KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN PANCING ULUR SIANG DAN MALAM HARI DI KECAMATAN TANJUNG MUTIARA KABUPATEN AGAM PROVINSI SUMATERA BARAT OLEH BIMA GUNTARA

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN RAWAI (LONG LINE) PAGI DAN SIANG HARI DI PERAIRAN TELUK PAMBANG KECAMATAN BANTAN KABUPATEN BENGKALIS PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1) The Student at Faculty of Fisheries and Marine Sciences, University of Riau.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ABSTRAK. Kata kunci: Jumlah tangkapan; struktur ukuran; jenis umpan; ikan demersal dan rawai dasar

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Gambar 2. Konstruksi pancing ulur Sumber : Modul Penangkapan Ikan dengan Pancing Ulur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Jumlah Armada Penangkapan Ikan Cirebon Tahun Tahun Jumlah Motor

Muhamad Farhan 1), Nofrizal 2), Isnaniah 2) Abstract

SELEKSI UMPAN DAN UKURAN MATA PANCING TEGAK. (Selection on bait and hook number of vertical line) Oleh:

PENGARUH UMPAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN ALAT TANGKAP PANCING TONDA DI KECAMATAN TANJUNG MUTIARA KABUPATEN AGAM PROVINSI SUMATERA BARAT OLEH

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Harry Kurniawan 1), Ir. Arthur Brown, M.Si 2), Dr. Pareg Rengi, S.Pi, M.Si 2) ABSTRAK

PRODUKTIVITAS PANCING ULUR UNTUK PENANGKAPAN IKAN TENGGIRI (Scomberomorus commerson) DI PERAIRAN PULAU TAMBELAN KEPULAUAN RIAU

By : Hendri 1), Ir. H. Bustari, M.Si 2), Pareng Rengi, S.Pi, M.Si 2) Abstract

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN MATA PANCING GANDA PADA RAWAI TEGAK TERHADAP HASIL TANGKAPAN LAYUR

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL 4.1 Proses penangkapan

LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEK BAGI MASYARAKAT (IbM) IbM KELOMPOK NELAYAN BAGAN TANCAP KECAMATAN LEKOK KABUPATEN PASURUAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya laut baik hayati maupun non hayati, sehingga hal ini

Penangkapan Tuna dan Cakalang... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.)

HASIL TANGKAPAN SAMPINGAN (BY CATCH) TUNA LONG LINE DI PERAIRAN LAUT BANDA

EFISIENSI WAKTU PENGISIAN PERBEKALAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN SONDONG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DUMAI PROVINSI RIAU

ANALISIS HASIL TANGKAPAN IKAN TERI (Stolephorus sp.) DENGAN ALAT TANGKAP BAGAN PERAHU BERDASARKAN PERBEDAAN KEDALAMAN DI PERAIRAN MORODEMAK

PENENTUAN RESPON OPTIMAL FUNGSI PENGLIHATAN IKAN TERHADAP PANJANG GELOMBANG DAN INTENSITAS CAHAYA TAMPAK

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Perikanan Pelagis

4 HASIL 4.1 Proses penangkapan

TINJAUAN PUSTAKA. mata jaring ke arah panjang atau ke arah horizontal (mesh length) jauh lebih

PENGARUH JARAK TALI CABANG PADA ALAT TANGKAP PANCING RAWAI DASAR TERHADAP HASIL TANGKAP IKAN DASAR DI PERAIRAN SELAT MADURA

Alat bantu Gill net Pengertian Bagian fungsi Pengoperasian

PERBEDAAN PRODUKSI BAGAN PERAHU BERDASARKAN PERIODE BULAN DI PERAIRAN KABUPATEN BARRU

PENDAHULUAN. Sumberdaya ikan merupakan salah satu jenis sumberdaya alam yang

KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN DI PESISIR BARAT SELATAN PULAU KEI KECIL KEPULAUAN KEI MALUKU TENGGARA

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan

PENGEMBANGAN LAMPU BAWAH AIR SEBAGAI ALAT BANTU PADA BAGAN TANCAP DI DESA TAMBAK LEKOK KECAMATAN LEKOK PASURUAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS PERBEDAAN KEDALAMAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN TERHADAP KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN PADA ALAT TANGKAP CANTRANG

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

PENDAHULUAN. Malaysia, ZEE Indonesia India, di sebalah barat berbatasan dengan Kab. Pidie-

KONSTRUKSI DAN PRODUKTIVITAS RUMPON PORTABLE DI PERAIRAN PALABUHANRATU, JAWA BARAT

5 PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Perairan di Kabupaten Barru

HUBUNGAN JENIS UMPAN DAN UKURAN MATA PANCING ALAT TANGKAP RAWAI DASAR TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp) DI PERAIRAN PASIR, KEBUMEN

PRODUKTIVITAS PERIKANAN TUNA LONGLINE DI BENOA (STUDI KASUS: PT. PERIKANAN NUSANTARA)

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

5 PEMBAHASAN 5.1 Proses penangkapan pada bagan rambo

PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

2.2. Reaksi ikan terhadap cahaya

WARNA UMPAN TIRUAN PADA HUHATE

KAJIAN PERIKANAN TANGKAP Mene maculata Di TELUK BUYAT Fisheries Studies of Mene maculata In Buyat Bay

DRAFT KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PRODUKTIVITAS KAPAL PENANGKAP IKAN

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SPESIES TERKAIT EKOLOGI DALAM AKTIVITAS PENANGKAPAN HIU OLEH NELAYAN ARTISANAL TANJUNG LUAR

STUDI TENTANG PRODUKTIVITAS BAGAN TANCAP DI PERAIRAN KABUPATEN JENEPONTO SULAWESI SELATAN WARDA SUSANIATI L

KONDISI DAN PERMASALAHAN INDUSTRI PERIKANAN TANGKAP

PROPORSI DAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN JARING TIGA LAPIS (TRAMMEL NET) DI PELABUHAN RATU

Marine Fisheries ISSN

PENGARUH PERIODE HARI BULAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN DAN TINGKAT PENDAPATAN NELAYAN BAGAN TANCAP DI KABUPATEN SERANG TESIS JAE WON LEE

5 PEMBAHASAN 5.1 Komposisi Hasil Tangkapan

Rizka Oktafiani*), Asriyanto, dan Pramonowibowo

Pengaruh warna umpan pada hasil tangkapan pancing tonda di perairan Teluk Manado Sulawesi Utara

Ikan Pelagis Ekonomis Penting dan Karakteristik DPI Demersal

Keywords: Agam regency, contribution, fisheries sector, Tiku fishing port

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PENGARUH PERBEDAAN UMPAN DAN WAKTU SETTING RAWAI TUNA TERHADAP HASIL TANGKAPAN TUNA DI SAMUDERA HINDIA

Status Perikanan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP RI 571) Laut Andaman dan Selat Malaka 1

KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN JARING SILIR YANG BERBASIS DI PPN KARANGANTU KOTA SERANG PROVINSI BANTEN

II. TINJAUAN PUSTAKA Penangkapan Ikan. Ayodhyoa (1981) mengatakan bahwa penangkapan ikan adalah suatu usaha

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. dalam upaya pengelolaan sumberdaya perikanan laut di Kabupaten Malang Jawa

PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS ANTARA RUMPON DENGAN ATRAKTOR IJUK DAN RUMPON DENGAN ATRAKTOR DAUN KELAPA DI PULAU TUNDA CAHRA WIBIKSANA

KATA PENGANTAR. Pekanbaru, Desember Penulis

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis

VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP. Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA

PENGOPERASIAN LAMPU CELUP BAWAH AIR PADA BAGAN TANCAP DI PERAIRAN LEKOK. Application of Underwater Lamp for Bagan Tancap at Lekok

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

Sumber : Wiryawan (2009) Gambar 9 Peta Teluk Jakarta

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

PERBANDINGAN HASIL DAN KOMPOSISI TANGKAPAN JARING INSANG PERMUKAAN DAN JARING INSANG DASAR DI PERAIRAN DESA SEI NAGALAWAN SERDANG BEDAGAI

ANALISIS KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN DAN KEUNTUNGAN USAHA PENANGKAPAN PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) PEKALONGAN, JAWA TENGAH

KONDISI PERIKANAN TANGKAP DI WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN (WPP) INDONESIA. Rinda Noviyanti 1 Universitas Terbuka, Jakarta. rinda@ut.ac.

FLUKTUASI HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP JARING INSANG HANYUT (DRIFT GILLNET) DI PERAIRAN DUMAI, PROVINSI RIAU

Marine Fisheries ISSN Vol. 2, No. 1, Mei 2011 Hal: 19 28

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS HASIL TANGKAPAN PURSE SEINE WARING UNTUK PELESTARIAN SUMBERDAYA IKAN TERI (Stolephorus devisi) DI PERAIRAN WONOKERTO, KABUPATEN PEKALONGAN

PENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) BERDASARKAN SEBARAN SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR

PENDAHULUAN. Pantai Timur Sumatera Utara merupakan bagian dari Perairan Selat

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

i KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN PANCING ULUR SIANG DAN MALAM HARI DI KECAMATAN TANJUNG MUTIARA KABUPATEN AGAM PROVINSI SUMATERA BARAT OLEH BIMA GUNTARA FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2017

ii KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN PANCING ULUR SIANG DAN MALAM HARI DI KECAMATAN TANJUNG MUTIARA KABUPATEN AGAM PROVINSI SUMATERA BARAT JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mmperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Perikanan Dan Kelautan Universitas Riau OLEH BIMA GUNTARA 1304111872 Tim Penguji : 1. Ir. Arthur Brown, M.Si 2. Polaris Nasution, ST, MT 3. Ir. H. Bustari, M.Si 4. Ir. H. Syaifuddin, M.Si FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2017

iii KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN PANCING ULUR SIANG DAN MALAM HARI DI KECAMATAN TANJUNG MUTIARA KABUPATEN AGAM PROVINSI SUMATERA BARAT BimaGuntara 1) Arthur Brown 2) dan Polaris Nasution 2) E-mail: bimaguntara@gmail.com ABSTRAK Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2017 di kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komposisi tangkapan dan menentukan jenis dan jumlah tangkapan pada siang dan malam hari pada alat tangkap pancing ulur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah partisipatif dan penelitian yang dilakukan selama 20 hari penangkapan. Hasil tangkapan selama penelitian adalah 3690,42 kg (15454 ekor). Hasil penelitian komposisi tangkapan pancing ulur di siang hari adalah 825,17 kg (3624 ekor), sedangkan pada malam hari 2865,25 kg (11830 ekor). Hasil tangkapannya terdiri dari sebelas spesies. Hasil tangkapan malam lebih besar dari tangkapan siang hari. Kata Kunci: Pancing Ulur, Komposisi Hasil Tangkapan, Periode Siang dan Malam, TanjungMutiara. 1) Mahasiswa Fakultas Perikanan Dan Kelautan, Universitas Riau 2) Dosen Fakultas Perikanan Dan Kelautan, Universitas Riau

iv THE COMPOSITION OF HAND LINE CATCHS IN THE AFTERNOON AND NIGHT IN TANJUNG MUTIARA SUB DISTRICT, AGAM REGENCY, WEST SUMATERA PROVINCE BimaGuntara 1) Arthur Brown 2) dan Polaris Nasution 2) E-mail: bimaguntara@gmail.com ABSTRACT The study was conducted on July 2017 in Tanjung Mutiara sub-district, Agam regency, West Sumatera Province. This study aims to analyze the composition of catches, determine the type and number of catches during afternoon and night on fishing equipment hand line. The method used in this study is a participative and research conducted during 20 days of arrest. The catch during the study was 3690.42 kg (15454 fishes). The results of the research composition of hand line shot during afternoon is 825.17 kg (3624 fishes), while at night 2865,25 kg (11830 fishes). The catch consists of eleven species. The night catches bigger than the afternoon catch. Keywords: Hand line, Composition Catch Fish, Afternoon and Night Period, Tanjung Mutiara 1) Student of Faculty of Fisheries and Marine, University of Riau 2) Lecturer at the Faculty of Fisheries and Marine Affairs, University of Riau

1 THE COMPOSITION OF HAND LINE CATCHS IN THE AFTERNOON AND NIGHT IN TANJUNG MUTIARA SUB DISTRICT, AGAM REGENCY, WEST SUMATERA PROVINCE BimaGuntara 1) Arthur Brown 2) dan Polaris Nasution 2) E-mail: bimaguntara@gmail.com ABSTRACT The study was conducted on July 2017 in Tanjung Mutiara sub-district, Agam regency, West Sumatera Province. This study aims to analyze the composition of catches, determine the type and number of catches during afternoon and night on fishing equipment hand line. The method used in this study is a participative and research conducted during 20 days of arrest. The catch during the study was 3690.42 kg (15454 fishes). The results of the research composition of hand line shot during afternoon is 825.17 kg (3624 fishes), while at night 2865,25 kg (11830 fishes). The catch consists of eleven species. The night catches bigger than the afternoon catch. Keywords: Hand line, Composition Catch Fish, Afternoon and Night Period, Tanjung Mutiara 1) Student of Faculty of Fisheries and Marine, University of Riau 2) Lecturer at the Faculty of Fisheries and Marine Affairs, University of Riau I. PENDAHULUAN Latar Belakang Pancing ulur (hand line) adalah alat penangkapan ikan jenis pancing yang paling sederhana termasuk dalam klasifikasi alat tangkap hand and line(dkp, 2008). Kecamatan Tanjung Mutiara merupakan satu satunya kecamatan di Kabupaten Agam yang memiliki potensi kelautan dan perikanan dengan panjang garis pantai 43 km, luas wilayah 205,79 km 2 serta luas lautan 275,5 km 2. Potensi sumberdaya perairan pantai barat Sumatera termasuk perairan Kabupaten Agam adalah sebesar 1.989,810 ton per tahun, dengan tingkat pemanfaatan baru mencapai 70% dari potensi lestari. Jumlah tangkapan pancing ulur mencapai 612.000 ton per tahun (UPT BP4KP, 2010). Penduduk Kecamatan Tanjung Mutiara berjumlah 25.116 jiwa dengan kepadatan 122,08 jiwa per km 2. Jumlah nelayan 1.716 orang nelayan penuh, 222 orang nelayan sambilan dan 16 orang nelayan musiman (UPT BP4KP, 2010). Penggunaan unit alat penangkapan ikan oleh nelayan di Kecamatan Tanjung Mutiara terdiri dari bagan, gillnet, trammelnet, dan pancing ulur. Pancing ulur merupakan

2 alat tangkap yang digunakan oleh nelayan Kecamatan Tanjung Mutiara, jumlahnya 204 unit alat penangkapan (UPT BP4KP, 2010). Komposisi hasil tangkapan sangat dipengaruhi oleh kebiasaan tingkah laku ikan dan cara ikan beradaptasi dengan lingkungannya. Salah satu organ yang berperan dalam membentuk tingkah laku ikan terhadap lingkungan adalah mata. Organ mata pada dasarnya mempunyai prinsip kerja yang sama yaitu bekerja dengan pengaruh cahaya, yang membedakan adalah ada ikan yang aktif mencari makan di siang hari (diurnal) dan ada yang aktif dimalam hari (nocturnal) dalam mencari makan(fujaya, 2004). Berdasarkan kebiasaan ikan dalam mencari makan baik pada siang dan malam hari, perlu dilihat komposisi hasil tangkapan alat tangkap pancing ulur. Komposisi yang dilihat meliputi jumlah hasil tangkapan pada siang dan malam hari, jumlah individu (ekor) yang tertangkap pada siang dan malam hari, dan jenis-jenis ikan apa saja yang tertangkap pada siang maupun malam hari. Agar diketahui perbandingan komposisi pada kedua waktu tersebut. Perumusan Masalah Berdasarkan keaktifan ikan di kedua waktu tersebut, hal inilah pengoperasian alat tangkap pancing ulur dapat dilakukan pada siang dan malam hari. Hasil tangkapan yang beragam jenisnya maka perlu dilakukan perbandingan komposisi hasil tangkapan pada waktu siang dan malam hari agar diketahui perbandingan berat, jumlah individu (ekor), dan jenis ikan hasil tangkapan yang menggunakan alat tangkap pancing ulur pada waktu siang dan malam hari. Tujuan dan Manfaat Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah komposisi hasil tangkapan pancing ulur pada waktu siang dan malam hari di perairan Sumatera barat. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk dijadikan bahan informasi bagi pihak-pihak yang memerlukan, khususnya bagi nelayan setempat tentang komposisi hasil tangkapan pancing ulur pada waktu siang dan malam hari. II. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juli 2017, yang bertempat di Kec.Tanjung Mutiara, Kab.Agam, Provinsi Sumatera Barat. Bahan dan Alat Adapun bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Alat tangkap pancing ulur, alat-alat tulis, timbangan, kamera, laptop, dan kapal pancing ulur. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode partisipatif, yaitu pengambilan data hasil tangkapan di daerah penangkapan (fishing ground) dengan ikut serta dalam melakukan proses penangkapan alat tangkap pancing ulur. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian ini dimulai dari studi literatur. Studi literatur bermanfaat untuk memperkuat pelaksanaan penelitian, proses ini dilakukan dengan mengumpulkan

3 teori-teori yang membahas mengenai konstruksi pancing ulur, waktu dan daerah pegoperasiaan pancing ulur, hasil tangkapan pancing ulur serta analisis pengolahan data. Tahap berikutnya yaitu pelaksanaan penelitian, dalam pelaksanaannya diperlukan persiapan dalam penangkapan. Persiapan penangkapan terdiri dari persiapan perbekalan, penentuan daerah penangkapan (fishing ground), dan persiapan alat dan umpan. Analisis Data Untuk mengetahui adanya perbedaan hasil tangkapan pancing ulur pada waktu siang dan malam hari secara total dalam jumlah berat (kg), maka peneliti melakukan Uji-t (Sudjana,1992). III. HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Hasil Tangkapan Hasil tangkapan selama melakukan penelitian pada alat tangkap pancing ulur yaitu ikan selar (Selaroides leptolepis), serai (Caranx rotteri), layur (Trichiurus lepturus), kembung jantan (Rastrelliger kanagurta), kembung betina (Rastrelliger branchysoma), barakuda (Sphyraena barracuda), tuna sirip kuning (Thunnus albacares), kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus), kakap (Lutjanus campechannus), dan pepetek (leiognathus equulus). Hasil tangkapan berdasarkan jumlah berat (kg) siang dan malam hari Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil tangkapan berdasarkan jumlah berat (kg) selama 2 trip (20 hari) penangkapan terbanyak terjadi pada malam hari yang mencapai 2865,25 kg dan siang hari mencapai 825,17kg seperti pada tabel berikut. Tabel 1. Perbandingan jumlah berat (kg) ikan siang dan malam hari No Hari/ Bulan Kapal A Kapal B Kapal C Kapal D Jumlah Rata Rata 1 Siang 217,95 225,16 188,2 193,86 825,17 206,29 2 Malam 703,45 695,65 801 665,15 2865,25 716,31 Jumlah 921,4 920,81 989,2 859,01 3690,42 922,6 Sumber : Data Primer Hasil tangkapan berdasarkan jumlah ekor siang dan malam hari Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil tangkapan berdasarkan jumlah (ekor) selama 2 trip (20 hari)penangkapan terbanyak terjadi pada malam hari yang mencapai 11830 (ekor)dan siang hari mencapai 3624 (ekor) seperti pada tabel berikut. Tabel 2. Perbandingan jumlah ekor ikan pada siang dan malam hari No Hari/ Bulan Kapal A Kapal B Kapal C Kapal D Jumlah Rata Rata 1 Siang 1110 764 936 814 3624 906

42 2 Malam 2829 3100 3226 2675 11830 2957,5 Jumlah 3939 3864 4162 3489 15454 3865,5 Sumber : Data Primer Hasil tangkapan berdasarkan jenis ikan yang tertangkap siang dan malam hari Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah (jenis) ikan yang tertangkap pada malam hari selama pengamatan adalah ikan selar (Selaroides leptolepis), serai (Caranx rotteri), layur (Trichiurus lepturus), kembung betina (Rastrelliger branchysoma), dan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta). Sedangkan ikan yang tertangkap pada siang hari selama pengamatan adalah ikan pepetek, barakuda, buntal (Tetraodontidae sp), kembung jantan (Rastrelliger kanagurta), kembung betina (Rastrelliger branchysoma), tuna sirip kuning (Thunnus albacares), kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus), dan kakap merah (Lutjanus campechannus) seperti pada tabel berikut. Tabel 3. Perbandingan jumlah jenis ikan pada siang dan malam hari. No Jenis Ikan Individu (ekor) Berat (kg) Siang Malam Jumlah Siang Malam Jumlah 1 Pepetek 2305-2305 127,96-127,96 2 Buntal 7-7 3,5-3,5 3 Barakuda 634-634 92,05-92,05 4 Kembung betina 104 1321 1425 26 293,35 319,35 5 Kembung jantan 122 1171 1293 30,45 256,85 287,3 6 Tuna sirip kuning 82-82 279,2-279,2 7 Kerapu Macan 187-187 178-178 8 Kakap Merah 183-183 155,31-155,31 9 Selar - 7477 7477-1869,35 1869,35 10 Serai - 1661 1661-415,74 415,74 11 Layur - 200 200-30 30 Sumber : Data Primer Pembahasan Hasil tangkapan yang diperoleh selama penelitian dengan menggunakan alat tangkap pancing ulur adalah sebanyak 15418 ekor dengan berat 3576,06 kg. Dimana jumlah hasil tangkapan siang hari sebanyak 3624 ekor dengan berat 825,17 kg, sedangkan jumlah hasil tangkapan pada malam hari sebanyak 11830 ekor dengan berat 2865,25 kg. Jika ditinjau dari jumlah berat hasil tangkapan terdapat perbedaan jumlah hasil tangkapan pada siang hari dan malam hari, dimana hasil tangkapan malam hari lebih tinggi jika dibandingkan dengan siang hari,

52 sedangkan jika ditinjau dari jumlah individu hasil tangkapan tersebut juga terdapat perbedaan antara hasil tangkapan siang hari dan malam hari, dimana hasil tangkapan malam hari lebih banyak jika dibandingkan pada siang hari itu karena tingkah laku ikan yang aktif mencari makan pada malam hari. Hadmojo (dalam Fujaya, 2004) menyatakan bahwa tingkah laku ikan sangat dipengaruhi oleh cara ikan beradaptasi dengan lingkungannya. Tingkah laku tersebut diwujudkan dalam bentuk gerakan tubuh baik dari dalam maupun dari luar tubuh ikan. Salah satu organ yang berperan dalam membentuk tingkah laku ikan terhadap lingkungannya adalah mata. Organ mata pada dasarnya mempunyai prinsip kerja yang sama yaitu bekerja dengan pengaruh cahaya, yang membedakan adalah mata yang peka terhadap cahaya dan ada pula mata yang tidak peka terhadap cahaya. Kedua sifat ini berkaitan dengan waktu keaktifan ikan. Ikan yang peka terhadap cahaya cenderung aktif bergerak di siang hari disebut diurnal, sedangkan ikan yang tidak peka terhadap cahaya disebut dengan ikan nocturnal karena ikan ini aktif bergerak di malam hari. Berdasarkan uji t statistik (uji t) yang dilakukan terdapat perbedaan hasil tangkapan alat tangkap pancing ulur berdasarkan jumlah berat pada siang dan malam hari dimana thitlebih besar dari ttab sehingga hipotesis yang diajukan ditolak karena terdapat perbedaan komposisi hasil tangkapan siang dan malam hari. Komposisi hasil tangkapan selama penelitianadalah ikan pepetek sebanyak 2305 ekor dengan berat 127,96 kg, ikan buntal sebanyak 7 ekor dengan berat 3,5 kg,ikan kembung betina sebanyak 1425 ekor dengan berat 319,35 kg, ikan kembung jantan sebanyak 1293 ekor dengan berat 287,3 kg, ikan barakuda sebanyak 634 ekor dengan berat 92,05 kg, ikan tuna sirip kuning sebanyak 82 ekor dengan berat 279,2 kg, ikan kerapu macan sebanyak 187 ekor dengan berat 178 kg, ikan kakap merah sebanyak 183 ekor dengan berat 155,31 kg, ikan selar sebanyak 7477 ekor dengan berat 1869,35 kg, ikan serai sebanyak 1661 ekor dengan berat 415,74 kg, ikan layur sebanyak 200 ekor dengan berat 30 kg. Terdapat perbedaan jenis ikan yang tertangkap pada siang dan malam hari.ada ikan yang tertangkap di siang hari saja ataupun malam hari saja, serta ada ikan yang tertangkap dikedua waktu tersebut. Ikan yang tertangkap hanya di siang hari yaitu ikan pepetek (leiognathus equulus), ikan buntal (Tetraodontidae sp), ikan barakuda (Sphyraena barracuda), ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares), ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus), ikan kakap merah (Lutjanus campechannus). Ikan yang tertangkap hanya pada malam hari yaitu ikan selar (Selaroides leptolepis), ikan serai (Caranx rotteri), dan ikan layur (Trichiurus lepturus). Sedangkan ikan yang tertangkap di siang dan malam hari yaitu ikan kembung betina (Rastrelliger branchysoma) dan kembung jantan (Rastrelliger kanagurta). Ikan pelagis adalah ikan yang hidup di lapisan atas permukaan air, dan pada umumnya memiliki kemampuan gerak dan mobilitas yang tinggi (Nikijuluw,2002). Dilihat dari

63 ukuran individunya kelompok ikan ini dibagi menjadi 2 (dua) yaitu pelagis besar dan pelagis kecil.beberapa contoh ikan pelagis kecil antara lain ikan layang (Decapterus sp), ikan kembung (rastrelliger sp), ikan selar (selaroides sp), ikan tembang (sardinella flimbriata), dan teri (stolephorus sp). (Ernaningsih,2013). Berdasarkan hasil penelitian ikan yang tergolong ikan pelagis kecil yaitu ikan kembung betina (Rastrelliger branchysoma), ikan kembung jantan (Rastrelliger kanagurta), ikan selar (Selaroides leptolepis), dan ikan serai (Caranx rotteri). Sedangkan ikan pelagis besar yang tertangkap yaitu ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares). Ikan demersal adalah jenis- jenis ikan yang sebagian besar masa kehidupannya berada di dasar atau dekat dasar perairan. lingkungan mereka pada umumnya berupa lumpur, pasir, bebatuan, dan karang. Ikan demersal dapat ditemukan dari lingkungan pantai hingga zona laut dalam. Ciri utama kelompok ikan demersal antara lain adalah membentuk gerombolan yang tidak terlalu besar, gerak ruaya tidak terlalu jauh, gerak/aktifitas relatife rendah (Anonymus, 2005). Dari hasil penelitian ikan yang tergolong ikan demersal yaitu ikan layur (Trichiurus lepturus), ikan barakuda (Sphyraena barracuda), ikan kakap merah (Lutjanus campechannus), ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus), ikan pepetek (leiognathus equulus), dan ikan buntal (Tetraodontidae sp). Ikan demersal yang tertangkap karena pengoperasian alat tangkap pancing ulur ini mencapai dasar dasar perairan, sehingga memungkinkan untuk ikanikan demersal untuk tertangkap. Pada siang hari jenis ikan yang tertangkap ada 8 jenis, sedangkan pada malam hari ikan yang tertangkap ada 5 jenis. Ikan yang tertangkap pada siang hari terdiri dari ikan pepetek (leiognathus equulus), ikan buntal (Tetraodontidae sp), ikan barakuda (Sphyraena barracuda), ikan kembung betina (Rastrelliger branchysoma), ikan kembung jantan(rastrelliger kanagurta), ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares), kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus), dan ikan kakap merah (Lutjanus campechannus). Ikan yang tertangkap pada malam hari terdiri dari ikan selar (Selaroides leptolepis), ikan serai (Caranx rotteri), ikan layur (Trichiurus lepturus), ikan kembung betina (Rastrelliger branchysoma), dan ikan kembung jantan (Rastrelliger kanagurta). Kebiasaan makan ikan dibagi menjadi dua yaitu ada ikan yang aktif mencari makan disiang hari (diurnal) dan yang aktif mencari makan dimalam hari (nocturnal). Ikan yang aktif di siang hari cenderung lebih intensif menggunakan penglihatannya dan biasanya ikan ikan ini termasuk dalam jenis jenis yang aktif memburu mangsa. Sedangkan untuk ikan yang aktif mencari makan di malam hari juga menggunakan indera penglihatan dan penciumannya, namun pada malam hari sumber didapat dari cahaya bulan (Gunarso,1985). Pada penelitian ini jenis ikan kembung betina, dan ikan kembung jantan tertangkap pada siang dan malam hari. Pada siang hari ikan kembung jantan tertangkap 122 ekor, kembung betina 104 ekor. Sedangkan

74 pada malam hari ikan kembung jantan yang tertangkap 1171 ekor, kembung betina 1321 ekor. Meskipun ikan ini aktif dimalam hari tapi ikan ini juga ditemukan disiang hari walaupun jumlahnya yang sedikit, kemudian pengoperasian alat tangkap pancing ulur yang mencapai dasar perairan ini juga mempengaruhi hasil tangkapan.ikan kembung yang tertangkap pada siang hari berasal dari lapisan dalam atau mendekati dasar perairan, untuk ikan kembung yang tertangkap pada malam hari merupakan ikan ikan yang berada di lapisan permukaan air. Ikan kembung jantan dan kembung betina termasuk dalam famili scrombidae, yaitu jenis ikan yang suka bergerombol. Ikan kembung merupakan jenis ikan pelagis kecil yang memakan plankton halus. Ikan kembung cenderung berenang mendekati permukaan air pada waktu malam hari pada siang hari turun ke lapisan yang lebih dalam (Damanhuri,1980). Ikan pelagis kecil adalah ikan yang hidup dilapisan permukaan, sampai kedalaman 30-60 m, tergantung pada kedalaman laut. Bila hidup di perairan yang secara berkala/musiman mengalami upwelling (pengadukan) ikan pelagis kecil dapat membentuk biomassa yang besar (Mukhsin I,2002). Target utama penangkapan ikan dengan alat tangkap pancing ulur pada malam hari yaitu ikan selar (selaroides leptolepis), ikan ini menyebar di wilayah tropis, pesisir dan laut-laut dangkal dikawasan perairan Indo- Pasifik Barat. Ikan selar umumnya merupakan ikan yang aktif pada malam hari (nokturnal) meskipun adapula yang mendapatinya aktif disiang hari. Sedangkan target utama penangkapan pada siang adalah ikan karang seperti ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus), dan ikan kakap merah (lutjanus campechanus). Berdasarkan hasil penelitian ini untuk perbandingan berat/ekor di dapat, untuk siang hari 0,26 kg/ekor, malam hari 0,23 kg/ekor. Dapat dilihat untuk perbandingan berat tidak terlalu jauh berbeda. Sedangkan untuk perbandingan jumlah individu (ekor) yang tertangkap siang hari yaitu 3624 (ekor) dan malam hari 11830 ekor. Dapat dilihat perbandingan jumlah individu yang tertangkap pada malam hari jauh lebih banyak dari pada yang tertangkap pada siang hari. Hal ini karena ikan ikan yang tertangkap pada malam hari merupakan jenis ikan yang aktif mencari makan dan suka membentuk gerombolan dengan jumlah yang banyak. Ikan pelagis kecil adalah kelompok besar ikan yang membentuk schooling di dalam kehidupannya dan mempunyai sifat berenang bebas dengan melakukan migrasi secara vertikal maupun horizontal mendekati permukaan dengan ukuran tubuh relatif kecil. Beberapa contoh ikan pelagis kecil antara lain ikan layang (Decapterus sp), ikan kembung (rastrelliger sp), ikan selar (selaroides sp), ikan tembang (sardinella flimbriata), dan teri (stolephorus sp). (Ernaningsih,2013). IV. Kesimpulan Dan Saran Kesimpulan Komposisi hasil tangkapan menurut berat selama penelitian 2 trip (20 hari) adalah 3690,42 kg. Secara keseluruhan jumlah hasil tangkapan

85 pada malam hari lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah hasil tangkapan pada siang hari yaitu sebanyak 2865,25 kg dengan rata-rata hasil tangkapannya pada malam hari adalah 716,31 kg perkapal. Sedangkan jumlah hasil tangkapan pada siang hari sebanyak 825,17 kg dengan rata-rata hasil tangkapannya perkapal adalah 206,29 kg. Hasil tangkapan terendah siang hari pada kapal C adalah 188,2 kg pada dan hasil tangkapan tertinggi siang hari pada kapal B adalah 225,16 kg pada. Sedangkan hasil tangkapan terendah malam hari pada kapal Dadalah 665,15 kg dan hasil tangkapan tertinggi malam hari pada kapal C adalah 801 kg. Sedangkan hasil tangkapan menurut jumlah ekor yang tertangkap selama penelitian adalah 15454 ekor. Jumlah hasil tangkapan pada malam hari lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah hasil tangkapan pada siang hari yaitu sebanyak 11830 ekor dengan rata-rata hasil tangkapan pada malam hari 2957,5. Sedangkan jumlah hasil tangkapan pada siang hari sebanyak 3624 ekor dengan rata rata hasil tangkapannya adalah 906. Hasil tangkapan terendah siang hari pada kapal B adalah 764 ekor dan hasil tangkapan tertinggi siang hari pada kapal A yaitu 1110 ekor. Sedangkan hasil tangkapan terendah malam hari pada kapal D yaitu 2675 ekor dan hasil tangkapan tertinggi malam hari pada kapal C adalah 3226 ekor. Rata-rata ikan yang mendominasi tertangkap pada siang hari yaitu ikan pepetek 127,96 kg (2305 ekor), dan pada malam hari ikan yang mendominasi hasil tangkapan yaitu ikan selar 1869,35 kg (7477 ekor). Berdasarkan uji statistik yang dilakukan terdapat perbedaan hasil tangkapan alat tangkap pancing ulur berdasarkan jumlah berat pada siang dan malam hari dimana thit 14,6395lebih besar dari ttab 3,18245 sehingga hipotesis awal ditolak artinya terdapat perbedaan jumlah komposisi hasil tangkapan antara waktu siang dan malam hari. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat hasil tangkapan malam hari lebih banyak dari pada siang hari, oleh sebab itu disarankan nelayan lebih baik melakukan penangkapan pada malam hari pada bulan juli, serta menambah waktu penangkapannya dan jumlah unit alat tangkapnya agar hasil tangkapannya juga meningkat. Sebaiknya untuk keakuratan data dalam penelitian data didukung oleh data minimal 1 tahun atau 1 musim periode penangkapan. Daftar Pustaka Anonymous, 2005. Laporan Teknis intern. Balai Riset Perikanan Laut. Damanhuri. 1980. Diktat Fishing Ground Bagian Teknik Penangkapan Ikan. Fakultas Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang. 56, 57 hal. Dinas Kelautan dan Perikanan. 2008. Jenis alat tangkap pancing ikan hook and line. Jakarta, hal 32. Ernaningsih, D. 2013. Analisi Bioekonomi Ikan Pelagis Kecil di Teluk Banten. Jurnal Ilmiah Satya Negara Indonesia. Hal 1-9.

96 Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan, Dasar Pengembangan Teknologi Perikanan. Kerjasama Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Hassanudin dengan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.204 hlm. Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan Dalam Hubungannya Dengan Alat, Metode, Dan Taktik Penangkapan. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Halaman 8. Hadmojo, Eko., S. 2016. Komposisi Hasil Tangkapan Belat Pada Siang dan Malam Hari Di Desa Bunga Raya Kecamatan Bunga Raya Kabupaten Siak Provinsi Riau. Skripsi pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru. (tidak diterbitkan). Nikijuluw, P.H.V. 2002. Rezim Pengelolaan Sumberdaya Perikanan P3R. Pustaka Cidesindo. Jakarta. Sudjana. 1992. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.