HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN KELAS IBU BALITA DENGAN PEMBERIAN GIZI SEIMBANG PADA BALITA UMUR 2-5 TAHUN (KELAS C) DI DESA TANGKISAN POS JOGONALAN INTISARI Piscolia Dynamurti Wintoro, Endang Wahyuningsih Perbaikan gizi menjadi isu penting dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Upaya perbaikan gizi di Indonesia membutuhkan percepatan dari seluruh sektor. Stunting pada Balita dan prevalensi Penyakit Tidak Menular (PTM) meningkat dari tahun 2010-2013 dari 35,6% menjadi 37,2%. Saat ini bangsa Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yaitu masalah pada gizi buruk dan stunting. Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan prevalensi gizi buruk dan pendek di Indonesia masih cukup tinggi, yaitu 19,6% dan 37,2%. Di sisi lain prevalensi gizi lebih pada Balita sudah mencapai 11,9%. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan keikutsertaan kelas ibu balita dengan pemberian gizi seimbang pada balita umur 2-5 tahun (kelas c) di Desa Tangkisan Pos Jogonalan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasi dengan pendekatan retrospektif. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita umur 2-5 tahun yaitu sebanyak 104 ibu balita di Desa Tangkisan Pos Jogonalan. Sampel penelitian berjumlah 45 ibu balita. Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling. Instrument dengan lembar kuesioner. Analisa data dengan uji Chisquare. Hasil perhitungan diketahui keikutsertaan kelas ibu balita sebagian besar kategori lengkap dengan pemberian gizi seimbang pada balita umur 2-5 tahun (kelas C) di Desa Tangkisan Pos Jogonalan pada kategori seimbang, yaitu sebanyak 66,7 responden (66,7%).Berdasarkan uji chi-square di dapat hasil nilai p=0,000 (p<0,05). Kesimpulan penelitian ini adalah ada hubungan Hubungan Keikutsertaan Kelas Ibu Balita Dengan Pemberian Gizi Seimbang Pada Balita Umur 2-5 Tahun (Kelas C) Di Desa Tangkisan Pos Jogonalan. Saran meningkatkan keikutsertaan kelas ibu balita dan mengadakan kelas ibu balita secara ruin dan terjadwal. Kata Kunci : Kelas Ibu Balita, Pemberian Gizi Seimbang I. PENDAHULUAN Perbaikan gizi menjadi salah satu isu penting dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Upaya perbaikan gizi di Indonesia membutuhkan percepatan dari seluruh sektor.
Melalui Perpres Nomor 42 tahun 2013, dibangun sebuah Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dalam Rangka 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) yang mengedepankan upaya bersama melalui partisipasi dan kepedulian pemangku kepentingan secara terencana dan terkoordinasi untuk percepatan perbaikan gizi masyarakat dengan prioritas pada 1000 HPK. Semua sektor harus terlibat dalam mempersiapkan anak yang sehat dan berkualitas karena kesehatan anak menjadi faktor yang sangat menentukan (Kementrian kesehatan RI, 2016). Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Perhatian khusus harus diberikan terhadap peningkatan kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak dengan melaksanakan berbagai upaya percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) (Departeman Kesehatan RI, 2009). Upaya peningkatan status gizi masyarakat termasuk penurunan prevalensi balita pendek menjadi salah satu prioritas pembangunan nasional yang tercantum di dalam sasaran pokok Rencana Pembangunan jangka Menengah Tahun 2015 2019 (RPJMN, 2015 2019). Stunting pada Balita dan prevalensi Penyakit Tidak Menular (PTM) makin meningkat dari tahun 2010 hingga 2013 dari 35,6% menjadi 37,2%. Saat ini bangsa Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yaitu masalah pada gizi buruk dan stunting. Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan prevalensi gizi buruk dan pendek di Indonesia masih cukup tinggi, masing-masing 19,6% dan 37,2%. Di sisi lain prevalensi gizi lebih pada Balita sudah mencapai 11,9% (Kementrian kesehatan RI, 2016). Menurut penelitian Dina Pertiwi Ajie tahun 2014 yang berjudul Pengaruh Pemberian Gizi Seimbang Terhadap Tumbuh dan Perkembangan Anak Usia 1-5 Tahun Di Pos PAUD Permata Jayengan Surakarta hasil penelitian menunjukkan bahwa 83,8 % pemberian gizi
seimbang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak usia 1-5 tahun (Ajie, 2014). Keikutsertaan kelas ibu balita yaitu sebuah perbuatan yang di lakukan oleh ibu balita yang mendapatkan undangan kelas ibu balita untuk menyaksikan secara langsung kegiatan penyampaian materi pada kelas ibu balita secara bersama-sama. A. Kelompok A (usia 0-1 th) 3x pertemuan dengan jarak pertemuan 1-3 bulan B. Kelompok B (usia 1-2 th) 3x pertemuan dengan jarak 3-6 bulan C. Kelompok C (usia 2-5 th) 3x pertemuan dengan jarak 6 bulan-1 tahun (DepKes RI, 2009). Setelah berjalannya kelas ibu balita di desa tangkisan pos banyak ibu balita yang melakukan keikutsertaan pada kelas ibu balita tersebut dan ibu memahami materi yang telah disampaikan pada saat penyampaian gizi seimbang terlihat pada saat dilakukan wawancara kepada ibu balita dapat menjawab beberapa pertanyaan dari angket kelas ibu balita mengenai gizi seimbang, sebagian dari para ibu yaitu 29% dari 14 balita telah memberikan gizi seimbang pada balitanya sesuai dengan materi yang telah di sampaikan pada kelas ibu balita. Modul Kelas Ibu Balita 1. Modul A (untuk usia 0-1 tahun): a) Modul A1: Pemberian ASI. b) Modul A2: Pemberian Imunisasi. c) Modul A3: Pemberian MP-ASI usia 6-12 bulan. d) Modul A4 : Tumbuh Kembang Bayi. e) Modul A5 : Penyakit Terbanyak Pada Bayi. 2. Modul B (untuk usia 1-2 tahun): a) Modul B1 : Perawatan Gigi Anak. b) Modul B2: Pemberian MP-ASI (Untuk Anak Usia 1-2 Tahun). c) Modul B3 : Tumbuh Kembang AnakUsia 1-2 Tahun. d) Modul B4 : Penyakit Pada Anak (Kecacingan, GiziBuruk, Dll). e) Modul B5 : Permainan Anak. 3. Modul C (untuk usia 2-5 tahun) : a) Modul C1 : Tumbuh Kembang Anak b) Modul C2 : Pencegahan Kecelakaan
c) Modul C3 : Gizi Seimbang d) Modul C4 : Penyakit Pada Anak (TBC, DBD, Diare, Dsb) e) Modul C5 : Obat Pertolongan Pertama f) Modul C6 : Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) (DepKes RI, 2009). Pemberian yaitu sesuatu yang di berikan (Departemen Pendidikan Nasional, 2008) sedankan Gizi seimbang adalah zat yang dibutuhkan tubuh untuk menjalankan pross di dalam tubuh (KemenKes RI, 2014). Jadi pemberian gizi seimbang adalah makanan yang diberikan pada balita dengan susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh dengan memerhatikan prinsip keanekaragaman dan variasi makanan, aktivitas fisik dan kebersihan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan keikutsertaan kelas ibu balita dengan gizi seimbang pada balita umur 2-5 tahun di Desa Tangkisan Pos Jogonalan. II. METODE DAN BAHAN Jenis penelitian descriptive korelational dengan pendekatan retrospektive. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 104 ibu balita 2-5 tahun.. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 45 ibu balita dengan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut : 1. Inklusi a. Ibu balita yang tercatat di dalam undangan Kelas Ibu balita pada periode 2016 b. Ibu balita yang mengisi kuisioner pemberian gizi seimbang 2. Eksklusi a. Keikutsertaan diwakilkan pada pihak lain No Umur Ibu Frekuensi Persentase
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan study dokumentasi. Dalam penelitian ini, dokumentasi diperoleh dari data sekunder. Data sekunder dalam penelitian ini adalah daftar hadir keikutsertaan KIB dan Angket Pemberian Gizi Seimbang untuk mengetahui keiktsertaan KIB dan pemberian gizi seimbang. Teknik analisa data menggunakan uji Chi-Square dengan program SPSS, dengan tingkat signifikan p < 0,05. 1. 22-29 Tahun 18 40,0% 2. 30-37 Tahun 21 46,7% 3. 38-46 Tahun 6 13,3% III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Analisis Univariat a. Umur Balita Tabel 1.1DistribusiFrekuensi Umur Balita Berdasarkan Tabel 1.1 di atas diketahui bahwa sebagian besar umur balita pada kelas ibu balita di Desa Tangkisan Pos Jogonalan tahun 2016 yaitu antara 33-41 bulan, yaitu sebanyak 22 balita atau 48,9%. b. Umur Ibu Tabel 1.2 Distribusi Frekuensi Umur Ibu Berdasarkan Tabel 1.2 di atas diketahui bahwa sebagian besar umur ibu pada kelas ibu balita di Desa Tangkisan Pos Jogonalan tahun 2016 yaitu antara 30-37 tahun, yaitu sebanyak 21 orang atau 46,7%. c. Pendidikan Tabel 1.3 Distribusi Frekuensi Pendidikan No Pendidikan Frekuensi Persentase 1. SD 4 8,9% 2. SMP 6 13,3% 3. SMA 28 62,2% No Umur Balita Frekuensi Persentase 1. 33-41 Bulan 22 48,9% 2. 42-50 Bulan 16 35,6% 3. 51-59 Bulan 7 15,6%
4. D3 4 8,9% 5. S1 3 6,7% Berdasarkan Tabel 1.3 di atas diketahui sebagian besar pendidikan terakhir ibu pada kelas ibu balita di Desa Tangkisan Pos Jogonalan tahun 2016 yaitu dengan pendidikan terakhir lulusan SMA, yaitu sebanyak 28 orang atau 62,2%. d. Pekerjaan Tabel 1.4 Distribusi Frekuensi Pekerjaan No Pekerjaan Frekuensi Persentase Sumber: Data Primer Tahun 2017 1. IRT 39 86,7% 2. Buruh 1 2,2% 3. Karyawan 4 8,9% 4. Guru 1 2,2% yaitu sebanyak 39 orang atau 86,7%. e. Paritas Tabel 1.5 Distribusi Frekuensi Paritas Paritas Frekuensi Persentase 1. Ke-1 20 44,4% 2. Ke-2 17 37,8% 3. Ke-3 6 13,3% 4. Ke-4 1 2,2% 5. Ke-6 1 2,2% Berdasarkan Tabel 1.4 di atas diketahui sebagian besar pekerjaan ibu pada kelas ibu balita di Desa Tangkisan Pos Jogonalan tahun 2016 yaitu dengan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, Berdasarkan Tabel 1.5 di atas diketahui sebagian besar paritas ibu pada kelas ibu balita di Desa Tangkisan Pos Jogonalan tahun 2016 yaitu dengan paritas ke-1, yaitu sebanyak 20 orang atau 44,4%. f. Keikutsertaan Kelas Ibu balita di Desa Tangkisan Pos Jogonalan
Tabel 1.6 Keikutsertaan Kelas Ibu Balita No Keikut Frekuensi Persentase sertaan 1. Tidak 12 26,7% Lengka p 2. Lengka p 33 73,3% Berdasarkan Tabel 1.6 di atas diketahui bahwa sebagian besar Keikutsertaan Kelas Ibu balita di Desa Tangkisan Pos Jogonalan berada pada kategori lengkap, yaitu ebanyak 33 orang atau 73,3%. g. Pemberian Gizi Seimbang Pada Balita Umur 2-5 Tahun (Kelas C) di Desa Tangkisan Pos Jogonalan Tabel 1.7 Pemberian Gizi Seimbang No Keikutsertaan Frekuensi Persentase 1. Tidak 14 31,1% Seimbang 2. Seimbang 31 68,9% Berdasarkan Tabel 1.7 di atas diketahui bahwa sebagian besar pemberian gizi seimbang pada balita umur 2-5 tahun (kelas C) di Desa Tangkisan Pos Jogonalan berada pada kategori seimbang, yaitu sebanyak 31 orang atau 68,9%. 2. Analisis Bivariat Tabel 1.8 Hubungan Antara Keikutsertaan Kelas Ibu Balita Dengan Pemberian Gizi Seimbang Pada Balita Umur 2-5 Tahun (Kelas C) di Desa Tangkisan Pos Jogonalan Keikutsert aan Kelas Ibu Balita Pemberian Gizi Seimbang Tidak Seimba Seimba ng ng Total f % f % f % Tidak 11 24,4 1 2,2 12 26,7 0,0 0,6 p C C
Lengkap 00 19 Lengkap 3 6,7 30 66,7 33 73,3 Total 14 31,1 31 68,9 45 100,0 Hasil perhitungan pada tabel 1.8 diketahui keikutsertaan kelas ibu balita sebagian besar kategori lengkap dengan pemberian gizi seimbang pada balita umur 2-5 tahun (kelas C) di Desa Tangkisan Pos Jogonalan pada kategori seimbang, yaitu sebanyak 66,7 responden (66,7%). Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 1.8 dengan menggunakan analisis chi-square (χ 2 ) dapat diketahui bahwa nilai p = 0,000 < 0,05 sehingga H 0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti ada hubungan signifikan antara keikutsertaan kelas ibu balita dengan pemberian gizi seimbang pada balita umur 2-5 tahun (kelas C) di Desa Tangkisan Pos Jogonalan. Nilai koefisien kontigensi (CC) sebesar 0,619 berada pada antara 0,60-0,79 (hubungan kuat) hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara keikutsertaan kelas ibu balita dengan pemberian gizi seimbang pada balita umur 2-5 tahun (kelas C) di Desa Tangkisan Pos Jogonalan pada kategori kuat. B. Pembahasan Penelitian Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh bahwa sebagian besar responden telah lengkap dalam keikutsertaan kelas Ibu balita di Desa Tangkisan Pos Jogonalan yang berada pada kategori lengkap, artinya ibu balita telah mengikuti kelas ibu balita sebanyak 3 kali yaitu sebanyak 33 responden (73,3%). Penelitian ini menunjukkan bahwa ibu balita telah aktif mengikuti kegiatan kelas ibu balita sesuai jadwal pelaksanaan yang ditentukan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Madanijah (2008) bahwa terdapat korelasi signifikan antara tingkat partisipasi ibu di Posyandu dengan status gizi masa lalu murid TK (p=0.01; r=-0.547). Artinya semakin kurang tingkat partisipasi ibu di posyandu, semakin besar kemungkinan anaknya memiliki status gizi yang kurang baik. Demikian pula halnya dengan hubungan antara tingkat kehadiran ibu di posyandu dengan status gizi masa lalu murid TK. Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan
terdapat korelasi signifikan antara tingkat kehadiran ibu di posyandu dengan status gizi masa lalu murid TK (p = 0.05; r = -0.320). Artinya semakin rendah tingkat kehadiran ibu di posyandu, maka akan semakin besar kemungkinan anaknya memiliki status gizi yang kurang baik. Menurut DepKes RI (2009: h.7) dalam pelaksanaan kelas ibu dikatakan lulus apabila ibu hadir 3 kali pertemuan atau sesuai dengan kesepakatan fasilitator dengan peserta. Pada setiap pertemuan materi kelas ibu balita yang disampaikan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lingkungan akan tetapi tetap mengutamakan materi pokok. Setelah sampai di rumah ibu diharapkan mampu menerapkan pada balitanya. Adanya kegiatan kelas ibu balita merupakan proses perubahan perilaku yang dinamis, dimana dalam kegiatan tersebut terdapat penyuluhan kesehatan dimana kegiatan tersebut bukan sekedar proses transfer materi atau teori dari seseorang ke oranglain dan bukan pula seperangkat prosedur, akan tetapi perubahan tersebut terjadi karena adanya kesadaran dari dalam individu yaitu ikut serta langsung dan merubah perilaku ibu agar memberikan gizi seimbang (Mubarok 2012). Pada penelitian ini diperoleh bahwa sebagian besar ibu balita telah memberikan gizi seimbang pada balita umur 2-5 tahun di Desa Tangkisan Pos Jogonalan yang berada pada kategori seimbang yaitu sebanyak 31 responden atau 68,9%. Penelitian ini menunjukkan bahwa ibu balita telah memberikan gizi yang seimbang pada balitanya sesuai dengan yang disampaikan oleh ahli gizi saat penyampaian materi gizi seimbang pada kelas C. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Didik (2010), yang mengatakan bahwa Ada pengaruh signifikan perilaku KADARZI rumah tangga terhadap status gizi balita pada indeks TB/U ( < 0.05). Asupan makanan yang benar adalah seimbang sesuai kebutuhan tubuh balita. Pemberian makanan yang seimbang yaitu sesuai dengan kebutuhan disertai pemilihan bahan makanan yang tepat dengan memerhatikan prinsip keanekaragaman dan variasi makanan, aktivitas fisik dan kebersihan. Asupan makanan yang melebihi kebutuhan tubuh akan menyebabkan kelebihan berat badan dan penyakit lain yang disebabkan oleh kelebihan zat gizi. Sebaliknya,
asupan makanan kurang dari yang dibutuhkan akan menyebabkan tubuh menjadi kurus dan rentan terhadap penyakit. Kedua keadaan tersebut sama tidak baiknya, sehingga disebut gizi salah (Sulistyoningsih, 2011). Dengan mengkonsumsi makanan sehari-hari yang beranekaragam, kekurangan zat gizi pada jenis makanan yang satu akan dilengkapi oleh keunggulan susunan zat gizi jenis makanan lain sehingga diperoleh masukan zat gizi yang seimbang. Jadi, untuk mencapai masukan zat gizi yang seimbang tidak mungkin dipenuhi hanya oleh satu jenis bahan makanan, melainkan harus terdiridari aneka ragam bahan makanan (Azwar, 2013). Hasil analisa bivariat hubungan antara keikutsertaan kelas ibu balita dengan pemberian gizi seimbang pada balita umur 2-5 tahun (kelas c) di Desa Tangkisan Pos Jogonalan menunjukkan adanya hubungan yang bermakna dengan nilai p = 0,000 < 0,05 sehingga H 0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti ada hubungan signifikan antara keikutsertaan kelas ibu balita dengan pemberian gizi seimbang pada balita umur 2-5 tahun (kelas C) di Desa Tangkisan Pos Jogonalan. Nilai koefisien kontigensi (CC) sebesar 0,619 berada pada antara 0,60-0,79 (hubungan kuat) hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara keikutsertaan kelas ibu balita dengan pemberian gizi seimbang pada balita umur 2-5 tahun (kelas C) di Desa Tangkisan Pos Jogonalan pada kategori kuat. Hasil tersebut didukung dengan teori DepKes (2012), bahwa kegiatan kelas ibu balita dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan serta mengubah perilaku ibu mengenai pemberian gizi seimbang. Hasil penelitian tersebut didukung dengan teori DepKes (2010), bahwa dalam pelaksanaan kelas ibu balita, responden diberi kesempatan untuk belajar bersama dan diskusi tentang kesehatan balita secara menyeluruh dan sistematis. Dalam kegiatan kelas ibu balita tersebut responden dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta mengubah perilaku ibu dalam mengasuh dan memberikan gizi seimbang. Hasil ini sesuai dengan penelitian Susilowati (2012), bahwa sebelum dilakukan penyuluhan ibu belum mengetahui tentang pemberian nutrisi yang baik untuk balita, sehingga asupan gizi kurang dan menyebabkan berat badan anak rendah.
Berdasarkan hasil penelitian Suwarto (2008) yang menyatakan bahwa, ada hubungan positif antara pengetahuan tentang gizi dan partisipasi ibu ke Posyandu secara bersama-sama dengan pemberian makanan yang bergizi kepada anak balita sesuai dengan status gizinya. Upaya yang harus dilakukan adalah lebih memperhatikan keadaan gizi anak balita. Berdasarkan hasil ini dapat dinyatakan bahwa keikutsertaan ibu ke kelas ibu balita dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pengetahuan ibu dalam pemberian gizi seimbang kepada balitanya. Upaya yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan keikutsertaan ibu kekelas ibu balita dibutuhkan strategi yang cukup panjang yaitu mulai dari perencanaan hingga tahap implementasi karena pada dasarnya keikutsertaan seseorang terhadap kegiatan dengan didasari oleh kemauan dari hati nuraninya (Depkes RI, 2009) Pemahaman yang diperoleh dari kelas ibu balita tersebut dapat membuat ibu lebih baik dalam memberikan gizi seimbang pada balitanya, jadi dalam hal ini hipotesis kerja diterima, yang berarti bahwa keikutsertaan ibu dalam mengikuti kelas ibu balita terhadap pemberian gizi seimbang berhubungan. Hasil ini menunjukkan, ibu balita yang rutin mengikuti kelas ibu balita cenderung lebih baik dalam memberikan gizi seimbang pada balitanya yang ditunjukkan dengan hasil korelasi yaitu ibu balita yang lengkap dalam keikutsertaan kelas ibu balita sebagian besar seimbang dalam memberikan gizi seimbang. IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Keikutsertaan kelas ibu balita di Desa Tangkisan Pos Jogonalan berada pada kategori lengkap, yaitu sebanyak 33 orang atau 73,3%. 2. Pemberian gizi seimbang pada balita umur 2-5 tahun (kelas C) di Desa Tangkisan Pos Jogonalan berada pada kategori seimbang, yaitu sebanyak 31 orang atau 68,9%.
3. Ada hubungan signifikan antara keikutsertaan kelas ibu balita dengan pemberian gizi seimbang pada balita umur 2-5 tahun (kelas C) di Desa Tangkisan Pos Jogonalan dengan nilai p= 0,000 < 0,05 dengan kekuatan hubungan kuat, nilai koefisien kontigensi sebesar 0,619 berada pada antara 0,60-0,79. B. Saran 1. Bagi Puskesmas Meningkatkan kegiatan kelas ibu balita secara rutin dan terjadwal serta menambah ketrampilan tenaga kesehatan dalam menyampaikan materi pada modul kelas ibu balita dengan cara mengikuti pelatihan-pelatihan tentang kelas ibu. 2. Bagi Bidan Mengembangkan kegiatan kelas ibu balita agar ibu dapat lebih berantusias melakukan kunjungan kelas ibu balita dengan fasilitas yang memadai. 3. Bagi Ibu Balita Mengisi lahan yang kosong untuk ditanami sayur dan buah-buahan untuk mendukung berlangsungnya pemberian gizi seimbang pada balitanya. 4. Bagi Instansi Pendidikan Bekerjasama dengan puskesmas dan bidan desa dalam penyelenggaraan kelas ibu balita dan menugaskan mahasiswa untuk ikut serta secara langsung kegiatan kelas ibu balita dengan didampingi dosen. 5. Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian dengan mengembangkan variable agar hasil yang diperoleh lebih valid, misalnya adalah melakukan penelitian tentang hubungan keikutsertaan kelas ibu balita dengan pengaruh gizi pada balita dan juga melakukan wawancara secara mendalam kepada responden. DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. 2013. Sikap Manusia: Teori Dan Pengukurannya (Edisi Ke-2). Pustaka Pelajar Yogyakarta Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2009. Pedoman Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil Dan Kelas Ibu Balita. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta Departemen Pendidikan Nasional 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka Dina. 2014. Pengaruh Pemberian Asupan Gizi Seimbang Terhadap Tumbuh dan Perkembangan Anak Usia 1-5 Tahun Dipos PAUD Permata Jayengan Surakarta Tahun 2013/2014. Universitas Muhammadiyah Surakarta Hidayat. 2014. Metodelogi Penelitian Dan Teknik Analisis Data. Salemba Medika Istianan Rusilanti. 2014. Gizi Terapan. Remaja Rosdakarya. Bandung Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Pegangan Fasilitator Kelas Ibu Balita. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Pedoman Gizi Seimbang. Kementrian Kesehatan. Jakarta Koes Irianto. 2014. Gizi Seimbang Dalam Kesehatan Reproduksi. Alfabeta. Bandung Mubarok. 2009. Promosi Kesehatan Dan Ilmu Pengetahuan. Salemba Medika. Jakarta Madanijah. 2008. Hubungan Antara Status Gizi Masa Lalu Anak Dan Partisipasi Ibu Di Posyandu Dengan Kejadian Tuberkulosispada Murid Taman Kanak-Kanak 2007/2008. Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB Notoatmodjo. 2010. Promosi Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta Novita Dewi. 2013. Pemberian Pendidikan Gizi Tentang Pedoman Umum Gizi Seimbang (Pugs) Terhadap Pengetahuan Terhadap Balita Dengan Status Gizi Kurang Di Wilayah Puskesmas Bareng. Novita. Klaten Rencana Pembangunan Nasional. 2015-2019 2014. Agenda Pembangunan Nasional. Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional Soekirman. 2007. Ilmu Gizi Dan Aplikasinya. Dipartemen Pendidikan Nasional. Jakarta Sulistyoningsih, Hariyani. 2011 Gizi Untuk Kesehatan Ibu Dan Anak. Graha Ilmu. Yogyakarta