BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahwa: Pembelajaran adalah Proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses interaksi dalam pembelajaran diawali dari observasi guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya, motivasinya, latar belakang akademisnya, latar belakang ekonominya, dan lain sebagainya. Kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran. Sumiati dan Asra (2009) mengelompokkan komponen-komponen pembelajaran dalam tiga kategori utama, yaitu: guru, isi atau materi pembelajaran, dan siswa. Interaksi antara tiga komponen utama melibatkan model pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan penataan lingkungan tempat belajar, sehingga tercipta situasi pembelajaran yang memungkinkan terciptanya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Tujuan Pembelajaran yang telah ditetapkan idealnya harus terpenuhi, namun pada pelaksanaannya banyak menemukan masalah. Berbagai masalah sering dialami oleh guru. Untuk mengatasi berbagai masalah dalam pembelajaran, maka perlu adanya model -model pembelajaran yang dipandang 1
2 dapat membantu guru dalam proses belajar mengajar. Model dirancang untuk mewakili realitas sesungguhnya, walaupun model itu sendiri bukanlah realitas dari dunia sebenarnya. Sagala, S. (2003:169) mengemukakan, model pembelajaran adalah cara yang digunakan guru dalam mengorganisasikan kelas pada umumnya atau dalam menyajikan bahan pelajaran pada khususnya. Pada prinsipnya, setiap model pembelajaran itu baik, namun bisa lebih efektif lagi jika model pembelajaran itu tepat digunakan pada suatu proses kegiatan pembelajaran. Oleh sebab itu, setiap guru harus bisa memilih model pembelajaran yang tepat dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran yang baik akan mampu mengaktifkan dan menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan sekaligus menyenangkan. Salah satunya model pembelajaran kooperatif tipe scramble. Model pembelajaran scramble adalah sebuah model yang menggunakan penekanan latihan soal berupa permainan acak kata yang dikerjakan secara berkelompok. Dalam metode pembelajaran ini perlu adanya kerja sama antar anggota kelompok untuk saling membantu teman sekelompok untuk dapat berfikir kritis sehingga dapat lebih mudah mencari penyelesaian soal. Dengan adanya permainan dalam proses pembelajaran diharapakan dapat meningkatkan minat belajar siswa yang cenderung pasif. Minat merupakan salah satu aspek psikis yang membantu dan mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhannya, maka minat harus ada dalam diri seseorang, sebab minat merupakan modal dasar untuk mencapai tujuan. Dengan demikian minat itu adalah modal yang paling awal sebelum kita melakukan sesuatu yang kita inginkan atau permulaan dari semua aktivitas. Slameto (2010:180) menyatakan bahwa Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Rasa keterterikan yang ada didalam diri siswa harus dimunculkan. berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang. Dengan penerapan model pembelajaran yang tepat maka minat siswa terhadap pembelajaran itu akan meningkat sehingga hasil belajar juga akan lebih maksimal.
3 Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan pembelajaran di sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha sadar yang dilakukan secara sistematis mengarah kepada perubahan yang positif. Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dalam realitanya pemilihan model yang baik untuk meningkatkan minat dan hasil belajar belum dimanfaatkan dengan maksimal. Banyak guru lebih menggunakan model tradisional yang lebih berorientasi pada Teacher Centered Approach adalah suatu pendekatan belajar yang berdasar pada pandangan bahwa mengajar adalah menanamkan pengetahuan dan keterampilan (Smith, dalam Sanjaya, 2008: 96). Dalam Teacher Centered Approach gurulah yang harus menjadi pusat dalam pembelajaran. Peran utama yang harus dilakukan guru, yaitu: guru sebagai perencana, sebagai penyampai informasi, dan sebagai evaluator. Sedangkan siswa ditempatkan sebagai objek belajar. Siswa dianggap sebagai organisme yang pasif, yang belum memahami apa yang harus dipahami, sehingga dalam proses pembelajaran siswa dituntut untuk memahami segala sesuatu yang disampaikan guru. Model ini sudah berlangsung sejak dahulu hingga saat ini guna memenuhi tujuan utama pengajaran dan pembelajaran. Model ini menghadapi kendala yang berkaitan dengan keterbatasan tempat, lokasi dan waktu penyelenggaraan dengan semakin meningkatnya aktifitas siswa. Model pembelajaran tradisional cenderung berasumsi bahwa siswa memiliki kebutuhan yang sama, dan belajar dengan cara yang sama pada waktu yang sama, dalam ruang kelas yang tenang, dengan kegiatan materi pelajaran yang terstruktur secara ketat dan didominasi oleh guru. Berdasarkan pengamatan awal terhadap proses pembelajaran IPS di Kelas IV SDN Tingkir Tengah 01 Kecamatan Tingkir Kota Salatiga diperoleh informasi bahwa selama proses pembelajaran, guru belum memberdayakan seluruh potensi
4 dirinyadalam pembelajaran sehingga sebagian besar siswa belum mempunyai minat dalam belajar akibatnya mereka belum mampu mencapai kompetensi individual yang diperlukan untuk mengikuti pelajaran lanjutan. Beberapa siswa belum belajar sampai pada tingkat pemahaman. Siswa baru mampu menghafal fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan gagasan inovatif lainnya pada tingkat ingatan, mereka belum dapat menggunakan dan menerapkannya secara efektif dalam pemecahan masalah sehari-hari yang kontekstual dan penggunaan media pembelajaran juga masih kurang, sehingga hasil belajar kurang maksimal. Dari hasil Ulangan Formatif kelas IV menunjukan bahwa dari 27 siswa hanya 12 anak yang mendapatkan nilai diatas KKM, sedangkang 15 siswa mendapat nilai kurang dari KKM. Dengan hasil ini presentase siswa yang tuntas hanya 44,44 % dan siswa yang belum tuntas mencapai 55,56%. Upaya untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Tingkir Tengah 01 dalam pembelajaran IPS sudah dilakukan guru kelas dengan berbagai macam cara, seperti memberi kesempatan siswa untuk bertanya dan mengemukakan gagasan. Namun siswa tidak dapat aktif seperti yang diharapakan, banyak siswa yang malu mau bertanya ataupun menjawab hanya seglintir siswa yang berani aktif. Hal ini menunjukkan bahwa siswa dikelas ini cenderung pasif. Terkait belum optimalnya hasil belajar IV SDN Tingkir Tengah 01 maka peneliti berupaya untuk meningkatkan hasil belajar IPS dengan model scramble Dengan menerapakan model scramble dalam menyampaikan pembelajaran IPS diharapakan siswa memiliki pengetahuan, pemahaman belajar lebih bermakna, mampu menghubungkan materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata dan menumbuhkan kreativitas sehingga meningkatkan minat siswa dan hasil belajar akan menjadi maksimal. Berdasarkan kondisi tersebut maka peneliti tergerak untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul: " Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble Untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar IPS Bagi Siswa Kelas IV SDN Tingkir Tengah 01 Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014.
5 1.2 Identifikasi Masalah Peningkatan kemampuan dan ketrampilan dalam menguasi materi pembelajaran IPS sudah sering dilakukan guru, namun hasil belajar yang diharapkan belum menemui hasil yang optimal. Berdasarkan kenyataan diatas, penulis mencoba merefleksi pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru. Penulis mendapatkan gambaran bahwa: 1. Siswa belum siap dalam mengikuti pelajaran 2. Ketika pembelajaran siswa tenang, tetapi ketika guru meminta siswa untuk memberikan tanggapan terhadap materi yang dibahas hanya sedikit siswa aktif menjawab 3. Latihan dan soal tes formatif sudah diberikan, namun ketika menjawab tidak sesuai dengan jawaban yang diharapkan. Dari hasil tersebut dapat didentifikasi masalah dalam pembelajaran, yaitu: a. Siswa tidak konsentrasi dalam mengikuti pembelajaran b. Siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran c. Siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran d. Penguasaan materi siswa masih kurang e. Siswa dalam mengerjakan soal latihan maupun formatif kurang optimal. 1.3 Analisis Masalah Dari hasil pembelajaran IPS yang telah dilakukan oleh guru diketahui penyebabnya adalah: 1. Penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat 2. Penjelasan dari guru belum konkrit 3. Pembelajaran kurang menarik minat siswa Berdasarkan analisa temuan masalah diatas, penulis akan melakukan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe scramble
6 1.4 Rumusan Masalah dan Rumusan Usulan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah: 1. Apakah rendahnya minat belajar IPS pada siswa kelas IV SDN Tingkir Tengah 01 disebabkan oleh ketidaktepatan model pembelajaran yang dipergunakan guru? 2. Apakah rendahnya hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SDN Tingkir Tengah 01 disebabkan oleh ketidaktepatan model pembelajaran yang dipergunakan guru? Untuk memecahkan masalah tersebut pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe scramble, adapaun usulan pemecahan masalah tersebut: Apakah model pembelajaran kooperatif tipe scramble untuk meningkatkan minat dan hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN Tingkir Tengah 01 Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah, anlisi masalah, dan rumusan masalah yang diuraikan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe scramble untuk meningkatakan minat dan hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN Tingkir Tengah 01 Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 1.6 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, adapun manfaat yang diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis serta manfaat praktis pada masyarakat luas, khususnya di bidang pendidikan: 1.6.1 Manfaat Praktis 1. Bagi siswa a. Meningkatkan daya kreasi siswa dalam pembelajaran b. Memberi pengalaman bermakna dalam proses pembelajaran.
7 c. Menumbuhkan minat belajar pada siswa agar lebih semangat dalam pembelajaran IPS 2. Bagi guru, peneliti dan teman sejawat a. Mengetahui permasalahan yang terjadi dalam kelas dan dapat menjelaskan pemecahannya. b. Lebih kreatif dalam menyampaikan matari pembelajaran IPS c. Menentukan model yang baik untuk pembelajaran IPS d. Meningkatkan kemampuan paedagogik dan profesional dalam pembelajaran IPS 3. Bagi sekolah a. Peningkatan hasil belajar IPS diharapkan berdampak positif pada kemajuan sekolah. b. Memiliki guru yang mau meningkatkan kemampuan paedagogik dan prefesional dalam pembelajaran IPS. c. Memberikan dorongan kepada guru lain untuk lebih meningkatkan kompetensi yang harus dikuasai sesuai bidang tugas masing-masing. 1.6.2 Manfaat Teoretis 1. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai masukan untuk mengembangkan penelitian penelitian selanjutnya yang sejenis. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan penelitian yang terkait dengan model kooperatif tipe scramble, minat dan hasil belajar.