ANALISIS INTERAKSI TATA GUNA LAHAN- TRANSPORTASI KOTA TANGERANG SELATAN, PROVINSI BANTEN TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh ARIEF HARSOYO NIM. 24012048 (Program Magister Studi Pembangunan) INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2014
ANALISIS INTERAKSI TATA GUNA LAHAN- TRANSPORTASI KOTA TANGERANG SELATAN, PROVINSI BANTEN Oleh: ARIEF HARSOYO NIM. 24012048 (Program Magister Studi Pembangunan) Institut Teknologi Bandung Menyetujui Pembimbing Tanggal, Mei 2014 (Dr. Ir. Muhammad Tasrif, M.Eng.) ii
ABSTRAK ANALISIS INTERAKSI TATA GUNA LAHAN-TRANSPORTASI KOTA TANGERANG SELATAN, PROVINSI BANTEN Oleh: ARIEF HARSOYO NIM. 24012048 (Program Magister Studi Pembangunan) Kota Tangerang Selatan sebagai bagian dari kawasan metropolitan Jabodetabekjur telah tumbuh sebagai daerah penyangga Kota Jakarta. Kota ini mengalami proses pertumbuhan penduduk yang pesat melebihi kota intinya, salah satu penyebabnya adalah fenomena banyaknya penduduk asal Jakarta yang mencari lahan yang lebih murah untuk perumahan. Dampak dari pertumbuhan tersebut, kebutuhan akan perjalanan juga meningkat, terlebih lagi banyak penduduk di Tangerang Selatan yang bekerja di Jakarta, sehingga kepadatan lalu lintas pada ruas-ruas jalan yang menjadi akses menuju Jakarta terus meningkat. Salah satu upaya pemerintah untuk mengantisipasi kondisi tersebut adalah rencana pembangunan Jakarta Outer Ring Road II untuk meningkatkan aksesibilitas pada daerah-daerah yang berbatasan dengan Jakarta. Banyak perencana kota yang telah memahami akibat dari perubahan penggunaan lahan terhadap sistem transportasi, namun belum bisa dipahami secara jelas pengaruh pengembangan sistem transportasi menjadi salah satu stimulan dari penggunaan lahan. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis terhadap interaksi tata guna lahan transportasi terutama pada penggunaan lahan perumahan dan sistem transportasi jalan raya. Analisis dilakukan dengan membangun model simulasi terhadap interaksi penggunaan lahan perumahan dan sistem transportasi jalan raya, serta pengaruh pertumbuhan kota terhadap interaksi kedua sistem tersebut dengan metodologi system dynamics. Penerapan beberapa kebijakan dilakukan sebagai upaya mendapatkan pemahaman tersebut, serta mencari peluang untuk mewujudkan transportasi perkotaan berkelanjutan. iii
Hasil studi menunjukan bahwa: a) pembangunan perumahan Tangerang Selatan cenderung oversupply dan akan mencapai kejenuhan pada waktu dekat, karena diakibatkan oleh aksi spekulasi dan tidak ada pengendalian pemerintah; b) peningkatan kapasitas jalan tidak akan dapat memenuhi peningkatan perjalanan pada periode jangka panjang, seiring dengan pertumbuhan kota; c) kebijakan transportasi memiliki pengaruh langsung dan efisien dalam menuju transportasi perkotaan berkelanjutan, namun untuk mewujudkan kota yang tidak bergantung kepada penggunaan kendaraan pribadi kebijakan tersebut perlu disertai dan didukung oleh kebijakan sistem tata guna lahan; d) keberhasilan penerapan kebijakan tata guna lahan-transportasi pada kota penyangga Jakarta akan meningkatkan daya tarik kota dan meningkatkan jumlah migrasi penduduk keluar Jakarta; e) kebijakan sistem transportasi dengan menambah kapasitas jalan untuk meningkatkan aksesibilitas di kawasan Jabodetabekjur seperti rencana pembangunan Jakarta Outer Ring Road II dalam jangka panjang dapat berakibat semakin membengkaknya ukuran kawasan tersebut, karena pada akhirnya setiap kota penyangga tidak mampu menahan beban Jakarta. Oleh karena itu dalam perencanaan pembangunan (terutama dalam tata guna lahan dan transportasi) perlu koordinasi dan komitmen yang kuat di antara pemerintah daerah, serta selain dengan penerapan kebijakan teknis perlu didampingi oleh pendekatan sosial untuk mencapai keberlanjutan pembangunan sebuah kota. Kata kunci: Tangerang Selatan, Jabodetabekjur, interaksi tata guna lahantransportasi, system dynamics iv
ABSTRACT LAND USE-TRANSPORTATION INTERACTION ANALYSIS IN TANGERANG SELATAN CITY, BANTEN PROVINCE By: ARIEF HARSOYO Student Registration Number 24012048 Tangerang Selatan City as a part of Jabodetabekjur metropolitan area has grown to be Jakarta hinterland. This city has rapid growth of population faster than its core city, one of the cause is many of Jakarta residents were looking for more affordable land for houses. The impact from this growth is travel demand rises, especially when many of Tangerang Selatan residents works in Jakarta, so the traffics to Jakarta is getting overload. One of goverment s effort to anticipate that condition is to construct Jakarta Outer Ring Road II to improve accessibilities on Jakarta s hinterland. The understanding of changes in land use will affect transportation system has been owned by planners, but how the transportation system also stimulates land use still not clearly understood. Therefore, analysis of land use-transport interaction became important, especially on housing uses and highway transportation system. Analysis held by building model that simulates the interaction between housing uses and highway transportation system, with considering effect of city growth on both systems interaction using system dynamics method. Several policies were implemented in the model to comprehend the concept, along with to seek opportunity towards sustainable urban transportation. Conclusions of these studies are: a) the housing in Tangerang Selatan tends to be oversupply and will be saturated in short future, caused by speculations act and the absences of government control; b) road capacity improvement will not fulfill the increase of travel demand in a long term period along with the city growth; c) transport policies have direct effect and are more efficient towards sustainable v
urban transportation, however it is need to be attach and support by land use policy to create a city that is not depend on private vehicles ; d) successful implementations of land use-transport policy in Jakarta s hinterland will increase city s attractiveness and increase out-migration of Jakarta resident; e) transportation system policy by adding road capacity to improve accessibility in Jabodetabekjur area such as construction of Jakarta Outer Ring Road II will cause urban sprawl in the long term because in the end, there is no hinterland area cities can holds the burden of Jakarta. Therefore, in development planning (particularly in land use and transportation) the need of strong coordination and commitment among local governments, as well as in addition to the implementation of technical policies need to be accompanied by social approaches to achieving sustainable city. Keywords : Tangerang Selatan, Jabodetabekjur, land use-transport interaction, system dynamics vi
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iii ABSTRACT... v PEDOMAN PENGGUNAAN TESIS... vii PERSEMBAHAN... viii KATA PENGANTAR... ix DAFTAR ISI... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiv DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR TABEL... xvix Bab I Pendahuluan... 1 I.1 Latar belakang... 1 I.2 Perumusan Permasalahan... 6 I.3 Tujuan dan Manfaat... 8 I.4 Ruang Lingkup... 8 I.4.1 Ruang Lingkup Wilayah... 8 I.4.2 Ruang Lingkup Pembahasan... 9 I.5 Metodologi... 10 I.6 Kerangka Pikir... 11 I.7 Sistematika Penulisan Laporan... 13 Bab II Kajian Pustaka... 14 II.1 Dinamika Kota... 14 II.2 Tata Guna Lahan... 15 II.3 Transportasi... 16 II.4 Daya Tarik Kota sebagai Pemicu Perkembangan Kota... 23 II.5 Pendekatan Land Use-Transport Interaction... 24 II.6 Integrasi Kebijakan Tata Guna Lahan-Transportasi... 27 II.7 Perkembangan Kota-kota Penyangga Kota Metropolitan... 29 xi
Bab III Metodologi System Dynamics... 31 III.1 System Dynamics sebagai Metodologi... 31 III.2 Prinsip Pemodelan dengan System Dynamics... 36 III.2.1. Identifikasi dan Definisi Masalah... 38 III.2.2. Konseptualisasi Sistem... 39 III.2.3. Perumusan Model... 39 III.2.4. Analisis Perilaku Model... 41 III.2.5. Pengujian dan Pengembangan Model... 42 III.2.6. Analisis Kebijakan dan Implementasi Model... 48 III.3 Simulasi Komputer Model System Dynamics... 51 Bab IV Dinamika Kota Tangerang Selatan... 53 IV.1. Sejarah Terbentuknya Kota Tangerang Selatan... 53 IV.2. Kondisi Geografis dan Administratif... 53 IV.3. Kondisi Kependudukan... 54 IV.4. Kondisi Perekonomian... 57 IV.5. Kondisi Tata Guna Lahan... 58 IV.6. Kondisi Sistem Transportasi... 60 IV.7. Keberadaan Kota Tangsel sebagai Daerah Penyangga DKI Jakarta... 62 Bab V Konseptualisasi Model Interaksi Tata Guna Lahan-Transportasi Kota Tangerang Selatan... 65 V.1 Gambaran Umum Model... 65 V.2 Struktur Model... 73 V.2.1. Sub-model pertumbuhan penduduk Kota Tangsel... 73 V.2.2. Sub-model lahan perumahan Kota Tangsel... 75 V.2.3. Sub-model sistem transportasi Kota Tangsel... 78 V.2.4. Sub-model pertumbuhan penduduk DKI Jakarta... 83 V.2.5. Sub-model ekonomi DKI Jakarta... 85 V.3 Uji Perilaku Model... 86 Bab VI Simulasi Model, Analisis dan Pembahasan... 99 VI.1. Kondisi Awal Simulasi dan Skenario Kebijakan... 99 VI.2. Perilaku Model dengan Skenario Dasar... 105 xii
VI.3. Simulasi dan Analisis Skenario Kebijakan Tata Guna Lahan dan Transportasi... 113 VI.4. Pembahasan dan Rekomendasi Skenario Kebijakan Tata Guna Lahan-Transportasi Kota Tangerang Selatan... 123 Bab VII Kesimpulan, Rekomendasi, dan Saran... 133 VII.1. Kesimpulan... 133 VII.1.1 Sistem tata guna lahan... 133 VII.1.2 Sistem transportasi... 134 VII.1.3 Interaksi tata guna lahan-transportasi Kota Tangsel... 136 VII.1.4 Kota Tangerang Selatan sebagai kota penyangga DKI Jakarta... 136 VII.2. Rekomendasi... 137 VII.3. Saran Penelitian Lebih Lanjut... 138 DAFTAR PUSTAKA... 140 LAMPIRAN A... 144 LAMPIRAN B... 149 LAMPIRAN C... 171 LAMPIRAN D... 173 xiii
DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN A Foto-foto hasil observasi... 144 LAMPIRAN B Persamaan yang digunakan dalam aplikasi Powersim... 149 LAMPIRAN C Simbol-simbol Dalam Diagram Alir System Dynamics... 171 LAMPIRAN D Hasil Pengujian Validitas dengan Theil Statistics... 173 xiv
DAFTAR GAMBAR Gambar I.1. Posisi Kota Tangerang Selatan terhadap DKI Jakarta dan kota-kota penyangga DKI Jakarta lainnya... 3 Gambar I.2. Grafik pertumbuhan penduduk Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi... 5 Gambar 1.3. Grafik perubahan penggunaan lahan di kota-kota penyangga DKI Jakarta tahun 1992-2001... 5 Gambar I.4. Peta Kota Tangerang Selatan... 9 Gambar 1.5. Kerangka pikir penelitian... 12 Gambar II.1. Interaksi antara sub-sistem jaringan, sub-sistem pergerakan dengan sub-sistem kegiatan... 17 Gambar II.2. Land use-transport feedback cycle... 25 Gambar II.3. Keterhubungan antara komponen aksesibilitas... 26 Gambar III.1. Dasar pemikiran sistem... 31 Gambar III.2. Lingkungan endogenus dan eksogenus dalam Teori Sistem. 34 Gambar III.3. Tahapan pemodelan system dynamics... 37 Gambar III.4 Prosedur pemodelan system dynamics... 37 Gambar III.5. Metode ilmiah... 43 Gambar IV.1. Jumlah penduduk Kota Tangsel tahun 2007-2012... 55 Gambar IV.2. Peta morfologi Kota Tangsel... 56 Gambar IV.3. PDRB Kota Tangsel tahun 2007-2012 berdasarkan harga konstan... 57 Gambar IV.4. Rencana jaringan tol JORR II (Cinere Serpong dan Serpong Tangerang), dan ruas Serpong Kunciran Batuceper Lapangan terbang Internasional Soekarno Hatta... 64 Gambar V.1. Perbedaan antara model tata guna lahan transportasi yang berdiri sendiri dengan model terintegrasi tata guna lahantransportasi.... 66 Gambar V.2. Hubungan antara sub-model transportasi dan tata guna lahan dalam model MARS... 67 xv
Gambar V.3. Diagram lingkar sebab-akibat model interaksi tata guna lahan-transportasi Kota Tangsel... 69 Gambar V.4. Diagram lingkar sebab akibat sub-model pertumbuhan penduduk Kota Tangsel... 74 Gambar V.5. Diagram alir sub-model pertumbuhan penduduk Kota Tangsel... 75 Gambar V.6. Diagram lingkar sebab akibat sub-model lahan perumahan Kota Tangsel... 76 Gambar V.7. Diagram alir sub-model lahan perumahan Kota Tangsel... 77 Gambar V.8. Diagram lingkar sebab akibat sub-model jaringan jalan... 78 Gambar V.9. Diagram alir sub-model jaringan jalan... 79 Gambar V.10. Diagram lingkar sebab akibat sub-model jaringan moda transportasi... 80 Gambar V.11. Diagram alir sub-model jaringan moda transportasi... 81 Gambar V.12. Diagram lingkar sebab akibat sub-model pergerakan... 82 Gambar V.13. Diagram alir sub-model pergerakan... 83 Gambar V.14. Diagram lingkar sebab akibat sub-model pertumbuhan penduduk DKI Jakarta... 84 Gambar V.15. Diagram alir sub-model pertumbuhan penduduk DKI Jakarta... 84 Gambar V.16. Diagram lingkar sebab akibat sub-model perekonomian DKI Jakarta... 85 Gambar V.17. Diagram alir sub-model perekonomian DKI Jakarta... 85 Gambar V.18. Grafik perbandingan variabel Populasi Penduduk Kota Tangsel hasil simulasi dengan data historis... 92 Gambar V.19. Grafik perbandingan variabel PDRB Kota Tangsel hasil simulasi dengan data historis... 93 Gambar V.20. Grafik perbandingan perilaku variabel Panjang Jalan Kota Tangsel hasil simulasi dengan data historis... 94 Gambar V.21. Grafik perbandingan perilaku variabel Jumlah Rumah Kota Tangsel Terbangun hasil simulasi dengan data historis... 95 xvi
Gambar V.22. Grafik perbandingan perilaku variabel Jumlah Kepemilikan Mobil Pribadi hasil simulasi dengan data historis... 96 Gambar V.23. Grafik perbandingan perilaku Variabel Jumlah Kepemilikan Sepeda Motor hasil simulasi dengan data historis... 97 Gambar VI.1. Salah satu proyek pelebaran ROW Jalan di Jl. Ciater, Kota Tangsel... 101 Gambar VI.2. Salah satu proyek pembangunan apartemen di Ciputat, Kota Tangsel... 102 Gambar VI.3. Simulasi perilaku pertumbuhan penduduk dan daya tarik Kota Tangsel... 106 Gambar VI.4. Simulasi perilaku PDRB dan PDRB per kapita Kota Tangsel 106 Gambar VI.5. Perilaku jumlah rumah terbangun... 107 Gambar VI.6. Harga rumah dan lahan untuk perumahan per meter persegi serta rasio ketersediaan rumah Kota Tangsel... 108 Gambar VI.7. Jumlah perjalanan per hari... 109 Gambar VI.8. Panjang jalan dan kapasitas jalan Kota Tangsel... 109 Gambar VI.9. DKJ lalu lintas dan waktu tempuh perjalanan KotaTangsel... 110 Gambar VI.10. Jumlah mobil pribadi dan sepeda motor yang digunakan untuk perjalanan... 111 Gambar VI.11. Perbandingan populasi penduduk DKI Jakarta (1) dengan Kota Tangsel (2)... 112 Gambar VI.12. PDRB DKI Jakarta... 113 Gambar VI.13. Hasil simulasi Skenario Dasar... 115 Gambar VI.14. Hasil simulasi Skenario II... 117 Gambar VI.15. Hasil simulasi Skenario III... 119 Gambar VI.16. Hasil simulasi Skenario IV... 120 Gambar VI.17. Hasil simulasi Skenario V... 121 Gambar VI.18. Hasil simulasi Skenario VI... 122 Gambar VI.19. Jumlah penggunaan mobil dan sepeda motor untuk perjalanan... 123 Gambar VI.20. Jumlah rumah terbangun... 125 Gambar VI.21. PDRB dan PDRB per kapita Kota Tangsel... 125 xvii
Gambar VI.22. Penolakan masyarakat Ciater terhadap pembangunan JORR II... 127 Gambar VI.23. Populasi Penduduk DKI Jakarta dan Kota Tangsel... 130 Gambar VI.24. Rekomendasi skenario kebijakan untuk mewujudkan transportasi perkotaan berkelanjutan... 132 xviii
DAFTAR TABEL Tabel II.1. Perbandingan sistem transportasi jalan raya dan kereta api.. 19 Tabel II.2. Tingkat pelayanan jalan... 22 Tabel II.3. Faktor konversi satuan mobil penumpang... 23 Tabel III.1. Pengujian model system dynamics... 43 Tabel IV.1. Jumlah penduduk Kota Tangsel Tahun 2010... 55 Tabel IV.2. PDRB Kota Tangerang Selatan Harga Konstan 2000 menurut lapangan usaha... 58 Tabel IV.3. Luas penggunaan lahan Kota Tangerang Selatan Tahun 2008... 59 Tabel IV.4. Kondisi jalan wilayah Kota Tangerang Selatan... 61 Tabel V.1. Batasan-batasan yang ditentukan dalam model... 71 Tabel V.2. Variabel dan nilai awal yang di pakai dalam model... 86 Tabel V.3. Pengujian Theil-Statistic pada variabel Populasi Penduduk Kota Tangsel... 92 Tabel V.4. Pengujian Theil-Statistic pada variabel PDRB Kota Tangsel 93 Tabel V.5. Pengujian Theil-Statistic pada variabel Panjang Jalan Kota Tangsel... 94 Tabel V.6. Pengujian Theil-Statistic pada variabel Jumlah Rumah Kota Tangsel Terbangun... 95 Tabel V.7. Pengujian Theil-Statistic pada variabel Jumlah Kepemilikan Mobil Pribadi... 96 Tabel V.8. Pengujian Theil-Statistic pada variabel Jumlah Kepemilikan Sepeda Motor... 97 Tabel VI.1. Skenario kebijakan berikut variabel dan parameter... 104 xix