23 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum Konsumsi ransum merupakan kegiatan masuknya sejumlah unsur nutrien yang ada di dalam ransum yang telah tersusun dari berbagai bahan pakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ayam (Rasyaf, 1994). Konsumsi ransum ayam sentul selama penelitian disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Konsumsi Ransum Ayam Sentul Setiap Ekor Selama Penelitian Konsumsi Ransum Ulangan P 0 P 1 P 2 P 3...(g)... 1 1609,541 1625,409 1600,081 1750,408 2 1710,736 1535,977 1408,749 1508,482 3 1783,936 1465,073 1583,153 1418,337 4 1793,952 1485,061 1661,209 1522,413 5 1475,237 1633,857 1593,984 1689,970 Rata rata 1674,680 1549,075 1569,435 1577,922 Keterangan: P 0 = Ransum tanpa tepung kulit manggis P 1 = Ransum + tepung kulit manggis 2,5 % P 2 = Ransum + tepung kulit manggis 5 % P 3 = Ransum + tepung kulit manggis 7,5 % Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat bahwa konsumsi ransum untuk perlakuan tanpa penambahan tepung kulit manggis (P 0 ) sebesar 1674,680 g, untuk perlakuan penambahan tepung kulit manggis 2,5 % (P 1 ) sebesar 1549,075 g, untuk perlakuan penambahan tepung kulit manggis 5 % (P 2 ) sebesar 1569,435 g, dan pada perlakuan penambahan tepung kulit manggis 7,5% (P 3 ) sebesar 1577,922 g. Konsumsi ransum yang diberikan perlakuan ransum dengan penambahan tepung kulit manggis mengalami penurunan dibandingkan dengan perlakuan ransum
24 tanpa penambahan tepung kulit manggis (P 0 ). Penambahan tepung kulit manggis diduga mempengaruhi bau, rasa, tekstur dan warna ransum sehingga palatabilitas ransum cenderung menurun, hal ini sejalan dengan pernyataan Parakkasi (1999), tinggi rendahnya konsumsi ransum dipengaruhi oleh palatabilitas. Palatabilitas dipengaruhi oleh bau, rasa, tekstur dan warna pakan yang diberikan (Church, 1979). Selanjutnya, guna mengetahui pengaruh perlakuan terhadap konsumsi ransum dilakukan analisis ragam seperti yang tercantum pada Lampiran 2. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penambahan tepung kulit manggis dalam ransum berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum. Hasil tersebut memberikan gambaran bahwa konsumsi ransum pada setiap perlakuan berada kisaran yang sama walaupun terjadi penurunan konsumsi ransum namun tidak berbeda secara signifikan. Artinya, penambahan tepung kulit manggis dalam ransum sampai dengan level 7,5 % tidak memberikan efek negatif terhadap konsumsi ransum. Penambahan tepung kulit manggis tidak menurunkan palatabilitas secara signifikan, hal ini bisa disebabkan karena kulit manggis terlebih dahulu dijemur sehingga menurunkan rasa pahit dan bau yang khas dari kulit manggis. 4.2. Pengaruh Perlakuan terhadap Pertambahan Bobot Badan Nilai rataan pertambahan bobot badan ayam sentul dari tiap perlakuan disajikan pada Tabel 5. Rataan pertambahan bobot badan ayam sentul selama penelitian pada berbagai perlakuan berkisar antara 387,79 g sampai dengan 438,10 g. Rataan pertambahan bobot badan perlakuan ransum tanpa tepung kulit manggis (P 0 ), penambahan 2,5 % tepung kulit manggis (P 1 ), penambahan tepung
25 kulit manggis 5% (P 2 ), dan penambahan tepung kulit manggis 7,5 % (P 3 ), berturut-turut sebesar 387,79, 420,62, 431,13 dan 438,10 g per ekor. Tabel 5. Pengaruh Perlakuan Pertambahan Bobot Badan Ayam Sentul Selama Penelitian (10 Minggu) Ulangan Pertambahan Bobot Badan P 0 P 1 P 2 P 3...g/ekor... 1 438,20 437,20 449,40 462,75 2 372,80 398,15 451,35 416,15 3 404,40 432,55 420,95 412,70 4 383,55 430,45 423,25 429,28 5 340,00 404,75 410,70 469,60 Rata-rata 387,79 420,62 431,13 438,10 Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap pertambahan bobot badan dilakukan analisis ragam seperti yang tercantum pada Lampiran 3. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa ransum dengan penambahan tepung kulit manggis memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap pertambahan bobot badan. Selanjutnya dilakukan Uji Jarak Berganda Duncan untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan yang hasilnya disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil Uji Duncan Pengaruh Perlakuan terhadap Pertambahan Bobot Badan Ayam Sentul selama Penelitian Perlakuan Rataan PBB Signifikansi (0,05). (g). P 0 387,79 a P 1 420,62 ab P 2 431,13 b P 3 438,10 b Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom signifikansi menunjukkan pengaruh perlakuan berbeda nyata (P<0,05) Berdasarkan Tabel 6. menunjukkan bahwa penambahan tepung kulit manggis dari 2,5 % (P 1 ) sampai 7,5 % (P 3 ) nyata lebih tinggi daripada perlakuan
26 kontrol (P 0 ). Hal ini berarti penambahan tepung kulit manggis sampai 7,5% memberikan respon yang positif terhadap pertambahan bobot badan. Perlakuan penambahan tepung kulit manggis 7,5% (P 3 ) dalam ransum menghasilkan pertambahan bobot badan tertinggi yaitu 438,10 g. Menurut Lannang dkk (2006) menyatakan bahwa xanthone pada kulit manggis memiliki antioksidan yang mampu menekan stress oksidatif akibat dari polusi lingkungan. Antioksidan mengkonversikan radikal bebas menjadi senyawa yang relatif stabil dan menghentikan reaksi berantai dari kerusakan akibat radikal bebas sehingga akan berdampak pada laju pertumbuhan ayam (Zaboli dkk., 2013). Menurut Masniari dan Praptiwi (2010) menyatakan bahwa kulit buah manggis mengandung alkaloid, saponin, triterpenoid, tanin, fenolik, flavonoid yang merupakan senyawa pada tumbuhan yang mempunyai aktivitas antibakteri. Saponin merupakan zat aktif yang dapat meningkatkan permeabilitas membran sehingga terjadi homolisis sel, apabila saponin berinteraksi dengan sel kuman, kuman tersebut akan pecah atau lisis. Velmurugan dan citarasu (2010) juga menyatakan bahwa kulit manggis mengandung senyawa xanthone sebagai antioksidan, antivirus, antijamur dan antibakteri yang diduga mampu memperbaiki struktur-struktur vili-vili usus dalam proses penyerapan zat nutrien dan mampu menekan pertumbuhan bakteri patogen dalam usus. Hal ini mengindikasikan bahwa penambahan tepung kulit manggis sampai tingkat 7,5 % meningkatkan efisiensi penggunaan ransum sehingga dapat meningkatkan petambahan bobot badan ayam. Hasil penelitian Siska (2014) juga menyatakan bahwa ransum yang mengandung tepung kulit manggis sampai dengan 2 % tidak berpengaruh terhadap performa pertumbuhan dan produksi
27 ayam broiler, sehingga disarankan untuk melakukan penelitian penggunaan tepung kulit manggis dalam ransum dengan level yang lebih tinggi. Kandungan tanin kulit manggis dalam ransum tidak memberikan efek negatif terhadap pertambahan bobot badan. Menurut penelitian Rateh (2014) kandungan tanin dalam ransum basal dengan penambahan tepung kulit manggis 1,5 % sebesar 0,36 g/kg sehingga jika di hitung kandungan tanin kulit manggis dalam ransum tiap perlakuan ternyata masih dibawah batas toleransi yaitu P 1 = 0,6 g/kg, P 2 = 1,2 g/kg, dan P 3 = 1,8 g/kg. Menurut Kumar (2005) batas penggunaan tanin dalam ransum adalah 2,6 g/kg. Data ini menunjukkan bahwa penambahan tepung kulit manggis yang mengandung tanin masih dalam batas toleransi sehingga tidak menimbulkan efek yang negatif terhadap pertambahan bobot badan ayam sentul. 4.3. Pengaruh Perlakuan terhadap Konversi Ransum Konversi ransum diukur dengan membagi jumlah ransum yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan ayam sentul selama penelitian Rataan konversi ransum ayam sentul selama penelitian disajikan dalam Tabel 7. Tabel 7. Rataan Konversi Ransum masing masing perlakuan Rataan Konversi Ransum Ulangan P 0 P 1 P 2 P 3 1 3,67 3,72 3,56 3,78 2 4,59 3,86 3,12 3,62 3 4,41 3,39 3,76 3,44 4 4,68 3,45 3,92 3,55 5 4,34 4,04 3,88 3,60 Rata rata 4,34 3,69 3,65 3,60
28 Berdasarkan Tabel 7, rataan nilai konversi ransum ayam sentul selama penelitian pada berbagai perlakuan berkisar antara 3,60 sampai dengan 4,34. Rataan nilai konversi ransum untuk perlakuan tanpa penambahan tepung kulit manggis (P 0 ) sebesar 4,34, untuk perlakuan penambahan tepung kulit manggis 2,5 % (P 1 ) sebesar 3,69, untuk perlakuan penambahan tepung kulit manggis 5 % (P 2 ) sebesar 3,65, dan perlakuan penambahan tepung kulit manggis 7,5% (P 3 ) sebesar 3,60. Guna mengetahui pengaruh perlakuan terhadap konversi ransum dilakukan analisis ragam seperti yang tercantum pada Lampiran 4. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa ransum dengan penambahan tepung kulit manggis memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap konversi ransum. Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan Uji Jarak Berganda Duncan yang tersaji pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil Uji Duncan Pengaruh Perlakuan terhadap Konversi Ransum Ayam Sentul Perlakuan Rataan Konversi Signifikansi (0,05) Ransum P 0 4,34 a P 1 3,69 ab P 2 3,65 ab P 3 3,60 b Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom signifikansi menunjukkan pengaruh perlakuan berbeda nyata (P<0,05) Berdasarkan Tabel 8, nilai konversi ransum perlakuan penambahan tepung kulit manggis sampai 7,5 % (P 3 ) nyata lebih rendah jika dibandingkan dengan perlakuan tanpa penambahan tepung kulit manggis (P 0 ). Nilai konversi ransum pada perlakuan penambahan tepung kulit manggis 2,5-7,5% dalam ransum menghasilkan nilai konversi yang relatif sama. Hal ini membuktikan penambahan
29 tepung kulit manggis sampai pada tingkat 7,5% memberikan manfaat yang optimal. Hasil ini sesuai dengan perhitungan kebutuhan antioksidan sebagai vitamin E (Lampiran 5) yang menunjukkan bahwa kebutuhan antioksidan pada tepung kulit manggis dalam ransum ayam sekitar 7,5 % per kg ransum. Perlakuan penambahan tepung kulit manggis P 3 menghasilkan nilai konversi ransum terendah yaitu 3,60, hal ini diduga senyawa xanthone yang terkandung dalam kulit manggis dapat dikonsumsi dengan baik sehingga akan mempengaruhi nilai konversi ransum. Titus dan Fritz (1971) menyatakan bahwa semakin rendah angka konversi menunjukkan bahwa semakin baik efisiensi ransum. Artinya, pertambahan bobot badan yang dicapai dengan jumlah ransum yang digunakan semakin efisien. Angka konversi ransum yang kecil berarti banyaknya ransum yang digunakan untuk menghasilkan satu kilogram daging semakin kecil (Kartasudjana dan Suprijatna, 2008), dengan demikian terdapat korelasi antara laju pertumbuhan, konsumsi ransum, dan konversi ransum (Soeharsono, 1976)..Hasil ini mengindikasikan bahwa ransum yang ditambahkan kulit manggis sampai dengan level 7,5 % mengalami penurunan konversi ransum. Artinya, penambahan tepung kulit manggis mulai dari 2,5% sampai dengan 7,5% menunjukkan kualitas ransum pada tiap perlakuan semakin baik dan efisien.