ARTIKEL. Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana. oleh. Intan Yuliana Wijayanti

dokumen-dokumen yang mirip
ARTIKEL. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. oleh : Nur Aeni Ratna Dewi

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI PEMBENTUKAN TANAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

Oleh : SUGIYATMI NIM. A54A100088

PENINGKATAN KETERLIBATAN DAN MINAT BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN STAD TERMODIFIKASI PERMAINAN ULAR TANGGA

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar SITI ROSIDAH NIM. A.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau

Ikmila Mak ruf, Yusuf Kendek, dan Kamaluddin. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

Kata Kunci : Hasil Belajar, Matematika, Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)

DATAR MELALUI METODE STAD. Winarni

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

Linda Ratnaningtyas D.W. 34

PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERBANDINGAN SKALA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS- ACHIEVMENT DIVISIONS (STAD)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Wenni Hastuti Universitas PGRI Yogyakarta

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V SD

NASKAH PUBLIKASI OLEH : A54B111048

QUANTUM, Jurnal Inovasi Pendidikan Sains, Vol.3, No.2, Oktober 2012, hlm

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA

BAB III METODE PENELITIAN

Noorhafizah dan Rahmiliya Apriyani

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kajian Teori Model Pembelajaran Kooperatif

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MODEL KOOPERATIF STAD DENGAN MEDIA VIDEO

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Dengan Metode Demonstrasi Dikelas V SDN 10 Biau

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. PSKGJ - Pendidikan Guru Sekolah Dasar

758 e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 6, Agustus 2017

JURNAL. Oleh: SUYATI NPM Dibimbing oleh : 1. Dra. Budhi Utami, M.Pd. 2. Dra. Dwi Ari Budiretnani, M.Pd.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

Herdian, S.Pd., M.Pd. SMAN 1 Pagelaran Kab. Pringsewu,

Penerapan Metode Demonstrasi Dapat Meningkatkan Hasili Belajar Siswa Pada Materi Kenampakan Bumi di Kelas IV SDN No.

ILHAMSYAH. Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Jurusan Pendidikan Islam Jl. Sisingamangaraja No. 338 Simpang Limun Medan

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI MELALUI MODEL STAD SISWA KELAS VII SMP NEGERI 15 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI PERISTIWA ALAM MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT

Aminudin 1. SDN Sukorejo 01, Kota Blitar 1

Suherman Guru Fisika SMA Negeri 1 Stabat dan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Pascasarjana Unimed

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika 2 Mahasiswa Teknik Informatika Universitas Potensi Utama

Lia Agustin. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

Charlina Ribut Dwi Anggraini

Penelitian Tindakan Kelas Rumpun Bidang Fisika, Biologi, Kimia dan IPA

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD PADA SISWA KELAS IV SD INPRES 2 PARIGIMPUU

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) SISWA

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIFITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI TUMBUHAN HIJAU. Etmini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus. tahap prasurvei hingga dilaksanakan tindakan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas

Oleh: Sri Wahyuni SDN 3 Malasan, Durenan, Trenggalek

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH. Disusun Untuk Memenuhi Sebagai. Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1. Pendidikan sekolah Dasar. Disusun Oleh : Disusun :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PUBLIKASI ILMIAH. Oleh: LULUK RIF ATIN A54F100033

PROSIDING ISBN :

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN BOROWETAN TAHUN AJARAN 2012/2013

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN

Sumono 38. Kata kunci : Metode STAD, Hasil Belajar, IPA. 38 Guru Kelas VI SDN Darungan 02 Tanggul Kabupaten Jember

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS III SMA SRIJAYA NEGARA PALEMBANG MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENTS

BAB III METODE PENELITIAN. terkendali untuk menemukan dan memecahkan masalah pembelajaran di kelas.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

Oleh ; Ria Fajrin Rizqy Ana Dosen STKIP PGRI Tulungagung

NASKAH PUBLIKASI. Disusun sebagai persyaratan Guna mencapai Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Diajukan Oleh: WAHYUNINGSIH A

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT PADA SISWA KELAS V SDN 07 SUMBERPUCUNG MALANG

Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa Melalui Model

Bintang Zaura 1 dan Sulastri 2. Dosen Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unsyiah 2 Guru SMP Negeri 1 Labuhanhaji Aceh Selatan

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI POKOK SUMBER ENERGI GERAK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Metode Demonstrasi Pada Pembelajaran IPA di Kelas V SDN Taopa Kabupaten Parigi Moutong

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVIII/November 2014

Oleh: Sri Isminah SDN 2 Watulimo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 4 WONOSARI MELALUI STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISONS

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran (Sanjaya: 2009: 59). Pada penelitian tindakan kelas ini

IRAWATI (Mahasiswa Jurusan S1 PGSD FIP UNG) Pembimbing Drs. Djotin Mokoginta, M.Pd Irvin Novita Arifin, S.Pd, M.Pd ABSTRAK

PENINGKTAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH SISWA KELAS V SD KARTIKA XX-1 KOTA MAKASSAR

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGHITUNG ARITMATIKA SOSIAL MELALUI PENERAPAN MODEL STAD. Kasurip

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan terjemahan dari Classroom Action

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Model Kooperatif Learning Tipe STAD di Kelas 3 SD Inpres 1 Siney

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

BAB II KAJIAN TEORI. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1991: 62) berpendapat. bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa.

Hazal Fitri 1. Abstrak. Kata Kunci : Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad, Hasil Belajar, Bola Voli

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization

Transkripsi:

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) dengan MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS di KELAS IV SDN TINGKIR TENGAH 02 SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2015/2016 ARTIKEL Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana oleh Intan Yuliana Wijayanti 292012015 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016 1

2

3

4

5

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) dengan MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS di KELAS IV SDN TINGKIR TENGAH 02 SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Intan Yuliana Wijayanti, Herry Sanoto Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Kristen Satya Wacana, 2016 Jl. Diponegoro No. 52-60, Salatiga, Jawa Tengah 50711 E-mail: 292012015@student.uksw.edu ABSTRAK Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah pembelajaran IPA yang disampaikan oleh guru lebih banyak menggunakan metode konvensional. Keadaan ini membuat siswa menjadi kesulitan untuk memahami materi pelajaran dan berfikir secara nalar sehingga pembelajaran kurang menyenangkan. Sehingga hasil belajar IPA siswa rendah, hal ini ditunjukkan dengan siswa yang nilainya dibawah KKM (70) sebanyak 53%. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah model pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas IV SDN Tingkir Tengah 02. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan desain penelitian menurut Kemmis dan Mc Taggart yang terdiri dari tiga tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan observasi, refleksi. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus, setiap siklus dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Tingkir Tengah 02 yang berjumlah 30 siswa, terdiri dari 21 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan dengan karakteristik yang heterogen. Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah teknis tes dan non tes. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan hasil belajar siswa dari kondisi awal, siklus I dan siklus II. Pada kondisi awal siswa yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) berjumlah 14 siswa (47%) dan yang belum memenuhi KKM berjumlah 16 siswa (53%). Pada pembelajaran Siklus I dengan menerapkan model pembelajaran STAD, siswa yang nilainya sudah memenuhi KKM meningkat menjadi 23 siswa (76%) sedangkan siswa yang belum memenuhi KKM berjumlah 7 siswa (24%). Pada pembelajaran siklus II siswa yang sudah memenuhi KKM berjumlah 28 (94%) dan siswa yang tidak memenuhi KKM berjumlah 2 (8%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA siswa kelas 4 SDN Tingkir Tengah 02. Kata kunci: Model Pembelajaran STAD, Hasil Belajar IPA 6

PENDAHULUAN Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang gejala-gejala alam dan fenomena alam. James Conant (dalam Samatowa 2011:1) menyatakan Sains sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, dan yang tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk diamati dan dieksperimentasikan lebih lanjut. Selain itu Winaputra (dalam Samatowa 2010:3) berpendapat bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen/sistematis (teratur) artinya pengetahuan itu tersusun dalam sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh, sedangkan berlaku umum artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau oleh seseorang atau beberapa orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan kumpulan pengetahuan yang diperoleh tidak hanya produk saja tetapi juga mencakup pengetahuan seperti keterampilan dalam hal melaksanakan penyelidikan ilmiah. Proses ilmiah yang dimaksud misalnya melalui pengamatan,eksperimen dan analisis yang bersifat rasional. Sedang sikap ilmiah misalnya objektif dan jujur dalam mengumpulkan data yang diperoleh. Dengan menggunakan proses dan sikap ilmiah itu memperoleh penemuan-penemuan atau produk yang berupa fakta, konsep, prinsip dan teori (Sulistyanto 2008:7). Perbaikan pembelajaran perlu dilakukan untuk memajukan mutu siswa, guru dan sekolahan, salah satu upayanya yaitu memperbaiki model pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran. Salah satu hasil belajar yang perlu ditingkatkan yaitu pada mata pelajaran IPA. Dari observasi 30 siswa diperoleh rata- rata nilai IPA 68 sedangkan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 70, nilai terendah 45 sedangkan tertinggi 90. Hal ini disebabkan karena guru masih menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran dan siswa masih sulit untuk berfikir secara nalar dan logis. Guru harus dapat membuat suatu strategi 7

pengajaran yang menyenangkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mengikuti pelajaran IPA. Salah satu model pembelajaran di duga dapat mengatasi yaitu model pembelajaran kooperatif. Melalui model pembelajaran kooperatif ini siswa dapat belajar lebih aktif mengeluarkan pendapatnya dan suasana yang kondusif untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, keaktifan serta keterampilan sosial seperti keterampilan bekerjasama yang bermanfaat bagi kehidupannya di masyarakat. Pembelajaran kooperatif pada penelitian ini di batasi pada model STAD (Student Teams Achievement Divisions). Model STAD diadakan untuk pencapaian hasil belajar, penerimaan terhadap perbedaan individu dan juga untuk pengembangan sosial. Kelebihan model STAD adalah siswa memiliki dua bentuk tanggung jawab belajar. Yaitu belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar, siswa saling membelajarkan sesama siswa lainnya atau pembelajaran oleh rekan sebaya yang lebih efektif daripada pembelajaran oleh guru, pengelompokan siswa secara heterogen membuat kompetensi yang terjadi di kelas menjadi lebih hidup, prestasi dan hasil belajar yang baik bisa didapatkan oleh semua anggota kelompok, kuis yang terdapat pada langkah pembelajaran membuat siswa termotivasi, kuis tersebut juga meningkatkan tanggung jawab individu karena nilai akhir kelompok dipengaruhi nilai kuis yang dikerjakan secara individu, peran guru juga menjadi lebih aktif dan lebih terfokus sebagai fasilitator, mediator, motivator dan evaluator (Rusman,2011:203). Salah satu kegiatan dalam pembelajaran STAD yaitu siswa akan dibagi menjadi kelompok-kelompok heterogen. Dengan begitu membuat siswa untuk saling membantu dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Siswa yang pintar dapat membantu teman yang kurang mampu dalam pembelajaran IPA. Pada akhir pembelajaran untuk kelompok yang paling baik akan memperoleh penghargaan. Keadaan tersebut akan memacu siswa untuk bersaing dengan kelompok lain dan membuat siswa menjadi lebih baik dalam belajar IPA. Slavin (2010:5) berpendapat bahwa alasan bagus untuk percaya bahwa jika para siswa diberi penghargaan setelah melakukan pekerjaan yang lebih baik dari sebelumnya, mereka akan lebih terpacu untuk belajar daripada jika mereka diberi penghargaan berdasarkan pada prestasi yang lebih baik dari teman mereka, karena penghargaan atas kemajuan yang dicapai bisa memberi keberhasilan dan tidak terlalu sulit maupun terlalu mudah untuk dicapai siswa. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka rumusan masalahnya adalah apakah dengan menggunakan model pembelajaran Student Teams Achievement 8

Divisions dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA pada siswa kelas IV SD Negeri Tingkir Tengah 02. Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini yaitu Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada pembelajaran IPA dengan menggunakan model Student Teams Achievement Divisions (STAD) SD Negeri Tingkir Tengah 02 Semester 2, Tahun Pelajaran 2015/2016. Manfaat Penelitian Manfaat teoretis dalam penelitian ini yaitu diharapkan guru memiliki pengetahuan tentang model pembelajran yang sesuai dengan pembelajaran IPA sebagai salah satu referensi pembelajaran di sekolah untuk meningkatkan hasil belajar IPA. Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah bagi guru mampu menerapkan model pembelajaran STAD, sehingga akan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan menarik dalam pembelajaran IPA, serta dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran yang disesuaikan dengan tujuan, materi, karakteristik siswa, dan kondisi pembelajaran. Bagi siswa dapat memahami konsep IPA dan meningkatkan hasil belajar siswa baik secara individu maupun kelompok. Bagi sekolah agar hasil penelitian menggunakan model pembelajaran STAD dapat digunakan sebagai referensi untuk perbaikan pembelajaran. TINJAUAN PUSTAKA Hakikat IPA IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya (Samatowa 2006:2). Selain itu menurut Nash 1993 (dalam Samatowa 20011:3) menyatakan bahwa IPA itu adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam. IPA membahas tentang gejala gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Winaputra (dalam Samatowa 2011:3) berpendapat bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen/sistematis (teratur) artinya pengetahuan itu tersusun dalam sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh, sedangkan berlaku umum artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau oleh seseorang atau beberapa orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten. 9

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli dapat disimpulkan IPA yaitu suatu ilmu yang mempelajari tentang alam sekitar beserta isinya. IPA berarti mempelajari semua benda yang ada di alam, peristiwa, dan gejala-gejala yang muncul di alam. Siswa dihadapkan dengan benda-benda dan lingkungan sekitar, sehingga mendapat pengalaman untuk mempelajari secara langsung. Pelajaran IPA siswa diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat atau mencoba sehingga siswa mendapat pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Hakikat Hasil Belajar Sudjana (2009:22) mengemukakan hasil belajar ialah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman dari proses belajar mengajar. Sedangkan menurut (Hamalik 2006:30, dalam Indra 2009) hasil belajar ialah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Menurut Clark (dalam Sudjana 1989:39) Hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Maka pencapaian hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan lingkungan. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa hasil belajar yaitu perubahan perilaku, keterampilan, pengetahuan, sikap dan cita-cita siswa setelah siswa tersebut mengikuti aktivitas pembelajaran. Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) berasal dari kata cooperative yaitu mengerjakan sesuatu bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai suatu kelompok atau tim. Menurut Slavin (2010:4) Pembelajaran kooperatif merupakan proses pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok dengan struktur yang heterogen guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dengan model berkelompok dimana peserta didik belajar untuk saling membantu satu sama lain dalam kelompok tersebut (Ruskandi 2001:28). Berdasarkan pendapat beberapa ahli tentang pembelajaran kooperatif dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dengan anggota kelompok yang mempunyai jenis kelamin, kemampuan akademik, laar belakang dan suku yang berbeda untuk saling berinteraksi, bekerja sama dan saling membantu antar siswa. 10

Pembelajaran Kooperatif tipe Sudent Teams Achievement Division (STAD) Ibrahim, dkk. (2000:20) menyatakan bahwa STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di universitas John Hopkin. STAD merupakan model yang paling baik digunakan oleh guru yang baru menggunakan model kooperatf. Dalam model pembelajaran STAD, siswa akan dibagi menjadi kelompok yang terdiri dari empat siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku yang berbeda-beda. Guru merupakan fasilitator dalam pembelaajran, tugas siswa dalam kelompok adalah memastikan semua anggotanya menguasai pelajaran yang diajarkan guru dengan baik karena pada akhir pembelajaran semua siswa akan mengerjakan kuis individu tentang materi yang telah diajarkan. Slavin memaparkan bahwa gagasan utama dalam model pembelajaran STAD adalah model pembelajaran STAD dapat memacu siswa agar saling mendorong dan membantu siswa yang satu dan lainnya untuk menguasai keterampilan yang diajarkan oleh guru. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini ialah model yang menekankan pada aktivitas dan interaksi siswa untuk saling memotivasi dan membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai hasil yang maksimal melalui kerja tim atau kelompok. Pembelajaran kooperatif STAD merupakan pembelajaran yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekaat kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif. Langkah-langkah Sudent Teams Achievement Division (STAD) Suatu model pembelajaran akan berhasil dengan baik apabila dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran tersebut. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Rusman (2012:215) yaitu: a. Penyampaian tujuan dan motivasi Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar. b. Pembagian kelompok Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas. 11

c. Presentasi dari guru Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan pelajaran, guru memberikan motivasi kepada siswa. Di dalam proses pembelajaran guru dibantu oleh media, demonstrasi, pertanyaan atau masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. d. Kegiatan belajar dalam tim (kerja tim) Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan masingmasing memberikan kontribusi. e. Kuis (evaluasi) Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. f. Penghargaan prestasi tim Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan angka dengan rentang 0-100. Untuk kelompok yang memperoleh skor tertinggi akan mendapatkan penghargaan dari guru berupa sertifikat. Kelebihan model pembelajaran kooperatif STAD berikut: Menurut Rusman (2011:203) kelebihan model pembelajaran STAD ialah sebagai a. Dalam model ini, siswa memiliki dua bentuk tanggung jawab belajar. Yaitu belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar. b. Dalam model ini, siswa saling membelajarkan sesama siswa lainnya atau pembelajaran oleh rekan sebaya (peerteaching) yang lebih efektif daripada pembelajaran oleh guru. c. Pengelompokan siswa secara heterogen membuat kompetisi yang terjadi di kelas menjadi lebih hidup. d. Prestasi dan hasil belajar yang baik bisa didapatkan oleh semua anggota kelompok. e. Kuis yang terdapat pada langkah pembelajaran membuat siswa lebih termotivasi. f. Kuis tersebut juga meningkatkan tanggung jawab individu karena nilai akhir kelompok dipengaruhi nilai kuis yang dikerjakan secara individu. g. Adanya penghargaan dari guru, sehingga siswa lebih termotivasi untuk aktif dalam pembelajaran. 12

Selain mempunyai kelebihan, model STAD ini juga mempunyai kelemahan. Semua model pembelajaran diciptakan untuk memberi manfaat yang baik atau positif pada pembelajaran, seperti model STAD ini. Akan tetapi langkah-langkah model tersebut juga mempunyai kelemahan, seperti yang dipaparkan sebagai berikut : a. Berdasarkan karakteristik STAD jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional (yang hanya penyajian materi dari guru), pembelajaran menggunakan model ini membutuhkan waktu yang relatif lama, dengan memperhatikan tiga langkah STAD yang menguras waktu seperti penyajian materi dari guru, kerja kelompok dan tes individual/kuis. Penggunaan waktu yang lebih lama dapat sedikit diminimalisir dengan menyediakan lembar kegiatan siswa (LKS) sehingga siswa dapat bekerja secara efektif dan efisien. Sedangkan pembentukan kelompok dan penataan ruang kelas sesuai kelompok yang ada dapat dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Dengan demikian, dalam kegiatan pembelajaran tidak ada waktu yang terbuang untuk pembentukan kelompok dan penataan ruang kelas. b. Model ini memerlukan kemampuan khusus dari guru. Guru dituntut sebagai fasilitator, mediator, motivator dan evaluator (Isjoni, 2010:62). Temuan Penelitian yang Relevan Penelitian yang dilakukan oleh Guntari, (2012) dengan judul Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Menggunakan Media Kongkrit Pada Siswa Kelas II SD Negeri 12 Purwodadi, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan Semester 1 Tahun Pelajaran 2011/2012. Dari hasil analisis diperoleh kesimpulan bahwa hasil belajar pada siklus I diperoleh dari tes yang dilaksanakan pada akhir pertemuan siklus I dengan ketuntasan klasikal 71% atau 41 siswa yang tuntas, meningkat pada siklus 2 yaitu ketuntasan klasikal belajar siswa mencapai 90% atau 52 siswa tuntas. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, melalui penelitian tindakan kelas peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan tujuan untuk menekankan aktivitas siswa untuk bekerja sama sehingga dapat meningkatkan hasil belajar IPA. Refleksi dan saran dari penelitian di atas dapat dijadikan pedoman dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas di SDN Tingkir Tengah 02. 13

Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraianteori diatas, hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada Kompetensi Dasar mendiskripsikan perubahan kenampakan bumi siswa kelas IV SDN Tingkir Tengah 02. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini yaitu Penelitian Tindakan Kelas kolaboratif (Classroom Action Research) yang biasanya disingkat PTK. PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki/ meningkatkan mutu praktik pembelajaran (Arikunto, 2009:58). Subjek Penelitian Subjek penelitian tindakan kelas ini yaitu siswa kelas IV SD Negeri Tingkir Tengah 02 pada semester II tahun pelajaran 2015/2016. Siswa kelas IV SD Negeri Tingkir Tengah 02 berjumlah 30 siswa, yang terdiri dari 21 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan dengan karakteristik yang heterogen. SD Negeri Tingkir Tengah 02 terletak di Jl. Salatiga-Suruh Km.01 Tingkir Tengah, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga. Lokasi sekolah mudah dijangkau. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Variabel bebas ialah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (dependen). Dalam penelitian ini variabel bebasnya ialah model pembelajaran Student Teams-Achievment Divisions (STAD). Menjadi variabel terikat ialah hasil belajar siswa terhadap pemahaman konsep mata pelajaran IPA. Hasil belajar merupakan nilai yang diperoleh siswa setiap akhir pembelajaran setelah melakukan proses pembelajaran sehingga akan diketahui keberhasilan siswa dalam mengikuti pelajaran yang telah disajikan oleh guru. Penelitian tindakan kelas ini direncanakan akan dilaksanakan dalam dua siklus. Konsep pokok penelitian tindakan menurut Kemmis dan Mc Taggart (Arikunto, 2010: 137) terdapat tiga tahap rencana tindakan, meliputi: perencanaan (planning), tindakan (acting) dan pengamatan (observing), serta refleksi (reflecting). Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini ialah teknis tes dan non tes. Bentuk instrumen tes ini berupa lembar evaluasi pada akhir pembelajaran dalam lembar kerja siswa (LKS). Teknik nontes berupa lembar observasi dan dokumentasi. Lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa dan 14

keterampilan guru dalam pembelajaran menggunakan model STAD dan dokumentasi untuk mengetahui daftar nama siswa dan nilai awal IPA sebelum dilakukan penelitian. Indikator keberhasilan dalam penelitian berupa siswa kelas IV SD Negeri Tingkir Tengah 02 mengalami ketuntasan belajar dengan nilai 70 dengan siswa yang tuntas sebesar 80% dari 30 siswa dalam pembelajaran IPA menggunakan model STAD. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada pelaksanaan tindakan ini, akan diuraikan tentang kondisi awal, siklus I, siklus II, dan pembahasan antar siklus. a) Kondisi Awal Kondisi awal diperoleh dari data hasil ulangan IPA semester 1 tahun 2014/2015. Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM = 70) data hasil perolehan nilai kondisi awal dapat disajikan dalam bentuk tabel 1. Tabel 1 Ketuntasan Hasil Belajar IPA Kondisi Awal No. Ketuntasan Jumlah Siswa Belajar Jumlah Persentase (%) 1. Tuntas 14 47 2. Belum tuntas 16 53 Jumlah 30 100 Ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Kentutasan Minimal berjumlah 14 orang dengan persentase 47% sedangkan siswa yang memperoleh nilai kurang dari KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) berjumlah 16 siswa dengan persentase 53%. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa siswa yang mengalami ketuntasan diatas KKM lebih sedikit daripada jumlah siswa yang tidak tuntas. Ketuntasan belajar siswa pada tabel 1 dapat dilihat pada diagram 1 berikut: Diagram 1 Ketuntasan Hasil Belajar IPA Kondisi Awal 15

b) Siklus I Hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Tingkir Tengah 02 diperoleh dengan mengadakan tes evaluasi diakhir siklus yaitu pada pertemuan ke tiga. Dari hasil tes tersebut diketahui terjadi peningkatan hasil belajar IPA. Hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Tingkir Tengah 02 pada Kompetensi Dasar mendeskripsikan perubahan kenampakan bumi. Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) data hasil perolehan nilai siklus II dapat disajikan dalam bentuk tabel 2. Tabel 2 Ketuntasan Hasil Belajar IPASiklus I No. Ketuntasan Jumlah Siswa Belajar Jumlah Persentase (%) 1. Tuntas 23 76 2. Belum tuntas 7 24 Jumlah 30 100 Ketuntasan belajar siswa pada siklus I mengalami peningkatan dari kondisi awal, nilai rata-rata hasil belajar siklus I yaitu 80 dan nilai tertinggi menjadi 95 nilai terendah 65 siswa yang mendapatkan nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) sebanyak 7 siswa dengan persentase 24% sedangkan yang sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) sebanyak 23 siswa dengan presentase 76%. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang mengalami ketuntasan diatas KKM lebih banyak dari pada jumlah siswa yang tidak tuntas KKM, tetapi indikator kinerja hasil belajar IPA yang peneliti tentukan belum tercapai yaitu 80%. Ketuntasan belajar siswa pada tabel 2 dapat dilihat pada diagram 2 berikut: Diagram 2 Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus I 16

c) Siklus II Hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Tingkir Tengah 02 pada Kompetensi Dasar mendeskripsikan posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari ke hari dapat disajikan pada tabel daftar nilai IPA (terlampir) dan berikut disajikan pada tabel 4.11 yaitu tentang data perolehan nilai IPA, siswa kelas 4 SD Negeri Tingkir Tengah 02 tahun pelajaran 2015/2016. Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) data hasil perolehan nilai siklus II dapat disajikan dalam bentuk tabel 3. Tabel 3 Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus II No. Ketuntasan Jumlah Siswa Belajar Jumlah Persentase (%) 1. Tuntas 28 94 2. Belum tuntas 2 6 Jumlah 30 100 Ketuntasan belajar siswa pada siklus II dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) sebanyak 2 siswa atau 6%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 28 siswa dengan persentase 94%. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang mengalami ketuntasan diatas KKM lebih banyak daripada jumlah siswa yang tidak tuntas. Ketuntasan belajar siswa pada tabel 3 dapat dilihat pada diagram 3 berikut: Diagram 3 Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus II Pembahasan Berdasarkan hasil analisis ketuntasan yang telah dilakukan, dapat disajikan data analisis ketuntasan hasil belajar kondisi awal, siklus I, dan siklus II dengan nilai KKM 70. Berdasarkan dari hasil belajar kondisi awal, tes evaluasi siklus I, dan siklus II, menunjukkan 17

bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Rata-rata kelas pada kondisi awal adalah 68, pada tes evaluasi siklus I adalah 76 dan pada tes evaluasi siklus II adalah 85. Ketuntasan pada siklus II dapat dijadikan kesimpulan bahwa penelitian tindakan kelas yang dilakukan peneliti berhasil. Perbandingan ketuntasan kondisi awal, siklus I, dan siklus II disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Perbandingan Hasil Belajar IPA Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II No Ketuntasan Nilai Kondisi Awal Siklus I Siklus II Belajar Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 Belum tuntas < 70 16 53 7 24 2 6 2 Tuntas 70 14 47 23 76 28 94 Jumlah 30 100 30 100 30 100 Nilai tertinggi 90 98 100 Nilai terendah 45 64 68 Rata-rata 68 76 85 Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa dari kondisi awal hingga siklus II. Nilai siswa yang tuntas pada saat kondisi awal 14 siswa, pada siklus I nilai siswa yang tuntas 23 siswa, kemudian jumlah siswa yang tuntas pada siklus II juga meningkat menjadi 28 siswa, itu berarti semua siswa yang berada dikelas nilainya tuntas semua, sehingga dapat disimpulkan bahwa disetiap siklus terdapat peningkatan hasil belajar siswa dan terbukti bahwa dengan menerapkan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Perbandingan hasil belajar pada kondisi awal, siklus I dan siklus II disajikan dalam Diagram 4. Diagram 4 Perbandingan Hasil Belajar IPA Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II 18

Hasil belajar siswa meningkat seiring meningkatnya kinerja guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran, yaitu rata-rata hasil observasi kinerja guru pada siklus I adalah 87,01 dan rata-rata hasil observasi aktivitas siswa siklus I adalah 85,41. Dalam hal ini siswa dapat lebih berpartisipasi aktif untuk mengikuti kegiatan pembelajaran dan bekerjasama dalam kelompok. Peningkatan hasil belajar IPA dengan menerapkan model pembelajaran STAD juga dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai hasil tes evaluasi dari tiap-tiap siklus. Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus I, hasil belajar siswa sudah mengalami peningkatan nilai rata-rata siswa 76,86. Ketuntasan siswa pada siklus I juga sudah meningkat dari 30 siswa, siswa yang tuntas atau di atas KKM berjumlah 23 siswa atau 76% dan siswa yang tidak tuntas berkurang menjadi 7 siswa atau 24%. Dari data tersebut dapat dinyatakan bahwa pembelajaran sudah meningkat tetapi hasil tersebut masih dibawah indikator keberhasilan, karena indikator keberhasilan yang ditetapkan adalah 90%. Hasil analisis lembar observasi kinerja guru pada siklus II dan aktivitas siswa semakin meningkat. Siswa lebih aktif bertanya, bekerja sama dalam kelompok, antusias dalam mengikuti pelajaran. Rata-rata hasil observasi kinerja guru pada siklus II yaitu 93,74 dan ratarata hasil observasi aktivitas siswa siklus I yaitu 93,05. Pada pembelajaran siklus II ini indikator kinerja hasil belajar yang peneliti tentukan telah tercapai, yaitu nilai rata-rata hasil tes IPA mencapai 85 sementara indikator kinerja yang ditentukan sebesar 80%, untuk persentase ketuntasan juga telah tercapai yaitu sebesar 94% dengan jumlah siswa yang tuntas diatas KKM sebanyak 28 siswa Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dari 30 siswa kelas 4 SD Negeri Tingkir Tengah 02. Siswa yang tidak tuntas hanya berjumlah 2, hal ini dikarenakan tingkat konsentrasi siswa yang rendah dan siswa sering bermain sendiri ketika pembelajaran berlangsung. Jadi ada beberapa faktor yang menyebabkan peningkatan karena model pembelajaran STAD dapat melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran tidak hanya berpusat pada guru. Guru hanya sebagai fasilitator siswa dalam pembelajaran. Penelitian ini guru sudah mampu menciptakan situasi yang menyenangkan sehingga siswa dapat bekerja sama dalam kelompok. Siswa bekerja secara tim, adanya tim dalam pembelajaran ini memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi adalah mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Hal ini juga membuat siswa merasa senang, tidak tegang dan takut selama pelajaran berlangsung. Selain itu adanya penghargaan yang berupa hadiah dan sertifikat yang diberikan pada tim yang menang, dapat 19

menumbuhkan persaingan antar tim dan membuat siswa menjadi semangat untuk belajar. Dengan suasana yang demikian sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa yang meningkat dari kondisi awal yang meningkat lebih baik pada siklus I dan lebih meningkat lagi pada siklus II. Oleh karena itu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif STAD siswa lebih mudah memahami materi IPA serta proses pembelajaran terasa menyenangkan dari pada pembelajaran yang konvensional yang sering dilakukan sebelumnya. Dengan meningkatnya hasil belajar IPA berdasarkan data-data yang telah diuraikan di atas, maka penerapan model pembelajaran tipe STAD terbukti berhasil dapat meningkatkan hasi belajar IPA siswa kelas IV SD N Tingkir Tengah 02. PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Divisions) meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Tingkir Tengah 02 Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016. Hal ini dapat dilihat melalui hasil belajar yang diperoleh siswa dari kondisi awal, siklus I sampai siklus II. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Divisions) mampu meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Tingkir Tengah 02 Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa, yaitu peningkatan jumlah siswa yang tuntas dalam pembelajaran IPA. Kondisi awal sebelum dilakukan tindakan dari jumlah siswa 30 hanya terdapat 14 siswa yang mencapai KKM dan nilai rata-rata kelas adalah 68,33. Pada siklus I terdapat peningkatan jumlah siswa yang mendapat nilai diatas KKM ada 23 siswa dan nilai rata-rata kelas 76,86. Sedangkan pada siklus II yang mendapatkan nilai diatas KKM ada 28 siswa dan yang belum mencapai KKM ada 2 siswa dengan nilai rata-rata kelas 85,13. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti mengemukakan saran sehubungan dengan pengaruh penggunaan model pembelajaran STAD terhadap hasil belajar IPA, sebagai berikut: 20

1) Sebagai seorang guru hendaknya dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga dapat membangkitkan gairah siswa dalam belajar. 2) Guru hendaknya dapat memberikan memberikan penghargaan agar dapat memacu siswa untuk aktif bertanya dan memberikan pendapat sehingga siswa dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran. 3) Guru hendaknya memanfaatkan kit pembelajaran/ alat peraga sehingga siswa tidak berpikir abstrak, lebih mudah memahami pelajaran, dan hasil belajar dapat meningkat. 4) Bagi siswa sebaiknya dapat lebih giat belajar dan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran agar hasil belajar meningkatkan. 5) Dengan penelitian ini, semoga dapat menjadi referensi dalam upaya memperbaiki strategi pembelajaran di SD Negeri Tingkir Tengah 02 dan dapat dikembangkan untuk pembelajaran pada mata pelajaran yang lain. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA Press Isjoni. 2010. Pembelajaran Cooperative Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Nana Sudjana. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV Sinar Baru. Ruskandi. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT. Grafindo Persada Samatowa, Usman. 2006. Bagaimana Pembelajaran IPA di SD. Jakarta: Depdiknas. Samatowa, Usman. 2011. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Indeks. Slavin Robert E. 2010. Cooperative Learning (Teori, Riset, dan Praktik). Bandung: Nusa Media. Sulistyanto, Heri dkk. 2008. Ilmu pengetahuan Alam. Jakarta : Pusat Perbukuan Depdiknas Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosadakarya 21