak mereka sudah besar dan sudah memiliki kesadaran sendiri untuk belajar tanpa harus diingatkan. Hanya satu atau dua kali saja orang tua mengecek dan menanyakan kepada anak-anak mereka, apa saja yang telah dipelajari disekolah serta menanyakan tugas yang diberikan guru. Di samping itu orang tua tidak pernah membantu anakanak mereka ketika mendapatkan kesulitan dalam proses belajarnya. Mereka percaya bahwa anak SMA mulai beranjak dewasa dan memiliki kesadaran sendiri dalam aktivitas belajarnya. Sehingga orang tua fokus dengan pekerjaan mereka, yang difikirkan orang tua hanya bekerja mencari uang untuk sekolah anakanaknya. Peneliti juga melakukan wawancara dengan tiga siswa SMA pada tanggal 10 November 2015, didapatkan fakta bahwa anak lebih suka bermain dan membaca novel ketika jam belajar tiba. Di rumah mereka jarang belajar, mereka belajar ketika ada tugas sekolah. Setelah tugas sekolah selesai dikerjakan, mereka tidak akan belajar lagi. Jarang sekali mereka belajar, jika belajar rata-rata dari mereka belajarnya hanya sesuka hati mereka. Mereka belajar hanya membaca materi yang telah disampaikan oleh guru mereka, ketika sudah merasa bosan mereka akan menyudahi kegiatan belajarnya dan memilih bermain handphone.

Ketika mereka ada kesulitan dalam mengerjakan tugas sekolah, mereka akan memilih bertanya pada teman-temanya daripada dengan orang tuanya. Mereka merasa nyaman bertanya kepada teman-temanya karena setiap mereka bertanya kepada orang tua rata-rata orang tua tidak bisa membantu. Berdasarkan hasil wawancara di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kebanyakan anak-anak yang memiliki self regulated learning yang rendah diakibatkan karena orang tua cenderung tidak memperhatikan proses belajar anak. Ketika orang tua cenderung tidak peduli terhadap proses belajar anak akan mengakibatkan anak menjadi kurang termotivasi karena tidak ada dorongan dari lingkungan terdekatnya. Ketika tidak adanya dorongan tersebut anak kurang mampu mengorganisir dirinya dalam kegiatan belajar. Sehingga bisa dikatakan bahwa pola asuh ortu sangat berkaitan dengan self regulated learning yang muncul pada siswa. Pada orang tua yang cenderung tidak peduli terhadap proses belajar anak, akan menyebabkan kurang terciptanya motivasi pada anak. Sehingga self regulated learning pada siswa kurang muncul dengan baik. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Johnson & Johnson (Adicondro & Purnamasari, 2011) bahwa self regulated learning dipengaruhi oleh pola asuh orang tua. Dukungan sosial dari orang-orang terdekat seperti orang tua mampu meningkatkan produktivitas, meningkatkan kesejahteraan psikologis dan memberikan rasa memiliki. Anak yang mendapatkan dukungan sosial dari orang tua akan mendapatkan dukungan emosional, penghargaan, instrumental, dan dukungan informatif dari keluarga.

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis memperoleh gambaran bahwa pola asuh sangat penting bagi tumbuh kembang anak. Jika orang tua salah menerapkan pola asuh akan berdampak pada semua perkembangan termasuk dalam perkembangan pendidikan anak. semakin tinggi pola asuh permisif orang tua maka akan rendah tingkat self regulated learning siswa. Begitu sebaliknya semakin rendah pola asuh permisif orang tua maka semakin tinggi self regulated learning siswa. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti tentang pola asuh permisif dengan self regulated learning siswa. METODE PENELITIAN Subjek pada penelitian ini adalah siswa-siswi sekolah menengah atas dengan rentang umur 16-18 tahun dan belum menikah. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 70 siswa yang terdiri dari 25 siswa dan 45 siswi. Metode yang digunakan adalah metode skala yakni untuk mengungkap aspek-aspek yang ingin diteliti. Penelitian ini menggunakan dua skala yakni skla pola asuh permisif dan pola self regulated learning. 1. Skala Self Regulated Learning Skala self regulated learning digunakan untuk mengungkap tingkat self regulated learning siswa SMA. Skala ini disusun berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Zimmernan (Chen, 2002). Self regulated learning terdiri dari empat aspek yakni metacognitif self-regulation, physical and

social environment managenent, time management, dan effort regulation. Skala self regulated learning terdiri dari 16 aitem favorable dan 16 aitem unfavorable. Pemberian skor alternatif jawaban yakni 1 sampai 4. Jawaban favorable diskor dengan jawaban sangat sesuai (SS) = 4, sesuai (S) = 3, tidak sesuai (TS) = 2, sangat tidak sesuai (STS) = 1. Sedangkan jawaban unfavorable dengan jawaban sangat sesuai (SS) = 1, sesuai (S) = 2, tidak sesuai (TS) = 3, dan sangat tidak sesuai (STS) = 4. 2. Skala Pola Asuh Permisif Skala pola asuh permisif orang tua digunakan untuk mengungkap tingkat pola asuh permisif yang diberikan pada siswa SMA oleh orang tua masing-masing. Skala pola asuh permisif di buat berdasrkan teori yang dikemukakan oleh Hurlock (1999) dengan empat aspek yakni kontrol terhadap anak kurang, pengambaian keputusan, orang tua bersifat masa bodoh, pendidikan bersifat bebas. Skala pola asuh permisif terdiri dari 10 aitem favorable dan 14 aitem unfavorable. Pemberian skor alternatif jawaban yakni 1 sampai 4. Jawaban favorable diskor dengan jawaban sangat sesuai (SS) = 4, sesuai (S) = 3, tidak sesuai (TS) = 2, sangat tidak sesuai (STS) = 1. Sedangkan jawaban unfavorable dengan jawaban sangat sesuai (SS) = 1, sesuai (S) = 2, tidak sesuai (TS) = 3, dan sangat tidak sesuai (STS) = 4. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis Kolerasi Product Moment dari Pearson. Metode tersebut digunakan

bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara pola asuh permisif dengan self regulated learning. Untuk mempermudah perhitungan statistik, keseluruhan perhitungan dan pengujian hipotesis dalam penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 22.0 for windows. HASIL PENELITIAN Hasil dalam penelitian ini dipeoleh gambaran sebagai berikut : Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Prosentase Perempuan 45 64.3% Laki-laki 25 35.7% Total 70 100% Deskripsi Subjek Penelitian Secara Keseluruhan Variabel Hipotetik Empirik Min Maks SD Mean Min Maks SD Mean Self regulated 32 128 14.3 80 41 71 6.729 55.14 Learning Pola asuh 24 96 12 60 25 64 7.743 40.83 Permisif Kategorisasi Variabel Self regulated learning Kategorisasi Self regulated learning Skor F % Sangat Rendah x < 49 11 15.8% Rendah 49 x 53 19 27.1% Sedang 53 < x 57 14 20% Tinggi 57 < x 61 14 20% Sangat Tinggi x 61 12 17.1% Total 70 100%

Kategorisasi Variabel Pola Asuh Permisif Orang tua Kategorisasi Pola Asuh Permisif Orang tua Skor F % Sangat Rendah x < 34.20 12 17.1% Rendah 34.20 x 39 18 25.8% Sedang 39 < x 42.60 12 17.1% Tinggi 42.60 < x 47 18 25.8% Sangat Tinggi x 47 10 14.2% Total 70 100% Hasil Uji Normalitas Variabel Koofisien Koofisien Keterangan K-SZ Signifikan Self regulated 0.055 0.200 Normal Learning Pola Asuh 0.070 0.200 Normal Permisif Orang Tua Hasil Uji Linieritas Self regulated learning F p dan Pola Asuh Permisif Linearity 18.776 0.000 Deviation from linearity Hasil Uji Hipotesis Variabel r p Hipotesis Self regulated learning terhadap pola asuh -0.462 0.00 Diterima permisif orang tua PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan antara pola asuh permisif orang tua dengan self regulated learning siswa sekolah menengah atas. Hipotesis yang diajukan adalah adanya hubungan yang negatif

antara pola asuh permisif orang tua dengan self regulated learning siswa sekolah mengengah atas. Semakin tinggi pola asuh permisif orang tua maka akan semakin rendah self regulated learning siswa, begitu sebaliknya semakin rendah pola asuh permisif orang tua maka semakin tinggi self regulated learning siswa. Hasil analisis kolerasi dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson menunjukan koefisien korelasi r sebesar -0.462 dan p = 0.00 ( p<0.05). Hasil tersebut dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara pola asuh permisif orang tua dengan self regulated learning siswa sekolah menengah atas, sehingga hipotesis penelitian yang diajukan diterima. Berdasarkan proses kategorisasi diketahui sebagian besar subjek berada pada kategori rendah, dengan prosentasi 27.1%. Hal ini menunjukan bahwa subjek penelitian memiliki tingkat self regulated learning yang rendah. Sedangkan untuk pola asuh permisif berada pada kategori tinggi, yakni dengan prosentase 25.8%. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar subjek penelitian memiliki pola asuh permisif orang tua yang tinggi. Pola asuh permisif orang tua memiliki sumbangan sebesar 21.4% pada self regulated learning siswa sekolah menengah pertama. Pola asuh permisif orang tua memiliki sumbangan 21.4% pada self regulated learning pada siswa sekolah menengah atas dikarenakan karena pola asuh permisif yang diterapkan orang tua masing-masing siswa, sedangkan 78.6% disebabkan oleh hal-hal yang lain. Self regulated learning adalah kemampuan seseorang untuk menjadi partisipan yang aktif secara metakognisi, motivasi, dan perilaku (behavior) di dalam proses belajar. Secara metakognisi, self-regulated learner merencanakan,

mengorganisasi, mengarahkan diri, memonitor diri, dan mengevaluasi diri pada tingkatan-tingkatan yang berbeda dari apa yang mereka pelajari. Secara motivasi, mereka merasa diri mereka sendiri kompeten, selfefficacious, dan mandiri (autonomous). Secara perilaku (behaviorly), mereka memilih, menyusun, dan membuat lingkungan mereka untuk belajar yang optimal (Mukhid, 2008). Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya self regulated learning pada siswa. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi adalah lingkungan, lingkungan yang paling dekat dengan siswa adalah lingkungan keluarga. Penerapan pola asuh yang diterapkan oleh orang tua dalam kehidupan sehari-hari akan mempengaruhi tinggi rendahnya self regulated learning pada anak. Penerapan pola asuh sangat mempengaruhi perkembangan pada anak salah satunya adalah perkembangan pendidikan. Beberapa faktor yang penting mempengaruhi prestasi akademik antara lain latar belakang budaya dan keluarga. Cara orang tua mendidik anak-anaknya dengan pola asuh yang diterapkan dapat mempengaruhi proses belajar dan prestasi anak. Pola asuh orang tua menjadi prediktor yang mempengaruhi perkembangan dalam kemampuan sosial, akademik, dan perkembangan psikososial (Palupi, 2013). Pola asuh tersebut terbagi menjadi tiga tipe yakni pola asuh dengan tipe demokkratis, otoriter dan permisfif. Orang tua yang menerapkan pola asuh permisif, biasanya terlalu membebaskan kegiatan anak saat berada di rumah. Orang tua cenderung tidak peduli dengan kegiatan yang dilakukan anak, tidak ada aturan yang anak harus mentaatinya, dan kurangnya kontrol yang diberikan orang tua kepada anak. Hal

yang demikian membuat anak merasa bebas untuk melakukan kegiatan apapun sesuai dengan keinginan yang anak mau saat berada di dalam rumah. Dornbusch dkk (1987) menemukan bahwa prestasi yang rendah berhubungan dengan pola asuh authoritarian yang tinggi, permisif tinggi, dan autoritatif yang rendah. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Zimmerman & Martinez Ponz (1988), terdapat hubungan signifikan antara self-regulated learning dengan prestasi akademik. Sama seperti penelitian sebelumnya pada penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti bahwa self regulated learning yang dimiliki siswa termasuk dalam kategori rendah. Sedangkan pola asuh permisif yang diterapkan oleh orang tua termasuk dalam kategori tinggi. Hal tersebut menunjukan bahwa pola asuh permisif memiliki hubungan dengan munculnya self regulated learning siswa. Penerapan pola asuh permisif pada anak akan mempengaruhi rendahnya self regulated learning pada anak. Hasil penelitian yang dilakukan Ellena (2014) membuktikan bahwa pola asuh permisif memiliki hubungan yang negatif dengan self regulated learning siswa. Penelitian Tamami (2011) tentang pengaruh pola asuh orang tua dan self regulated learning terhadap prokrastinasi pada siswa juga mendapatkan hasil yang sama bahwa pola asuh memiliki hubungan yang signifikan terhadap self regulated learning. Pada penelitian tersebut pola asuh permisif memiliki hubungan yang sgnifikan dengan self regulated learning, semakin tinggi pola asuh permisif orang tua maka semakin rendah self regulated learning siswa dan akan mengakibatkan tingginya prokrastinasi siswa.

Hasil pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan pola asuh sangat penting bagi perkembangan anak, termasuk dalam perkembangan pendidikan. Penerapan pola asuh yang salah akan mempengaruhi proses belajar pada anak. Pola asuh permisif adalah salah satu contoh penerapan pola asuh yang kurang pas untuk anak. Pola asuh permisif lebih mengarah pada pola asuh yang membebaskan anak dalam berbuat tanpa adanya kontrol dari orang tua. Pola asuh permisif sangat berdampak pada proses belajar siswa yang kurang optimal, sehingga self regulated learning yang dimiliki anak akan rendah. Kelemahan dari penelitian ini adalah kurangnya subjek yang dipakai untuk penelitian. Kurang spesifik antara pola asuh permisif yang memanjakan atau pola asuh permisif tidak peduli yang ingin diungkap oleh peneliti. Serta kurang spesifik membahas tentang pola asuh permisif dari ayah atau dari ibu yang sangat mempengaruhi self regulated learning siswa. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan yaitu ada hubungan negatif antara pola asuh permisif orang tua dengan self regulated learning siswa diterima. Semakin tinggi pola asuh permisif orang tua maka semakin rendah self regulated learning siswa. Begitu sebaliknya Semakin rendah pola asuh permisif orang tua maka semakin tinggi self regulated learning siswa.

SARAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang dapat diberikan oleh peneliti. Bagi orang tua, jangan pernah membiarkan anak untuk tumbuh kembang sendiri tanpa adanya campur tangan dari orang tua. Sesibuk apapun orang tua diharapkan mampu mengontrol perilaku anak. Bagi siswa-siswi, jika orang tua memberikan kebebasan dalam proses belajar, jangan sampai menyalah gunakan kebebasan yang diberikan orang tua. Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan mampu menjelaskan lebih rinci lagi tentang pola asuh dari ayah atau ibu yg paling berpengaruh dalam munculnya self regulated learning.

DAFTAR PUSTAKA Adicondro, N & Purnamasari, A. (2011). Efikasi Diri, Dukungan Sosial Keluarga dan Self regulated learning pada Siswa Kelas VIII. Humanitas. 8. 1. 18-26. Alfiana, A.D. (2013). Regulasi Diri Mahasiswa Ditinjau dari Keikutsertaan dalam Organisasi Kemahasiswaan. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan. 02. 01. 245-259 Boekaerts, M., & Cascallar, E. (2006). How Far Have We Moved Toward the Integration of Theory and Practice in Self-Regulation?. Educ Psychol Rev. 18. 199-210. Chen, C.S. (2002). Self Regulated Learning Strategies and Achievement in an Introduction to In formation System Course. Information Technology,Learning, and Performance journal. 20. 01. 11-25. Ellena, R.C. (2014). Perbedaan Self-Regulated Learning Siswa SMA Ditinjau dari Persepsi Terhadap Pola Asuh orang Tua. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan. 3. 3. 179-186. Hurlock, EB. (1999). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepajang rentang kehidupan. Alih bahasa: Istiwidayanti dan Soedjarwo. Jakarta: Penerbit Erlangga. Mukhid, A. 2008. Strategi Self Regulated Learning. Tadris. 03. 02. 222-239 Palupi, D.R.. 2013. Hubungan Antara Motivasi Berprestasi dan Persepsi Terhadap Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar Mahsiswa Psikologi Angkatan 2010 Universitas Airlangga Surabaya. Jurnal Psikologi dan Perkembangan. 02. 01. 1-6. Pekrun, R., Goetz, T., & Titz, W. (2002). Academic Emotions in Students Self- Regulated Learning and Achievement: A Program of Qualitative and Quantitative Research. Educational Psychologits. 02. 91-106. Santi, N.N. (2013). Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Asuh Orang Tua, Persepsi Terhadap Kondisi Lingkungan Sekolah, dan Kecerdasan Emosi Terhadap Motivasi Belajar. EFEKTOR. 22. 27-34. Santrock, J.W. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta : Erlangga. Savira, F & Suharsono, Y. (2013). Self-Regulated Learning (Srl) Dengan Prokrastnasi Akademik Pada Siswa Akselerasi. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan. 01.01. 65-74. Tamami, A.N.I. 2011. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dan Self regulated learning terhadap Prokrastinasi pada Siswa MTs N 3 Pondok Pinang. Skripsi (tidak

diterbitkan). Jakarta : Fakultas Psikologi Universitas islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Zimmerman, B.J., & Martinez Pons, M. (2001). Students differences in self regulated learning: Relating grade, sex, and giftedness to self efficacy and strategy use. Journal of Educational Psychology, 82 (1), 51 59. Zimmerman, B. 1989. A Social Cognitive View Of Self-Regulated Academic Learning. Journal of Educational Psychology. No. 3. Vol. 81. Hal. 329-339

IDENTITAS Nama Alamat Kampus Alamat : Nurul Hidayati : Jl. Kaliurang KM 14,5 Besi, Sleman, Yogyakarta : Sleman III, Rw 08 Rt 04 Triharjo Sleman Yogyakarta No. Hp : 0821 3658 4049 Email : hidayatinurul125@gmail.com